Anda di halaman 1dari 4

HUKUM ACARA PIDANA

NAMA : JOANA ADELA NATALIA DO CARMO

NIM : 51118063

KEL/SEM : B/V

Soal Latihan

1. Beri penjelasan tentang:


a. Pasal 14 Huruf h. KUHAP—Menutup Perkara Demi Kepentingan Hukum .
b. Pasal 140 (2) Huruf a KUHAP, Penghentian Penuntutan.
c. Pasal 46 ayat (1) huruf c. Mengesampingkan Perkara untuk Kepentingan Umum.
Pasal 35 UU.No.16 Tahun 2004 Tentang Kejaksaan.

2. Bedakan Alasan-Alasan JPU yang menjadi dasar dari


a. Penutupan perkara,
b. penyampingan perkara,
c. penghentian penuntutan

3. “Bentuk surat dakwaan mengikuti pelaku dan corak tindak pidana yang terjadi, yaitu
apakah dilakukan oleh satu orang atau secara bersama-sama dan dalam bentuk
penyertaan mana (apakah Medeplegen, Uitloking, Doenplegen, Medeplichtige) Ataukah
dalam bentuk Concursus/ Perbarengan (Concurcus idealis, Concurcus realis, Voogezette
handeling)”. Jelaskan maksud pernyataan tersebut.

Jawaban

1. a) Pasal 14 huruf h KUHAP menentukan bahwa salah satu wewenang penuntut umum


adalah perbuatan untuk menutup perkara demi kepentingan hukum. ...
Terhadap perkara yang dikesampingkan demi kepentingan umum, penuntut umum
tidak berwenang melakukan penuntutan terhadap tersangka
b) Alasan penghetian penuntutan seperti yang disebutkan dalam Pasal 140 ayat (2) huruf a
KUHAP,alasan penghetian penuntutan adalah: karena tidak cukup bukti, peristiwa
tersebut ternyata bukan merupakan tindak pidana, perkara ditutup demi hukum. Namun
demikian alasan tersebut bisa digunakan untuk tidak jadi menuntut oleh penuntut umum
seperti yang ditentukan dalam pasal 46 ayat (1) huruf b KUHAP. Berarti perkara tersebut
belum sampai dilimpahkan ke pengadilan. Jadi apabila berkas perkara dipaksakan untuk
dilimpahkan ke sidang pengadilan, sudah barang tentu hakim akan memutuskan perkara
tersebut yaitu dalam bentuk putusan bebas(Vrijpraak) atau putusan lepas dari segala
Tuntutan Hukum(onslag van rechtvervolging). Jadi apabila perkara tersebut diteruskan
dikemudian hari dan ternyata terdapat bukti baru, bukti yang sangat beralasan untuk
dapat diproses kembali dan dilimpahkan ke sidang pengadilan.

c) Pasal 46 ayat (1) huruf c KUHAP menentukan pula wewenang lain, yaitu
mengesampingkan perkara demi kepentingan umum. Perkara yang dihentikan
penuntutannya demi kepentingan hukum adalah perkara yang dihentikan penuntutannya
dikarenakan tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak
pidana.

Dalam Penjelasan Pasal 35 huruf c UU Kejaksaan Tahun 2004 bahwa “Yang dimaksud
dengan ‘kepentingan umum’ adalah kepentingan bangsa dan Negara dan/atau
kepentingan masyarakat. Mengesampingkan sebagaimana dimaksud dalam ketentuan ini
merupakan pelaksanaan asas oportunitas, yang hanya dapat dilakukan oleh Jaksa Agung
setelah memperhatikan saran dan pendapat dari badan-badan kekuasaan negara yang
mempunyai hubungan dengan masalah tersebut”. Adapun maksud dan tujuan dari
undang-undang memberikan kewenangan pada Jaksa Agung adalah untuk menghindari
agar tidak timbul penyalahgunaan kekuasaan dalam hal pelaksanaan asas oportunitas.
Dengan demikian tidak semua jaksa selaku penuntut umum (JPU) yang diberi
kewenangan melaksanakan asas oportunitas tersebut, hanya Jaksa Agung yang
berwenang.

2. Berdasarkan alasan-alasan JPU yang menjadi dasar dari


a) Penutupan perkara, dalam pasal 140 ayat 2 butir pedoman pelaksanaan KUHAP
member penjelasan bahwa perkara ditutup demi hukum, dalam hal lain bahwa jika
kemudian ternyata ada alasan baru untuk menutup perkara yang telah dikesampingkan
karena kurang bukti-bukti maka penuntut umum dapat menutup etrsangka untuk
mengesampingkan suatu perkara yang tidak didasarkan kepada asas oportunitas tidak
berlaku asas ne bis in idem

b) penyampingan perkara adalah di tutup demi hukum tidak sama dengan perkara yang
ditutup demim kepentingan umumm, karena demi hukum tidak sama pentingnya dengan
demi kepentingan umum, sebab hukum mengatur kepentingan individual selain dari
kepentingan umum

c) penghentian penuntutan adalah di sebutkan dalam pasal 140(2)

3. Bentuk surat dakwaan mengikuti pelaku dan corak tindak pidana yang terjadi, yaitu apakah
dilakukan oleh satu orang atau secara bersama-sama dan dalam bentuk penyertaan Medeplegen,
Uitloking, Doenplegen, Medeplichtige

1. )Medeplegen / bersama

Medeplegen → Turut serta melakukan. Tiga kemungkinan: 1. Semua pelaku memenuhi


unsur dalam rumusan delik. 2. Salah seorang memenuhi unsur delik, sedangkan pelaku yang lain
tidak. 3. Tidak seorang pun memenuhi rumusan delik, namun bersama-sama mewujudkan delik
tersebut.

2. Uitlokking / penganjuran

Uitlokking yang menganjurkan atau menggerakkan. Uitlokker → orang yang


menganjurkan atau menggerakkan. Pengertian: “kesengajaan menggerakkan orang lain yang
dapat dipertanggungjawabkan pada dirinya sendiri untuk melakukan suatu perbuatan pidana
dengan menggunakan cara-cara yang telah ditentukan oleh undang-undang karena telah tergerak,
orang tersebut kemudian dengan sengaja melakukan tindak pidana itu.” 1. Orang yang
menganjurkan → auctor intellectualis. 2. Orang yang dianjurkan → auctor materialis atau
materieele dader.

3. Doenplegen / menyuruh melakukan

Doenplegen → menyuruh lakukan. Deonpleger → orang yang menyuruh lakukan.


Middelijke Daderschap → “seseorang mempunyai kehendak melakukan suatu perbuatan pidana,
namum tidak mau melakukannya sendiri dan mempergunakan orang lain yang disuruh
melakukan perbuatan pidana tersebut

4. Medeplichtige pembantuan

Medeplichtige → Pembantuan 1. De hoofd dader = pelaku atau pembuat 2. Medeplichtige


= pembantu Bentuk: 1. Pembantuan pada saat kehajatan dilakukan. 2. Pembantuan untuk
melakukan kejahatan.

Bentuk tindak pidana mengikuti pelaku dan corak tindak pidana yang terjadi yaitu
apakah dilakukan oleh satu orang atau secara bersama-sama. Pernyataan ini lebih tepat
ada dalam bentuk penyertaan donpleger yaitu bentuk penyertaan menyuruh lakukan yang
harus terdiri dari dua orang pembuat. Di satu sisi terdapat seseorang yang berperan
sebagai penyuruh dan di sisi lain terdapat seseorang yang berperan sebagai orang yang di
suruh melakukan bentuk tersebut merupakan syarat terjadinya bentuk penyertaan
menyuruh lakukan. Karena tanpa adanya pihak yang menyuruh lakukan juga sebaliknya
jika tanpa ada pihak yang di suruh lakukan maka tidak sempurna makna menyuruh
lakukan. Dalam penyertaan ini penyuruh tidak melakukan sendiri secara langsung suatu
tindak pidana melainkan menyuruh peran lain. Penyuruh berada di belakang layar
sedangkan yang melakukan adalah seseorang lain yang disuruh yang merupakan alat di
tangan penyuruh.

Anda mungkin juga menyukai