Anda di halaman 1dari 20

Mediasi dalam Penyelesaian Sengketa Waris: Studi Putusan No. 181/Pdt. G/2013/PA.

Yk

MEDIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA WARIS:


STUDI PUTUSAN NO. 181/PDT. G/2013/PA.YK

Rini Fahriyani Ilham Ermi Suhasti


UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
rinifahriyaniilham@gmail.com ermi.suhasti@yahoo.co.id

Abstract
In social life is often occur a dispute relating to the rights and obligations of various reasons. In general,
the dispute can usually be resolved through mediation. Mediation can be applied outside the court (litigation)
or in court (litigation), as in inheritance disputes for Muslims. Inheritance disputes, including one of the
absolute authority of the Religious Court, with the object of dispute in the form of property. Inheritance
disputes submitted to the Religious Court and resolved through mediation one of which was verdict No. 181
/ Pdt. G / 2013 / PA.Yk which is decided by the Religious Court of Yogyakarta. This paper describes the
mediation process and a review of Islamic law on mediation in the heritage dispute settlement process against
the verdict. Heritage disputes in the verdict occurred because some of the heirs sold the estate and there are
other heirs who have not got the part.

[Dalam kehidupan bermasyarakat sering kali terjadi persengketaan yang berkaitan dengan
hak dan kewajiban dengan berbagai alasan. Pada umumnya sengketa dapat diselesaikan melalui
mediasi. Mediasi dapat diterapkan di luar pengadilan (nonlitigasi) ataupun di pengadilan (litigasi),
seperti dalam sengketa kewarisan bagi orang Islam. Sengketa kewarisan termasuk salah satu
kewenangan absolut Pengadilan Agama dengan objek sengketa berupa harta benda. Sengketa
waris yang diajukan ke Pengadilan Agama dan diselesaikan melalui mediasi salah satunya adalah
Putusan No. 181/Pdt. G/2013/PA.Yk yang diputus oleh Pengadilan Agama Yogyakarta. Tulisan
ini mendeskripsikan proses mediasi serta tinjauan hukum Islam terhadap proses mediasi dalam
penyelesaian sengketa waris terhadap putusan tersebut. Sengketa waris dalam putusan tersebut
terjadi karena sebagian ahli waris telah menjual harta warisan dan masih ada ahli waris lain yang
belum mendapat bagian.]

Kata Kunci: Mediasi, Sengketa, Waris, PA Yogyakarta

A. Pendahuluan bagai bentuk berupa fasilitasi, negosiasi, ajudi-


Perbedaan antar manusia berpotensi men- kasi, rekonsiliasi, mediasi, arbitrase dan penye-
jadi penyebab terjadinya konflik baik perbeda- lesaian sengketa melalui pengadilan (litigasi).1
an fisik, keyakinan, pola pikir, ataupun kepen- Dalam hubungan sosial kemasyarakatan,
tingan. Faktor fundamental yang mendasari sengketa pada umumnya terjadi menyangkut
terjadinya konflik dan menimbulkan perseng- hak dan kewajiban yang digolongkan dalam
ketaan di antara manusia adalah tidak ter- permasalahan perdata. Konflik dapat diselesai-
penuhinya kepentingan sebagaimana yang di- kan salah satunya dengan mediasi baik di luar
inginkan. Oleh karena itu, manusia dalam pengadilan (nonlitigasi) ataupun di pengadilan
menyelesaikan konflik dapat menggunakan (litigasi). Implementasi mediasi dalam penye-
akal dan panduan Al-Qur’an yang telah di- lesaian perkara perdata terutama bagi yang
wujudkan oleh Nabi Muhammad dalam ber- beragama Islam dilaksanakan oleh Pengadilan

1
Syahrizal Abbas, Mediasi dalam Hukum Syariah, Hukum adat, dan Hukum Nasional, cet. ke-2 (Jakarta: Kencana, 2009), hlm.
120-122.

Al-Ah}wa>l, Vol. 9, No. 1, Juni 2016 M/1437 H 67


Rini Fahriyani Ilham dan Ermi Suhasti

Agama. Mediasi bisa dilakukan di awal litigasi bagai penyempurna PERMA sebelumnya agar
maupun selama litigasi terhadap perkara per- pelaksanaan mediasi di pengadilan lebih op-
ceraian, gugatan waris, gugatan harta bersama, timal dan berdayaguna, sehingga dapat me-
gugatan nafkah, hadhanah, dan sebagainya. ningkatkan keberhasilan mediasi di peng-
Sengketa kewarisan yang terjadi di masya- adilan.5 Jika para pihak dapat mencapai kese-
rakat umumnya tertumpu pada pembagian pakatan perdamaian, maka kesepakatan ter-
harta warisan karena ada ahli waris yang tidak sebut dirumuskan dalam bentuk tulisan dan di-
mendapatkan haknya, atau ada sebagian ahli kuatkan dalam akta perdamaian yang diterbit-
waris yang menguasai harta warisan. Sengketa kan oleh pengadilan melalui sebuah putusan.
juga terjadi apabila harta warisan telah dijual Akta perdamaian memiliki kekuatan yang sama
oleh salah satu ahli waris tanpa persetujuan dengan putusan hakim. Kesepakatan per-
ahli waris lainnya, perbedaan pendapat, ada- damaian merupakan penyelesaian yang tuntas
nya benturan kepentingan dan tindakan be- terhadap persengketaan, dan kesepakatan yang
berapa pihak yang mengulur pembagian wa- telah dituangkan ke dalam akta perdamaian
risan dengan motif tertentu.2 Perkara sengketa merupakan suatu penyelesaian yang mengikat
waris akan diperiksa di pengadilan melalui pro- dan final.6
ses ajudikasi. Sebelum itu majelis hakim harus Perkara kewarisan yang masuk ke Peng-
menawarkan penyelesaian sengketa melalui adilan Agama Yogyakarta kebanyakan berupa
perdamaian sesuai pasal 130 HIR dan 154 RBg permohonan untuk menetapkan ahli waris.
agar putusan tidak batal demi hukum.3 Penye- Jumlah perkara waris yang masuk dari tahun
lesaian sengketa melalui perdamaian di peng- 2013-2015 ada 41 perkara dengan jenis perkara
adilan dilakukan dengan mediasi dan dibantu gugatan waris sebanyak 11 perkara dan Per-
oleh seorang mediator baik dari kalangan mohonan Penetapan Pembagian Harta Pe-
hakim pengadilan maupun mediator dari luar ninggalan (P3HP) sebanyak 30 perkara. Perkara
pengadilan. Penyelesaian sengketa dengan cara waris yang diputus dari tahun 2013-2015 ada
ditengahi oleh pihak ketiga dalam Islam disebut 31 perkara dengan jenis gugatan waris sebanyak
dengan tah}kim. 10 perkara dan P3HP 21 perkara.7 Dari 10 data
Pelaksanaan mediasi di pengadilan berpe- perkara gugat waris yang diputus, 1 (satu)
doman pada PERMA No. 1 Tahun 2008 yang perkara dapat diselesaikan melalui mediasi dan
dimaksudkan untuk memberi kepastian hu- dapat mencapai kesepakatan damai, 1 (satu)
kum, ketertiban dan kelancaran dalam proses perkara ditolak, 5 (lima) perkara dicabut dan 3
penyelesaian suatu sengketa perdata agar da- (tiga) perkara gugatan dikabulkan. 8 Perkara
pat menghasilkan perdamaian. 4 Kemudian gugat waris yang telah diselesaikan oleh Peng-
PERMA No. 1 Tahun 2016 diundangkan se- adilan Agama Yogyakarta melalui mediasi di-
temui pada Putusan No. 181/Pdt. G/2013/

2
Ibid., hlm. 119.
3
Pasal 2 ayat (3) PERMA No. 1 Tahun 2008, berbunyi,” Tidak menempuh prosedur mediasi berdasarkan peraturan ini
merupakan pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 130 HIR dan atau Pasal 154 Rbg yang mengakibatkan putusan
batal demi hukum.”
4
Syahrizal Abbas, Mediasi dalam Hukum Syariah, Hukum Adat dan Hukum Nasional, hlm. 311.
5
PERMA No. 1 Tahun 2016 menimbang bahwa Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2008
tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan belum optimal memenuhi kebutuhan pelaksanaan Mediasi yang lebih
berdayaguna dan mampu meningkatkan keberhasilan Mediasi di Pengadilan.
6
D.Y. Witanto, Hukum Acara Mediasi dalam Perkara Perdata di Lingkungan Peradilan Umum dan Peradilan Agama Menurut
PERMA No. 1 Tahun 2008 Tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan, cet. ke-2 (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm. 27.
7
Observasi Perkara Kewarisan dan P3HP yang Diterima Pengadilan Agama Yogyakarta, Yogyakarta, 18 Maret 2016.
8
Observasi Perkara Kewarisan yang Diputus Pengadilan Agama Yogyakarta, Yogyakarta, 18 Maret 2016.

68 Al-Ah}wa>l, Vol. 9, No. 1, Juni 2016 M/1437 H


Mediasi dalam Penyelesaian Sengketa Waris: Studi Putusan No. 181/Pdt. G/2013/PA.Yk

PA.Yk tahun 2013. Perkara tersebut diselesaikan cari kesepakatan yang dibantu oleh mediator
melalui beberapa kali proses mediasi dan per- sebagai pihak ketiga.11 Garry Goopaster (sic:
sidangan hingga para pihak dapat didamaikan.9 Gary Goodpaster) mendefinisikan mediasi
Kesepakatan yang telah dituangkan dalam akta sebagai proses negosiasi12 dalam memecahkan
perdamaian bertujuan untuk menghukum para masalah di mana pihak ketiga bersifat netral
pihak untuk dapat melaksanakan isi perdamai- (imparsial) dalam membantu para pihak me-
an yang telah mereka buat.10 nentukan kesepakatan perjanjian yang me-
Sengketa perkara No. 181/Pdt. G/2013/ muaskan. 13. Definisi mediasi menurut Per-
PA.Yk diawali ketika harta warisan dijual oleh aturan Mahkamah Agung RI No. 1 Tahun 2016
sebagian ahli waris dan hasilnya dibagi tetapi menyatakan bahwa, “Mediasi adalah cara pe-
masih ada ahli waris lain yang belum menerima nyelesaian sengketa melalui proses perunding-
bagiannya. Perkara tersebut berhasil diselesai- an untuk memperoleh kesepakatan para pihak
kan melalui mediasi karena para pihak men- dengan dibantu oleh mediator.” 14 Beberapa
jalani proses mediasi dibarengi dengan iktikad definisi mediasi yang telah disampaikan di atas,
baik serta tekad untuk dapat menyelesaikan dapat disimpulkan bahwa mediasi adalah salah
konflik tanpa harus mengorbankan hubungan satu proses penyelesaian konflik di mana para
kekeluargaan. Mediator dalam menyelesaikan pihak yang berselisih bersama-sama berinisiatif
suatu sengketa memiliki peran penting untuk mencari kesepakatan dengan dibantu oleh
menciptakan peluang damai dan menciptakan pihak ketiga sebagai mediator yang bersifat
komunikasi yang efektif agar memperoleh hasil netral atau tidak memihak untuk mengako-
yang saling menguntungkan. Berdasarkan pe- modir kebutuhan mereka, sehingga dapat me-
maparan di atas terkait dengan sengketa ke- numbuhkan kepercayaan pihak yang berseng-
warisan yang dapat diselesaikan melalui me- keta yang akan memudahkan proses mediasi.
diasi, perlu untuk mendeskripsikan “Mediasi dan Dengan adanya mediasi dapat membawa para
Sengketa Waris: Studi Putusan tahun 2013 di Peng- pihak pada kesepakatan yang saling mengun-
adilan Agama Yogyakarta. Tulisan ini menjelas- tungkan karena tidak ada pihak yang merasa
kan proses penyelesaian sengketa waris melalui menang atau kalah (win-win solution). Mediasi
mediasi untuk memperoleh perdamaian serta dapat diterapkan dalam sengketa perdata baik
praktik mediasi prespektif hukum Islam. dalam wilayah hukum keluarga, waris, per-
bankan, kontrak, atau bisnis.
B. Mediasi dalam Lembaga Peradilan Al-Qur’an dan hadis dalam Islam mena-
warkan cara penyelesaian sengketa baik me-
Pengertian mediasi menurut beberapa ahli
lalui pengadilan (litigasi) melalui pembuktian
resolusi konflik, di antaranya Laurence Bolle
fakta hukum (ajudikasi) maupun di luar peng-
menyatakan bahwa mediasi merupakan suatu
adilan (nonlitigasi) melalui perdamaian (s}ulh}).15
proses yang dilakukan para pihak untuk men-

9
Wawancara dengan Bapak Drs. Muhammad Nuryadin, Panitera Muda Hukum Pengadilan Agama Yogyakarta,
tanggal 20 Oktober 2015.
10
Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama, cet. ke-9 (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 95.
11
Syahrizal Abbas, Mediasi dalam Hukum Syariah, Hukum Adat, dan Hukum Nasional, hlm. 4.
12
Negosiasi adalah proses tawar-menawar dengan jalan berunding guna mencapai kesepakatan bersama anatra satu
pihak dengan pihak yang lain.
13
Syahrizal Abbas, Mediasi dalam Hukum Syariah, Hukum Adat, dan Hukum Nasional, hlm. 5. Menurut Wirawan mediasi
adalah proses manajemen konflik yang dilakukan para pihak yang terlibat konflik untuk bernegosiasi mencari
kesepakatan bersama dengan dibantu oleh mediator. Selengkapnya lihat Wirawan, Konflik dan manajemen Konflik
Teori, Aplikasi dan Penelitian (Jakarta: Salemba Humanika, 2013), hlm. 200.
14
Pasal 1 ayat (1).
15
Syahrizal Abbas, Mediasi dalam Hukum Syariah, Hukum Adat, dan Hukum Nasional,, hlm. 157.

Al-Ah}wa>l, Vol. 9, No. 1, Juni 2016 M/1437 H 69


Rini Fahriyani Ilham dan Ermi Suhasti

S}ulh} merupakan suatu jalan untuk mengakhiri ringan terkendala dengan banyaknya perkara
sengketa yang terjadi melalui perdamaian yang yang masuk, tenaga hakim yang terbatas, dan
dapat dilakukan di depan maupun di luar peng- minimnya fasilitas. Adanya mediasi akan mem-
adilan dengan pertimbangan bahwa su } lh} dapat perkuat dan memaksimalkan fungsi lembaga
memuaskan para pihak dan tidak ada pihak peradilan dalam menyelesaikan perkara serta
yang merasa menang atau kalah, sehingga s}ulh} dapat menjadi instrumen yang efektif dalam
dapat mengantarkan pada ketentraman hati, mengatasi penumpukan perkara, selain meng-
kepuasan dan memperkuat tali silaturami. 16 gunakan sistem ajudikasi. Oleh karena itu, per-
Pola s} u lh} ini dapat dikembangkan menjadi kara perdata yang masuk ke pengadilan wajib
berbagai alternatif peyelesaian sengketa berupa diusahakan perdamaian sebelum dilakukan
mediasi, arbitrase, negosiasi, ajudikasi dan lain- pemeriksaan dalam proses persidangan ber-
lain. dasarkan pasal 130 HIR dan pasal 154 RBg.
Penerapan mediasi di Pengadilan berawal Proses penyelesaian sengketa dengan di-
dari pasal 130 HIR, pasal 154 RBg dan pasal bantu oleh pihak ketiga dalam Islam dikenal de-
31 Rv yang mengatur tentang lembaga per- ngan ha} kam berdasarkan firman Allah berikut.
damaian (dading). Proses mediasi di pengadilan
dilembagakan melalui PERMA No. 2 Tahun
2003 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan, 20
kemudian disempurnakan dengan PERMA No.
1 Tahun 2008. 17 PERMA No. 1 Tahun 2008
belum dapat mengoptimalkan peran mediasi “Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan
antara keduanya, maka kirimlah seorang hakam
di pengadilan, karena itu diundangkan lagi
dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari
PERMA No. 1 Tahun 2016 tentang Prosedur
keluarga perempuan. Jika kedua orang hakam itu
Mediasi di Pengadilan dengan tujuan memper-
bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah
kuat dan memaksimalkan daya guna mediasi memberi taufik kepada suami-istri itu.”
dalam proses berperkara di Pengadilan. 18
Alasan penginstitusionalisasian mediasi dalam Ayat di atas menganjurkan adanya pihak
lembaga peradilan yaitu, untuk mengatasi ma- ketiga sebagai penengah atau mediator dalam
salah penumpukan perkara, mediasi merupa- penyelesaian sengketa. Keberadaan pihak
kan proses penyelesaian sengketa yang lebih ketiga sangat penting dalam menjembatani
cepat dan murah, mediasi memberikan akses para pihak yang bersengketa. Walaupun asbab
bagi para pihak untuk menemukan penyelesai- an-nuzul ayat tersebut mengenai sengketa
an yang memuaskan dan memenuhi rasa keadil- keluarga, namun konsep h}akam dapat diapli-
an, dan untuk memaksimalkan fungsi lembaga kasikan pada sengketa perdata lainnya yang
peradilan dalam menyelesaikan perkara di sam- berhubungan dengan hak-hak kemanusiaan
ping penyelesaian yang bersifat ajudikatif. 19 seperti sengketa kewarisan. Keberadaan s}ulh}
Dengan adanya sistem hukum Indonesia yang sebagai upaya damai dalam penyelesaian seng-
memberikan peluang untuk melakukan upaya keta antar sesama muslim yang bertikai sebagai-
hukum banding, kasasi atau peninjauan kem- mana dijelaskan dalam firman Allah sebagai
bali, penerapan asas sederhana, cepat dan biaya berikut.

16
Ibid., hlm.159-160.
17
Rachmadi Usman, Mediasi di Pengadilan dalam Teori dan Praktik (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), hlm. 6.
18
PERMA No. 1 Tahun 2016.
19
Ibid.
20
An-Nisâ’ (4) : 35.

70 Al-Ah}wa>l, Vol. 9, No. 1, Juni 2016 M/1437 H


Mediasi dalam Penyelesaian Sengketa Waris: Studi Putusan No. 181/Pdt. G/2013/PA.Yk

mediasi akan memberikan keuntungan bagi


masing-masing pihak. Prosedur mediasi ber-
dasar PERMA No. 1 Tahun 2008 terdiri dari
dua tahap, yaitu tahap pramediasi dan proses
mediasi yang tercantum dalam pasal 7 sampai
“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah ber- pasal 20.
saudara karena itu damaikanlah antara kedua
Tahap pramediasi merupakan tahap awal
saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya
penyusunan langkah dan persiapan mediator
kamu mendapat rahmat.”
dalam mediasi. Tahap pramediasi merupakan
1. Prosedur Mediasi dalam PERMA No. 1 tahap yang menentukan akan terlaksana atau
Tahun 2008 tidaknya proses mediasi, sehingga mediator
Ketika para pihak hadir pada sidang per- perlu melakukan beberapa langkah. Langkah-
tama, hakim mewajibkan para pihak untuk langkah yang bisa ditempuh mediator pada
melakukan proses mediasi dan memilih media- tahap pramediasi yaitu, membangun keper-
tor selambat-lambatnya 2 (dua) hari setelah hari cayaan diri, menghubungi para pihak, mem-
sidang.22 Hal ini dimaksudkan agar tercapai berikan informasi awal tentang mediasi, fokus
asas sederhana, cepat dan biaya ringan dalam ke masa depan, mengkoordinasikan para pi-
penyelesaian perkara. Mediator bisa berasal hak, mewaspadai perbedaan budaya, menen-
dari kalangan hakim pengadilan yang bukan tukan kehadiran, menentukan tujuan pertemu-
pemeriksa perkara atau mediator dari luar an dan menyepakati waktu dan tempat, dan
seperti advokat atau akademisi hukum.23 menciptakan rasa aman bagi para pihak. 26
Pentingnya pelaksanaan mediasi dalam Setelah melakukan beberapa langkah dalam
acara pemeriksaan perkara, maka ketidak- tahap pramediasi, kemudian masuk dalam
hadiran turut tergugat tidak menghalangi pe- proses mediasi. Beberapa langkah yang di-
laksanaan mediasi, dan hakim dapat menunda lakukan selama proses mediasi, yaitu sambut-
persidangan untuk memberikan kesempatan an pendahuluan dari mediator, presentasi dan
kepada para pihak untuk melakukan mediasi.24 pemaparan masing-masing pihak, mengiden-
Iktikad baik para pihak menjadi modal utama tifikasi permasalahan, melakukan negosiasi
dalam menjalankan mediasi.25 Jika salah satu dan jika diperlukan dilakukan kaukus, men-
pihak tidak beriktikad baik selama mediasi, ciptakan opsi-opsi, menemukan kesepemaham-
maka akan menghambat pencapaian kese- an dan merumuskan kesepakatan, mencatat
pakatan, sehingga perlu ditanamkan pema- dan memeriksa kembali kesepakatan, dan me-
haman bahwa penyelesaian sengketa melalui nutup proses mediasi.27 Mediator juga dapat

21
Al-Hujurat (49) : 10.
22
Pasal 11 ayat (1) PERMA No. 1 Tahun 2008. (1) Setelah para pihak hadir pada hari sidang pertama, hakim mewajibkan
para pihak pada hari itu juga atau paling lama 2 (dua) hari kerja berikutnya untuk berunding guna memilih
mediator termasuk biaya yang mungkin timbul akibat pilihan penggunaan mediator bukan hakim.
23
Pasal 8 PERMA No. 1 Tahun 2008, menyebutkan, “Para pihak berhak memilih mediator di antara pilihan-pilihan
berikut: a. Hakim bukan pemeriksa perkara pada pengadilan yang bersangkutan; b. Advokat atau akademisi hukum;
c. Profesi bukan hukum yang dianggap para pihak menguasai atau berpengalaman dalam pokok sengketa; d.
Hakim majelis pemeriksa perkara; e. Gabungan antara mediator yang disebut dalam butir a dan d, atau gabungan
butir b dan d, atau gabungan butir c dan d.”
24
PERMA No. 1 Tahun 2008. Pasal 7 ayat (2) Ketidakhadiran pihak turut tergugat tidak menghalangi pelaksanaan
mediasi. dan (5) Hakim wajib menunda proses persidangan perkara untuk memberikan kesempatan kepada para
pihak menempuh proses mediasi.
25
Pasal 12 ayat (1) PERMA No. 1 Tahun 2008. (1) Para pihakwajib menempuh proses mediasi dengan iktikad baik.
26
Syahrizzal Abbas, Mediasi dalam Hukum Syariah, Hukum Adat, dan Hukum Nasional, hlm. 37.
27
Ibid., hlm. 44.

Al-Ah}wa>l, Vol. 9, No. 1, Juni 2016 M/1437 H 71


Rini Fahriyani Ilham dan Ermi Suhasti

menghadirkan pihak ahli dengan persetujuan pakatan yang telah dibuat. Jika selama proses
para pihak untuk membantu memberikan pen- mediasi para pihak tidak dapat berdamai dan
jelasan dan pertimbangan ketika terjadi per- tidak dapat mencapai kesepakatan, maka per-
bedaan pendapat dan biaya ditanggung para sengketaan dilanjutkan ke persidangan untuk
pihak berdasarkan kesepakatan.28 diperiksa. Hakim dalam persidangan dalam
Mediasi dilakukan dalam waktu 40 (empat tiap tahapan juga tetap mendorong para pihak
puluh) hari kerja sejak ditunjuk seorang untuk melakukan perdamaian sebelum putus-
mediator untuk mendamaikan para pihak dan an diucapkan. Peluang perdamaian dapat di-
dapat diperpanjang 14 (empat belas) hari kerja tempuh para pihak tidak hanya di pengadilan
dengan kesepakatan para pihak.29 Hasil kese- tingkat pertama, tetapi bisa ditempuh di tingkat
pakatan dapat dirumuskan dan ditulis dengan banding, kasasi dan peninjauan kembali sepan-
ditandatangani oleh masing-masing pihak dan jang perkara yang diperiksa belum di putus.31
memberitahukannnya kepada hakim yang Kehendak para pihak untuk melakukan me-
memeriksa perkara untuk dikuatkan dalam diasi disampaikan melalui pengadilan tingkat
bentuk akta perdamaian.30 Hasil akhir dari pro- pertama, sehingga proses pemeriksaan dapat
ses mediasi dapat diimplementasikan dengan ditunda 14 (empat belas) hari kerja sejak diberi-
menjalankan kesepakatan yang telah dibuat tahukan atau sebelum berkas dikirim.32 Pelak-
sesuai dengan komitmen para pihak ketika sanaan mediasi pada tingkat banding, kasasi
menjalani proses mediasi jika para pihak ber- dan peninjauan kembali berlangsung selama
damai. Pelaksanaan kesepakatan dapat di- 14 (empat belas) hari kerja sejak para pihak
mintakan upaya paksa melalui pengadilan jika menyempaikan kehendaknya untuk melaku-
salah satu pihak enggan melaksanakan kese- kan mediasi.33 Jika perdamaian dapat dicapai,
28
Pasal 16 ayat (1) PERMA No. 1 Tahun 2008. (1) Atas persetujuan para pihak atau kuasa hukum, mediator dapat
mengundang seorang atau lebih ahli dalam bidang tertentu untuk memberikan penjelasan atau pertimbangan yang
dapat membantu menyelesaikan perbedaan pendapat di antara para pihak.
29
Pasal 13 ayat (4) PERMA No. 1 Tahun 2008. (4) Atas dasar kesepakatan para pihak, jangka waktu mediasi dapat
diperpanjang paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak berakhir masa 40 (empat puluh) hari sebagaimana
dimaksud dalam ayat 3.
30
Pasal 17 PERMA No. 1 Tahun 2008, menjelaskan.”(1) Jika mediasi menghasilkan kesepakatan perdamaian, para
pihak dengan bantuan mediator wajib merumuskan secara tertulis kesepakatan yang dicapai dan ditandatangani
oleh para pihak dan mediator; (2) Jika dalam proses mediasi para pihak diwakili oleh kuasa hukum, para pihak
wajib menyatakan secara tertulis persetujuan atas kesepakatan yang dicapai; (3) Sebelum para pihak menandatangani
kesepakatan, mediator memeriksa materi kesepakatan perdamaian untuk menghindari ada kesepakatan yang
bertentangan dengan hukum atau yang tidak dapat dilaksanakan atau yang memuat iktikad tidak baik; (4) Para
pihak wajib menghadap kembali kepada hakim pada hari sidang yang telah ditentukan untuk memberitahukan
kesepakatan perdamaian; (5) Para pihak dapat mengajukan kesepakatan perdamaian kepada hakim untuk dikuatkan
dalam bentuk akta perdamaian; (6) Jika para pihak tidak menghendaki kesepakatan perdamaian dikuatkan dalam
bentuk akta perdamaian, kesepakatan perdamaian harus memuat klausula pencabutan gugatan dan atau klausula
yang menyatakan perkara telah selesai.”
31
Pasal 21 ayat (1) PERMA No. 1 Tahun 2008, menjelaskan (1) Para pihak, atas dasar kesepakatan mereka, dapat
menempuh upaya perdamaian terhadap perkara yang sedang dalam proses banding, kasasi, atau peninjauan kembali
atau terhadap perkara yang sedang diperiksa pada tingkat banding, kasasi, dan peninjauan kembali sepanjang
perkara itu belum diputus.
32
Pasal 21 ayat (4) dan (5) PERMA No. 1 Tahun 2008. (4) Jika perkara yang bersangkutan sedang diperiksa di tingkat
banding, kasasi, dan peninjauan kembali majelis hakim pemeriksa di tingkat banding, kasasi, dan peninjauan
kembali wajib menunda pemeriksaan perkara yang bersangkutan selama 14 (empat belas) hari kerja sejak menerima
pemberitahuan tentang kehendak para pihak menempuh perdamaian. (5) Jika berkas atau memori banding, kasasi,
dan peninjauan kembali belum dikirimkan, Ketua Pengadilan Tingkat Pertama yang bersangkutan wajib menunda
pengiriman berkas atau memori banding, kasasi, dan peninjauan kembali untuk member! kesempatan para pihak
mengupayakan perdamaian.
33
Pasal 22 ayat (1) PERMA No. 1 Tahun 2008. (1) Upaya perdamaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1)
berlangsung paling lama 14 (empat betas) hari kerja sejak penyampaian kehendak tertulis para pihak diterima
Ketua Pengadilan Tingkat Pertama.

72 Al-Ah}wa>l, Vol. 9, No. 1, Juni 2016 M/1437 H


Mediasi dalam Penyelesaian Sengketa Waris: Studi Putusan No. 181/Pdt. G/2013/PA.Yk

maka dibuat akta perdamaian oleh pengadilan atau Mahkamah Agung memerintahkan untuk
tingkat pertama dan ditandatangani oleh ma- melakukan mediasi dengan putusan sela.35 Pada
jelis banding, kasasi dan peninjauan kembali PERMA yang baru, peniadaan mediasi sebelum
selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja proses pemeriksaan perkara tidak
sejak dicatat dalam register perkara.34 mengakibatkan putusan batal demi hukum
seperti yang disebutkan pada pasal 2 ayat (3)
2. Prosedur Mediasi dalam PERMA No. 1 PERMA No. 1 Tahun 2008.
Tahun 2016
Perkara yang wajib dimediasi dan penge-
Prosedur mediasi yang diatur dalam PERMA cualiannya dirinci pada pasal 4, sedangkan
No. 1 Tahun 2008 pelaksanaannya dinilai ketentuan jenis perkara yang disebutkan pada
belum optimal dalam memenuhi kedayaguna- PERMA No. 1 Tahun 2008 hanya secara umum.
an mediasi di lembaga peradilan, sehingga perlu Perkara pengecualian pada pasal 4 dapat di-
disempurnakan dengan PERMA No. 1 Tahun selesaikan melalui perdamaian sukarela yang
2016. PERMA No. 1 Tahun 2016 diundangkan disebut di pasal 33 dan 34.36 Mediasi tidak da-
pada 4 Februari 2016 dan merubah beberapa pat dilakukan jika sengketa melibatkan we-
aturan dalam PERMA No. 1 Tahun 2008 serta wenang pihak kementrian/lembaga/instansi
penambahan hal-hal baru menjadi IX (sembilan) dan BUMN/BUMD yang menjadi pihak ber-
BAB dan 39 pasal. Peraturan dalam PERMA perkara kecuali telah disetujui secara tertulis
yang baru berlaku di Peradilan Umum atau untuk melakukan mediasi.37
Peradilan Agama saja dan peradilan lainnya da- Ketertutupan mediasi tidak menghalangi
pat menerapkan jika dimungkinkan oleh per- para pihak untuk mengikuti pertemuan me-
undang-undangan. Mediasi wajib ditawarkan diasi lewat alat komunikasi untuk memper-
majelis hakim Pengadilan Tingkat Pertama mudah pelaksanaan mediasi. 38 Hal tersebut
sebelum proses pemeriksaan perkara, bila tidak juga menghindari para pihak yang tidak meng-
berarti telah melanggar aturan dalam PERMA hadiri kegiatan mediasi dengan alasan jarak
tersebut. Jika para pihak melakukan banding yang jauh. Berdasarkan ketentuan tersebut,
atau kasasi, maka Pengadilan Tingkat Banding para pihak dituntut berperan aktif menghadiri

34
PERMA No. 1 Tahun 2008. Pasal 22 ayat (5) Para pihak melalui Ketua Pengadilan Tingkat Pertama dapat mengajukan
kesepakatan perdamaian secara tertulis kepada majelis hakim tingkat banding, kasasi, atau peninjauan kembali
untuk dikuatkan dalam bentuk akta perdamaian; ) dan (6) Akta perdamaian ditandatangani oleh majelis hakim
banding, kasasi, atau peninjauan kembali dalam waktu selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja sejak dicatat
dalam register induk perkara.
35
PERMA No. 1 Tahun 2016, Pasal 3 ayat menyebutkan (3) Hakim Pemeriksa Perkara yang tidak memerintahkan Para
Pihak untuk menempuh Mediasi sehingga Para Pihak tidak melakukan Mediasi telah melanggar ketentuan peraturan
perundang-undangan yang mengatur mengenai Mediasi di Pengadilan. (4) Dalam hal terjadi pelanggaran terhadap
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), apabila diajukan upaya hukum maka Pengadilan Tingkat Banding
atau Mahkamah Agung dengan putusan sela memerintahkan Pengadilan Tingkat Pertama untuk melakukan proses
Mediasi.
36
PERMA No. 1 Tahun 2016, Pasal 4 ayat (4) (4) Berdasarkan kesepakatan Para Pihak, sengketa yang dikecualikan
kewajiban Mediasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, huruf c, dan huruf e tetap dapat diselesaikan
melalui Mediasi sukarela pada tahap pemeriksaan perkara dan tingkat upaya hukum.
37
Pasal 32 ayat (2) huruf b PERMA No. 1 Tahun 2016. (2) Mediator wajib menyatakan Mediasi tidak dapat dilaksanakan
dan memberitahukannya secara tertulis kepada Hakim Pemeriksa Perkara, dalam hal: b. melibatkan wewenang
kementerian/lembaga/instansi di tingkat pusat/daerah dan/atau Badan Usaha Milik Negara/Daerah yang tidak
menjadi pihak berperkara, kecuali pihak berperkara yang terkait dengan pihak-pihak tersebut telah memperoleh
persetujuan tertulis dari kementerian/lembaga/instansi dan/atau Badan Usaha Milik Negara/Daerah untuk
mengambil keputusan dalam proses Mediasi.
38
PERMA No. 1 Tahun 2016. Pasal 5 ayat (3) Pertemuan Mediasi dapat dilakukan melalui media komunikasi audio
visual jarak jauh yang memungkinkan semua pihak saling melihat dan mendengar secara langsung serta berpartisipasi
dalam pertemuan.

Al-Ah}wa>l, Vol. 9, No. 1, Juni 2016 M/1437 H 73


Rini Fahriyani Ilham dan Ermi Suhasti

pertemuan secara langsung dalam pelaksanaan berikan nilai lebih sebagai pendorong untuk
mediasi.39 Ketidakhadiran para pihak hanya menjalankan tugas dan fungsi mediator secara
dapat diterima jika dibarengi dengan alasan optimal.
yang sah seperti sakit, di bawah pengampuan, Ketentuan lamanya menempuh upaya
berada di luar negeri atau sedang menjalankan mediasi juga dipersingkat menjadi 30 (tiga pu-
tugas yang tidak dapat ditinggalkan.40 Aturan luh) hari kerja akan tetapi perpanjangan me-
tambahan dalam PERMA ini mengenai iktikad diasi ditambah menjadi 30 (tiga puluh) hari un-
baik para pihak dalam mengikuti proses me- tuk memberi kesempatan pada para pihak jika
diasi pasal 7 dan kuasa hukumnya dalam pasal batas waktu sebelumnya belum berhasil me-
18 serta akibat hukumnya jika para pihak tidak rumuskan kesepakatan.42 Jika para pihak dapat
beriktikad baik pada pasal 22 dan 23. Pihak berdamai, kesepakatan yang dibuat dapat
yang tidak beriktikad baik diwajibkan mem- dikuatkan dalam akta perdamaian dan bisa
bayar biaya mediasi sebagai sanksi yang diberi- juga dengan pencabutan gugatan jika para
kan penetapan oleh majelis hakim dalam per- pihak menghendaki kesepakatan tidak dican-
sidangan. Tetapi jika para pihak sama-sama tumkan secara tertulis. Kesepakatan damai
menunjukkan sikap tidak beriktikad baik se- dalam PERMA ini terbagi menjadi beberapa
lama proses mediasi, maka gugatan yang diaju- macam, yaitu kesepakatan damai secara me-
kan tidak dapat diterima.41 nyeluruh dan sebagian. Kesepakatan damai se-
Mediator selain diperankan oleh advokat bagian ini terjadi ketika sebagian pihak tergugat
dan akademisi hukum seperti yang disebutkan bersepakat dengan penggugat. Tetapi jika
dalam PERMA No. 1 Tahun 2008, dapat juga penggugat hanya sebagian yang bersepakat
diperankan oleh pegawai pengadilan yaitu dengan tergugat, maka mediasi dianggap
panitera, sekretaris, panitera pengganti, juru gagal.43
sita, juru sita pengganti, calon hakim dan pe-
gawai lainnya. PERMA ini juga mengatur me- C. Hukum Kewarisan Islam
ngenai tata kelola mediasi di pengadilan untuk
Waris berasal dari bahasa Arab dari akar
memaksimalkan keberadaan mediasi sebagai
kata waraaa yariau mirâaan yang berarti ber-
upaya penyelesaian sengketa. Bagi mediator ha-
pindahnya sesuatu kepada orang lain.44 Kata
kim yang berhasil mendamaikan para pihak di-

39
PERMA No. 1 Tahun 2016, Pasal 6 ayat (1) Para Pihak wajib menghadiri secara langsung pertemuan Mediasi dengan
atau tanpa didampingi oleh kuasa hukum.
40
PERMA No. 1 Tahun 2016, Pasal 6 ayat (4) Alasan sah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) meliputi antara lain: a.
kondisi kesehatan yang tidak memungkinkan hadir dalam pertemuan Mediasi berdasarkan surat keterangan dokter;
b. di bawah pengampuan; c. mempunyai tempat tinggal, kediaman atau kedudukan di luar negeri; atau d. menjalankan
tugas negara, tuntutan profesi atau pekerjaan yang tidak dapat ditinggalkan.
41
Pasal 23 ayat (8) PERMA No. 1 Tahun 2016. Dalam hal Para Pihak secara bersama-sama dinyatakan tidak beriktikad
baik oleh Mediator, gugatan dinyatakan tidak dapat diterima oleh Hakim Pemeriksa Perkara tanpa penghukuman
Biaya Mediasi.
42
Pasal 24 ayat (2) dan (3) PERMA No. 1 Tahun 2016. (2) Proses Mediasi berlangsung paling lama 30 (tiga puluh) hari
terhitung sejak penetapan perintah melakukan Mediasi. (3) Atas dasar kesepakatan Para Pihak, jangka waktu Mediasi
dapat diperpanjang paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak berakhir jangka waktu sebagaimana dimaksud
pada ayat (2).
43
Pasal 32 PERMA No. 1 Tahun 2016. Mediator wajib menyatakan Mediasi tidak berhasil mencapai kesepakatan dan
memberitahukannya secara tertulis kepada Hakim Pemeriksa Perkara, dalam hal: a. Para Pihak tidak menghasilkan
kesepakatan sampai batas waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari berikut perpanjangannya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 24 ayat (2) dan ayat (3); atau b. Para Pihak dinyatakan tidak beriktikad baik sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (2) huruf d dan huruf e.
44
Kementrian Agama RI Badan Litbang dan Diklat, Problematika Hukum Kewarisan Islam Kontemporer di Indonesia, ed.
Muchit A. Karim, cet. ke-1 (Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan, 2012), hlm. 113.

74 Al-Ah}wa>l, Vol. 9, No. 1, Juni 2016 M/1437 H


Mediasi dalam Penyelesaian Sengketa Waris: Studi Putusan No. 181/Pdt. G/2013/PA.Yk

waris berarti orang yang mewarisi sebagai sub- yang menggambarkan kewarisan secara tegas
jek dalam hukum kewarisan dan dapat berarti di antaranya sebagai berikut.
pula proses.45 Subjek dalam hukum kewarisan
berarti orang yang menerima harta warisan,
dan proses berarti peralihan harta waris dari “Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan
orang yang telah meninggal dunia kepada ahli (mempergunakan) nama-Nya kamu saling me-
warisnya yang masih hidup. Hukum kewarisan minta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan
Islam disebut juga dengan fara>’id} yang merupa- silaturrahim.”
kan jamak dari kata fari>d}ah dari asal kata fard}un
yang artinya suatu kewajiban.46 Fari>d}ah sebagai Ayat tersebut merupakan dasar hukum
maf’ul (objek) berarti sesuatu yang telah di- kewarisan dilihat dari kata ar%âm yang berarti
tentukan,47 yaitu bagian mengenai kewarisan hubungan darah atau hubungan kerabat yang
dalam Islam yang telah ditentukan dalam Al- menjadi sebab kewarisan.
Qur’an dan hadis.
Hukum kewarisan Islam adalah himpunan
aturan-aturan hukum yang mengatur tentang
penentuan ahli waris yang berhak menerima
harta warisan, menentukan kedudukannya “Bagi seorang laki-laki ada hak bagian dari harta
dalam ahli waris serta bagian yang didapat se- peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya, dan bagi
cara adil dan sempurna. 48 Dengan kata lain, seorang wanita ada hak bagian (pula) dari harta
hukum kewarisan Islam dapat diartikan se- peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya, baik sedikit
bagai hukum yang mengatur tata cara peralih- atau banyak menurut bahagian yang telah ditetap-
an harta kekayaan berserta hak-hak seorang kan.”
yang telah meninggal dunia sebagai pewaris
Ayat di atas menjelaskan tentang orang-
kepada ahli warisnya yang masih hidup ber-
orang yang berhak mendapat waris, yaitu anak
dasarkan ketentuan nash.
laki-laki, anak perempuan, karib-kerabat yang
Dasar hukum kewarisan dalam Al-Qur’an
mewarisi dari orangtua, kerabat dari pihak laki-
terbatas hanya pada beberapa surat dan ayat,
laki maupun perempuan. Masing-masing ahli
dan paling banyak terdapat dalam surat An-
waris ada yang mendapat bagian sedikit ada-
Nisa>’ (4). Oleh karena keterbatasan tersebut,
pula yang banyak, tergantung bagiannya yang
maka hadis nabi tampil sebagai penjelas ayat-
telah ditentukan oleh Allah dalam ayat be-
ayat tersebut dan terbukalah pintu ijtihad atas
rikutnya.
beberapa peristiwa yang tidak ada ketentuan-
nya dalam Al-Qur’an maupun hadis nabi.
Dasar hukum kewarisan dalam Al-Qur’an

45
Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, hlm. 6.
46
M. Idris Ramulyo, Perbandingan Hukum Kewarisan Islam dengan Kewarisan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, edisi
revisi, cet. I (Jakarta: Sinar Grafika, 2004), hlm. 19.
47
Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, hlm. 41.
48
M. Idris Ramulyo, Perbandingan Hukum Kewarisan Islam dengan Kewarisan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, hlm.
84. Bandingkan dengan pendapat Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, hlm. 6. Menurut Amir Syarifuddin
bahwa hukum kewarisan Islam adalah peraturan tertulis yang berasal dari wahyu Allah dan hadis nabi mengenai
hal ihwal peralihan harta orang yang telah meninggal dunia kepada orang yang masih hidup, yang diakui dan
diyakini mengikat untuk seluruh orang yang beragama Islam.
49
An-Nisa>’ (4) : 1.
50
An-Nisa>’ (4) : 7.

Al-Ah}wa>l, Vol. 9, No. 1, Juni 2016 M/1437 H 75


Rini Fahriyani Ilham dan Ermi Suhasti

1/6 jika pewaris meninggalkan anak dan bagi


ibu 1/3 jika pewaris tidak ada anak dan sau-
dara. Tetapi jika ada saudara dan tidak ada
anak, ibu mendapat 1/6 bagian dari harta
waris. Pembagian harta warisan dilaksanakan
setelah ditunaikan utang dan wasiat pewaris.

“Allah mensyari’atkan bagimu tentang (pembagi-


an pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu: bagian se-
orang anak lelaki sama dengan bagian dua orang
anak perempuan; dan jika anak itu semuanya pe-
rempuan lebih dari dua, maka bagi mereka dua
pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak
perempuan itu seorang saja, maka ia memperoleh “Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta
separuh harta. Dan untuk dua orang ibu-bapak, yang ditinggalkan oleh istri-istrimu, jika mereka
bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang tidak mempunyai anak. Jika istri-istrimu itu mem-
ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai punyai anak, maka kamu mendapat seperempat
anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai dari harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhi
anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapaknya (saja), maka wasiat yang mereka buat atau (dan) sesudah di-
ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal bayar hutangnya. Para istri memperoleh seper-
itu mempunyai beberapa saudara, maka ibunya empat harta yang kamu tinggalkan jika kamu ti-
mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian dak mempunyai anak. Jika kamu mempunyai anak,
tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia maka para istri memperoleh seperdelapan dari harta
buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. (Ten- yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat
tang) orangtuamu dan anak-anakmu, kamu tidak yang kamu buat atau (dan) sesudah dibayar hu-
mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat tang-hutangmu. Jika seseorang mati, baik laki-laki
(banyak) manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan maupun perempuan yang tidak meninggalkan
dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha Menge- ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mem-
tahui lagi Maha Bijaksana.” punyai seorang saudara laki-laki (seibu saja) atau
seorang saudara perempuan (seibu saja), maka bagi
Ayat di atas merupakan ketentuan menge- masing-masing dari kedua jenis saudara itu se-
nai pembagian ahli waris di mana seorang anak perenam harta. Tetapi jika saudara-saudara seibu
laki-laki mendapat bagian dua orang anak itu lebih dari seorang, maka mereka bersekutu dalam
perempuan atau 2:1. Jika pewaris hanya me- yang sepertiga itu, sesudah dipenuhi wasiat yang
miliki beberapa anak perempuan saja, maka dibuat olehnya atau sesudah dibayar hutangnya
bagiannya 2/3 harta peninggalan. Jika anak dengan tidak memberi mudharat (kepada ahli
perempuan hanya seorang, maka mendapat 1/ waris). (Allah menetapkan yang demikian itu se-
2. Sedangkan orangtua (ibu-bapak) mendapat bagai) syari’at yang benar-benar dari Allah, dan
Allah Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun.”
51
An-Nisa>’ (4) : 11.
52
An-Nisa>’ (4) : 12.

76 Al-Ah}wa>l, Vol. 9, No. 1, Juni 2016 M/1437 H


Mediasi dalam Penyelesaian Sengketa Waris: Studi Putusan No. 181/Pdt. G/2013/PA.Yk

Ayat di atas merinci pembagian harta waris


kepada suami ½ jika tidak ada anak dan ¼ jika
ada anak. Istri mendapat ¼ jika tidak ada anak
dan 1/8 jika ada anak. Jika pewaris mati kala>lah
atau tidak ada anak dan orangtua tetapi ada
seorang saudara laki-laki dan seorang saudara
perempuan, maka sudara tersebut masing-
masing mendapat 1/6. Jika pewaris mati kala>lah
dan ada beberapa saudara baik laki-laki atau
perempuan, maka semua mendapat 1/3 dan
dibagi sama rata. Pembagian harta warisan
dilakukan setelah ditunaikan utang dan wasiat
pewaris tanpa merugikan ahli waris. Para
ulama sepakat bahwa saudara yang dimaksud “Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kala-
dalam ayat ini adalah saudara seibu. lah). Katakanlah: “Allah memberi fatwa kepadamu
tentang kalalah (yaitu): jika seorang meninggal
dunia, dan ia tidak mempunyai anak dan mem-
punyai saudara perempuan, maka bagi saudaranya
yang perempuan itu seperdua dari harta yang di-
tinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki
mempusakai (seluruh harta saudara perempuan),
jika ia tidak mempunyai anak; tetapi jika saudara
perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya
dua pertiga dari harta yang ditinggalkan oleh yang
meninggal. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri
“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang
dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan,
dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu lebih
maka bagian seorang saudara laki-laki sebanyak
banyak dari sebagian yang lain. (Karena) bagi
bagian dua orang saudara perempuan.” Allah me-
orang laki-laki ada bagian dari pada apa yang me-
nerangkan (hukum ini) kepadamu, supaya kamu
reka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada
tidak sesat. Dan Allah Maha Mengetahui segala
bagian dari apa yang mereka usahakan, dan
sesuatu.”
mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala
Ayat di atas menjelaskan kewarisan atas
sesuatu.”
pewaris yang mati kala>lah. Jika pewaris tersebut
Ayat di atas menjelaskan bahwa pem- hanya memiliki seorang saudara perempuan,
bagian harta waris di mana laki-laki mendapat maka baginya ½ dari harta waris. Jika yang
bagian 2:1 dengan perempuan atau sebagian mati kala>lah adalah seorang perempuan dan
ahli waris mendapat bagian lebih banyak dari memiliki seorang saudara laki-laki atau lebih,
yang lain hendaknya tidak menyebabkan iri maka saudaranya mewarisi seluruh harta
hati. Pembagian tersebut dipandang adil peninggalannya. Jika pewaris mati kala>lah dan
karena laki-laki memiliki tanggung jawab lebih memiliki dua orang saudara perempuan atau
besar dibanding perempuan. lebih, maka mereka mendapat 2/3 dari harta
warisan. Jika pewaris memiliki dua atau lebih

53
An-Nisa>’ (4) : 32.
54
An-Nisa>’ (4) : 176.

Al-Ah}wa>l, Vol. 9, No. 1, Juni 2016 M/1437 H 77


Rini Fahriyani Ilham dan Ermi Suhasti

saudara laki-laki atau perempuan, maka laki- 3) Riwayat Imam Ahmad, Rasulullah ber-
laki mendapat 2 kali bagian dari seorang pe- sabda “Tidak dapat warisan seorang anak
rempuan atau 2:1. Para ulama sepakat bahwa kecil, kecuali apabila ia lahir dengan
saudara yang dimaksud ayat ini adalah sau- bersuara (menangis atau hidup).”58
dara sekandung atau saudara seayah. 4) Aaar Zaid Ibn Tsabit, riwayat Bukhari:
Dasar hukum kewarisan Islam yang ber- Warisan anak laki-laki yang mempunyai
sumber dari hadis nabi saw. merupakan pen- anak laki-laki sepangkat dengan anak-
jelasan dari ayat-ayat Al-Qur’an yang masih anak jika orang yang meninggal tidak
bersifat umum atau tidak ditentukan secara meninggalkan anak, yaitu yang laki-laki
spesifik bagain ahli waris tertentu. Penjelasan sama dengan laki-laki dan yang perem-
dari nabi terhadap ayat-ayat tersebut dalam puan sama dengan perempuan. Mereka
bentuk penjelasan arti, membatasi atau mem- menjadi ahli waris sebagaimana anak-
perluas makna,55 di antaranya yaitu, anak menjadi ahli waris, mereka menjadi
1) Dari Ibnu ‘Abbas riwayat Bukhari dan hajib sebagaimana anak-anak menjadi
Muslim, Rasulullah bersabda “Berikanlah hajib, dan anak laki-laki mempunyai anak
fara’> id} (bagian yang telah ditentukan dalam laki-laki tidak dapat mewaris selama ada
Al-Qur’an) kepada yang berhak menerima- anak laki-laki (yang masih hidup). Jika
nya dan selebihnya berikanlah kepada orang yang meninggal meninggalkan
keluarga laki-laki terdekat.”56 Hadis ini juga seorang anak perempuan dan seorang
merupakan dasar hukum kewarisan ‘asa} bah} cucu laki-laki maka anak perempuan itu
bagi laki-laki di kalangan ahlussunnah. dapat separuh dan selebihnya untuk cucu
2) Dari Jabir riwayat Iamam Abu Daud, At- laki-laki.”59 Aaar di atas merupakan dasar
Tirmi¿i, Ibnu Majah dan Imam Ahmad: Istri adanya ahli waris pengganti bagi anak
Sa’ad Ibn Rabi’ datang kepada Rasulullah yang telah meninggal lebih dulu dari
bersama dua orang anak perempuannya pewaris.
dan berkata: Ya Rasullullah, ini dua orang 5) Abu Daud dari Qatadah dan Hasan dari
anak perempuan Sa’ad Ibn Rabi’ yang telah ‘Amran bin Husein, seorang laki-laki da-
gugur dalam perang Uhud. Pamannya tang kepada Rasulullah dan berkata: Cucu
mengambil semua harta peninggalan ayah saya telah meninggal dunia, apa warisan-
mereka dan tidak menyisakan apapun nya yang dapat saya peroleh? Rasul men-
untuk mereka. Sedangkan keduanya tidak jawab “Untukmu seperenam.” 60 Hadis
mungkin kawin tanpa harta. Kemudian tersebut merupakan dasar hukum kewaris-
turunlah ayat-ayat tenang kewarisan, dan an kakek yang tidak dijelaskan secara rinci
nabi memanggil paman mereka lalu ber- dalam Al-Qur’an.
sabda “Berikan 2/3 untuk dua orang anak
Harta warisan merupakan harta pening-
Sa’ad, 1/8 untuk jandanya dan sisanya
galan orang yang telah meninggal yang di-
ambillah untukmu.”57 Hadis ini juga me-
miliki secara penuh yang sudah dimurnikan
rupakan dasar hukum bagi paman yang
dari hak-hak orang lain di dalamnya, sehingga
merupakan penjabaran dari ahli waris
secara hukum dapat dimiliki oleh ahli waris.
kakek jika tidak ada.
55
Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, hlm. 44.
56
M. Idris Ramulyo, Perbandingan Hukum Kewarisan Islam, hlm. 56.
57
Ibid., hlm. 57.
58
Ibid.
59
Ibid., hlm. 58.
60
Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, hlm. 44.

78 Al-Ah}wa>l, Vol. 9, No. 1, Juni 2016 M/1437 H


Mediasi dalam Penyelesaian Sengketa Waris: Studi Putusan No. 181/Pdt. G/2013/PA.Yk

Pemurnian harta peninggalan dilakukan de- kerelaan di antara ahli waris untuk memudah-
ngan memisahkan hak-hak orang lain seperti kan proses pembagian harta warisan dan hal
harta bersama, pembayaran utang dan pelak- ini termasuk salah satu bentuk penyesuaian
sanaan wasiat. Pembayaran utang lebih di- dalam pelaksanaan hukum kewarisan Islam.
dahulukan daripada wasiat dengan pertim- Pembagian harta warisan di luar ketentuan
bangan bahwa utang merupakan kewajiban syara’ ditempuh melalui kesepakatan bersama
pewaris terhadap orang lain sedangkan wasiat dengan adanya imbalan terhadap ahli waris
hanya merupakan anjuran kebaikan yang di- yang melepaskan haknya terhadap bagian
lakukan pewaris terhadap orang lain.61 Sebelum tertentu atau dikenal juga dengan tas}a>luh}.66
harta warisan dibagikan kepada ahli waris, Cara pembagian harta warisan melalui
maka perlulah untuk merinci harta warisan takharruj atau tas}a>luh} tidak banyak dikenal di
dalam bentuk angka untuk memudahkan pem- kalangan ulama terdahulu karena dianggap
bagian, menelusuri kerabat yang memiliki hu- bertentangan dengan asas ijbari. Tetapi penye-
bungan kewarisan dengan pewaris, serta me- lesaian harta warisan dengan cara ini dikenal
milah ahli waris yang memenuhi persyaratan oleh ulama Hanafi yang berfikir praktis. Para
dan tidak terhalang atau terhijab. 62 Ketika ulama Hanafi mendasarkan takharruj atau
membagikan harta warisan, ahli waris za>wul tas}a>luh} dengan adanya kerelaan dari ahli waris
furu>d} didahulukan daripada ahli waris za>wul yang melepaskan haknya dan ahli waris lain-
arh } a > m . Jika terdapat sisa maka diserahkan nya. Ulama Hanafi yang membenarkan cara
kepada ‘asa} bah yang berhak menerimanya. Bila ini ini juga melihat kepada asar s}ah}abi dari Abu
pewaris tidak meninggalkan ahli waris sama Yusuf dari Amru bin Dinar dari Ibnu Abbas
sekali, harta warisan diserahkan kepada umat bahwa seorang janda Abdul Rahman bin Auf
Islam. Bila dalam pembagian harta warisan yang bernama Tumadir mengadakan kesepa-
ditemui jumlah ahli waris lebih banyak dari pada katan dengan ketiga janda lainnya untuk ke-
harta warisan, maka penyelesaiannya dilakukan luar dari kelompok ahli waris suaminya dengan
secara‘aul. 63 Sebaliknya, jika harta warisan imbalan sebanyak 83 dirham.67 Penyelesaian
jumlahnya lebih banyak daripada bagian yang melalui takharruj dapat dilakukan untuk men-
diterima ahli waris, maka diselesaikan dengan capai kemaslahatan dan menghindari kesukar-
cara radd.64 an dalam pembagian harta warisan tanpa
Pembagian harta warisan juga dapat di- menghindarkan diri dari ketentuan yang di-
lakukan dengan takharruj yang berarti saling tetapkan Allah, sehingga persoalan pembagian
keluar. Takharruj yaitu keluarnya seseorang atau warisan dapat dipecahkan ketika dalam kondisi
lebih dari kelompok ahli waris dengan imbalan tertentu untuk mencapai keadilan.
yang lain sebagai ganti atas haknya terhadap Ketentuan hukum waris Islam di Indonesia
harta waris.65 Takharruj dilakukan atas dasar dirumuskan menjadi hukum positif dalam

61
Ibid., hlm. 277.
62
Ibid., hlm. 289.
63
‘Aul terjadi karena jumlah furu dalam suatu keadaan lebih banyak dari jumlah harta warisan, sehingga harta tersebut
tidak cukup untuk memenuhi bagian yang seharusnya diterima oleh ahli waris. Pembagian harta warisan dilakukan
dengan menutupi kekurangan berdasarkan bagian yang seharusnya diterima masing-masing ahli waris.
64
Radd terjadi karena terdapat kelebihan setelah harta warisan dibagikan kepada zawul furud dan tidak ada ahli waris
yang lain penyelesaiannya dilakukan dengan membagi kelebihan harta kepada ahli waris yang ada sesuai bagian
yang seharusnya diperoleh masing-masing ahli waris.
65
Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, hlm. 296.
66
Ibid., hlm. 299.
67
Ibid., hlm. 302.

Al-Ah}wa>l, Vol. 9, No. 1, Juni 2016 M/1437 H 79


Rini Fahriyani Ilham dan Ermi Suhasti

bentuk Kompilasi Hukum Islam sebagai pe- g. 2 orang Turut Tergugat 2, pihak yang
doman bagi para hakim peradilan Agama un- membeli sebagian objek sengketa;
tuk memutus perkara bagi orang Islam, tak h. Turut Tergugat 3, pihak ketiga yang
terkecuali perkara kewarisan. Ketentuan waris berutang;
dalam KHI diambil dari ketentuan waris Islam i. Turut Tergugat 4, istri pewaris.
dari beberapa mazhab dan diambil pendapat-
nya yang sesuai dengan kondisi sosial masya- Pewaris dalam perkara No. 181/Pdt. G/
rakat Indonesia. Pembahasan mengenai waris 2013/PA.Yk memiliki warisan sebidang tanah
dalam KHI diatur dalam buku II dari pasal 171 dan bangunan yang ada di atasnya seluas 445
sampai pasal 193. Perkembangan hukum fikih m2 yang terletak di wilayah Kecamatan Kota-
Indonesia dalam hal pembagian warisan gede, Kota Yogyakarta. Harta warisan tersebut
cenderung tidak terlalu terpaku pada ketentu- sebagian telah dijual dan hasilnya menjadi
an 2:1 antara laki-laki dan perempuan.68 Seba- bagian ahli waris Tergugat 3 dan Tergugat 2 dan
gaimana ketentuan KHI dalam pasal 183 yang tersisa 242 m2 yang terbagi dalam dua Sertifikat
menyatakan bahwa “Para ahli waris dapat ber- Hak Milik. SHM No. 3143 seluas 99 m2 menjadi
sepakat melakukan perdamaian dalam pem- bagian ahli waris Tergugat 4 dan SHM No. 3141
bagian harta warisan, setelah masing-masing seluas 143 m2 beserta bangunan yang ada di
menyadari bagiannya.” atasnya dijual kepada Turut Tergugat 2. 71
Pelaksanaan mediasi dalam perkara No. 181/
D. Proses Penyelesaian Sengketa Waris Pdt. G/2013/PA.Yk dengan jenis perkara gugat
dalam Putusan No. 181/Pdt. G/2013/ waris sama dengan pelaksanaan mediasi pada
PA.Yk dalam Perspektif Hukum Islam umumnya, hanya yang membedakan yaitu
objek sengketa yang dimediasi. Pada perkara
Sengketa waris dalam perkara No. 181/
tersebut yang menjadi objek sengketa adalah
Pdt. G/2013/PA.Yk ditempuh dengan upaya
harta warisan berupa sebidang tanah beserta
mediasi di Pengadilan Agama Yogyakarta.
bangunan rumah yang ada di atasnya seluas
Perkara tersebut dimediasi dengan mengacu
445 m2.
pada PERMA No. 1 Tahun 2008 tentang Pro-
Penyelesaian perkara No. 181/Pdt. G/
sedur Mediasi di Pengadilan. Sebelum meng-
2013/PA.Yk pada tahap pra mediasi diawali
ajukan gugatan ke Pengadilan Agama Yogya-
ketika sidang pertama pada tanggal 22 Mei 2013
karta, para pihak telah berusaha menyelesai-
dengan dihadiri oleh pihak Penggugat, Tergugat
kan persengketaan secara kekeluargaan, na-
dan Turut Tergugat kecuali Turut Tergugat 1
mun belum mencapai titik terang.69 Sengketa
dan 4, ditawarkan upaya mediasi oleh majelis
terjadi antara: 70
hakim. Dalam perkara tersebut, yang ditunjuk
a. Pihak Penggugat, ahli waris anak laki-laki,
oleh para pihak sebagai mediator berasal dari
melawan
kalangan hakim yaitu Bapak Drs. H. M. Alwi
b. Tergugat 1, ahli waris anak laki-laki;
Thaha, SH., MH dan dilaksanakan di ruang
c. Tergugat 2, ahli waris anak perempuan; mediasi yang sudah difasilitasi oleh Kantor PA
d. Tergugat 3, ahli waris anak perempuan; Yogyakarta. Pelaksanaan mediasi dengan meng-
e. Tergugat 4, ahli waris anak perempuan; gunakan jasa mediator dari kalangan hakim
f. Turut Tergugat 1, notaris; diberikan waktu 3 (tiga) minggu sejak pemilih-
68
Afdol, Penerapan Hukum Waris Islam Secara Adil, cet. ke-3 (Surabaya: Airlangga University Press, 2010), hlm. 76.
69
Wawancara dengan Hj. Juharni, SH., MH., Hakim Pengadilan Agama Kelas I A Yogyakarta, Yogyakarta, 19 Februari
2016.
70
Putusan Perdamaian No.Perkara 0181/Pdt. G/2013/PA.Yk, Yogyakarta, diputus pada 10 Juli 2013, hlm. 1-3.
71
Ibid., hlm. 3-4.

80 Al-Ah}wa>l, Vol. 9, No. 1, Juni 2016 M/1437 H


Mediasi dalam Penyelesaian Sengketa Waris: Studi Putusan No. 181/Pdt. G/2013/PA.Yk

an mediator. Setelah 7 (tujuh) hari kerja penun- ketaan secara damai. Selain itu, para pihak juga
jukkan mediator, para pihak harus menyerah- saling menawarkan konsep untuk dirumuskan
kan fotokopi dokumen yang berkaitan dengan mejadi kesepakatan. Ketika merumuskan ke-
duduk permasalahan agar dapat dipelajari oleh sepakatan damai dalam menyelesaiakan seng-
mediator, sehingga dapat ditentukan pertemu- keta waris, para pihak tidak mengacu pada
an selanjutnya dan masuk pada tahap pelak- aturan dalam KHI, aturan kewarisan dalam
sanaan mediasi. Islam ataupun kewarisan adat. 74 Sengketa
Tahap pelaksanaan mediasi perkara No. kewarisan dalam perkara No. 181/Pdt. G/
181/Pdt. G/2013/PA.Yk dilakukan selama 7 2013/PA.Yk murni diselesaikan berdasarkan
(tujuh) minggu dan dibagi menjadi beberapa kesepakatan para pihak.
sesi hingga diputuskan pada tanggl 10 Juli Pelaksanaan mediasi dalam perkara No.
2013. Sesi pertama berlangsung selama 16 181/Pdt. G/2013/PA.Yk dapat berjalan de-
(enam belas) hari dari tanggal 22 Mei 2013 ngan baik dan lancar berkat kesadaran dan
sampai tanggal 12 Juni 2013.72 Pada sesi per- iktikad baik para pihak bahwa sengketa ter-
tama para pihak belum menemukan kese- sebut beresiko akan merusak hubungan ke-
pakatan dan meminta perpanjangan waktu luarga dan dapat memecah belah serta mereng-
pada saat persidangan dengan majelis hakim. gangkan relasi keluarga. Sengketa juga dapat
Mediasi pada sesi kedua dilakukan selama 16 diselesaikan karena permasalahan atas objek
(enam belas) hari dari tanggal 12 Juni 2013 sengketa tidak terlalu rumit dan tergolong
sampai tanggal 3 Juli 2013. Pada sesi kedua ini sederhana karena yang menjadi objek sengketa
para pihak terus bernegosiasi agar dapat me- jelas hanya berupa sebidang tanah dan ba-
nyelesaikan persengketaan mereka dan mulai ngunan yang ada di atasnya dan berpindah
menyusun kepentingan masing-masing men- kepemilikan kepada satu pihak saja. Dari hasil
jadi sebuah kesepakatan. Setelah melewati ke- penjualan sebagian harta warisan, sebagian
giatan mediasi sesi kedua, pada persidangan ahli waris telah menerima hasilnya dan hanya
yang ketiga para pihak meminta waktu kepada pihak Penggugat yang belum menerima bagian.
majelis hakim selama 6 (enam) hari. Pada sesi Kemudian separuh dari hasil penjualan kepada
ketiga ini para pihak merumuskan secara ter- pihak Turut Tergugat 2 menjadi bagian Ter-
tulis kesepakatan perdamaian dengan dibantu gugat 1, Turut Tergugat 4 dan Penggugat de-
mediator kemudian ditandatangani oleh para ngan beberapa kesepakatan. Oleh karena itu,
pihak dan mediator. Kesepatan tersebut di- persengketaan dapat diselesaikan secara damai
tuangkan dalam akta perdamaian dan dikuat- dengan kompensasi yang telah disepakati dan
kan dengan putusan hakim pada persidangan telah dibuat menjadi undang-undang bagi para
tanggal 7 Juli 2013.73 pihak sesuai pasal 1338 KUHPerdata bahwa
Mediasi perkara No. 181/Pdt. G/2013/ “Semua persetujuan yang dibuat sesuai degan
PA.Yk dilakukan para pihak langsung tanpa Undang-undang berlaku sebagai Undang-
diikuti oleh kuasa hukumnya. Para pihak undang bagi mereka yang membuatnya.”75
mengikuti proses mediasi dengan antusiasme Pelaksanaan mediasi yang maksimal akan
yang tinggi, dilihat dari keaktifan para pihak membantu penyelesaian sengketa tanpa harus
untuk meminta perpanjangan waktu kepada melalui proses litigasi yang berbelit-belit, se-
majelis hakim untuk menyelesaikan perseng- hingga dengan adanya kesepakatan yang telah

72
Wawancara dengan Hj. Juharni, SH., MH., Hakim Pengadilan Agama Kelas I A Yogyakarta, Yogyakarta, 19 Februari 2016.
73
Ibid.
74
Ibid.
75
Putusan Perdamaian No.Perkara 0181/Pdt. G/2013/PA.Yk, Yogyakarta, diputus pada 10 Juli 2013, hlm. 6.

Al-Ah}wa>l, Vol. 9, No. 1, Juni 2016 M/1437 H 81


Rini Fahriyani Ilham dan Ermi Suhasti

disetujui oleh masing-masing pihak maka 5. Dari uang tunai Rp 131.000.000,- (seratus
selesailah persengketaan yang terjadi. Kese- tiga puluh satu juta rupiah),
pakatan-kesepakatan yang telah dibuat para Rp 120.000.000,- (seratus dua puluh juta
pihak dalam Putusan No. 181/Pdt. G/2013/ rupiah) menjadi bagian Turut Tergugat 4
PA.Yk dapat langsung dilaksanakan secara dan Tergugat 1. Sedangkan sisanya, yaitu
sukarela karena tidak ada permohonan ekse- Rp 11.000.000,- (sebelas juta rupiah) di-
kusi ke PA Yogyakarta sesudah dibuatkan akta tambah piutang pada pihak ketiga dengan
perdamaian dan dikuatkan dalam putusan jaminan SHM sebesar Rp 64.500.000,-
hakim.76 Para pihak telah bersedia mengakhiri (enam puluh empat juta lima ratus ribu
persengketaan dengan damai melalui perse- rupiah) menjadi bagian Penggugat.
tujuan berikut. 6. Penggugat diberikan hak untuk tinggal
1. Almarhum pewaris selain meninggalkan ahli menempati rumah terjual pada poin (5)
waris yang terdiri dari 5 (lima) orang anak selama 6 (enam) bulan setelah penye-
dan 1 (satu) istri, juga meninggalkan harta lesaian SHM atas nama pembeli (Turut
berupa sebidang tanah beserta bangunan Tergugat 2).
yang ada di atasnya seluas 445 m2. 7. Biaya pemisahan tanah sebesar
2. Harta warisan yang tersebut pada poin (2) Rp 2.250.000,- (dua juta dua ratus lima
sebagian telah dijual dan hasilnya menjadi puluh ribu rupiah) yang pernah diserah-
bagian Tergugat 3 dan Tergugat 2. kan oleh Penggugat kepada Tergugat 1
3. Sisa harta setelah dijual yang tersebut pada dikembalikan kepada Penggugat selanjut-
poin (3) seluas 242 m2 yang terbagi dalam nya Penggugat mencabut kembali pem-
dua Sertifikat Hak Milik (SHM) masing- blokiran pengurusan SHM yang tersebut
masing: pada poin (7).
3.1 SHM No. 3143 seluas 99 m2 menjadi ba-
Setelah perjanjian perdamaian tersebut
gian ahli waris atas nama Tergugat 4.
ditandatangani oleh para pihak dan dibacakan,
3.2 SHM No. 3141 seluas 143 m2 beserta
maka para pihak telah menerima dan menye-
bangunan yang ada di atasnya.
tujui perdamaian tersebut. Sengketa perkara No.
4. Harta warisan dengan SHM No. 3141 yang 181/Pdt. G/2013/PA.Yk telah diselesaikan
tersebut pada poin 4.2 telah dijual kepada dengan mediasi dan mencapai perdamaian yang
Turut Tergugat 2 seharga Rp 200.000.000,- dalam Islam disebut dengan su } lh} (perdamaian)
(dua ratus juta rupiah) yang terdiri dari: yang dilaksanakan di Pengadilan Agama Yog-
a) Uang tunai sebesar Rp 131.000.000,- yakarta. Sengketa tersebut dibantu oleh seorang
(seratus tiga puluh satu juta rupiah). ha} kam (juru damai) dan disebut juga mediator
b) Piutang kepada pihak ketiga dengan sebagai penengah antara pihak yang berseng-
jaminan SHM sebesar Rp 64.500.000,- keta. Juru damai atau ha} kam yang disebut dalam
(enam puluh empat juta lima ratus surat An-Nisa>’ (4) : 35 adalah seorang juru
ribu rupiah). damai yang bisa berasal dari pihak keluarga laki-
c) Untuk pajak penjualann sebesar laki dan keluarga perempuan berkaitan dengan
Rp 3.500.000 (tiga juta lima ratus ribu sengketa rumah tangga. Dalam sengketa
rupiah). kewarisan perkara No. 181/Pdt. G/2013/
d) Bea Balik Nama (BBN) pada Badan PA.Yk juru damai berasal dari hakim karena
Pertanahan Nasional (BPN) sebesar sengketa diajukan ke suatu lembaga peradilan
Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah). yang menangani perkara tersebut.

76
Ibid.

82 Al-Ah}wa>l, Vol. 9, No. 1, Juni 2016 M/1437 H


Mediasi dalam Penyelesaian Sengketa Waris: Studi Putusan No. 181/Pdt. G/2013/PA.Yk

Seorang mediator bertugas untuk meng- perempuan mendapat 1 bagian yang otomatis
indentifikasi persoalan yang dipersengketakan, bertentangan dengan surat An-Nisa>’ (4) ayat
mengembangkan pilihan dan mempertimbang- 7, 11, dan 12. Padahal ketentuan perolehan
kan solusi alternatif yang dapat ditawarkan yang menjadi hak ahli waris telah ditetapkan
agar dapat mencapai kesepakatan. 77 Tugas dalam nash yang bersifat mengikat dan me-
serupa juga dilakukan h}akam (juru damai) yang maksa. Ketentuan yang telah ditetapkan Allah
dapat berlaku adil dan bijaksana meskipun bu- memiliki dimensi keadilan yang tidak dapat
kan berasal dari keluarga para pihak. Seorang dilihat manusia, sehingga asas keadilan ber-
h}akam (juru damai) bisa berasal dari seorang imbang erat kaitannya dengan perolehan hak
hakim pengadilan yang lebih mengetahui sesuai dengan kewajiban yang diterima oleh
aturan hukum dan cara mencari jalan keluar ahli waris.
dari persengketaan mereka agar lebih mudah Kesepakatan dibuat para pihak yang ber-
bagi para pihak untuk menyelesaikannya. sengketa sebagai ahli waris yang terdiri dari
Sengketa kewarisan perkara No. 181/Pdt. lak-laki dan perempuan tersebut hingga dapat
G/2013/PA.Yk terjadi karena ada ahli waris berdamai berdasarkan kesepakatan dan ke-
yang belum menerima bagiannya. Ahli waris ridhaan para pihak, dan tidak mengacu pada
tersebut terdiri dari 2 orang anak laki-laki, 3 aturan 2:1 dalam kewarisan dalam Islam. Hal
orang anak perempuan dan seorang istri. tersebut terlihat dari banyaknya bagian yang
Berdasarkan aturan dalam hukum kewarisan diperoleh oleh anak perempuan dan istri
Islam, ahli waris nasabiyah dan sababiyah yang pewaris yang tidak jauh berbeda dengan
merupakan keturunan dan istri pewaris ter- bagian yang diperoleh oleh anak laki-laki yang
golong ahli waris zawul furu>, sehingga lebih telah dipaparkan di atas. Tetapi dalam keadaan
berhak menerima harta warisan dari ahli waris tertentu, perolehan harta warisan dapat dibagi
lainnya dengan bagian yang telah ditentukan. dengan melihat segi kemanfaatan dan ke-
Pelaksanaan pembagian harta warisan dalam butuhan masing-masing ahli waris. Kesepakat-
Islam telah diatur dalam nash, surat An-Nisa>’ an yang dibuat ahli waris dalam perkara No.
(4) ayat 7 dan 11. Masing-masing ahli waris 181/Pdt. G/2013/PA.Yk juga mempertim-
ada yang mendapat bagian sedikit adapula bangkan latar belakang masing-masing pihak
yang banyak, tergantung bagiannya yang telah baik pendidikan, atau keadaan finansialnya
ditentukan oleh Allah. Pembagian harta waris- dan kemampuan untuk mencari penghasilan.
an bagi masing-masing ahli waris telah ditentu- Proses penyelesaian sengketa waris dalam
kan secara jelas dengan ketentuan laki-laki perkara No. 181/Pdt. G/2013/PA.Yk melalui
mendapat bagian 2:1 dari perempuan berikut mediasi dalam membagi harta warisan murni
istri mendapat ¼ jika pewaris tidak mening- kesepakatan para pihak. Dalam proses mediasi,
galkan anak dan 1/8 jika pewaris mening- negosiasi perdamaian antar para pihak ber-
galkan anak. Penerapan aturan kewarisan langsung setelah ahli waris telah mengetahui
Islam tersebut dalam pembagian harta waris bagian yang telah ditentukan dalam nash bahwa
bersifat ijbari dan disesuaikan dengan asas-asas ahli waris anak laki-laki bersama anak perem-
lainnya, yaitu asas bilateral, asas individual, puan mewarisi secara ‘as}abah ma’al gair. Ahli
asas warisan terbuka setelah adanya kematian, waris laki-laki yang mendapat bagian dua kali
dan asas keadilan berimbang. Tetapi dalam lebih besar dari perempuan telah merelakan
pembagian harta warisan pada perkara No. dan menyepakati bagiannya berkurang atau
181/Pdt. G/2013/PA.Yk justru tidak mengikuti tidak dari yang semestinya. Perolehan masing-
perbandingan laki-laki mendapat 2 bagian dan masing ahli waris juga tidak persis sama rata.
77
Syahrizal Abbas, Mediasi dalam Hukum Syariah, Hukum Adat, dan Hukum Nasional, hlm. 7.

Al-Ah}wa>l, Vol. 9, No. 1, Juni 2016 M/1437 H 83


Rini Fahriyani Ilham dan Ermi Suhasti

Pembagian warisan seperti itu bisa disebut tahun 2013 sebelum dikeluarkan PERMA No 1
takharruj atau tasa} luh meskipun tidak ada yang Tahun 2016. Pelaksanaan mediasi dalam perkara
keluar dari kelompok ahli waris tetapi masing- No. 181/Pdt. G/2013/PA.Yk diberikan waktu
masing ahli waris mendapat imbalan perdamai- oleh majelis hakim selama 3 (tiga) minggu atau
an, kerukunan dan keharmonisan dalam relasi 16 (enam belas) hari kerja pada sesi pertama.
keluarga karena telah terjadi persengketaan. Pada sesi kedua mediasi juga dilaksanakan selama
Penyelesaian sengketa tersebut bukan berarti 3 (tiga) minggu atau 16 (enam belas) hari kerja.
para pihak menghindari pembagian warisan Seharusnya perpanjangan maksimal 14 (empat
sesuai ketentuan syara’, akan tetapi lebih kepada belas) hari saja, tetapi hal tersebut berlaku setalah
mempermudah proses pembagian harta warisan berakhir masa 40 (empat puluh) hari kerja. Proses
dengan melakukan kesepakatan. mediasi pada sesi pertama hanya mengambil
Putusan No. 181/Pdt. G/2013/PA.Yk waktu 3 (tiga) minggu dan masih tersisa 24 (dua
yang merupakan sengketa kewarisan menem- puluh empat) hari. Dari sisa 24 (dua puluh empat)
puh upaya damai melalui mediasi dalam pe- hari tersebut jika diakumulasikan dengan 14
nyelesaiannya secara normatif hukum Islam (empat belas) hari, maka menjadi 38 (tiga puluh
telah sesuai dengan aturan dalam hukum delapan) hari sedangkan mediasi pada sesi kedua
kewarisan Islam. Sengketa kewarisan dapat dilaksanakan selama 3 (tiga) minggu atau 16
diselesaikan dengan kesepakatan dalam mediasi (enam belas). Perhitungan demikian tidak diatur
asalkan tidak melanggar aturan hukum. Walau- di dalam PERMA akan tetapi berasal dari ijtihad
pun terdapat kesepakatan dalam pembagian majelis hakim karena kemungkinan besar mediasi
harta waris yang berarti menyalahi prinsip ijbari akan behasil.
terhadap ketentuan yang telah ditetapkan Allah. Pemberian waktu untuk melaksanakan me-
Sebagai mediator dalam penyelesaian sengketa diasi dalam perkara tersebut ditentukan ber-
waris dapat bertumpu pada beberapa prinsip dasarkan kesepakatan dengan para pihak, se-
yaitu, keadilan, mislu haz al-unsyain (dua ban- lain itu majelis hakim juga melihat antusiasme
ding satu) yang bisa diterapkan secara flexible para pihak dan kemungkinan mediasi berhasil
dan prinsip kesepakatan damai. Jadi, esensi dari lebih besar daripada gagal. Pelaksanaan me-
hukum kewarisan Islam adalah keadilan, ke- diasi pada sesi kedua dirasa masih kurang, se-
damaian dan pemanfaatan harta warisan oleh hingga para pihak meminta perpanjangan
ahli waris secara adil dan damai. waktu dan diberikan waktu selama satu ming-
Pengadilan Agama Yogyakarta dalam me- gu untuk merumuskan kesepakatan. Iktikad
nerapkan mediasi terhadap sengketa kewarisan baik para pihak menjadi modal utama dalam
perkara No. 181/Pdt. G/2013/PA.Yk ditawar- menjalankan mediasi bahkan diwajibkan. 78
kan terlebih dahulu oleh majelis hakim pada Dalam perkara No. 181/Pdt. G/2013/PA.Yk
sidang pertama tanggal 22 Mei 2013 agar putus- terlihat bahwa para pihak memiliki iktikad baik
an yang dikeluarkan tidak menjadi batal demi tersebut dari antusiasme para pihak mengikuti
hukum. Penerapan mediasi pada perkara ter- proses mediasi, saling memberi dan menang-
sebut secara yuridis mengacu pada PERMA No. gapi resume dan menandatangani hasil kese-
1 Tahun 2008 dengan mengikuti mekanisme pakatan damai. Iktikad baik penting dalam
yang telah ditetapkan karena diterapkan pada pembuatan kesepakatan dan mediator wajib

78
Pasal 12 ayat 1 PERMA No. 1 Tahun 2008. (1) Untuk mendukung pelaksanaan Mediasi di Pengadilan, Mahkamah Agung
menetapkan tata kelola yang di antaranya meliputi: a. perencanaan kebijakan, pengkajian dan penelitian Mediasi di
Pengadilan; b. pembinaan, pemantauan dan pengawasan pelaksanaan Mediasi di Pengadilan; c. pemberian akreditasi
dan evaluasi lembaga sertifikasi Mediasi terakreditasi; d. penyebarluasan informasi Mediasi; dan e. pengembangan
kerjasama dengan organisasi, lembaga atau pihak lainnya, baik tingkat nasional, regional, maupun internasional
dalam bidang Mediasi.

84 Al-Ah}wa>l, Vol. 9, No. 1, Juni 2016 M/1437 H


Mediasi dalam Penyelesaian Sengketa Waris: Studi Putusan No. 181/Pdt. G/2013/PA.Yk

memeriksa isi kesepakatan sebelum ditanda- merugikan pihak ketiga itu. Kesepakatan yang
tangani oleh masing-masing pihak untuk meng- dibuat dapat dieksekusi karena pembagian harta
hindari adanya kesepakatan yang berten- warisan telah jelas, selanjutnya tinggal meng-
tangan dengan hukum. urus proses administrasi berpindahnya harta
Kesepakatan yang dibuat para pihak dalam warisan yang telah dibeli kepada pihak ketiga.
Putusan No. 181/Pdt. G/2013/PA.Yk tidak Kesepakatan tersebut juga tidak mengandung
mengacu pada ketentuan hukum manapun unsur iktikad tidak baik. Proses mediasi dalam
dan tidak mengikuti ketentuan 2:1. Dalam hal Putusan No. 181/Pdt. G/2013/PA.Yk secara
pembagian warisan, pasal 183 KHI membuka yuridis dalam hukum positif telah mengikuti
peluang untuk melakukan penyimpangan pada aturan perundang-undangan yaitu PERMA No.
pasal 176 yang mengatur bagian ahli waris 1 Tahun 2008 di mana pada pelaksanaan me-
antara laki-laki dan perempuan asalkan melalui diasi di tahun 2013 masih mengacu pada PERMA
jalur perdamaian. Pasal 183 KHI cenderung tersebut. Hanya saja terdapat ketidaksesuaian
tidak terlalu terpaku pada ketentuan 2:1 antara dalam perpanjangan waktu untuk menempuh
laki-laki dan perempuan yang menyatakan proses mediasi jika mediasi yang pertama belum
bahwa “Para ahli waris dapat bersepakat me- berhasil. Perpanjangan waktu tersebut yang
lakukan perdamaian dalam pembagian harta melebihi batas waktu 14 (empat belas) hari tidak
warisan, setelah masing-masing menyadari diatur dalam PERMA No. 1 Tahun 2008. Pe-
bagiannya.” Selama proses mediasi, para pihak rumusan kesepakatan mengenai pembagian
tentunya telah membicarakan bagian masing- harta warisan dalam Putusan No. 181/Pdt. G/
masing yang didapat dari harta warisan. Akan 2013/PA.Yk yang tidak mengikuti ketentuan
tetapi karena sebagian harta telah dijual, untuk 2:1, dalam proses mediasi dibenarkan secara
mempermudah pembagian maka cukup de- hukum karena untuk dapat berdamai para
ngan kesepakatan yang tidak merugikan para pihak bebas merumuskan kesepakatan asalkan
pihak masing-masing. tidak bertentangan dengan pasal 14 ayat (2)
Kesepakatan yang dapat dimuat dalam PERMA No. 1 Tahun 2008 dan dibenarkan pula
akta perdamaian menurut Pasal 14 ayat (2) melalui pasal 183 KHI.
PERMA No. 1 Tahun 2008 telah memenuhi
persyaratan dalam pasal 23 ayat (3) PERMA E. Penutup
No. 1 Tahun 2008, yaitu: sesuai kehendak para Secara garis besar proses mediasi dalam
pihak; tidak bertentangan dengan hukum; penyelesaian sengketa waris pada Putusan No.
tidak merugikan pihak ketiga; dapat dieksekusi; 181/Pdt. G/2013/PA.Yk telah sesuai dengan
dengan iktikad baik. aturan dalam PERMA No. 1 Tahun 2008 ten-
Akta perdamaian dalam putusan No. 181/ tang Prosedur mediasi di Pengadilan dan telah
Pdt. G/2013/PA.Yk kesepakatan-kesepakatan- mencapai perdamaian. Hanya saja perpan-
nya dibuat sesuai kehendak para pihak, tidak jangan waktu untuk menempuh mediasi pada
bertentangan dengan hukum Islam atau hukum sesi kedua selama 3 minggu atau 16 (enam
positif. Tidak bertentangan dengan hukum Islam belas) hari kerja bertentangan dengan pasal 13
dalam arti aturan tentang penyelesaian pem- ayat (4). Seharusnya perpanjangan maksimal
bagian harta waris. Tidak bertentangan dengan 14 hari saja, tetapi hal tersebut berlaku setalah
hukum positif yang dimaksud adalah selama berakhir masa 40 (empat puluh) hari kerja. Pe-
proses mediasi para pihak bebas menentukan laksanaan mediasi pada sesi pertama tidak
pilihan penyelesaian sengketa mereka. Sengketa mencapai batas 40 (empat puluh) hari tersebut
pada perkara tersebut juga melibatkan pihak dari waktu 3 (tiga) minggu atau 16 (enam belas)
ketiga, dan kesepakatan yang dibuat tidak hari masih tersisa 24 (dua puluh empat) hari.

Al-Ah}wa>l, Vol. 9, No. 1, Juni 2016 M/1437 H 85


Rini Fahriyani Ilham dan Ermi Suhasti

Dari sisa 24 (dua puluh empat) hari tersebut jika Terjemahnya Special for Woman, Bandung:
diakumulasikan dengan 14 (empat belas) hari, Syaamil Al-Qur’an, 2009.
maka menjadi 38 (tiga puluh delapan) hari se- Hutagalung, Sophar Maru, Praktik Peradilan
dangkan mediasi pada sesi kedua dilaksanakan Perdata dan Alternatif Penyelesaian Sengketa,
selama 3 (tiga) minggu atau 16 (enam belas) hari cet. ke-2, Jakarta: Sinar Grafika, 2012.
kerja . Perhitungan demikian tidak diatur di Kau, Sofyan A. P., Metode Penelitian Hukum Islam
dalam PERMA tetapi berasal dari ijtihad majelis Penuntun Praktis untuk Penulisan Skripsi dan
hakim pemeriksa perkara karena kemungkinan Tesis, cet. I,Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2013.
besar mediasi akan berhasil. Kementrian Agama RI Badan Litbang dan Diklat,
Proses mediasi dalam Putusan No. 181/ Problematika Hukum Kewarisan Islam
Pdt. G/2013/PA.Yk ditinjau dari hukum Islam Kontemporer di Indonesia, ed. Muchit A.
sesuai dengan konsep s }u lh} dalam surat Al- Karim, cet. ke-1, Jakarta: Puslitbang
Hujurat (49) : 10 dan surat An-Nisa>’ (4) : 114 Kehidupan Keagamaan, 2012. Kompilasi
dan 128 dan konsep h}akam dalam surat An- Hukum Islam.
Nisâ’ (4) : 35. Dalam penyelesaian sengketa PERMA No. 1 Tahun 2008 tentang Prosedur
waris pada proses mediasi dilakukan dengan Mediasi di Pengadilan.
takharruj atau tas}aluh berdasarkan kerelaan dan
PERMA No. 1 Tahun 2016 tentang Prosedur
kesepakatan para pihak dan tidak mengacu
Mediasi di Pengadilan.
pada ketentuan pembagian warisan dalam
Prastowo, Andi, Metode Penelitian Kualitatif dalam
hukum kewarisan Islam. Penyelesaian pem-
Perspektif Rancangan Penelitian, cet.
bagian harta warisan dengan takharruj atau
III,Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014.
tas}aluh dilakukan setelah ahli waris mengetahui
Putusan No. 181/Pdt.G/2013/PA.Yk, Yogya-
bagiannya masing-masing di mana ahli waris
karta, diputus pada 10 Juli 2013.
anak laki-laki bersama anak perempuan me-
warisi secara ‘as}abah ma’al gair. Ramulyo, M. Idris, Perbandingan Hukum Kewarisan
Islam dengan Kewarisan Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata, edisi revisi, cet. I,
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta: Sinar Grafika, 2004.
Abbas, Syahrizal, Mediasi dalam Hukum Syariah,
Syarifuddin, Amir, Hukum Kewarisan Islam, cet.
Hukum Adat, dan Hukum Nasional, cet. ke-2,
ke-4, Jakarta: Kencana, 2004.
Jakarta: Kencana, 2011.
Syukur, Fatahillah A., Mediasi Yudisial di Indonesia
Afdol, Penerapan Hukum Waris Islam Secara Adil,
Peluang dan Tantangan dalam Memajukan
cet. ke-3, Surabaya: Airlangga University
Sistem Peradilan, Bandung: CV. Mandar
Press, 2010.
Maju, 2012.
Ali, Zainuddin, Metode Penelitian Hukum, Leny
Usman, Rachmadi, Mediasi di Pengadilan dalam
Wulandari (ed.), cet. ke-5, Jakarta: Sinar
Teori dan Praktik, Jakarta: Sinar Grafika, 2012.
Grafika, 2014.
Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik Teori,
Anshary, M., Hukum Kewarisan Islam Indonesia
Aplikasi dan Penelitian, Jakarta: Salemba
Dinamika Pemikiran dari Fiqh Klasik ke Fiqh
Humanika, 2009.
Indonesia Modern, Cet. I, Bandung: Mandar
Witanto, D.Y., Hukum Acara Mediasi dalam Perkara
Maju, 2013.
Perdata di Lingkungan Peradilan Umum dan
Arto, Mukti, Praktek Perkara Perdata pada
Peradilan Agama Menurut PERMA No. 1
Pengadilan Agama, cet. ke-9, Yogyakarta:
Tahun 2008 Tentang Prosedur Mediasi di
Pustaka Pelajar, 2011.
Pengadilan, cet. ke-2, Bandung: Alfabeta,
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan 2012.

86 Al-Ah}wa>l, Vol. 9, No. 1, Juni 2016 M/1437 H

Anda mungkin juga menyukai