1
Peristiwa-peristiwa yang diceritakan oleh klien, selanjutknya disusun secara kronologis,
sehingga lebih mudah diketahui di bagian mana terdapat kekuatan-kekuatan dan
kelemahan-kelemahan dari segi hukumnya.
7. Upaya Damai
Langkah pertama yang ditempuh jika sudah ada persetujuan klien untuk memenangkan
perkara adalah upaya damai dari pihak lawan perkara.
Lembaga damai ini saat ini sedang diutamakan oleh badan peradilan kita dengan
keluarnya Surat Edaran Mahkamah Agung No. 1 Tahun 2002 tanggal 30 Januari 2002
Tentang Pemberdayaan Peradilan Tingkat Pertama (pasal 130 HIR / 154 RBG).
Di dalam praktek hukum, upaya damai ini dapat dilakukan dengan cara negosiasi dan
mediasi.
Ketentuan pasal 130 HIR / 154 RBG, sebagai berikut:
(1) Jika pada hari yang ditentukan itu kedua belah pihak menghadap, maka pengadilan
negeri dengan perantara ketuanya akan mencoba memperdamaikan mereka.
(2) Jika perdamaian itu terjadi, maka tentang hal itu pada waktu sidang, harus dibuat
akta, dengan mana kedua belah pihak diwajibkan untuk memenuhi perjanjian yang
dibuat itu, maka surat (akta) itu berkekuatan dan akan dilakukan sebagai keputusan
hakim biasa.
(3) Terhadap keputusan yang demikian tidak diizinkan upaya minta naik banding.
2
Upaya perdamaian yang dilaksanakan di pengadilan negeri melalui hakim fasilitator
mediator, merupakan suatu bentuk dari penyelesaian sengketa di luar proses peradilan
perkaranya, yaitu merupakan upaya penyelesaian alternatif atau yang dikenal dengan :
“Alternative Dispute Resolution”. Adapun tahap-tahap yang dilakukan oleh hakim
fasilitator yaitu:
1) Hakim fasilitator membantu para pihak baik dari segi waktu, tempat, dan
pengumpulan data dan argumentasi pihak-pihak dalam rangka ke arah perdamaian.
2) Hakim apabila dikehendaki para pihak dapat bertindak sebagai mediator yang akan:
a. Mempertemukan pihak-pihak yag bersengketa guna mencari masukan tentang
pokok soal yang disengketakan ;
b. Mengumpulkan informasi yang menggambarkan keinginan masing-masing
pihak ;
c. Mencoba menyusun proposal perdamaian, ;
d. Melakukan konsultasi dengan pihak-pihak untuk mencapai win-win solution.
3) Apabila persetujuan dicapai dituangkan dalam persetujuan tertulis dan
ditandatangani pihak-pihak.
4) Persetujuan tertulis dituangkan dalam akta perdamaian (Dading) dengan akta
perdamaian mana pihak-pihak dihukum untuk menepati apa yang disetujui.
Surat Kuasa
- Dasar hukum Pasal 1792 KUHPerdata dan seterusnya sampai Pasal 1796 KUHPerdata.
Pasal 1792 KUHPerdata berbunyi : “Pemberian kuasa adalah suatu persetujuan degan
mana seseorang memberikan kekuasaan kepada orang lain, yang menerimanya, untuk
atas namanya menyelenggarakan suatu urusan” .
Hal-hal yang harus diperhatikan:
a. Identitas pemberi kuasa (subyek)
b. Prihal urusan yang dikuasakan.
- Tuntutan Perdata/Gugatan
Di dalam Pasal 118 ayat 1 HIR (ps. 142 ayat 1 Rbg) disebut sebagai tuntutan perdata
(burgerlijke vordering) tidak lain adalah tuntutan hak yang mengandung sengketa dan
lazimnya disebut gugatan.
Gugatan dapat diajukan baik secara tertulis (ps. 118 ayat 1 HIR, 142 ayat 1 Rbg)
maupun secara lisan (ps. 120 HIR, 144 ayat 1 Rbg).
3
1) Identitas daripada para pihak.
2) Dalil-dalil kongkrit tentang adanya hubungan hukum yang merupakan dasar serta
alasan-alasan daripada tuntutan (middelen van denies) atau lebih dikenal dengan
fundamentum petendi.
3) Tuntutan (onderwerp van denies meteen duidelijke en bepaalde conclusive) atau
petitum.
- Fundamentum Petendi
Dasar tuntutan terdiri dari dua bagian yaitu :
1) Bagian yang menguraikan tentang kejadian-kejadian atau peristiwa.
2) Bagian yang menguraikan tentang hukum.
Uraian tentang kejadian merupakan penjelasan duduknya perkara, sedangkan uraian
tentang hukum adalah uraian tentang adanya hak atau hubungan hukum yang
menjadi dasar yuridis daripada tuntuan.
- Petitum
Tuntutan ialah apa yang oleh penggugat diminta atau diharapakan agar diputuskan oleh
hakim. Jadi petitum itu akan mendapatkan jawabannya di dalam dictum atau amar
putusan. Maka oleh karena itu penggugat harus merumuskan petitum dengan jelas dan
tegas ( “een duidelijke en bepaalde conclusie” : ps. 8 Rv ).
- Obscuur Libel
Gugatan yang tidak jelas dan tidak dapat dijawab dengan mudah oleh pihak tergugat,
sehingga menyebabkan ditolaknya gugatan.
- Berdasarkan aturan yang berlaku dalam hukum acara perdata, pengajuan suatu gugatan
dapat disampaikan secara lisan atau tertulis.
Mengacu pada ketentuan pasal 118 ayat (1) HIR/142 RBg, disyaratkan bahwa gugatan
perdata diajukan secara tertulis dengan surat permintaan yang ditandatangani oleh
penggugat atau kuasanya.
Namun demikian, dalam hal si penggugat tidak dapat membaca dan menulis
(penggugat buta aksara) maka gugatan dapat diajukan dalam bentuk lisan, sebagaiman
diatur dalam Pasal 120 HIR/144 RBg. sebagai berikut: “Jika si penggugat tak pandai
menulis, bolehlah ia mengajukan gugatannya dengan lisan kepada Ketua Pengadilan
Negeri, yang akan mencatat atau menyuruh mencatatkannya.”
Perlu diperhatikan bahwa untuk pengajuan gugatan secara lisan, harus disampaikan
sendiri oleh penggugat dan tidak boleh diwakilkan oleh kuasa, karena dengan
menunjuk kuasa berarti telah menghilangkan syarat buta aksara yang merupakan syarat
formil dari gugatan dalam bentuk lisan.
- Alasan pembatalan oleh Mahkamah Agung dalam tingkat kasasi adalah lalai memenuhi
syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan yang mengancam
kelalaian itu dengan batalnya putusan yang bersangkutan.
5
Di samping alasan di atas, terdapat alasan lain yang disyaratkan oleh Pasal 30 Undang-
Undang no. 14 tahun 1985 jo. Undang-Undang No. 5 tahun 2004 jo. Undang-Undang
No.3 Tahun 2009 tentang Mahkamah Agung, yaitu :
a. Tidak berwenang atau melampaui batas wewenang.
b. Salah menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku.
- Jika salah satu pihak dalam suatu perkara perdata merasa keberatan terhadap putusan
kasasi maka pihak tersebut dapat mengajukan upaya hukum peninjauan kembali, yang
dapat dilakukan dalam tenggang waktu 180 hari sejak putusan memperoleh kekuatan
hukum tetap dan teelah diberitahukan kepada para pihak yang berperkara.
Jangka waktu untuk mengajukan upaya Peninjauan Kembali diatur secara tegas dalam
Pasal 69 Undang-Undang No.14 Tahun 1985 jo Undang-Undang No. 5 tahun 2004 jo.
Undang-Undang No.3 Tahun 2009 tentang Mahkamah Agung.
- Dalam hukum acara perdata dikenal Putusan Serta Merta (uit voerbaar bij vooraad)
yang syarat dan tata caranya selain diatur dalam HIR, juga diatur dalam SEMA Nomor:
3 Tahun 2000 tentang Putusan Serta Merta (uit voerbaar bij vooraad) dan Provisionil.
- Jika suatu perkara perdata telah diputus dan diucapkan dalam sidang pada tanggal 11
Nopember 2005 yang dihadiri oleh para pihak dalam perkara, maka batas akhir
pengajuan permohonan banding adalah tanggal 25 Nopember 2005.
- Dalam Hukum Acara Perdata, dikenal dua macam upaya hukum yaitu upaya hukum
biasa dan upaya hukum luar biasa. Di bawah ini terdapat beberapa jenis upaya hukum
biasa, kecuali perlawanan pihak ketiga terhadap sita eksekutorial. Perlawanan pihak
ketiga terhadap sita eksekutorial termasuk dalam upaya hukum luar biasa.
6
- Putusan yang amar putusannya adalah menghukum salah satu pihak yang berperkara
untuk memenuhi prestasi disebut putusan condemnatoir.
- Terhadap yang telah diputus tanpa kehadirannya, pihak tergugat dapat mengajukan
upaya hukum verzet atau perlawanan sebagaimana diatur dalam pasal 129 (1) HIR/153
RBg yang berbunyi : “Tergugat yang dihukum sedang ia tidak hadir ( verstek ) dan
tidak menerima putusan itu, dapat mengajukan perlawanan atas putusan itu.”
- Sebaliknya dalam hal pihak penggugat yang tidak datang pada hari sidang yang telah
ditentukan, tanpa alasan yang sah meskipun dipanggil secara patut, maka hakim
pengadilan perdata dapat menjatuhkan putusan gugur. Bentuk putusan ini diatur dalam
pasal 124 HIR/148 RBg. “Jika si penggugat, walaupun dipanggil dengan patut, tidak
menghadap pada hari sidang yang ditentukan, dan tidak juga menyuruh seorang lain
mengahadap selaku wakilnya, maka tuntutannya dipandang gugur dan si penggugat
dihukum membayar biaya perkara.”
- Dalam hal pihak tergugat tidak datang menghadiri sidang tanpa alasan yang sah
meskipun dipanggil secara patut maka hakim pengadilan perdata dapat menjatuhkan
putusan verstek.
Proses pemeriksaan dan putusan verstek diatur dalam ketentuan pasal 125 HIR ayat
(1)/149 ayat (1), yang memberikan hak dan kewenangan bagi hakim:
Untuk memeriksa dan menjatuhkan putusan-putusan di luar hadirnya tergugat;
Syarat bagi putusan verstek, apabila pada sidang pertama si tergugat tidak hadir
tanpa adanya alasan yang sah padahal tergugat telah dipanggil secara sah dan patut
oleh juru sita.
Ketentuan Pasal 125 HIR ayat (1)/149 RBg. ayat (1) berbunyi:
“jikalau si tergugat, walaupun telah dipanggil secara patut, tidak menghadap pada hari
yang ditentukan, dan tidak juga menyuruh seorang lain menghadap selaku wakilnya,
maka tuntutan itu diterima dengan keputusan tak hadir, kecuali jika nyata kepada
pengadilan negeri, bahwa tuntutan itu melawan hak atau tidak beralasan.”
- Di bawah ini adalah alat-alat bukti yang dikenal dengan hukum acara perdata, kecuali
petunjuk:
Berdasarkan pasal 164 HIR/284 RBg terdapat 5 macam alat bukti, yang terdiri dari
bukti surat, bukti saksi, persangkaan, pengakuan, sumpah. Sedangkan keterangan ahli
7
adalah keterangan pihak ketiga yang obyektif dan bertujuan untuk membantu hakim
dalam pemeriksaan guna menambah pengetahuan hakim sendiri.
- Dalam praktek sering dijumpai bahwa penyitaan dilakukan terhadap harta kekayaan
milik pihak ketiga. Upaya hukum yang dapat dilakukan pihak ketiga untuk
mempertahankan hak dan kepentingannya tersebut adalah derden verzet atau
perlawanan pihak ketiga.
- Sita jaminan (conservatoir beslag) dapat dimintakan terhadap barang bergerak meupun
barang tidak bergerak milik tergugat.
1) Sita jaminan dilakukan jika ada sangkaan yang beralasan bahwa tergugat, sebelum
putusan dijatuhkan atau dilaksanakan, akan berupaya untuk menggelapkan,
memindahkan, atau melarikan barang-barang miliknya.
2) Sita jaminan diletakkan terhadap harta milik tergugat, yang dapat berupa barang
bergerak maupun barang tidak bergerak.
Dasar dari pelaksanaan sita jaminan diatur pasal 227 ayat (1) HIR/261 RBg.
“(1) jika ada sangka yang beralasan bahwa seseorang yang berutang sebelum
dijatuhkannya keputusan kepadanya, atau sedang keputusan yang dijatuhkan
kepadanya, belum dapat dijalankan, berusaha akan menggelapkan atau mengangkut
barangnya, baik yang tidak tetap, baik yang tetap, dengan maksud akan menjauhkan
barang itu dari penagih utang, maka ketua, atas surat permintaan yang dimasukkan
untuk itu oleh orang yang berkepentingan, dapat memberikan perintah supaya barang
itu disita akan menjaga orang yang meminta itu dan kepadanya hendaklah
diberitahukan, bahwa ia akan menghadap persidangan pertama yang akan datang dari
pengadilan negeri untuk memajukan tuntutannya dan meneguhkannya.
- Tanggapan tergugat terhadap replik yang diajukan pihak penggugat disebut duplik.
- Eksepsi kompetensi relatif harus disampaikan pada sidang pertama dan bersamaan
dengan jawaban pertama terhadap pokok perkara.
Dengan memperhatikan pasal 133 HIR/159 RBg. pengajuan eksepsi kompetensi relatif
ini harus disampaikan pada sidang pertama dan bersamaan pada saat mengajukan
jawaban terhadap materi pokok perkara.
Jika syarat di atas tidak dipenuhi maka hak tergugat untuk mengajukan eksepsi
kompetensi relatif menjadi gugur.
8
- Eksepsi mengenai tidak berwenangnya pengadilan negeri untuk mengadili suatu
perkara perdata berkaitan dengan wilayah pengadilan adalah eksepsi kewenangan
relatif.
- Eksepsi dilatoir adalah eksepsi yang menyatakan bahwa gugatan penggugat belum
dapat dikabulkan.