Anda di halaman 1dari 4

9 Maret 2015

Kapita Selekta HPI-5


Fathia Izzati 1206264165

Adopsi Internasional/ Antar Negara (Intercountry Adoption)

I. Dasar hukum:
1. The Hague Convention of 15 November 1965 on Jurisdiction, Applicable
Law and Recognition of Decrees Relating to Adoptions (sudah hapus
terhitung sejak 23 Oktober 2008)
2. The Hague Convention of 29 May 1993 on Protection of Children and Co-
operation in Respect of Intercountry Adoption
3.
a) Ketentuan hukum yang berkaitan dengan adopsi di Indonesia:
 PP No. 54/2007 tentang Pengangkatan Anak
 UU No. 12/2006 tentang Kewarganegaraan RI UU No.24/2013
perubahan UU No. 23/2006 tentang Administrasi Kependudukan
 Peradilan Agama UU No. 50/2009 mengatur mengenai adopsi
 UU No. 23/2004 tentang Perlindungan Anak
 UU No. 4/1979 tentang Kesejahteraan Anak
 Kepres No. 36/1990 tentang Pengesahan Convention on the Rights
of Child
 Surat edaran MA No. 3/2005 tentang Pengangkatan Anak
PERMASALAHAN: Surat Edaran MA No. 2/2009 tentang
Kewajiban Melengkapi Permohonan Pengangkatan Anak dengan
Akta Kelahiran
II. Istilah
Adoptant: yang melakukan adopsi
Adoptandus: anak yang akan diadopsi
III. Pengertian Adopsi
a) Pengangkatan anak:
“Suatu perbuatan hukum yang mengalihkan seorang anak (adoptandus)
dari lingkungan kekuasaan orangtua yang sah atau orang lain yang
bertanggung jawab atas perawatan, pendiikan dan membesarkan anak
tersebut, ke dalam lingkungan kekuasaan keluarga orang tua angkat
(adoptant)” – Pasal 1(2) PP No. 54/2007

b) Adopsi Internasional: Pengangkatan anak di mana terdapat perbedaan


sistim hukum antara adoptant dan adoptandus

IV. Fungsi Adopsi


a) Adoptio Naturam Immitatur: adopsi sebagai suatu perbuatan hendak
meniru alam yaitu dengan menciptakan suatu hubungan orang tua dan
anak
 melanjutkan keturunan

b) Favor Adoptionis: adopsi dengan tujuan demi kesejahteraan yang


sebesar-besarnya bagi si anak
 pemeliharaan dan pendidikan anak

V. Macam-macam Adopsi
a) Adoptio Plena: adopsi dengan syarat-syarat berat yang artinya dengan
terjadinya adopsi mengakibatkan hubungan hukum antara si anak
dengan orang tua biologisnya menjadi terputus
 Putusnya juga hubungan waris

c) Adoptio Minus Plena: adopsi dengan syarat-syarat ringan yang artinya


terjadinya adopsi tidak mengakibatkan putusnya hubungan hukum
antara si anak dengan orang tua biologisnya
VI. Sifat Hukum dari Adopsi
 Sebagai lembaga karena suatu penetapan hakim sebagai suatu unsur
konstitutif (administrative act in judicial form)
 Sebagai lembaga kontraktual di mana efektifnya adopsi adalah pada
saat kontrak ditetapkan oleh pengadilan
PERMA 1979: Sesama Indonesia penetapan
Asing putusan

Beberapa Kemungkinan Hukum yang diberlakukan dalam Adopsi


a) Hukum nasional adoptant mengenai syarat-syarat dan akibat-akibat
b) Hukum nasional adoptant mengenai akibat-akibatnya dan hukum nasional
adoptandus mengenai syarat-syaratnya
c) Hukum nasional adoptandus mengenai syarat-syarat dan akibat-akibat
d) Sistim akumulasi, baik syarat-syarat dan akibat-akibat
e) Sistim distribusi, hukum nasional adoptandus untuk syarat-syarat
adoptandus dan hukum nasional adoptant untuk syarat-syarat adoptant

Syarat Material Adopsi


Syarat positif:
a) usia adoptant
b) usia adoptandus
c) beda usia antara adoptant dengan adoptandus
d) persetujuan adoptandus
Syarat Negatif:
a) adoptant sudah mempunyai anak kandung
b) Adoptant dan adoptandus berbeda kelamin

Status Konvensi Adopsi 1993


a) disepakati pada tanggal 29 Mei 1993
b) dinyatakan mulai berlaku tanggal 1 mei 1995
c) 93 contracting states (Maret 2014)

Anda mungkin juga menyukai