Anda di halaman 1dari 39

BAHAN UJIAN ADVOKAT

Succes Succes

Succes

8 DESEMBER 2007

SOAL PERAN & FUNGSI ADVOKAT


1.Sebagai perwujudan dari rasa persatuan dan kesatuan para Advokat Indonesia, saat ini telah terbentuk suatu wadah tunggal profesi Advokat yang disebut dengan Perhimpunan Advokat. Keterangan : Pada tanggal 21 Desember 2004 dibentuklah suatu wadah tunggal bagi profesi Advokat yaitu PERADI yang merupakan singkatan dari Perhimpunan Advokat Indonesia. 2. Menjadi anggota dari Organisasi Advokat adalah bersifat wajib bagi setiap Advokat. Keterangan : Dalam Pasal 30 Ayat (2) UU 18 tahun 2003 tentang Advokat diatur bahwa setiap Advokat yang diangkat berdasarkan undang-undang ini wajib menjadi anggota Organisasi Advokat.

3. Penyelenggaraan tugas Profesi Advokat diatur dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003. 4. Dalam UU Advokat, seorang Advokat asing diberikan hak untuk bekerja pada kantor Advokat atas izin dari pemerintah. Keterangan : Dalam Pasal 23 ayat (1) Undang-Undang No. 18 tahun 2003 tentang advokat diatur secara tegas bahwa Advokat asing dilarang beracara di sidang Pengadilan, berpraktek dan atau membuka kantor jasa hukum atau perwakilannya di Indonesia. Namun demikian Advokat asing dapat bekerja di Kantor Advokat Indonesia sebagai karyawan atau tenaga ahli dalam bidang hukum asing atas izin Pemerintah dengan rekomendasi dari Organisasi advokat.

5. Yang merupakan kewenangan dari Organisasi Advokat adalah : Mengadakan ujian bagi calon Advokat; Melakukan pengangkatan Advokat; Menyelenggarakan PKPA

6. Tugas pengawasan terhadap tindakan Advokat dalam menjalankan profesinya dilakukan oleh Komisi Pengawas Advokat. Keterangan : Pasal 13 UU 18 tahun 2003 tentang Advokat mengatur bahwa Pelaksanaan pengawasan sehari-hari dilakukan oleh Komisi Pengawas yang dibentuk oleh Organisasi Advokat.

7. Jika seseorang diangkat menjadi pimpinan Organisasi Advokat, maka selama ia menduduki jabatan tersebut tidak diperkenankan untuk merangkap jabatan sebagai pimpinan dari partai politik tertentu. Keterangan : Dalam Pasal 28 ayat (3) UU No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat diatur bahwa Pimpinan Organisasi Advokat tidak dapat dirangkap dengan pimpinan partai politik, baik di tingkat Pusat maupun di tingkat Daerah.

8. Badan dalam Organisasi Advokat yang bertugas memeriksa dan mengadili pelanggaran kode etik profesi Advokat adalah Dewan Kehormatan Organisasi Advokat Keterangan : Hal ini diatur dalam Pasal 26 ayat (5) UU No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat.

9. PERADI didirikan pada tanggal 21 Desember 2004.


10. Di bawah ini terdapat beberapa maksud dan tujuan umum dibentuknya Organisasi Advokat, kecuali untuk memberikan perlindungan dan bantuan hukum kepada klien dari setiap Advokat. Keterangan : Tujuan dari Organisasi Advokat lebih ditekankan kepada kepentingan dari Advokat itu sendiri.

11. Yang merupakan teman sejawat adalah orang atau mereka yang menjalankan praktek hukum sebagai Advokat sesuai dengan ketentuan perundangundangan yang berlaku. 12. Setiap Pihak yang merasa dirugikan dengan tindakan Advokat yang dinilai telah melanggar kode etik dapat melakukan pengaduan secara tertulis disertai dengan alasannya kepada Dewan Kehormatan Cabang/Daerah atau kepada Dewan Pimpinan Cabang/Daerah atau Dewan Pimpinan Pusat dimana teradu menjadi anggota (Pasal 12 Kode Etik Advokat). 13. Pengaduan mengenai pelanggaran kode etik Advokat disampaikan secara tertulis Keterangan : Pengaduan terhadap Advokat sebagai teradu yang dianggap melanggar kode etik Advokat harus disampaikan secara tertulis disertai dengan alasannya kepada Dewan Kehormatan Cabang/ Daerah atau kepada Dewan Pimpinan Cabang/Daerah atau Dewan Pimpinan Pusat dimana teradu menjadi anggotanya. (Pasal 12 ayat 1 Kode Etik Advokat).

14. Sanksi kepada Advokat yang terbukti melanggar kode etik Advokat dapat berupa : a. Peringatan Biasa; b. Peringatan keras; c. Pemberhentian sementara untuk waktu tertentu ; d. Pemecatan dari keanggotaan organisasi profesi; (Pasal 16 ayat (1) Kode Etik Advokat Indonesia)

15. Surat koresponden yang diberi tanda Sans Prejudice maksudnya adalah bahwa surat tersebut tidak dapat dijadikan sebagai bukti di Pengadilan.
16. Seorang advokat yang kemudian diangkat untuk menduduki suatu jabatan negara (eksekutif, legislatif, dan judikatif) tidak dibenarkan untuk berparaktek sebagai Advokat dan dicantumkan atau dipergunakan namanya oleh siapapun atau oleh kantor manapun dalam suatu perkara yang sedang diproses/berjalan selama ia menduduki jabatan tersebut. (Pasal 3 huruf I Kode etik advokat Indonesia)

17. Bantuan hukum yang diberikan Advokat terhadap teman sejawatnya yang diduga melakukan tindak pidana adalah bersifat wajib, atas permintaan atau penunjukan organisasi profesi. Keterangan : Pasal 3 huruf e Kode Etik Advokat Indonesia mensyaratkan adanya kewajiban bagi Advokat untuk memberikan bantuan atau pembelaan hukum kepada rekan sejawat yang diduga atau didakwa dalam suatu perkara pidana, jika diminta oleh rekan sejawat tersebut atau atas penunjukan organisasi profesi. 18. Jika seorang Advokat dijatuhi sanksi berupa pemberhentian sementara untuk waktu tertentu, maka Advokat tersebut tidak dapat menjalankan profesinya, baik diluar maupun di muka pengadilan. Keterangan : Pemberian sanksi pemberhentian sementara waktu untuk waktu tertentu harus diikuti larangan untuk menjalankan profesi advokat diluar maupun dimuka pengadilan (Pasal 16 ayat (3) Kode Etik Advokat).

19. Pemberhentian Advokat dari profesinya sebagai Advokat dilakukan berdasarkan Keputusan Organisasi Advokat. Yang diatur dalam Pasal 10 ayat (1) huruf c UU Advokat. 20. Wilayah kerja Advokat meliputi seluruh wilayah negara RI, hal ini diatur dalam pasal 5 ayat (2) UU Advokat. 21. Syarat-syarat magang yang harus dipenuhi oleh calon Advokat adalah dilakukan pada kantor Advokat yang telah ditunjuk oleh Organisasi Advokat. Keterangan : Magang harus secara terus-menerus dan sekurang-kurangnya 2 tahun pada kantor Advokat (Pasal 3 huruf g UU Advokat) Organisasi Advokat menetapkan kantor Advokat yang diberikan kewajiban untuk menerima calon Advokat yang akan melakukan magang (Pasal 29 ayat (5) UU Advokat)

22. Advokat dapat menolak memberikan jasa atau bantuan hukum terhadap suatu perkara, dengan alasan tidak sesuai dengan keahliannya. Keterangan : Advokat dapat menolak memberikan nasihat dan bantuan hukum dengan pertimbangan karena tidak sesuai dengan keahliannya dan bertentangan dengan hati nurani, tetapi dapat menolak dengan alasan perbedaan agama, kepercayaan, suku, jenis kelamin, keyakinan politik dan kedudukan sosial (Pasal 3 huruf a Kode Etik Advokat). Advokat harus menolak mengurus perkara yang diyakini tidak ada dasar hukumnya (Pasal 4 huruf g Kode Etik Advokat)

23. Yang dimaksud dengan kewajiban yang bersifat pro deo adalah kewajiban advokat untuk memberikan bantuan hukum secara CumaCuma (pro deo) bagi orang yang tidak mampu. Hal ini sejalan dengan Pasal 7 huruf h Kode Etik Advokat.

24. Sidang pemeriksaan perkara pelanggaran kode etik dilakukan dalam sidang tertutup sedangkan keputusan diucapkan dalam sidang terbuka sesuai dengan Pasal 14 ayat (5) Kode Etik Advokat. 25. Dalam sidang pemeriksaan perkara pelanggaran Kode Etik Advokat, baik pengadu maupun pihak yang teradu harus hadir secara pribadi dan jika dikehendaki dapat didampingi oleh penasehat. Keterangan : Pengadu dan yang teradu harus hadir secara pribadi dan tidak dapat didampingi oleh penasehat. (Pasal 13 ayat (7) Kode Etik Advokat). 26. Jika seorang klien tidak lagi mampu membayar honorarium, maka tindakan yang patut dilakukan Advokat adalah meneruskan pengurusan perkara hingga selesai. Keterangan : Hal ini sejalan dengan ketentuan pasal 4 huruf (i) Kode Etik Advokat yang mengatur bahwa : Advokat tidak dibenarkan melepaskan tugas yang dibebankan kepadanya pada saat yang tidak menguntungkan posisi klien atau pada saat tugas itu akan menimbulkan kerugian yang tidak dapat diperbaiki lagi bagi klien yang bersangkutan.

27. Setiap Advokat wajib memegang teguh dan menjaga kerahasiaan setiap informasi yang disampaikan klien meskipun hubungan dengan klien tersebut tela berakhir. Prinsip ini dikenal dengan istilah Attorney-Client Confidentiality. 28. Berdasarkan Pasal 7 huruf c Kode Etik Advokat diatur bahwa seorang Advokat hanya dapat menghubungi hakim apabila bersama-sama dengan Advokat pihak lawan. Disamping itu disyaratkan pula bahwa apabila hendak menyampaikan surat maka seketika itu tembusan surat tersebut wajib diserahkan atau dikirimkan pula kepada Advokat Pihak lawan. 29. Dari sisi kode etik, Advokat tidak diperbolehkan memasang iklan di media massa , karena dengan memasang iklan di media massa berarti advokat telah mencari publisitas (Pasal 8 huruf f Kode Etik Advokat).

HUKUM ACARA PERDATA


31. Di bawah ini adalah karakteristik dari suatu gugatan voluntair, kecuali : ada pihak penggugat dan pihak tergugat./ Keterangan : Gugatan Voluntair atau sering disebut dengan permohonan adalah gugatan permohonan secara sepihak tanpa ada pihak lain yang ditarik sebagai tergugat.

32. Dalam Pasal 118 ayat (3) HIR diatur apabila tuntutan/gugatan berkenaan dengan barang tetap (tidak bergerak) maka gugatan tersebut diajukan kepada Ketua Pengadilan Negeri yang dalam daerah hukumnya terletak barang tersebut. 33. Posita atau Fundamentum Petendi adalah bagian dari gugatan yang memaparkan mengenai dasar dan alasan diajukannya gugatan.

34. Masuknya pihak ketiga yang ingin menggabungkan diri kepada pihak tergugat ataupun pihak penggugat disebut Voeging. 35. Tussenkomst adalah masuknya pihak ketiga dalam suatu perkara yang sedang berlangsung dan tidak memihak kepada pihak tergugat ataupun pihak penggugat. Nama lain dari Tussenkomst adalah Intervensi.

36. Vridjwaring adalah masuknya pihak ketiga dalam suatu perkara yang sedang berlangsung,karena ditarik oleh pihak tergugat.
37. Dalam praktek sering dijumpai bahwa penyitaan dilakukan terhadap harta kekayaan milik pihak ketiga yang tidak ada sangkut pautnya dengan suatu perkara. Untuk mempertahankan hak dan kepentingannya atas harta miliknya, maka upaya hukum yang dapat dilakukan pihak ketiga terhadap penyitaan tersebut adalah Derden Verzet.

38. Terhadap putusan verstek dapat ditempuh upaya hukum berupa perlawanan Keterangan : Kepada tergugat yang dijatuhi putusan verstek, sebagaimana diatur dalam Pasal 129 (HIR) yang berbunyi : tergugat yang dihukum sedang ia tidak hadir (verstek) dan tidak menerima putusan itu, dapat mengajukan perlawanan atas putusan itu. Perlawanan atau Verzet dapat diajukan dalam tenggang waktu 14 hari terhitung sejak tanggal pemberitahuan putusan (Pasal 129 ayat 2 HIR ). 39. Yang dimaksud dengan testimonium de auditu adalah keterangan saksi yang bersumber dari cerita yang disampaikan orang lain kepadanya.

39. Hakim akan memberikan suatu putusan yang menyatakan bahwa gugatan dinyatakan tidak dapat diterima (nietonvankelijke vertaard) jika gugatan yang diajukan Penggugat mengandung cacat formil. Keterangan : Pada prinsipnya Hakim akan memberikan suatu putusan yang menyatakan bahwa gugatan dinyatakan tidak dapat diterima jika gugatan diajukan Penggugat mengandung cacat formil. 41. Keterangan seorang saksi dianggap telah memenuhi syarat materiil jika keterangan tersebut diberikan berdasarkan pengalaman saksi. Keterangan : Keterangan seorang saksi dianggap telah memenuhi syarat materiil jika keterangan tersebut diberikan didasarkan pada sumber yang jeals, yaitu berdasarkan pengalaman, penglihatan, pendengaran saksi sendiri atas yang diperoleh secara langsung dari suatu peristiwa atau kejadian yang berhubungan dengan pokok perkara yang disengketakan. Sedangkan keterangan yang diberikan seorang saksi berdasarkan pendapat pribadi saksi, kesan pribadi saksi, dugaan pribadi saksi, perasaan priadi saksi, tidak dapat dikategorikan sebagai alat bukti.

42. Objek dari Sita Revindicatoir (revindicatoir beslag) adalah hanya terbatas pada benda bergerak saja. 43. Panggilan terhadap pihak-pihak yang berperkara dianggap sebagai yang sah dan resmi apabila dilakukan oleh Juru Sita pengadilan yang bersangkutan. Keterangan : Pejabat yang berwenang untuk melaksanakan atau melakukan pemanggilan adalah Juru sita. Hal ini diatur dalam Pasal 338 dan 390 ayat (1) HIR. Adapun kewenangan Juru sita tersebut diperoleh lewat perintah ketua majelis hakim yang dituangkan dalam penetapan hari sidang atau penetapan pemberitahuan (Pasal 221 ayat (1) HIR ). 44. Yang merupakan upaya hukum luar biasa adalah perlawanan pihak ketiga terhadap sita eksekutorial.

45. Tahapan pelaksanaan eksekusi lelang meliputi Aanmaning penetapan sita eksekusi berita acara eksekusi penetapan lelang pengumuman lelang. 46. Jika suatu perkara perdata telah diputus dan diucapkan dalam sidang pada tanggal 11 April 2006 yang dihadiri oleh Para Pihak dalam perkara, maka batas akhir pengajuan permohonan banding adalah tanggal 25 April 2006. Keterangan : Permohonan Banding harus diajukan kepada Panitera pengadilan negeri yang menjatuhkan putusan dalam tenggang waktu 14 hari terhitung mulai hari berikutnya setelah hari pengumuman putusan diberitahukan kepada pihak yang berkepentingan. 47. Dalam proses mediasi dikenal istilah Kaukus yang artinya pertemuan antara mediator dengan salah satu pihak yang berperkara tanpa dihadiri pihak lain. Keterangan : Kaukus merupakan pengecualian dari prinsip umum yang mengharuskan bahwa setiap pertemuan harus dihadiri para pihak. Hal ini diatur dalam pasal 9 ayat (2) PERMA No.2 tahun 2003, yang mensyaratkan bahwa apabila memang dianggap perlu mediator dapat melakukan kaukus.

48. Suatu putusan akta perdamaian memiliki sifat-sifat antara lain ; Mempunyai kekuatan yang sama dengan putusan yang berkekuatan hukum tetap; Mempunyai kekuatan eksekutorial. Kedua hal diatas disyaratkan dalam pasal 130 ayat (2) HIR yaitu..surat akte itu akan berkekuatan hukum dan akan dijalankan sebagai keputusan biasa. Disamping itu sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 130 (3) HIR bahwa terhadap putusan akta perdamaian tidak dapat dilakukan upaya banding atau kasasi. 49. Proses mediasi untuk sengketa publik bersifat terbuka untuk umum Keterangan : Pada prinsipnya proses mediasi tidak terbuka untuk umum, kecuali jika para pihak menghendaki lain. Namun khusus untuk sengketa publik mutlak harus dilakukan secara terbuka untuk umum, hal ini ditegaskan dalam Pasal 14 ayat (2) Peraturan mahkamah Agung No. 2 tahun 2003 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan.

50. Apabila proses mediasi gagal mencapai kesepakatan, maka pengakuan maupun pernyataan yang di sampaikan dalam proses mediasi tersebut tidak dapat dipergunakan sebagai alat bukti. Keterangan : Dalam pasal 13 Peraturan Mahkamah Agung No. 2 tahun 2003 tentang prosedur mediasi di Pengadilan diatur bahwa apabila proses mediasi gagal mencapai kesepakatan, maka pengakuan maupun pernyataan yang disampaikan dalam proses mediasi tersebut tidak dapat dijadikan sebagai alat bukti. 51. Sita jaminan (Conservatoir Beslag) dapat dilakukan jika adanya dugaan bahwa sebelum putusan dijatuhkan, tergugat berupaya melarikan barang-barang miliknya. Keterangan : (1) Jika ada sangka yang beralasan bahwa seseorang yang berutang sebelum dijatuhkannya keputusan kepadanya, atau sedang keputusan yang dijatuhkan kepadanya, belum dapat dijalankan, berusaha akan menggelapkan atau mengangkut barangnya, baik yang tidak tetap, baik yang tetap, dengan maksud akan menjauhkan barang itu dari penagih hutang, maka ketua, atas surat permintaan yang dimasukkan untuk itu, oleh orang yang berkepentingan, dapat memberi perintah supaya barang itu disita akan menjaga orang yang meminta itu dan kepadanya hendaklah diberitahukan, bahwa ia akan menghadap persidangan pertama yang akan datang dari pengadilan negeri untuk memajukan tuntutannya dan meneguhkannya.

52. Hukum acara perdata memberikan peluang untuk dicabutnya suatu gugatan, dengan syarat bahwa pencabutan tersebut dilakukan oleh Penggugat secara sepihak, asalkan tergugat belum menyampaikan jawaban. Keterangan : Berpedoman pada ketentuan Pasal 271 RV alinea pertama bahwa pencabutan suatu gugatan meruapakan hak penggugat sepenuhnya, dengan syarat bahwa pihak tergugat belum menyampaikan jawabannya. Pasal 271 RV :. setelah ada jawaban maka pencabutan instansi hanya dapat terjadi dengan persetujuan pihak lawan 53. Upaya hukum Peninjauan Kembali dapat diajukan dalam tenggang waktu 180 hari sejak putusan memperoleh kekuatan hukum tetap. Keterangan : Dalam Pasal 69 Undang-Undang No. 14 tahun 1985 jo Undang-Undang No. 5 tahun 2004 tentang Mahkamah Agung diatur secara tegas bahwa jangka waktu pengajuan upaya Peninjauan kembali adalah 180 hari sejak putusan memperoleh kekuatan hukum tetap dan telah diberitahukan kepada para pihak yang berperkara.

54. Eksepsi kompetensi absolut dapat diajukan : Keterangan : Dalam Pasal 134 HIR diatur bahwa Eksepsi Kompetensi absolut dapat diajukan tergugat setiap saat. Pada prinsipnya kompetensi absolut tersebut merupakan persoalan ketertiban umum maka tidak boleh dilanggar oleh siapapun,dan oleh karenanya tergugat dapat mengajukan baik pada tingkat banding maupun kasasi. 55. Eksepsi Kompetensi Relatif dapat diajukan harus bersamaan dengan jawaban pertama terhadap pokok perkara. Keterangan : Dengan memperhatikan Pasal 125 ayat (2) HIR dan Pasal 133 HIR, pengajuan eksepsi kompetensi relatif ini harus disampaikan pada sidang pertama dan bersamaan pada saat mengajukan jawaban terhadap materi pokok perkara.

56. Berkenaan dengan upaya Banding, hukum acara Perdata hanya mengatur tenggang waktu pengajuan permohonan banding saja, yaitu 14 hari setelah putusan diucapkan atau diberitahukan kepada pihak yang bersangkutan. Sedangkan dalam penyampaian memori banding tidak ada pengaturannya karena memori banding bukanlah sesuatu yang wajib.

57. Sedangkan jangka waktu penyampaian memori kasasi adalah dalam tenggang waktu 14 hari sejak permohonan kasasi.

58. Mahkamah Agung pada tingkat kasasi diberikan kewenangan untuk membatalkan putusan atau penetapan pengadilan-pengadilan dari semua lingkungan peradilan. Dari alasanalasan berikut di bawah ini, manakah yang merupakan dasar bagi Mahkamah Agung tingkat kasasi untuk membatalkan putusan ? Jika hakim dalam memberikan pertimbangan hukumnya telah lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan perundangundangan. Keterangan : Disamping alasan di atas, terdapat alasan lain yang disyaratkan oleh pasal 30 Undang-Undang No. 14 tahun 1985 jo Undang-Undang No. 5 Tahun 2004 tentang Mahkamah Agung, yaitu : Tidak berwenang atau melampaui batas wewenang Salah menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku. 59. Putusan yang amar putusannya adalah menghukum salah satu pihak yang berperkara disebut Putusan Comdennatoir. Keterangan : Contoh dari Putusan Comdemnatoir antara lain : Menghukum untuk membayar, menyerahkan, membongkar, membagi dan sebagainya atau; Memerintahkan untuk membayar, menyerahkan, membongkar, membagi dan sebagainya.

60. Putusan uit voerbaar bij vooraad adalah putusan yang dapat dilaksanakan terlebih dahulu meskipun belum berkekuatan hukum tetap : Keterangan : Putusan uit voerbaar bij vooraad atau disebut juga dengan Serta Merta adalah suatu putusan yang dapat diberikan jika gugatan didukung dengan bukti baik berupa akta otentik atau akta dibawah tangan yang mempunyai kekuatan pembuktian sempurna dan mengikat, serta didasarkan putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap. Putusan yang meniadakan atau menimbulkan suatu keadaan hukum disebut juga dengan putusan constitutif. Contoh : putusan yang menyatakan seseorang jatuh pailit, putusan tentang pengangkatan wali. Putusan yang bersifat menerangkan disebut putusan declaratoir. Contoh : putusan yang menerangkan bahwa A dan B adalah ahli waris dari X.

HUKUM ACARA PIDANA


61. Tujuan dilakukannya Praperadilan adalah untuk memeriksa sah atau tidaknya penghentian penyidikan. Keterangan : Berdasarkan Pasal 77 KUHAP, diatur bahwa Praperadilan adalah wewenang hakim untuk memeriksa dan memutus tentang : a. Sah atau tidaknya suatu penangkapan dan atau penahanan atas permintaan tersangka atau keluarganya atau pihak lainnya atas kuasa tersangka. b. Sah atau tidaknya penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan atas permintaan tersangka/penyidik/penuntut umum demi tegaknya hukum dan keadilan. c. Permintaan ganti kerugian atau rehabilitasi oleh tersangka atau keluarganya atau pihak lain atas kuasanya, yang perkaranya tidak diajukan ke pengadilan.

62. Penangguhan penahanan dapat dilakukan atas permintaan tersangka atau terdakwa, penyidik atau penuntut umum atau hakim sesuai dengan kewenangannya masing-masing dapat mengadakan penangguhan penahanan dengan atau tanpa jaminan uang atau jaminan barang berdasarkan syarat yang ditentukan. 63. Yang dimaksud dengan penahanan adalah penempatan tersangka atau terdakwa di tempat tertentu yang dapat dilakukan oleh penyidik, Penuntut Umum ataupun Hakim dengan tata cara yang diatur dalam KUHAP.

64. Untuk kepentingan pemeriksaan, penyidik dapat melakukan penahanan selama 20 hari dan dapat diperpanjang oleh Penuntut Umum paling lama 40 hari. Keterangan : Hal di atas diatur dalam Pasal 24 ayat (1) dan (2) KUHAP. Pasal 24 ayat (1) KUHAP mengatur bahwa perintah penahanan yang diberikan oleh penyidik hanya berlaku paling lama 20 hari. Pasal 24 ayat (2) KUHAP mengatur bahwa jangka waktu sebagaimana tersebut pada ayat (1) apabila diperlukan guna kepentingan pemeriksaan yang belum selesai dapat diperpanjang oleh Penuntut Umum yang berwenang untuk paling lama 40 hari. 65. Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat dilakukannya penangkapan adalah Diduga keras melakukan tindak pidana. Keterangan : Pasal 21 ayat (4) KUHAP diatur secara tegas bahwa perintah penangkapan dilakukan terhadap seseorang yang diduga keras melakukan tindak pidana dengan bukti permulaan yang cukup.

66. Di bawah ini terdapat beberapa alasan dilakukannya penahanan terhadap tersangka atau terdakwa, kecuali tersangka atau terdakwa melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara kurang dari lima tahun. Keterangan : Pasal 21 ayat (4) KUHAP mengatur bahwa penahanan dapat dikenakan terhadap tersangka atau terdakwa yang diduga keras melakukan tindak pidana, jika tindak pidana tersebut diancam dengan pidana penjara Lima tahun atau lebih. 67. Keterangan Terdakwa saja tidak cukup untuk membuktikan bahwa seseorang melakukan perbuatan yang didakwakan kepadanya, melainkan harus disertai dengan alat bukti yang lain, (Pasal 189 ayat 4 KUHAP).

68. Pengadilan yang berwenang untuk mengadili seseorang yang diduga telah melakukan tindak pidana di luar negeri yang dapat diadili menurut hukum Indonesia adalah Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Keterangan : Pasal 86 KUHAP menunjuk secara tegas bahwa Pengadilan Negeri Jakarta Pusat merupakan pengadilan yang berwenang untuk mengadili seseorang yang diduga telah melakukan tindak pidana di luar negeri yang dapat diadili menurut hukum Indonesia. 69. Pada prinsipnya suatu penangkapan harus dilengkapi dengan surat perintah penangkapan. Namun demikian penyidik dapat melakukan penangkapan tanpa surat perintah, dengan syarat tersangka tertangkap tangan. Hal ini diatur dalam pasal 18 ayat 2 KUHAP.

70. Ketentuan mengenai syarat materiil yang harus dipenuhi oleh surat dakwaan diatur dalam Pasal 143 ayat 2 (b) KUHAP, yaitu surat dakwaan harus menguraikan secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana tersebut dilakukan. Dalam surat dakwaan tidak memenuhi syarat di atas maka berdasarkan Pasal 143 ayat 3 surat dakwaan tersebut harus dinyatakan batal demi hukum. 71. Berikut ini adalah beberapa upaya paksa yang dapat dilakukan dalam rangka penyidikan, kecuali Penuntutan. Keterangaan : Upaya paksa yang dapat dilakukan dalam rangka penyidikan antara lain : Penangkapan (Pasal 16 19 KUHAP) Penahanan (Pasal 20 31 KUHAP) Penggeledahan (Pasal 32 37 KUHAP) Penyitaan (Pasal 47 49 KUHAP) Pemeriksaan surat (Pasal 47 49 KUHAP)

72. Yang dimaksud dengan saksi A charge adalah saksi yang keterangannya memberatkan terdakwa. 73. Berdasarkan Pasal 184 KUHAP diatur bahwa alat bukti yang sah adalah : 1. Keterangan saksi 2. Keterangan ahli 3. Surat 4. Petunjuk 5. Keterangan terdakwa 74. Saksi A Decharge adalah saksi yang keterangannya meringankan terdakwa. 75. Pembeleaan yang diucapkan oleh terdakwa maupun pembelanya yang berisikan tangkisan terhadap tunutan Penuntut Umum disebut Pledooi

76. Yang dimaksud dengan Requisitoir adalah tuntutan yang diajukan oleh Penuntut Umum. 77. Apabila benda yang disita adalah benda yang mudah rusak dan membahayakan, maka tindakan yang dapat dilakukan oleh penyidik adalah Penyidik menjual benda sitaan tersebut dengan cara lelang, dengan persetujuan tersangka atau kuasanya. Hal ini sesuai dengan Pasal 45 ayat 1 KUHAP. 78. Berikut ini adalah jenis-jenis tahanan berdasarkan Pasal 22 ayat 1 KUHAP yaitu :

Penahanan Rutan; Penahanan Rumah; Penahanan Kota;

79. Berdasarkan Pasal 97 KUHAP, seseorang berhak untuk memperoleh rehabilitasi jika oleh Pengadilan : Diputus bebas Dilepas dari segala tuntutan hukum Putusan tersebut telah mempunyai kekuatan hukum tetap. 80. Berdasarkan Pasal 33 ayat 1 KUHAP, tindakan penggeledahan oleh penyidik dapat dilakukan atas izin Ketua Pengadilan Negeri Setempat. 81. Jika perbuatan yang didakwakan kepada terdakwa tidak terbukti secara sah dan meyakinkan, maka pengadilan akan memberikan putusan berupa Putusan Vrijspraak. Hal ini sesuai dengan Pasal 191 KUHAP.

82. Penyidikan terhadap suatu peristiwa dapat diberhentikan karena : Tidak terdapat cukup bukti; Peristiwa tersebut ternyata bukan merupakan tindak pidana; atau Penyidikan dihentikan demi hukum. 83. Dalam keadaan penyidik harus segera bertindak dan tidak mungkin untuk mendapatkan surat izin terlebih dahulu, maka penyidik dapat melakukan penyitaan terhadap benda bergerak saja. Hal ini diatur dalam Pasal 38 ayat 2 KUHAP. 84. Apabila karena suatu alasan tertentu penyidikan atas suatu kejadian diberhentikan, maka penyidik menyampaikan pemberitahuan penghentian penyidikan tersebut kepada Penuntut Umum dan juga kepada tersangka atau keluarganya. Hal ini diatur dalam Pasal 109 KUHAP.

85. Untuk dapat lebih menyempurnakan penuntutannya, Penuntut Umum dapat mengubah surat dakwaan dalam jangka waktu selambat-lambatnya 7 hari sebelum sidang dimulai. Pengubahan ini hanya dapat dilakukan satu kali. Hal ini diatur dalam Pasal 144 KUHAP. 86. Isi atau substansi dari surat dakwaan meliputi hal-hal dibawah ini : kecuali tuntutan pidana Surat dakwaan adalah berisi tentang : 1. Uraian kasus/kronologis, yang meliputi waktu dan tempat terjadinya tindak pidana. 2. Tindak pidana tersebut diancam dengan peraturan perundangundangan yang mana (pasal berapa, ayat berapa) Sedangkan tuntutan pidana disampaikan Penuntut Umum secara terpisah, bukan dalam surat dakwaan.

87. Yang merupakan acara pemeriksaan sidang dalam hukum acara pidana adalah: 1. Acara pemeriksaan biasa diatur dalam Pasal 155 KUHAP; 2. Acara pemeriksaan singkat diatur dalam Pasal 203 ayat 1 KUHAP; 3. Acara pemeriksaan cepat diatur dalam Pasal 204 KUHAP 88. Termasuk dalam kategori tindak pidana ringan adalah Perkara yang diancam dengan pidana penjara kurang dari tiga bulan. Keterangan : Berdasarkan Pasal 205 ayat 1 KUHAP, tindak pidana yang dapat dikategorikan sebagai tindak pidana ringan adalah : Suatu perkara yang diancam dengan pidana penjara paling lama 3 bulan; Denda maksimal Rp. 7.500, Peghinaan ringan Sedangkan perkara pelanggaran lalu lintas jalan tidak termasuk dalam kategori tindak pidana ringan.

89. Penuntut Umum mengajukan tuntutan pidana setelah pemeriksaan sudah dinyatakan selesai oleh Hakim. Hal ini sesuai dengan Pasal 182 ayat 1 huruf a KUHAP. 90. Berdasarkan Pasal 89 KUHAP, badan Peradilan yang berwenang untuk memeriksa dan mengadili perkara koneksitas adalah Peradilan Umum.

HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA


91. Pemeriksaan atas gugatan cerai dilakukan dalam sidang tertutup. Hal ini sesuai dengan Pasal 80 ayat 2 UU No. 7 1989 tentang Peradilan Agama. 92. Jika dalam tenggang waktu yang telah ditentukan pemohon tidak datang menghadiri sidang penyaksian ikrar talak, maka konsekuensi hukum terhadap penetapan talak tersebut adalah Penetapan menjadi gugur dan suami (pemohon) tidak dapat mengajukan permohonan perceraian kembali dengan alasan yang sama. 93. Pasal 126 Kompilasi Hukum Islam berbunyi sebagai berikut : Lian terjadi karena suami menuduh istri berbuat zina dan atau mengingkari anak dalam kandungan atau yang sudah lahir dari istrinya,

Anda mungkin juga menyukai