Anda di halaman 1dari 8

Jurnal 1

Judul jurnal Urgensi integrasi antara mediasi dan hakam Dalam penyelesaian
perkara perceraian Dengan alasan syiqaq di pengadilan agama
Nama penulis Arne huzaimah
Muhammad Ali Ash Shabuni berpendapat bahwa syiqaq adalah
Perselisihan dan permusuhan, yang diambilkan dari kata asy syaqqu
Teori yang bermakna sisi, dikarenakan setiap kedua pihak yang berselisih
berada pada sisi yang berbeda satu sama lain yang disebabkan oleh
permusuhan dan ketidakjelasan
Adanya dua mekanisme perdamaian dalam penyelesaian perkara
perceraian dengan alasan syiqaq di pengadilan agama menimbulkan
permasalahan tersendiri dimana terjadinya dualisme hukum dan
overlapping yang dilakukan oleh dua lembaga yang berbeda dalam
satu pokok permasalahan. Dan bila dihubungkan dengan asas
peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan, tentunya dapat
mengakibatkan lamanya dan rumitnya proses penyelesaian sengketa
Hasil temuan perceraian dengan alasan syiqaq karena antara mediasi dan hakam
mempunyai mekanisme masing-masing. Integrasi antara mediasi dan
hakam dalam penyelesaian perkara perceraian dengan alasan syiqaq
menjadi sangat penting dilakukan karena untuk mencari model upaya
perdamaian yang efektif dan efisien sebagai perwujudan asas
perdamaian dan asas peradilan yang sederhana, cepat dan biaya
ringan dalam penyelesaian sengketa perceraian dengan alasan syiqaq
di pengadilan agama.
Review jurnal 2
Judul jurnal Mediasi dalam perspektif maqashid syariah: Studi tentang Perceraian
di Pengadilan Agama
Nama penulis Muhammad Zainuddin Sunarto
Teori Tujuan hukum Islam (maqasid al-syariah), yakni memelihara agama,
jiwa, akal, keturunan, dan harta
Metode Library research
Penyelesaian masalah melalui mediasi, juga merupakan manifestasi
dari maqashid al-syariah, yakni hifdz al-nasl, karena ketika terjadi
Hasil temuan
permasalahan dalam pernikahan, maka hubungan pernikahan
Akan rusak dan akan terjadi permasalahan
Review jurnal 3
Judul jurnal Tinjauan Fiqih Muamalah terhadap Penyelesaian Sengketa pada
Transaksi Ba’i Salam (Studi Kasus Toko Citra Kiarapayung)
Nama penulis Gita Hani Rihandani, N. Eva Fauziah, Yandi Maryandi
Teori Surat Al-Baqarah ayat 278-279
Metode Metode kualitatif dengan metode studi kasus
Hasil temuan Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyelesaian sengketa yang
dilakukan Toko Citra dan lima konsumen pada awalnya mediasi
(shulhu) yang surat Al-Baqarah ayat 278-279dijembatani oleh Ketua
RT setempat. Dilanjut dengan musyawarah yang di dalamnya ada
negosiasi karena pada tahap mediasi tidak berhasil. Hasil
musyawarah adalah disepakati peralihan akad dari akad salam
menjadi akad utang piutang, penambahan harga awal sebagai ganti
rugi sebesar Rp.4000,- yang dibayar secara dcicil selama 3 bulan.
Adapun tambahan yang dibulatkan ke atas merupakan keinginan
sepihak dari kelima konsumen. Secara keseluruhan, proses
penyelesaian sengkeka di Toko Citra sudah sesuai dengan Fikih
Muamalah kecuali tambahan sepihak yang dibulatkan ke atas karena
terindikasi termasuk riba dan terdapat unsur pemaksaan.
Riview jurnal 4
Judul jurnal Mediasi dan penyelesaian persangketaan waris Di pengadilan agama
kota bandung
Nama penulis Leni anggraeni
Teori PERMA Nomor 1 Tahun 2008
Metode Penelitian kualitatif dan library research
Hasil temuan Kendala yang terdapat penyelesaian sengketa Kewarisan secara
mediasi oleh hakim di Pengadilan Agama Kota Bandung, kendala-
kendala Tersebut menjadi faktor penghambat untuk kelancaran proses
mediasi, kendala-kendala ini juga Membuat mediasi terancam gagal.
Kendala-kendala ini timbul karena para pihak yang kurang memiliki
kesadaran ataupun Tidak mengetahui keuntungan atau manfaat nyata
bagi mereka sehingga mereka menganggap Proses mediasi hanyalah
sebuah langkah formalitas sebelum memasuki tahap peradilan, yang
Mereka pikir apabila mengikuti ataupun tidak mengikuti proses
mediasi tidak akan merubah Pemikiran mereka dan menganggap
proses mediasi tidak akan bisa menyelesaikan perkara Mereka. Yang
mengira sengketa mereka akhirnya hanya akan diselesaikan melalui
peradilan.
Review jurnal 5
Judul jurnal Studi Pemikiran Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah tentang Ḥakam
Dan Relevansinya dengan Mediasi di Pengadilan Agama
Nama penulis Khairuddin Hasballah dan Rahmadani
Teori Surat al-Nisa’ ayat 35
Artinya: “Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara
keduanya,
Maka kirimlah seorang ḥakam dari keluarga laki-laki danseorang
ḥakam dari keluarga perempuan. Jika kedua orang ḥakam itu
bermaksud menga-dakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik
kepada suami-istri itu. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi
maha mengenal”.
Metode Library research
Hasil temuan Hasil analisis menunjukkan bahwa makna ḥakam menurut Ibnu
Qayyim al-Jauziyyah yaitu hakim.Maksud ḥakam bukan dimaknai
sebagai wakil atau orang kepercayaan dari keluarga laki-laki atau
perempuan. Ketentuan QS. An-Nisa’ ayat 35 menunjukkan makna
yaitu dua orang ḥakam sebagai hakim yang menyelesaikan
perselisihan masing-masing suami-istri. Otoritas ḥakam dalam
menyelesaikan sengketa suami-istri menurut Ibnu Qayyim
aljauziyyah yaitu diberi kewenangan untuk tetap menyatukan
hubungan pernikahan suami-istri yang berselisih, atau bisa juga
memutuskan dengan menceraikan keduanya
Review jurnal 6
Judul jurnal Harmonisasi mediasi (studi pemikiran zamakh syari dalam tafsir al
kasysyaf)
Nama penulis R. Tanzil fawaiq sayyaf dan aspandi
Teori Zamakhsyari dalam mengurai ayat- ayat tentang Mediasi di luar
pengadilan dalam Al-quran, yang akan digunakan sebagai landasan
hukum proses mediasi dalam Islam
Metode Library research
Hasil temuan Artikel ini berargumentasi bahwa permasalahan konsepsi mediasi di
luar pengadilan menurut tafsir al-kasysyaf yaitu proses pendamaian
yang
Dilakukan oleh kedua belah pihak yang bersengketa, mengangkat
hakim dari pihak laki-laki dan dari pihak perempuan dan dipilih dari
yang terdekat secara kekerabatan. Masing-masing dari hakim ini
untuk mendamaikan keduanya. Urgensi mediasi di luar pengadilan
bisa menjadi solusi dalam penyelesaian sengketa yang terjadi di
dalam keluarga secara umum dan keluarga Islam
Secara khusus.
Review jurnal 7
Judul jurnal Hakam dan mediasi dalam perkara syiqaq (studi kasus di
mahkamah syar’iyah bireuen-aceh)
Nama penulis Muhammad
Teori Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016
Metode penelitian lapangan (field research) yang bersifat kualitatif dengan
pendekatan yuridis-empiris, yaitu penelitian yang beranjak dari data
sekunder, kemudian melakukan pengkajian terhadap data primer di
lokasi penelitian
Hasil temuan Pertama, hakam Mahkamah Syar‟iyah Bireuen dalam penyelesaian
sengketa rumah tangga mempunyai peran ganda. Salah satu hakim
yang memeriksa perkara di meja sidang juga menjadi mediator
dalam acara mediasi. Hakim menjadi mediator hanya berperan
sebagai fasilitator dalam mengupayakan perdamaian kedua belah
pihak. Ia bukan eksekutor dan tidak punya hak dalam memutuskan
perkara. Hakim yang ditunjukkan sebagai hakam berperan sebagai
eksekutor dalam menyelesaikan perkara sesuai dengan laporan hasil
mediasi dalam persidangan.
Kedua, mediasi di Mahkamah Syar‟iyah Bireuen belum efektif akan
tetapi sudah berjalan sesuai dengan regulasi yang diamanatkan
dalam PERMA Nomor 2 Tahun 2003, PERMA Nomor 1 Tahun 2008
dan PERMA Nomor 1 Tahun 2016. Berdasarkan Alquran surat al-
Nisa' ayat 35 masih ada hal-hal yang perlu dikaji kembali.
Ketiga, acara mediasi di Mahkamah Syar‟iyah Bireuen masih
terkendala dengan beberapa hal, yaitu: para pihak berebutan dalam
menyampaikan kehendak, para pihak tidak menyetujui solusi yang
ditawarkan, salah satu pihak tidak hadir, pertikaian yang dilaporkan
sudah mengakar, tidak ada pengertian dari para pihak, keterbatasan
mediator dan ruang mediasi yang masih kurang memadai.
Kesimpulan dari ketujuh jurnal di atas adalah Ditemukan fakta bahwa Adanya
mekanisme mediasi dalam penyelesaian perkara perceraian merupakan manifestasi karena
ketika terjadi permasalahan dalam pernikahan, maka hubungan pernikahan Akan rusak dan
akan terjadi permasalahan
alasan syiqaq dalam mediasi menimbulkan permasalahan tersendiri dimana
terjadinya dualisme hukum dan overlapping yang dilakukan oleh dua lembaga yang
berbeda dalam satu pokok permasalahan
Kendala-kendala ini timbul karena para pihak yang kurang memiliki kesadaran
ataupun Tidak mengetahui keuntungan atau manfaat nyata bagi mereka sehingga mereka
menganggap Proses mediasi hanyalah sebuah langkah formalitas sebelum memasuki tahap
peradilan, yang Mereka pikir apabila mengikuti ataupun tidak mengikuti proses mediasi
tidak akan merubah Pemikiran mereka dan menganggap proses mediasi tidak akan bisa
menyelesaikan perkara Mereka. Yang mengira sengketa mereka akhirnya hanya akan
diselesaikan melalui peradilan.

Anda mungkin juga menyukai