• Hukum acara perdata adalah Peraturan hukum yang Mengatur bagaimana Caranya menjamin
Ditaatinya hukum perdata Materiil dengan perantaraan Hakim.
Pada zaman Pemerintah Hindia Belanda dahulu, terdapat beberapa lembaga peradilan yang berlaku
Bagi orang-orang atau golongan yang berbeda, yaitu
Peradilan Gubernemen
Peradilan Swapraja
Peradilan Adat
Peradilan Agama
Peradilan Desa
1. PENGADILAN GUBERNEMEN
Ialah pengadilan yang dilaksanakan oleh Hakim Pemerintah atas nama Raja/Ratu Belanda
Dengan tatahukum Eropa untuk seluruh daerah Hindia-Belanda.
2. PENGADILAN SWAPRAJA
Ialah pengadilan yang dilaksanakan oleh para Hakim Swapraja. Di Jawa Madura kewenangan
peradilan ini Terbatas untuk mengadili kerabat Raja yang sedarah atau Semenda sampai sepupu
keempat dan para pegawai tinggi Swapraja dalam posisi sebagai Tergugat baik dalam Perkara
perdata maupun perkara pidana yang ringan. Di Luar Jawa Madura kewenangan peradilan ini
terbatas pada Untuk Mengadili Kaula Sendiri.Hakim Swapraja Melaksanakan tugasnya
berdasarkan peraturan swapraja Yang Isinya Mencontoh Peraturan Peradilan
Peribumi/peradilan adat.
3. PENGADILAN ADAT
Adalah pengadilan yang dilaksanakan Hakim Eropa dan juga Hakim Indonesia, tidak Atas nama
Raja/Ratu dan tidak berdasarkan tata hukum Eropa, tetapi dengan tata Hukum adat yang
ditetapkan oleh Residen dengan persetujuan Direktur Kehakiman di Batavia. Daerah-daerah
dimana dilaksanakan Pengadilan Pribumi atau Pengadilan Adat Adalah: Aceh, Tapanuli,
Sumatera Barat, Jambi, Palembang, Bengkulu, Riau,Kalimantan, Sulawesi, Manado, Lombok, dan
Maluku. Kewenangan mengadili peradilan Ini adalah terhadap orang-orang pribumi yang
berdomisili di daerah peradilan, yang Dijadikan Tergugat atau Tersangka. Adapun Penggugat
boleh saja yang bukan penduduk Setempat termasuk misalnya orang Eropa yang merasa
dirugikan. Pengadilan ini Menggunakan hukum acara sendiri yang khusus berupa peraturan
peradilan dari Residen, misalnya: Peraturan Musapat Aceh Besar dan Singkel (1934), Peraturan
Mahkamah Riaw (1933), Peraturan Rapat Palembang (1933), Peraturan Kerapatan Kalimantan
Selatan danTimur (1934), Peraturan Gantarang, Matinggi dan Laikan (Sulawesi Selatan 1933) dan
sebagainya.
4. PENGADILAN AGAMA
Adalah pengadilan yang dilaksanakan oleh Hakim Agama atau Hakim Pribumi atau Hakim
Gubernemen untuk menyelesaikan Perkara yang menyangkut Hukum Islam.
5. PENGADILAN DESA
Ialah pengadilan yang dilaksanakan oleh Hakim Desa baik dalam Lingkungan peradilan
gubernemen, pengdilan pribumi atau Pengadilan Adat maupun pengadilan swapraja di luar
Jawa-Madura. Pengadilan ini Berwewenang mengadili perkara-perkara kecil yang merupakan
urusan Adat atau urusan desa, seperti perselisihan tanah, pengairan, Perkawinan, mas kawin,
perceraian, kedudukan adat dan lain-lain Perkara yang timbul dalam masyarakat adat
bersangkutan. Para hakim Desa tidak boleh menjatuhkan hukuman sebagaimana yang diatur
dalam KUHP dan apabila para pihak yang berselisih tidak puas dengan Keputusan hakim desa ia
dapat mengajukan perkaranya kepada hakim Gubernemen. Organisasi pengadilan desa tidak
diatur dalam perundang-undangan, tetapi diserahkan kepada hukum adat setempat.
• Pada zaman Pemerintahan Hindia Belanda terdapat Beberapa lembaga peradilan yang dibedakan
dalam dua Macam, yaitu peradilan gubernemem dan dan peradilanperadilan lain yang berlaku bagi
golongan bumiputra (orang Indonesia asli).
• Peradilan gubernemen dibedakan menjadi dua lembaga Peradilan, yaitu: peradilan bagi golongan
Eropa dan yang Dipersamakan serta peradilan yang berlaku bagi golongan Bumiputra.
•Untuk luarJawa dan Madura: Rechts Reglement voor de Buitengewesten (reglemen tanah
seberang).
a. Peradilan yang berlaku bagi orang-orang Eropa dan yang dipersamakan Raad Van justitie dan
residentiegerecht sebagai pengadilan tingkat pertama atau Hakim sehari-hari, hukum acara
perdata yang dipergunakan adalah Reglement Op de Burgerlijk Rechtsvordering.
b. Peradilan yang berlaku bagi golongan bumiputra dan yang dipersamakan Landraad yang dalam
perkara-perkara kecil dibantu oleh pengadilan kabupaten Dan pengadilan distrik sebagai
pengadilan tingkat pertama (hakim sehari-hari).Hukum acara perdata yang dipergunakan
sebagai berikut.
1) Untuk Jawa dan Madura: Herziene Indonesisch Reglement (HIR).
2) Untuk luar Jawa dan Madura: Rechts Reglement voor de Buitengewesten (reglemen tanah
seberang).
2. Peradilan-peradilan lainnya yang berlaku bagi golongan bumiputra, seperti peradilan Adat,
peradilan swapraja, dan peradilan agama Islam, mempergunakan hukum Acara yang diatur pada
reglemen yang mengatur masing-masing lembaga peradilan Tersebut
• semua badan pemerintah dan Kekuasaannya, hukum dan undangundang dari pemerintah yang
dulu, tetap Diakui sah dan untuk sementara waktu Asal saja tidak bertentangan dengan Aturan
pemerintah militer
• Raad van justitie dan residentiegerecht Dihapuskan. Dengan demikian, BRv Sebagai hukum acara
perdata yang Diperuntukkan bagi golongan Eropa juga Tidak belaku lagi.
• HIR dan RBg masih tetap berlaku sebagai Peraturan hukum acara di muka Pengadilan negeri untuk
semua golongan Penduduk (semua warga negara Indonesia).
• HIR untuk Jawa dan Madura serta RBg Untuk luar Jawa dan Madura; isinya sama Saja sehingga
secara material sudah ada Keseragaman untuk peraturan hukum Acara perdata bagi semua
pengadilan Negeri di seluruh Indonesia
• sederhana adalah pemeriksaan dan penyelesaian perkara dilakukan Dengan cara efisien dan
efektif. Sementara itu, yang dimaksud Dengan biaya ringan adalah biaya perkara yang dapat
dijangkau oleh Masyarakat.
• tidak mengesampingkan ketelitian dan kecermatan dalam mencari Kebenaran dan keadilan.
Modul 2
KEKUASAAN KEHAKIMAN
• Kekuasaan Kehakiman adalah Kekuasaan negara yang merdeka Guna menegakkan hukum dan
keadilan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 demi terselenggaranya negara hukum Republik
Indonesia. Hal tersebut ditentukan dalam Pasal 1 UU Kekuasaan Kehakiman, baik yang terakhir No
48 Tahun 2009 maupun yang Pertama yaitu UU No 14 Tahun 1964.
• Kekuasaan Kehakiman yang merdeka mengandung pengertian Bahwa kekuasaan kehakiman bebas
dari segala campur tangan Pihak kekuasaan ekstra yudisial, kecuali sebagaimana disebut dalam UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Kebebasan dalam Melaksanakan wewenang Yudisial bersifat
tidak mutlak karena tugas Hakim adalah menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila
sehingga putusannya mencerminkan rasa keadilan rakyat Indonesia..
• Kekuasaan Kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung Dan badan-badan peradilan yang
berada dibawahnya dalam Lingkungan Peradilan Umum, Lingkungan Peradilan Agama, Lingkungan
Peradilan Militer, dan lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara, dan sebuah Mahkamah Konstitusi
(Pasal 18 UU No 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.
• Prinsip pokok kekuasaan Kehakiman adalah terdapatnya jaminan Independensi (Kemerdekaan dan
sikap Impartiality/Tidak Memihak) Dari pelaksanaannya. Peradilan umum sebagai salah satu pelaku
Kekuasaan kehakiman merupakan lingkungan peradilan yang berdiri Sendiri dan terpisah dari
peradilan militer, peradilan agama dan Peradilan tata usaha negara.
• Semenjak berlakunya UU No 8 Tahun 2004, segala urusan mengenai Peradilan Umum, Baik
Menyangkut Teknik Yudisial Maupun Nonyudisial, yaitu urusan organisasi, administrasi, dan
finansial, Berada dibawah Kekuasaan Mahkamah Agung, tidak lagi berkaitan Dengan Departemen
Kehakiman (Sekarang Departemen Hukum dan HAM).
• Peradilan Umum merupakan salah satu pelaku kekuasaan kehakiman bagi Rakyat pencari keadilan
pada umumnya (Pasal 2 UU No 49 Tahun 2009).Peradilan ini dilaksanakan oleh Pengadilan Negeri
atau Pengadilan Tinggi. Di lingkungan peradilan umum, dapat diadakan pengadilan khusus Yang
diatur dengan UU. Pengadilan-Pengadilan khusus yang telah ada saat Ini :
• Adapun yang dimaksud dengan rakyat pencari keadilan adalah setiap orang, Baik WNI maupun
orang asing, dan badan hukum perdata yang mencari Keadilan pada peradilan umum.
• Pembicaraan dalam perkuliahan ini adalah hukum acara perdata, khususnya Yang berlaku di
Pengadilan Negeri dalam lingkungan peradilan umum. Oleh Karena itu pembahasan disini difokuskan
pada pengadilan negeri.
PENGADILAN NEGERI
• PN bertugas dan berwenang memeriksa, memutuskan, serta menyelesaikan perkara pidana dan
perdata di tingkat Pertama, pasal 25 ayat (2) UU no 48 tahun 2009 tentang kekuasaan kehakiman.
• Dalam uu tentang kekuasaan kehakiman, ditentukan bahwa pada dasarnya tempat kedudukan pn
berada di ibu Kota kabupaten/kota sehingga wilayah hukumnya meliputi wilayah kabupaten atau
kota, tetapi tidak menutup Kemungkinan adanya pengecualian. PN dibentuk dengan keputusan
presiden. Pengadilan dapat memberikan Keterangan, pertimbangan dan nasehat tentang hukum
kepada instansi pemerintah didaerahnya apabila diminta.
SUSUNAN ORGANISASI PENGADILAN NEGERI
a. Pimpinan terdiri dari Seorang Ketua dan Seorang wakil ketua; Untuk Menduduki jabatan ini
berpengalaman sekurangnya 10 tahun sebagai hakim PN.
b. Hakim anggota; terdiri atas beberapa orang hakim
c. Seorang Panitera dibantu Wakil Panitera, Panitera Muda dan Panitera Pengganti
d. Juru Sita dibantu oleh Juru sita pengganti
e. Seorang Sekretaris
2) Peradilan Agama;
1) Arbitrase, Psl 377 dan 705 RBg mengakui eksistensi Arbitrase ; Jika Orang Indonesia
atau Timur Asing menghendaki penyelesaian Perselisiah dapat diputus oleh
Arbitrase (Juru Pisah); Mereka wajib tunduk kepada Rv sebagaimana diatur dalam
buku ketiga yang Terdiri atas Psl 615 – 651 (UU Arbitrase Nasional).
Tempat kedudukan atau daerah hukum menentukan batas wewenang suatu Pengadilan
Negeri (relative kompetentie, distribution of authority).Patokan atau Batasan pengajuan
gugatan agar tidak salah atau keliru :
1. ACTOR SEQUITUR FORUM REI (Psl 118 ayat 1 HIR, 142 ayat 1 RBg) : (a) Mengadili
perdata adalah PN tempat tinggal tergugat – (b) Gugatan diajukan ke PN tempat tinggal
tergugat.
a.Yang dimaksud tempat tinggal; 1) kediaman; 2) alamat tertentu; 3) kediaman sebenarnya
b.Sumber menentukan tempat tinggal tergugat; 1) KTP; 2) Kartu Rumah Tangga; 3) Surat
Pajak; 4) AD Perseroan
f.Penerapannya apabila objek sengketa bergerak dan tuntutan ganti kerugian atas perbuatan
melawan hukum
2.ACTOR SEQUITUR FORUM REI DENGAN HAK OPSI
• Sengketa Hukum; Perselisihan yang timbul karena Kepentingan yang berbeda bahkan
saling Bertentangan.
• Peristiwa Hukum; Suatu keadaan atau kejadian yang mampu menggerakkan peraturan
perundangundangan (Jual beli, sewa menyewa, dsb).
• Sengketa Yang Bukan Sengketa Hukum; Sengketa yang tidak ada dasar hukumnya
(Perselisihan Akibat bercanda atau saling mengejek)
JENIS-JENIS SENGKETA
• Sengketa yurisdiksi (Geschillen Van Rechtsmacht); Sengketa antara satu pengadilan dan
Pengadilan yang lain tentang kewenangan mengadili (Kompetensi); (a) Sengketa Yurisdiksi
Positif dan (b) yurisdiksi negatif.
• Sengketa Eksekusi; Perlawanan Putusan Eksekusi; (a) Pihak tereksekusi dan (b) Pihak Ketiga
• Sengketa Prayudisial; (a) Sengketa mengenai tidak diikutinya tertib proses, dan
(b)Voluntaria tidak dilakukan dalam sidang tertutup
• Sengketa Hukum yang diakibatkan adanya Perbuatan Melawan Hukum; Adanya perbuatan
Melawan hukum
• Sesuatu yang diberikan Hukum kepada Subjek Hukum : (1) Hukum memberikan hak
kepada Seseorang (2) Hukum membebani kewajiban kepada seseorang (3) Hukum
melindungi Kepentingan seseorang (4) Perbuatan Melawan hukum.
• (1) Damai diluar pengadilan (2) Bantuan lembaga tertentu (P4D/P4P) (3) Bnatuan Badan
Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) atau dengan Alternative Dispute Resolution (ADR) (4)
Melalui Pengadilan, dan tidak boleh main hakim sendiri (eigenrichting)
• Gugatan; adalah suatu tuntutan hak (Tuntutan Perdata/bugerlijke vordering – 118(1) HIR)
Yang mengandung sengketa Hukum.
Seriap orang yang merasa mempunyai hak dan ingin menuntutnya atau ingin
Mempertahankan atau membelanya berwenang untuk bertindak selaku pihak, baik selaku
Penggugat maupun selaku tergugat (legitima persona standi in judictio) Orang-orang yang
dianggap tidak mampu bertindak sebagai pihak atau tidak mempunyai Kemampuan
prosesuil di muka pengadilan : 1) Belum cukup umur; 2)Berada dibawah Pengampuan; 3)
Pemboros dan Pemabuk; 4) Seorang isteri yang tunduk pada KUHPerdata; 5) orang yang
telah meninggal dunia
BENTUK GUGATAN
1.erbentukk Lisan; 120 HIR/144 RBg; Bilamana penggugat buta huruf maka gugatannya Dapat
dimasukan dengan lisan kepada ketua PN yang mencatat gugatan itu atau Menyuruh mencatatnya
2.Berbentuk Tertulis; 118 (1) HIR; Gugat harus diajukan dengan surat permintaan yang
Ditandatangani oleh penggugat atau wakilnya (Surat Gugat/Surat Gugatan);Yang berhak dan
berwenang membuat dan mengajukan gugatan perdata : (a) Penggugat Sendiri (b) Kuasa
• Harus memuat tiga hal; 1) Identitas para pihak, harus terang – 2) Fundamentum Petendi, Harus
jelas dan tegas – 3) Petitum, harus terang dan pasti.
2.FUNDAMENTUM PETENDI; Atau dasar gugatan dalam perkara perdata; yang isinya adalah Dalil-
dalil konkret tentang adanya hubungan hukum yang merupakan dasar serta alasanalasan tuntutan
(middelen van den eis) Terdiri dua bagian : Pertama; Menguraikan kejadiankejadian atau peristiwa
konkret yang menimbulkan sengketa hukum. Kedua; bagian yang Menguraikan hukum
3.PETITUM / petita / petory / conclosum; Pokok Tuntutan; Petitum Gugatan berisi pokok Tuntutan
penggugat; berupa deskripsi yang terang dan pasti menyebut satu persatu pada Akhir gugatan
tentang hal-hal uang menjadi pokok tuntutan penggugat yang harus Dinyatakan dan dibebankan
kepada tergugat oleh hakim didalam putusannya.
a. Bentuk Petitum: (1) Bentuk Tunggal; apabila deskripsi yang menyebut satu per satu Pokok
tuntutan tidak diikuti dengan susunan deskripsi petitum lain yang bersifat alternatif Atau
subsidiair. (2) Bentuk alternatif.
b. Petitum Yang tidak memenuhi syarat:
(2) Dalam petitum dituntut agar tergugat dihukum membayar ganti rugi tetapi tidak Diperinci dalam
gugatan tidak memenuhi syarat (3) Petitum yang bersifat negatif (4) Tidak sejalan dengan dalil
gugatan
4. Dimana Gugatan diajukan; (Pasal 118 HIR) : (1) Tingkat pertama PN – (2) Jika tergugat dua Orang,
gugatan disalah satu tempat tergugat – (3) Jika tempat tergugat tidak dikenal, maka di PN Penggugat
berada – (4) Jika ditentukan tempat diam, maka gugatan di tempat diam.