Anda di halaman 1dari 10

Universitas Pamulang S1 Hukum

PERTEMUAN 21

Badan Peradilan

A. TUJUAN BELAJAR

Setelah mahasiswa menyelesaikan pertemuan ke-21 ini diharapkan mampu :

1.1 Mahasiswa dapat menjelaskan dan menjabarkan Macam-macam Lembaga


Peradilan Hukum di Negara Indonesia

B. URAIAN MATERI

1. Macam-macam Lembaga Peradilan Hukum di Indonesia

Dalam sebuah pembentukan Negara tentulah harus memiliki suatu badan


peradilan dikarenakan dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara tidak mungkin
tidak adanya sebuah konflik atau sengketa yang akan terjadi dikemudian hari. Oleh
karena Negara merupakan sebuah Negara Hukum maka proses penyelesaian
sengketa apapun dan dimanapun harus memalui proses hukum yang berlaku agar
tidak adanya sebuah diskriminasi dan ketidak adilan yang tidak merata terjadi dimana
mana karena adanya hukum rimba yang mana menang kalah ditentukan oleh
kekuatan semata bukan ditentukan oleh kepastian dan juga fakta hukum yang ada. Di
Negara Indonesia yang memiliki bentu Negara Unitaris atau Kesatuan dan bentuk
pemerintahan republic serta sistem pemrintahan Presidensil maka Negara hukum
atau rechtstaat merupakan sebuah landasan utama yang tertuang di dalam Konstitusi.
Kelaziman di Indonesia, hakim satu memakai undang undang sebagai dasar
keuputusannya, yang lain memakai hukum adat sebagai dasar putuannya, bahkan
juga menggunakan jurisprudensi sebagai dasar putusannya maka sangat perlu
mencoba membandingkan paradigma hukum antara civil law system dengan common
law system1. Hal ini sangat beralasan, mengingat masyarakat Indonesia termasuk
tepologi yang sesuai dengan kepraktisan. Sabian Usman menyatakan bahwa system
common law yang dianggap praktis dan efisien ketimbang civil law system Dasar
hukum yang secara khusus mengatur tentang lembaga peradilan di Indonesia adalah
pasal 24 ayat (2) dan pasal 24B ayat (1) UUD Tahun 1945. Berdasarkan isi kedua
pasal tersebut, kita dapat mengetahui badan-badan atau lembaga-lembaga dalam
peradilan di Indonesia. Lembaga peradilan disetiap Negara memiliki peranan penting
dalam menyelesaikan permasalahan hukum baik itu dalam konteks pidana, perdata,
ataupun administrative. Sehingga sanksi hukum sampai saat ini masih saja
merupakan alat yang paling ampuh untuk menjaga wibawa hukum atau dengan kata

1
Sabian Utsman, Menuju Penegakan Hukum Responsive, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,
2008, hal 71

Hukum Tata Negara 252


Universitas Pamulang S1 Hukum

lain agar setiap orang patuh terhadap hukum itu sendiri 2. Lembaga-lembaga yang
dimaksud dalam Negara Indonesia adalah Mahkamah Agung dan badan peradilan
yang berada di bawahnya, yaitu peradilan umum, peradilan agama, peradilan militer,
dan peradilan tata usaha negara. Selain itu, terdapat juga lembaga Mahkamah
Konstitusi dan Komisi Yudisial. Penjelasan dari lembaga-lembaga tersebut sebagai
berikut.

a. Mahkamah Agung (MA)


Mahkamah Agung merupakan sebuah pengadilan umum yang mana ia adalah
lembaga tertinggi dari lembaga Umum yang lainnya dikarenakan suatu tindakan
dalam proses peradilan yang terjadi maka upaya terakhir yang akan bisa ditempuh
adalah final sampai di tingkat Mahkamah Agung. Mahkamah Agung berada di
pusat dan tidak memiliki cabang di daerah sehingga ia bersifat sentral dari seluruh
wilayah Negara Republik Indonesia. Mahkamah Agung merupakan lembaga
pengadilan tertinggi di Indonesia. Dalam melaksanakan tugas, Mahkamah Agung
terlepas dari pengaruh pemerintah dan pengaruh-pengaruh lainnya. Hal itu diatur
dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 1985 mengenai Mahkamah Agung. Tempat kedudukan
Mahkamah Agung adalah di ibu kota negara dan wilayah hukumnya meliputi
seluruh wilayah Indonesia. Kekuasaan dan wewenang Mahkamah Agung sebagai
berikut :

(1) Memeriksa dan memutuskan permohonan kasasi, sengketa tentang


kewenangan mengadili, serta permohonan peninjauan kembali putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

(2) Memberikan pertimbangan dalam bidang hukum, baik diminta maupun tidak
pada lembaga tinggi negara.

(3) Memberikan nasihat hukum kepada presiden sebagai kepala negara untuk
pemberian dan penolakan grasi.

(4) Menguji secara materiil peraturan perundang-undangan di bawah undang-


undang.

(5) Melaksanakan tugas dan kewenangan lain berdasarkan undang-undang.

Jabatan ketua Mahkamah Agung periode 2009–2014 dipegang oleh Harifin A.


Tumpa yang dilantik oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 10
Februari 2009. Harifin A. Tumpa ini menggantikan Bagir Manan.

2
Zairin Harahap, Hukum Acara Peradulan Tata Usaha Negara, Rajawali, Jakarta, 1997, hal
147

Hukum Tata Negara 253


Universitas Pamulang S1 Hukum

b. Peradilan Umum
Peradilan umum merupakan salah satu lembaga pelaksana kekuasaan kehakiman
bagi rakyat pencari keadilan pada umumnya. Lembaga yang termasuk dalam
peradilan umum adalah Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi.

(1) Pengadilan Negeri


Pengadilan Negeri adalah lemabag peradilan yang dibentuk untuk memproses
suatu kasus ditingkat pertama, dimana ini memiliki badan pengadilan disetiap
daerah sehingga memungkinkan setiap kasus yang ada dapat di proses dan
ditampung di dalamnya sesuai dengan kenetuan yang ada. Pengadilan Negri
inipun juga merupakan sebuah lembaga kekuasaan kehakiman yang
berkedudukan di ibu kota kabupaten atau kota. Daerah hukumnya mencakup
wilayah kabupaten atau kota tersebut. Kewenangan Pengadilan Negeri
sebagai memeriksa, memutuskan, dan menyelesaikan perkara pidana dan
perdata pada tingkat pertama, memberikan keterangan, pertimbangan, dan
nasihat hukum pada instansi, pemerintah di daerahnya apabila diminta, ketua
Pengadilan Negeri berkewajiban melakukan pengawasan atas pekerjaan
penasihat hukum dan notaris di daerah hukumnya dan melaporkan hasil
pengawasannya kepada ketua Pengadilan Tinggi, ketua Mahkamah Agung,
dan menteri yang tugas dan tanggung jawabnya meliputi jabatan notaris.

(2) Pengadilan Tinggi


Pengadilan Tinggi merupakan lembaga kekuasaan kehakiman yang
berkedudukan di ibu kota provinsi. Wilayah kerja Pengadilan Tinggi meliputi
wilayah provinsi itu. Susunan Pengadilan Tinggi terdiri atas pimpinan, hakim
anggota, panitera, dan sekretaris. Kewenangan yang dimiliki oleh Pengadilan
Tinggi sebagai mengadili perkara pidana dan perdata pada tingkat banding,
mengadili di tingkat pertama dan terakhir sengketa kewenangan mengadili
antara Pengadilan Negeri di wilayah hukumnya, memberikan keterangan,
pertimbangan, dan nasihat hukum pada instansi pemerintah di daerahnya
apabila diminta, ketua Pengadilan Tinggi berkewajiban melakukan
pengawasan terhadap jalannya peradilan di tingkat Pengadilan Negeri dan
menjaga supaya peradilan dilaksanakan dengan saksama dan sewajarnya.

c. Peradilan Agama
Keberadaan peradilan agama diatur dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan
Agama. Lembaga peradilan yang berada dalam lingkup peradilan agama adalah
Pengadilan Agama dan Pengadilan Tinggi Agama.

(1) Pengadilan Agama

Hukum Tata Negara 254


Universitas Pamulang S1 Hukum

Pengadilan Agama dikhususkan hanya untuk wargan Negara Indonesia yang


mempercayai agama islam, dikarenakan mayoritas penduduk di Indonesia
adalah Islam sehingga pembentukan Pengadilan Agama dilakukan melalui
undang-undang dengan daerah hukum meliputi wilayah kota atau kabupaten.
Bidang-bidang yang menjadi cakupannya adalah perkawinan; warisan, wasiat,
hibah; wakaf dan shadaqah; serta ekonomi syariah. Wewenang peradilan
agama sebagai memeriksa, memutuskan, dan menyelesaikan perkara-perkara
di tingkat pertama antara orang-orang yang di bidang perkawinan, hak waris,
wasiat, hibah yang berdasarkan hukum Islam, wakaf, dan shadaqa, bidang-
bidang perkawinan, yaitu hal-hal yang diatur dalam undang-undang mengenai
perkawinan yang berlaku, bidang kewarisan, yaitu penentuan seseorang untuk
menjadi hak waris, penentuan harta peninggalan, penentuan bagian hak waris,
dan melaksanakan pembagian harta peninggalan itu. Pengadilan Agama
merupakan pengadilan tingkat pertama. Pengadilan Agama adalah organ
kekuasaan kehakiman dalam lingkungan peradilan agama yang berkedudukan
di kota atau di ibu kota kabupaten, dan daerah hukumnya meliputi wilayah kota
atau kabupaten.

(2) Pengadilan Tinggi Agama


Pengadilan Tinggi Agama adalah lembaga kekuasaan kehakiman yang berada
di lingkup kerja peradilan agama. Pengadilan ini merupakan pengadilan tingkat
banding. Kedudukan Pengadilan Tinggi Agama adalah di ibu kota provinsi
dengan wilayah kerja meliputi daerah provinsi tersebut. Tugas dan wewenang
Pengadilan Tinggi Agama sebagai mengadili perkara yang menjadi
kewenangan Pengadilan Agama tingkat banding, mengadili di tingkat pertama
dan terakhir sengketa kewenangan antar-Pengadilan Agama di wilayah
hukumnya.

d. Peradilan Militer
Peradilan Militer diatur dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1997. Peradilan
Militer adalah badan yang melaksanakan kekuasaan kehakiman di lingkungan
angkatan bersenjata, yang meliputi Pengadilan Militer, Pengadilan Militer Tinggi,
Pengadilan Militer Utama, dan Pengadilan Militer Tempur. Peradilan Militer ini
tidak dimaksudkan untuk memproses suatu peradilan yang mana suatu kasus
yang sedang di alami oleh warga Negara biasa atau sipil, karena sifatnya khusus
maka peradilan militer ini masuk kedalam kategori peradilan khusus yang hanya
menangani person nya adalah seseorang yang memiliki status sebagagai Militer di
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Adapun wewenang Pengadilan Militer
sebagai berikut:

(1) Mengadili tindak pidana yang dilakukan oleh seseorang yang pada waktu
melakukan tindak pidana adalah seorang prajurit, yang berdasarkan undang-
undang dipersamakan dengan prajurit, anggota suatu golongan atau jawatan

Hukum Tata Negara 255


Universitas Pamulang S1 Hukum

atau badan atau yang dipersamakan atau dianggap sebagai prajurit


berdasarkan undang-undang.

(2) Memeriksa, memutuskan, dan menyelesaikan sengketa tata usaha angkatan


bersenjata yang bersangkutan atas permintaan dari pihak yang dirugikan
sebagai akibat tindak pidana yang menjadi dasar dakwaan, sekaligus
memutuskan kedua perkara tersebut dalam suatu putusan.

Adapun badan yang melaksanakan suatu proses kekuasaan kehakiman di


dalam lingkungan angkatan bersenjata yang apabila ada sebuah pelanggaran
ataupun kejahatan yang dilakukan oleh suatu angkatan militer, ialah Pengadilan
Militer, Pengadilan Militer Tinggi, Pengadilan Militer Utama, dan Pengadilan
Militer Tempur sebagai berikut :

(1) Pengadilan Militer


Tugas Pengadilan Militer adalah memeriksa dan memutuskan pada tingkat
pertama perkara pidana yang terdakwanya adalah prajurit yang pangkatnya
kapten ke bawah. Dalam hal memeriksadan memutus perkara pidana pada
tingkat pertama makasusunan persidangan pada Pengadilan Militer terdiri atas
seorang hakim ketua dan dua orang hakim anggota yang dihadiri olehseorang
oditur militer/oditur militer tinggi dan dibantu seorangpanitera. Dalam
persidangan Pengadilan Militer hakim ketua paling rendah berpangkat mayor,
sedangkan hakim anggota dan oditur militer paling rendah berpangkat kapten.

(2) Pengadilan Militer Tinggi


Susunan perangkat persidangan dalam Pengadilan Militer Tinggi sama
dengan Pengadilan Militer. Perbedaan susunan pejabat terjadi jika memeriksa
dan menuntut perkara sengketa tata usaha angkatan bersenjata pada tingkat
pertama. Dalam hal ini susunannya meliputi satu orang hakim ketua, dua
orang hakim anggota, dan dibantu seorang panitera. Pangkat hakim ketua
dalam lembaga ini paling rendah adalah kolonel dan hakim anggotanya yang
paling rendah adalah letnan kolonel. Kewenangan Pengadilan Militer Tinggi
sebagai memeriksa dan memutuskan perkara di tingkat pertama, perkara
pidana yang terdakwanya adalah prajurit atau salah satu prajuritnya
berpangkat mayor ke atas, serta menyelesaikan sengketa tata usaha angkatan
bersenjata, memeriksa dan memutuskan pada tingkat banding perkara pidana
yang telah diputus oleh Pengadilan Militer dalam daerah hukumnya yang
dimintakan banding, memutus pada tingkat pertama dan terakhir sengketa
kewenangan mengadili antarPengadilan Militer dalam wilayah hukumnya.

(3) Pengadilan Militer Utama

Hukum Tata Negara 256


Universitas Pamulang S1 Hukum

Kewenangan lembaga peradilan ini adalah memeriksa dan memutus pada


tingkat banding perkara pidana dan sengketa tata usaha angkatan bersenjata
yang telah diputus pada tingkat pertama oleh Pengadilan Militer Tinggi yang
dimintakan banding.

(4) Pengadilan Militer Pertempuran


Pengadilan Militer Pertempuran bersidang untuk memeriksadan menuntut
perkara sengketa tata usaha angkatan bersenjata pada tingkat pertama.
Susunan perangkat pengadilannya sama dengan Pengadilan Militer.
Kewenangan Pengadilan MiliterPertempuran adalah memeriksa dan
memutuskan pada tingkat pertama dan terakhir perkara pidana yang telah
dilakukan oleh seorang prajurit di daerah pertempuran. Dengan begitu,
Pengadilan Militer Pertempuran berkedudukan di daerah pertempuran.

e. Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN)


Dalam lingkungan peradilan tata usaha negara terdapat dua lembaga kekuasaan
kehakiman, yaitu Pengadilan Tata Usaha Negara dan Pengadilan Tinggi Tata
Usaha Negara (PTTUN). Keputusan Tata Usaha Negara adalah merupakan
penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara
berdasarkan atas peraturan perundang undangan yang bersifat konkrit, individual
atau privat dan final3.

(1) Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN)


Pengadilan Tata Usaha Negara dibentuk melalui keputusan presiden.
Kedudukan lembaga ini berada di daerah kota atau kabupaten. Tugas
Pengadilan Tata Usaha Negara adalah memeriksa, memutuskan, dan
menyelesaikan sengketa tata usaha negara tingkat pertama. Pengadilan Tata
Usaha Negara adalah pengadilan tingkat pertama.

(2) Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (PTTUN)


Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (PTTUN) merupakan sebuah lembaga
yang dibentuk berdasarkan undang-undang. Daerah hukumnya meliputi
wilayah provinsi. Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara merupakan
pengadilan tingkat banding. Sebagai sebuah lembaga keperadilan, PTTUN
memiliki tugas dan kewenangan sebagai memeriksa dan memutuskan
sengketa tata usaha negara di tingkat banding, memeriksa dan memutuskan
di tingkat pertama dan terakhir sengketa kewenangan mengadili antar-
Pengadilan tata usaha negara dalam wilayah hukumnya, memeriksa,
memutuskan, dan menyelesaikan di tingkat pertama sengketa tata usaha
negara.

3
Soegijatno Tjakra Negara, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara , Sinar Grafika,
Jakarta, 1994, hal 4

Hukum Tata Negara 257


Universitas Pamulang S1 Hukum

f. Mahkamah Konstitusi
Mahkamah Konstitusi merupakan sebuah lembaga kehakiman di negara
Indonesia. Mahkamah Konstitusi adalah salah satu lembaga negara yang
melakukan kekuasaan kehakiman yang merdeka untuk menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Lembaga ini memiliki beberapa
kekuasaan dalam hal-hal yang bersifat apabila ada sengketa memberikan solusi
yang final dan tidak dapat diganggu gugat atau upaya banding dan kasasi.
Mahkamah Konstitusi berkedudukan di ibu kota negara Republik Indonesia.
Mahkamah Konstitusi dibentuk setelah terjadi perubahan atau amendemen UUD
1945 yang keempat. Pembentukannya berdasarkan Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi. Susunan Mahkamah Konstitusi terdiri
atas seorang ketua merangkap anggota, seorang wakil ketua merangkap anggota,
dan tujuh orang anggota hakim konstitusi yang ditetapkan dengan keputusan
presiden. Dengan demikian, seluruh hakim konstitusi berjumlah sembilan orang
hakim. Didalam Undang-undang Dasar 1945 Pasal 24 ayat (2) UUD 1945
menyatakan, Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung
dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan
umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan
peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi. Berdasarkan
ketentuan tersebut, Mahkamah Konstitusi merupakan salah satu pelaku
kekuasaan kehakiman selain Mahkamah Agung. Kekuasaan kehakiman
merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hukum dan keadilan. Dengan demikian, Mahkamah Konstitusi
adalah suatu lembaga peradilan, sebagai cabang kekuasaan yudikatif, yang
mengadili perkara-perkara tertentu yang menjadi kewenangannya berdasarkan
ketentuan UUD 1945.

Berdasarkan Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 yang ditegaskan kembali dalam
Pasal 10 ayat (1) huruf a sampai dengan d UU 24/2003, kewenangan Mahkamah
Konstitusi adalah menguji undang-undang terhadap UUD 1945; memutus
sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD
1945; memutus pembubaran partai politik; dan memutus perselisihan tentang hasil
pemilihan umum. Selain itu, berdasarkan Pasal 7 ayat (1) sampai dengan (5) dan
Pasal 24C ayat (2) UUD 1945 yang ditegaskan lagi oleh Pasal 10 ayat (2) UU
24/2003, kewajiban Mahkamah Konstitusi adalah memberikan keputusan atas
pendapat DPR bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden telah melakukan
pelanggaran hukum, atau perbuatan tercela, atau tidak memenuhi syarat sebagai
Presiden dan/atau Wakil Presiden sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945.
Suatu lembaga peradilan baik itu dala badan peradilan umum dan atau
badan peradilan khusus maka adapun hakim yang akan menjadi tuan rumah atau
yang memberikan sebuah proses peradilan itu berjalan. Hakim konstitusi harus
memenuhi syarat, yaitu memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela, adil,

Hukum Tata Negara 258


Universitas Pamulang S1 Hukum

serta negarawan yang menguasai konstitusi dan ketatanegaraan. Sembilan hakim


konstitusi ditunjuk oleh presiden dengan masa jabatan tiga tahun. Ketua
Mahkamah Konstitusi pertama dipegang oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie diganti
oleh Prof. Dr. Mohammad Mahfud M.D. untuk periode 2008–2011. Mahkamah
Konstitusi memiliki wewenang untuk mengadili pada tingkat pertama dan terakhir,
yang putusannya bersifat final yaitu untuk menguji undang-undang terhadap UUD
1945, memutuskan sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya
diberikan UUD 1945. Dalam hubungannya dengan partai politik dan pemilihan
umum, Mahkamah Konstitusi dapat memutuskan pembubaran partai politik.
Mahkamah Konstitusi juga berhak memutuskan perselisihan tentang hasil
pemilihan umum.

g. Komisi Yudisial
Komisi Yudisial dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun
2004. Menurut undang-undang ini, Komisi Yudisial merupakan lembaga negara
yang bersifat mandiri. Dalam pelaksanaan wewenangnya, Komisi Yudisial bebas
dari campur tangan atau pengaruh kekuasaan lain. Komisi Yudisial terdiri atas
pimpinan dan anggota yang berjumlah tujuh orang. Mereka berasal dari mantan
hakim, praktisi hukum, akademisi hukum, dan anggota masyarakat. Adapun dasar-
dasar Hukumnya adalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 Pasal 24A ayat (3):Calon hakim agung diusulkan Komisi Yudisial kepada
Dewan Perwakilan Rakyat untuk mendapatkan persetujuan dan selanjutnya
ditetapkan sebagai hakim agung oleh Presiden. Pasal 24B Komisi Yudisial bersifat
mandiri yang berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung dan
mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan,
keluhuran martabat,serta perilaku hakim, Anggota Komisi Yudisial harus
mempunyai pengetahuan dan pengalaman di bidang hukum serta memiliki
integritas dan kepribadian yang tidak tercela, Anggota Komisi Yudisial diangkat
dan diberhentikan oleh Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat,
Susunan, kedudukan, dan keanggotaan Komisi Yudisial diatur dengan undang-
undang.

1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 Tentang Komisi Yudisial.


2) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 1985 Tentang Mahkamah Agung.
3) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Hakim.
4) Undang-Undang Nomor 49 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum.
5) Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama.
6) Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1985 tentang Peradilan Tata Usaha Negara

Hukum Tata Negara 259


Universitas Pamulang S1 Hukum

7) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang


Nomor 22 Tahun 2004 Tentang Komisi Yudisial.

Komisi Yudisial berwenang untuk mengusulkan pengangkatan hakim agung.


Selain itu, lembaga ini juga berwenang untuk menjaga dan menegakkan kehormatan,
keluhuran martabat, serta perilaku hakim. Komisi Yudisial terdiri atas pimpinan dan
anggota. Pimpinan Komisi Yudisial terdiri atas seorang ketua dan seorang wakil
ketuayang merangkap anggota. Komisi Yudisial mempunyai tujuh orang anggota yang
merupakan pejabat negara yang direkrut dari mantan hakim, praktisi hukum,
akademisi hukum, dan anggota masyarakat. Tugas dari Komisi Yudisial sebagai
berikut:

(1) Mengusulkan pengangkatan hakim agung. Tugas itu dilakukan dengan


cara melakukan pendaftaran calon hakim agung, melakukan seleksi
terhadap calon hakim agung, menetapkan calon hakim agung.

(2) Menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku


hakim. Untuk melaksanakan tugas itu, Komisi Yudisial melakukan hal-hal
sebagai menerima laporan pengaduan masyarakat tentang perilaku hakim,
melakukan pemeriksaan terhadap dugaan pelanggaran perilaku hakim,
membuat laporan hasil pemeriksaan berupa rekomendasi yang
disampaikan kepada Mahkamah Agung dan tembusannya disampaikan
kepada presiden dan DPR. Mengidentifikasi Alat Kelengkapan Lembaga
Peradilan.

Kesimpulan

Hukum lahir dan diciptakan untuk mencari dan mewujudkan kehidupan masyarakat
yang damai, tenteram, adil, dan berprikemanusiaan. Agar hukum dapat berjalam efektif
maka perlu diadakan penegakan hukum. Menurut Laurence M Friedman akan terciptanya
sebuah keadilan Hukum apabila memenuhi tiga unsur utama yang ialah Substansi atau
Hukum norma norma yang berlaku lalu, struktur atau aparat yang menjadikan nya sebagai
penggerak dan juga pelaksana norma tersebut , lalu yang terakhir adalah living law atau
adat law dimana kebudayaan menjadikan sebuah unsur utama penting dalam proses
penegakan hukum. Karena akan percuma apabila hukum sudah bagus lalu aparat sudah
bagus namun mayoritas kebudayaan dan kebiasaan masyarakat masih saja melanggar
hukum dan cenderung sering dilakukan. Oleh karenanya suatu Negara wajib memfasilitasi
dan mengakomodir suatu badan peradilan yang bebas intervensi dan independen. Karena
peradilan adalah harapan terakhir dalam sebuah proses penegakan keadilan bagi mereka
mereka yang merasa di dzalimi atau dirugikan baik secara matril dan juga non matril.
Penegakan hukum yang dimaksud juga adalah termasuk pemberian hukuman atau sanksi
pidana ataupun perdata) bagi pelanggar hukum. Untuk itu, dibutuhkan lembaga penegak
hukum dan pejabat hukum. Lembaga peradilan adalah alat perlengkapan negara yang

Hukum Tata Negara 260


Universitas Pamulang S1 Hukum

bertugas mempertahankan tetap tegaknya hukum nasional. Jika terjadi pelanggaran


hukum maka pelaku pelanggaran hokum harus dihadapkan ke muka pengadilan.
Pengadilan atau badan peradilan merupakan satu lembaga penegakan hukum di
Indonesia. Dengan kata lain, proses penegakan hukum dan lembaga yang
melaksanakannya biasa disebut peradilan dan pengadilan. Pengertian antara peradilan
dan pengadilan memiliki perbedaan. Dimana peradilan merupakan suatu prosesnya
namun lain halnya pengadilan merupakan suatu badannya atau tempat proses peradilan
dilaksanakan.

C. LATIHAN SOAL / TUGAS

Soal :

1. Apa yang saudara ketahui tentang badan peradilan ?

2. Jelaskan badan peradilan yang berada di Negara Indonesia

3. Sebutkan jenis-jenis badan peradilan !

4. Apa yang saudara ketahui tentang lembaga Mahkamah Agung

5. Jelaskan secara singkat keberadaan Mahkamah Konstitusi !

D. DAFTAR PUSTAKA

Sabian Utsman, Menuju Penegakan Hukum Responsive, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,


2008.

Zairin Harahap, Hukum Acara Peradulan Tata Usaha Negara, Rajawali, Jakarta, 1997.

Soegijatno Tjakra Negara, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara , Sinar Grafika,
Jakarta, 1994.

Peraturan Perundang-Undangan :

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.

Undang-undang No. 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman

Undang-undang no 49 Tahun 2009 Perubahan Kedua atas Undang-undang No 2 Tahun


1986 Tentang Peradilan Umum

Hukum Tata Negara 261

Anda mungkin juga menyukai