HUKUM ACARA
(PHI)
OLEH : FEMMY SILASWATY FARIED, SH., MH., M.KN
HUKUM ACARA
Hukum Acara •
Hukum Acara Pidana adalah keseluruhan aturan hukum yang mengatur tentang cara
bagaimana mempertahankan atau menyelenggarakan hukum pidana materil,
sehingga memperoleh keputusan Hakim dan cara bagaimana keputusan itu harus
dilaksanakan.
Mustafa Abdullah dan Ruben Achmad menyatakan bahwa Hukum Acara Pidana
sebagai realisasi hukum pidana adalah hukum yang menyangkut cara pelaksanaan
penguasa nienindak warga yang didakwa bertanggung jawab atas suatu delik
(peristiwa pidana).
Hukum Acara Pidana
• Bila diduga atau diketahui terjadi peristiwa pidana maka, dilakukan penyidikanoleh Polisi atau PPNS tertentu yang
diberi wewenang khusus oleh undang-undang. Penyidikan ini dilakukan untuk mencari dan mengumpulkan bukti-
bukti yang berguna untuk menemukan siapa yang merupakan tersangka yang melakukan tindak pidana.
• Setelah si tersangka dan barang bukti ditemukan maka perkara ini dilimpahkan kepada Jaksa (Penuntut Umum) yang
akan melakukan penuntutan di Pengadilan Negeri supaya diperiksa dan diputus oleh Hakim di sidang pengadilan.
• Pemeriksaan di sidang pengadilan dilakukan oleh Hakim yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk
mengadili (menerima,memeriksa dan memutus perkara pidana).
• Hakim mengadili berdasarkan asas bebas, jujur dan tidak memihak. Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut Hakim
menetapkan keputusan.
Putusan adalah pernyataan Hakim yang diucapkan dalam sidang Pengadilan Terbuka yang dapat berupa pemidanaan
(penjatuhan hukuman) atau bebas (bila apa yang didakwakan dalam pengadilan tidak terbukti secara sah) atau
putusan lepas dari segala tuntutan hukum (perbuatan yang terbukti tetapi perbuatan tersebut bukan merupakan
delik).
• Setelah Hakim menjatuhkan putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, maka Jaksa menjalankan isi
putusan tersebut.
Upaya Hukum
Bila putusan Hakim sudah dijatuhkan dan para pihak (Jaksa atau terdakwa) tidak puas, bagi mereka
diberikan upaya hukum berupa :
1. Upaya Hukum Biasa yaitu :
Melalui pemeriksaan tingkat banding diajukan ke Pengadilan Tinggi oleh terdakwa/kuasanya atau oleh
Jaksa melalui pemeriksaan untuk kasasi yang diajukan ke Mahkamah Agung.
Permintaan kasasi terhadap putusan bebas tidak dapat dilakukan.
2. Upaya Hukum Luar Biasa yaitu :
Demi kepentingan hukum.terhadap semua putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap,
dapat diajukan satu kali pemeriksaan kasasi oleh Jaksa Agung kepada Mahkamah Agung. Kasasi di sini
bertujuan untuk mencapai kesatuan penafsiran hukum oleh pengadilan.
Peninjauan Kembali adalah upaya hukum yang dapat ditempuh oleh terpidana dalam suatu kasus
hukum terhadap suatu putusan pengadilan yan telah berkekuatan hukum tetap dalam sistem
peradilan di Indonesia.
Pra- Peradilan
1. Satu macam pemeriksaan yang tidakdikenal dalam HIR/RID tetapi diuraikan dalam
UU No. 8/1981 tentang KUHAP yaitu Pra Peradilan.
Pemeriksaan dalam Pra Peradilan ialah perkara : • Mengenai sengketa tentang sah
atau tidaknya penangkapan, penahanan, penghentian penyidikan atau penghentian
penuntutan. • Mengenai ganti kerugian dan atau rehabilitasi bagi seseorang yang
perkara pidananya dihentikan pada tingkat penyidikan atau penuntutan.
Sidang pengadilan dilakukan oleh cukup Hakim tunggal yang dibantu seorang
Panitera. Permohonan Pra Peradilan ini diajukan oleh tersangka, keluarga tersangka
atau kuasanya kepada Ketua Pengadilan Negeri. Acara pemeriksaan Pra Peradilan
ini harus cepat dan singkat, oleh karena dalam waktu sepuluh hari setelah
diterimanya penuntutan, Hakim harus menjatuhkan putusannya.
Hukum Acara Perdata
Sumber hukum yang lain selain yang telah disebutkan di atas ialah :
Undang-undang Darurat no. 1 tahun 1951 tentang kesatuan susunan kekuasaan Acara Pengadilan
Sipil yang menunjuk RID sebagai pedoman.
Undang-undang No. 14 tahun 1970 tentang ketentuan pokok kekuasaan kehakiman jo. Undang-
undang no. 35 tahun 1999.
Undang-undang no. 14 tahun 1985 tentang Mahkamah Agung jo. UU No. 4 Tahun 2004 jo. UU No. 5
Tahun 2004.
Undang-undang no. 2 tahun 1986 tentang Peradilan Umum.
Selain undang-undang, yurisprudensi dan doktrin juga dapat merupakan sumber hukum acara
perdata.
Peradilan agama juga merupakan peradilan perkara perdata khusus perceraian, tetapi hanya
mengadili orang-orang yang beragama Islam saja, dan perkara-perkaranya mengenai agama Islam
bukan diperuntukkan agama lain.Untuk Agama lain adalah kompetensi Pengadilan Negeri
Asas asas Dalam Hukum Acara Perdata
• Indonesia sejak tahun 1986 telah memiliki Peradilan Tata Usaha Negara
berdasarkan UU No.5 Tahun 1986 yang telah dirubah dengan UU No.9 Tahun 2004
tentang Peradilan Tata Usaha Negara,
- sebagai peradilan Administrasi yang berdiri sendiri lepas dan peradilan umum.
Peradilan ini khusus untuk mengadili perkara adminstrasi ( dual system of court).
Perubahan UUD 1945 kaitannya dengan Peradilan Tata Usaha Negara yang
diatur dalam 24 ayat (2) perubahan ketiga yang berbunyi : “Kekuasaan
kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan bukan peradilan yang
berada dibawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan
agama, lingkungan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara dan oleh
Mahkamah Konstitusi”.
Hukum Peradilan Tata Usaha Negara
Penyelesaian sengketa administrasi dengan cara pengaduan (administratieve beroep) maksudnya ialah
penyelesaian sengketa yang dilakukan dalam lingkungan administrasi sendiri.
Pengaduan ditujukan kepada atasan atau kepada atasan atau kepada instasi yang lebih tinggi. • Misalnya :
warga A merasa dirugikan dengan terbitnya keputusan dari pejabat B Warga A dapat mengadukan halnya
kepada atasan pejabat B. Berdasar pengaduan warga A maka atasan pejabat B dapat membatalkan, bisa juga
memperkuat
Penyelesaian sengketa administrasi melalui Badan Pengadilan Semu (Quasi).
Dikatakan semu karena Badan (Dewan) tersebut masih termasuk dalam lingkungan administrasi sendiri
tetapi tata caranva sama dengan suatu badan peradilan.
Kegiatan peradilan dilakukan oleh Badan, Dewan, Komisi atau Panitia.
Cara kerjanya hampirr sama dengan peradilan umum, tetapi keputusannya rnasih dapat dibatalkan oleh
Menteri yang bersangkutan.
- Contoh: Panitia Penyelesaian perselisihan Perburuhan (P4P) dan Panitia Penyelesaian Perselisihan
Perburuhan Daerah (P4D)-Departemen Tenaga Kerja.
Penyelesaian Sengketa Administrasi
- melalui Pengadilan Umum. Sengketa yang diputus oleh Badan Pengadian Umum
termasuk ganti rugi berdasarkan Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
yaitu mengenai Perbuatan Melawan Hukum Pejabat Pemerintah/Penguasa
(onrechtmatige overheidsdaad).
• Penyelesaian melalui Badan Pengadilan Tata Usaha Negara berdasarkan Undang-
undang Nomor 5 Tahun 1986 yang terdiri atas Pengadilan Tata Usaha, lalu dilanjutkan
upaya banding ke Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara dan Kasasi ke Mahkamah
Agung.
• Penyelesaian Sengketa oleh suatu Badan Arbitrase, misalnya Badan Administrasi
Nasional Indonesia (BANI), atau oleh badan atau panitia arbitrase lain. • Oleh suatu
“Badan Teknis” atau Panitia Teknis atau Panitita Ad hoc atau “Panitia Khusus” yang
dibentuk: olehDepartemen atau Instansi lain.
Cara Pelaksanaan Peradilan Administrasi Di
Indonesia
Berdasarkan Hukum Positif yang ada, pelaksanaan Peradilan Administrasi dilakukan oleh :
•
A.Hakim Perdata :
• Pajak tidak langsung.
• Bea Balik Nama.
• Perbuatan melawan hukum oleh Penguasa (1365 KUHPerdata)
B.Badan Majelis :
• M.P.P. Ordonansi 27 Januari 1927 jo. Keppres No.84/1980
• Panitia : Panitia Urusan Tanah UU No.20 Th. 1961.Inpres No.9 Th.1973.
C. Menteri, Contohnya: Menteri Dalam Negeri memutus perselisihan antar Pemda Tingkat I dan
Daerah Tingkat II. D. Kepala Daerah :Gubernur/kepala Daerah mengenai perselisihan antar
Pemerintah Daerah Tingkat II yang terletak dalam Daerah Tingkat I yang sama. (Pasal 66 ayat (2) UU
No. 5/74)
Putusan peradilan Administrasi Negara dapat
Berupa
Ciri utama yang membedakan Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara di Indonesia dengan Hukum
Acara Perdata atau Hukum Acara Pidana adalah Hukum Acaranya secara bersama-sama diatur dengan
hukum materielnya yaitu dalam Undang Undang Nomor 5 Tahun 1986.
ada beberapa ciri khusus yang menjadi karakteristik hukum acara Peradilan Tata Usaha Negara yaitu
antara lain sebagai berikut:
1.Peranan hakim yang aktif karena ia dibebani tugas untuk mencari kebenaran materiel. Keaktifan hakim
dapat kita temukan antara lain dalam ketentuan Pasal 63 ayat (2) butir a, b, Pasal 80 ayat (1), Pasal 85, Pasal
95 ayat (1), Pasal 103 ayat (1).
2. Kompensasi ketidak seimbangan antara kedudukan Penggugat dan Tergugat (Jabatan Tata Usaha Negara).
Kompensasi perlu diberikan karena kedudukan Penggugat (orang atau Badan Hukum Perdata) diasumsikan
dalam posisi yang lebih lemah dibandingkan Tergugat selaku pemegang kekuasaan Publik.
Apalagi pada saat pembuktian, biasanya alat bukti yang diperlukan dalam proses persidangan tidak dimiliki
oleh Penggugat (yang pada umumnya rakyat biasa), melainkan dimiliki oleh Tergugat
Ciri ciri karakteristik Hukum Acara PTUN
3. Sistem pembuktian yang mengarah kepada pembuktian bebas (vrijbewijs) yang terbatas (Indroharto,
1996:189).
Menurut Pasal 107 UU PTUN; hakim menentukan apa yang harus dibuktikan, beban pembuktian, beserta
penilaian pembuktian, tetapi Pasal 100 UU PTUN; menentukan secara limitatif mengenai alat-alat bukti
yang boleh digunakan.
4. Gugatan di Pengadilan tidak mutlak bersifat menunda Pelaksanaan Keputusan Tata Usaha Negara yang
digugat (vide Pasal 67 UU PTUN). Hal ini sehubungan dengan dianutnya azas Presumptio justae Causa dalam
Hukum Administrasi Negara, yang maksudnya adalah bahwa suatu Keputusan Tata Usaha Negara harus
selalu dianggap benar dan dapat dilaksanakan, sepanjang hakim belum membuktikan sebaliknya.
5.Putusan Hakim tidak boleh bersifat Ultra Petita (melebihi tuntutan Penggugat) tetapi dimungkinkan
adanya reformatio in peius (membawa Penggugat dalam keadaan yang lebih buruk) sepanjang diatur dalam
perundang-undangan.
6. Terhadap Putusan Hakim Tata Usaha Negara berlaku asas erga omnes, artinya bahwa putusan itu tidak
hanya berlaku bagi para pihak yang bersengketa, tetapi juga berlaku bagi pihak-pihak lain yang terkait.
Ciri Ciri Karakteristik Hukum Acara PTUN
• Objek Gugatan
• Subjek Gugatan
• Tenggang waktu pengajuan gugatan
• Tahapan proses berperkara
• Tuntutan
• Putusan Verstek (vide pasal 72)
• Rekonpensi
• Peranan Pengadilan Tinggi (vide Pasal 48 jo Pasal 5 ayat 3)
• Juru Sita
• Eksekusi (vide Pasal 116)
Penyelesaian Sengketa TUN
Penyelesaian Sengketa Tata Usaha Negara dikenal dua macam proses penyelesaian yaitu:
Secara Administratif; • Secara Gugatan.
a. Penyelesaian Secara Adminstratif : Upaya adminstrasi adalah suatu prosedur yang dapat
ditempuh dalam menyelesaikan masalah sengketa Tata Usaha Negara oleh seseorangatau Badan
Hukum Perdata apabila ia tidak puas terhadap suatu Keputusan Tata Usaha Negara, dalam
lingkungan adminstrasi atau pemerintah sendiri.
b. Penyelesaian secara gugatan :
• Apabila di dalam ketentuan perundang-undangan yang berlaku tidak ada kewajiban untuk
penyelesaian sengketa Tata Usaha Negara tersebut melalui Upaya Administrasi, maka seseorang
atau Badan Hukum Perdata tersebut dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara.
Yang dimaksud dengan Gugatan adalah permohonan yang berisi tuntutan terhadap Badan atau
Pejabat Tata Usaha Negara yang diajukan ke Pengadilan untuk mendapatkan putusan (Pasal 1 angka
5 UUD No. 5 tahun 1986).
Hukum Acara Pengujian UUD 1945 oleh
Mahkamah Konstitusi RI
• Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat DPR bahwa presiden dan/atau wakil
presiden diduga :
1. Telah melakukan pelanggaran hukum berupa :
2. Pengkhianatan terhadap negara;
3. Korupsi;
4. Penyuapan;
5. Tindak pidana berat lainnya.
6. Atau perbuatan tercela, dan/atau.
7. Tidak lagi memenuhi syarat sebagai presiden dan/atau wakil presiden sebagaimana dimaksud dalam
UUD 1945