Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam menegakkan hukum material pidana tentulah memiliki hukum


acara (hukum formilnya). Hukum formil ini berfungsi menyelesaikan masalah
yang memenuhi hukum material melalui sebuah proses yang berpedomankan
kepada peraturan yang dicantumkan dalam hukum acara. Hukum Acara adalah
alat penegak dari hukum material yang tidak membebankan kewajiban sosial
dalam kehidupan manusia.

Oleh sebab itu, makalah ini disusun untuk memberikan wawasan kepada
pembaca untuk mengetahui seperti apa itu Hukum Acara dan tahap-tahap dan tata
cara siding perkara pidana di Pengadilan Negeri . Selain dari fungsinya untuk
memenuhi tugas mata kuliah Praktek Peradilan. Karena Hukum Material dalam
penegakannya tidak terlepas dari alat untuk menegakkannya, yaitu Hukum Acara,
baik Hukum Pidana maupun Hukum Perdata. Peradilan dapat berjalan dengan
berpedoman pada sumber Hukum Acara. Sebab bila tidak ada Hukum Acara,
maka amburadullah peradilan itu, karena tidak memiliki pedoman untuk
menegakkan isi Hukum Materialnya.

Karena sangat banyaknya Hukum Acara di Indonesia, yang tidak mampu


kami bahas keseluruhannya. Makalah ini hadir terbatas hanya membahas Hukum
Acara Pidana Semoga dengan makalah yang terbatas ini mampu untuk
memberikan manfaat yang lebih kepada pembaca.

B. Tujuan

Selain untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Tata Hukum


Indonesia, semoga makalah ini dapat menambah wawasan pembaca mengenai:

1. Hukum Acara Pidana dan proses yang ada di dalamnya.


2. Tahap-tahap dan tata cara siding perkara pidana di Pengadilan Negeri

1
C. Rumusan Masalah
1. Apa Fungsi Hukum Acara Pidana?
2. Apa sumber Hukum Acara Pidana ?
3. Apa saja Asas-asas Hukum Acara Pidana ?
4. Apa Sifat Hukum Acara Pidana ?
5. Apa Hak Tersangka dan Terdakwa ?
6. Apa Sifat pemeriksaan ?
7. Apa Subjek-subjek dalam Hukum Acara Pidana ?
8. Apa saja jenis Alat-Alat Bukti ?
9. Bagaimana Beracara Pidana ?
10. Apa Tahap-Tahap dan Tata Cara Persidangan Perkara Pidana  di
Pengadilan Negeri ?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Fungsi Hukum Acara Pidana

Fungsi dari hukum acara pidana adalah mencari dan menemukan


kebenaran, mengadili dan menjatuhkan putusan kepada terdakwa, serta
melaksanakan putusan (eksekusi) pengadilan terhadap terdakwa.

B. Sumber-sumber Hukum
1. Undang-Undang Dasar RI Tahun 1945
2. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
3. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)
4. Undang-Undang nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
5. Undang-Undang nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman
6. Undang-undang nomor 3 tahun 2009 tentang Mahkamah Agung
7. Undang-Undang nomor 49 tahun 2009 tentang Peradilan Umum
8. Undang-Undang nomor 16 Tahun 2004 tentang kejaksaan
9. Yurisprudensi
10. Doktrin atau pendapat para ahli hukum

C. Asas-asas Hukum Acara Pidana

Mengenai asas-asas hukum acara pidana dapatlah kita introdusir dalam


ketentuan Undang-Undang Nomor 14 tahun 1970 jis Undang-undang Nomor 35
Tahun 1999, Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang kekuasaan
kehakiman, dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) .

Berdasarkan ketentuan tersebut, dapat diuraikan asasa-asas acara pidana


sebagai berikut;

Asas peradilan berdasarkan Undang-undang;

Asas praduga tidak bersalah;

3
 Asas tersangka sebagai subjek pemeriksaan;

Asas peradilan bersifat sederhana, cepat, dan biaya ringan;

 Asas tersangka berhak mendapat bantuan hukum;

Asas pemeriksaan pengadilan terbuka untuk umum

Asas pengadilan memeriksa perkara dengan hadirnya terdakwa;

Asas pemeriksaan perkara oleh hakim majelis;

Asas beracara secara lisan;

Asas putusan pengadilan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum,


disertai alasan-alasan yang sah menurut hukum;

Asas pengawasan pelaksanaan putusan oleh pngadilan;

Asas jaksa sebagai eksekutor putusan pengadilan yang telah mempunyai


kekuatan hukum tetap

D. Sifat Hukum Acara Pidana

Karena tujuan hukum pidana melindungi kepentingn umum, maka negara


melalui aparatur penegak atau pelaksana hukum pidana (kepolisian, kejaksaan,
dan pengadilan) berkewajiban untuk melaksanakan dan mempertahankan hukum
pidana material yang dilanggar oleh siapapun. Apabila ada pelanggaran terhadap
hukum pidana (materil), maka aparat kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan tanpa
diminta korban kejahatan, harus sanggup melaksanakan tugas kewajibannya untuk
melakukan penyelidikan, penyidikan, penuntutan, mengadili dan mengeksekusi
pelaku kejahatan. Dengan demikian, berarti hukum acara pidana adalah bersifat
memaksa.

E. Hak Tersangka dan Terdakwa

Tersangka dan terdakwa mempunyai hak-hak, antara lain:

1. Hak segera diperiksa dan di adili


2. Hak untuk mengetahui dengan jelas tentang yang di sangkakan atau di
dakwakan
3. Hak untuk memberikan keterangan secara bebas

4
4. Hak mendapat juru bahasa
5. Hak mendapat bantuan hukum pada setiap tingkatan pemeriksaan
6. Hak untuk mendapat nasihat hukum dari penasihat hukum secara Cuma-
Cuma bagi terdakwa hukuman mati
7. Hak untuk menghubungi dan berbicara dengan perwakilan negaranya
8. Hak untuk menghubungi dokter bagi tersangka/terdakwa yang di tahan
9. Hak untuk diberithukan kepada keluarganya guna kepentingan
pekerjaan/keluarga
10. Hak untuk di kunjungi sanak keluarganya
11. Hak untuk berhubungn surat menyurat
12. Hak mengajukan saksi ahli
13. Hak tidak dibebani pembuktian
14. Hak mengajukan upaya hukum

F. Sifat pemeriksaan

Ada dua macam sistem pemeriksaan dalam ilmu hukum acara pidana,
yaitu sistem inquisitor dan accusatoir.

Pertama sistem inquisitoir. Sistem ini menempatkan tersangka sebagai


obyek pemeriksaan oleh aparat penegak hukum (penyidik, penuntut umum).
Dalam sistem ini dilakukan dengan keras untuk memperoleh pengakuan bersalah
dari tersangka.

Kedua, sistem accusatoir, tersangka di perlukan sebagai subjek yang


memperoleh hak untuk berdebat dan berpendapat dengan pihak penyidik atau
penuntut umum atau hakim pemeriksa perkara dipersidangan sehingga masing-
masing pihak mempunyai hak dan kedudukan yang sama di dalam pemeriksaan
untuk mencari kebenaran materil. Menurut sistem ini, hakim bertindak sebagai
wasit yang tidak memihak. Hakim berperan aktif apabila para pihak (jaksa
penuntut umum, terdakwa, dan penasihat umum) saling berargumentasi untuk
memperkuat fakta-fakta dengan alat bukti yang diajukan oleh para pihak.

G. Subjek-subjek dalam Hukum Acara Pidana

Subjek-subjek hukum dalam acara pidana, antara lain:

1. Penyelidik dan penyidik (kepolisian)

5
2. Penuntut umum (kejaksaan)
3. Hakim (pengadilan)
4. Tersangkdilan yang diperiksa
5. Penasihat hukum/pembela
6. Panitera sidang
7. Eksekutor putusan pengadilan (kejaksaan)

H. Alat-alat Bukti

Tentang alat-alat bukti dalam perkara pidana diatur dalam pasal 184
KUHAP. Pasal tersebut menentukan bahwa alat-alat bukti dalam perkara pidana
adalah

1. Keterangan saksi
2. Keterangan ahli
3. Surat
4. Petunjuk
5. Keterangan terdakwa
6. Novum (bukti-bukti baru, dalam pengajuan PK)
7. Kasus-kasus aktual, seperti kasus PK Tomy yang ditolak.

I. Tahapan Beracara Pidana.

Berdasarkan kewenangan aparat penegak hukum pidana, ada beberapa


tahapan antara lain penyelidikan dan penyidikan oleh kepolisian negara RI,
penuntutan oleh Jaksa Penuntut umum, pemeriksaan terdakwa oleh hakim
persidangan, serta pelaksanaan (eksekusi) putusan hakim oleh jaksa penuntut
umum.

J. Tahap-Tahap dan Tata Cara Persidangan Perkara Pidana  di Pengadilan


Negeri    

Tahap-tahap dan tata cara persidangan perkara pidana  di pengadilan


negeri secara umum di atur dalam KUHAP(UU.No. 8 tahaun 1981).
Dalam garis besarnya dalam proses persidangan pidana pada peradilan tingkat

6
pertama di pengadilan Negri untuk memeriksa perkara biasa terdiri dari empat
tahap sebagai berikut:

1. Sidang pertama :

Pada hari sidang yang telah di tetapkan oleh hakim/majelis


hakim,sidangng pemeriksaan perkara pidana di buka,adapun tata caranya adalah
sebagai berikut :

7
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan 

Hukum Acara Pidana itu berfungsi yakni mencari dan menemukan


kebenaran, mengadili dan menjatuhkan putusan kepada Terdakwa serta
melaksanakan putusan (eksekusi) pengadilan terhadap terdakwa. Adapun
beberapa tahapan dan tata cara yang dilakukan dalam mengadili terdakwa di
persidangan perkara khususnya perkara pidana di Pengadilan Negeri dapat
dilakukan melalui empat tahap yaitu, Sidang Pertama, Sidang Pembuktian, Sidang
Pembacaan Tuntutan Pidana, pembelaan dan tanggapan-tanggapan, dan kemudian
tahap yang  terakhir siding pembacaan putusan.

8
DAFTAR PUSTAKA

Lilik Mulyadi, S. M. (2006). Hukum Acara Pidana. Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti.

http://rahmadsalim.blogspot.co.id/2012/06/tahap-tahap-dan-tata-cara-sidang.html
http://anjayastar.blogspot.co.id/2015/08/hukum-acara-pidana-dan-
hukum-acara.html

Anda mungkin juga menyukai