Anda di halaman 1dari 12

Bhirawa Law Journal

ISSN ONLINE; 2775-2070, ISSN CETAK; 2775-4464

Journal homepage: http://jurnal.unmer.ac.id/index.php/blj/

Problematika Penyelesaian Sengketa Lahan di Kotawaringin


Barat Provinsi Kalimantan Tengah
Penulis :

Romeo Novaldy

Fakultas Hukum
Universitas Merdeka Malang
Jalan Terusan Dieng No. 62-64 Klojen, Pisang Candi, Kec. Sukun, Kota Malang, Jawa Timur 65146
Email : hukum@unmer.ac.id

ABSTRACT

Currently, many land disputes occur in Indonesia, many land dispute resolution processes through
litigation and non-litigation have not yet become a solution that produces and realizes justice for the
parties involved in land disputes. The land dispute case that occurred in West Kotawaringin, Central
Kalimantan province, created quite a big polemic for local residents. The purpose of writing is to find out
how to resolve land disputes in West Kotawaringin, Central Kalimantan province. This descriptive
research method is a research method that aims to describe events and occurrences objectively. This
research is aimed at solving a problem in a field. The results of the research show that the land dispute in
West Kotawaringin, Central Kalimantan province has not yet reached a resolution between several
parties, and what has happened is that several parties have been accused of stealing their own land which
has become a land dispute. Land disputes are indeed a very complicated problem, so a resolution process
is needed that creates justice for the parties. And this is quite a serious concern for the government
Keywords: land disputes, dispute resolution.
Abstrak

Sengketa lahan saat ini banyak terjadi di Indonesia, banyaknya proses penyelesaian sengketa tanah melalui
jalur litigasi maupun non-litigasi ini juga belum menjadi jalan keluar yang mnghasilkan dan mewujudkan
keadilan bagi antara para pihak yang terlibat dalam sengketa tanah. Kasus sengketa lahan yang terjadi di
Kotawaringin Barat provinsi Kalimantan Tengah ini membuat sebuah polemik yang cukup besar bagiwarga
sekitar. Tujuan penulisan yakni untuk mengetahui bagaimana cara penyelesaian sengketa lahan di
Kotawaringin Barat provinsi KalimantanTengah. Metode yang digunakan dalam kepenulisan jurnal ini adalah
metode penelitian deskriptif. Metode penelitian deskriptif ini merupakan metode penelitian yang bertujuan
dalam mendeskripsikan peristiwa maupun kejadian secara objektif. Penelitian ini ditujukan dalam
memecahkan sebuah masalah dalam sebuah bidang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sengketa lahan di
Kotawaringin Barat provinsi Kalimantan Tengah belum menemui titik terang antara beberapa pihak, dan
yang terjadi malah ada beberapa pihak yang dituduh mencuri dilahannya dia sendiri yang dijadikan sengketa
lahan tersebut. Sengketa lahan memang sebuah permasalahan yang sangat pelik, sehingga dibutuhkan proses
penyelesaian yang mewujudkan keadilan bagi para pihak. Dan ini menjadi perhatian yang cukup serius bagi
pemerintah

Kata Kunci : sengketa lahan, penyelesaian sengketa.

PENDAHULUAN dalam empat dekade terakhir merupakan hal


yang luar biasa. Perselisihan ini timbul
Menurut Pasal 4 ayat (1) Pokok-pokok antara masyarakat dengan pemerintah,
Undang-undang Pertanian Nomor 5 Tahun masyarakat dengan investor, masyarakat
1960 (UUPA), tanah adalah tanah, maka hak dengan masyarakat itu sendiri, bahkan
atas tanah adalah hak atas tanah. Dengan antara pemerintah dengan pemerintah.
berlakunya UUPA yang berlaku sejak Permasalahan tersebut sebagian besar
tanggal 24 September 1960, maka pada disebabkan oleh pembebasan lahan untuk
dasarnya masyarakat Indonesia mempunyai pembangunan infrastruktur, industri,
hukum pertanian yang bersifat common law perumahan, pariwisata, dan perkebunan
dan seragam secara nasional. UUPA besar. Misalnya di luar Pulau Jawa, timbul
memuat lima program pokok, asas dan sengketa pertanahan antara masyarakat adat
peraturan reformasi pertanian Indonesia, yang mempunyai hak ulayat atas tanah dan
UUPA tidak hanya memuat ketentuan untuk investor besar yang memperoleh konsesi
mengubah undang-undang lama menjadi hutan, pertambangan, termasuk produksi
undang-undang pertanian baru. Sesuai minyak, seperti sengketa pertanahan antar
dengan namanya, UUPA merupakan masyarakat adat lokal di Kalimantan Barat,
Undang-Undang Pokok-pokok Pertanahan Kotawaringin Barat. dan PT. Keluar dari
yang tentunya juga mencakup permasalahan Masanda Jaya. Diduga PT.SMJ merampas
penting lainnya di bidang pertanian. tanah milik warga Desa Kubu sebagai warga
Faktanya, sengketa pertanahan yang muncul
sekitar. Pembahasan penyelesaian sengketa memberikan jawaban terhadap 4 (empat)
dalam pasal ini hanya terbatas pada hal-hal permasalahan umum yang ada di masyarakat
yang berkaitan dengan pengadaan tanah kita. Secara umum dapat diurutkan secara
untuk proyek pembangunan, yang meliputi
penyelesaian sengketa pertanahan serta sistematis, misalnya permasalahan terkait
penerapan asas dan peraturan penyelesaian tata cara pengadaan tanah, tumpang tindih
sengketa terhadap tanah yang dimiliki secara dengan lembaga/proyek lain seperti tanaman
sah maupun tidak sah. Bagaimana dan kehutanan, permasalahan penggantian
menyelesaikan sengketa pertanahan serta tanah yang “diambil”, permasalahan terkait
menerapkan prinsip dan peraturan kepastian hukum atau pembuktian hak.
penyelesaian sengketa pertanahan antar wilayah konsesi pertambangan.
instansi pemerintah. Semoga dengan
mengatasi permasalahan di atas dapat

METODE pidana, apabila sengketanya menyangkut


peralihan hak atas tanah secara tidak sah,
Metode yang digunakan dalam kepenulisan yang dimungkinkan menurut undang-
jurnal ini adalah metode penelitian undang no. 51/Prp/1960 tentang larangan
deskriptif. Metode penelitian deskriptif ini penggunaan tanah tanpa izin dari yang
merupakan metode penelitian yang berwenang atau wakilnya atau melalui
bertujuan dalam mendeskripsikan peristiwa pengadilan tata usaha negara. Pada
maupun kejadian secara objektif. Penelitian umumnya semua sengketa pertanahan dapat
ini ditujukan dalam memecahkan sebuah dibawa ke pengadilan, baik Pengadilan
masalah dalam sebuah bidang. Dalam hal ini Umum maupun Pengadilan Tata Usaha
penulis mendeskripsikan bagaimana Negara. Namun, sudah bukan rahasia lagi
peristiwa sengketa lahan antara masyarakat jika relatif banyak sengketa pertanahan yang
adat sekitar dan PT SMJ di Kotawaringin dinilai tidak efisien, memakan waktu, dan
Barat, Kalimantan tengah, dan bagaimana mahal untuk diselesaikan melalui
cara penyelesaian sengketa yang dapat pengadilan. Selain itu, dari hasil analisis
menjadi jalan tengah bagi kedua belah terhadap perkara sengketa pertanahan yang
pihak. diselesaikan oleh pengadilan dan dalam
HASIL DAN PEMBAHASAN proses banding dan kasasi tingkat pertama;
Khususnya pada sengketa pertanahan antara
1. Penyelesaian Sengketa Tanah masyarakat adat dengan PT SMJ, tanpa
menggeneralisasi nampaknya perlu
Seperti halnya sengketa di daerah lain,
dilakukan peningkatan pemahaman terhadap
pertanahan dapat diselesaikan dengan dua
isi permasalahan sesuai konsep-konsep di
cara: a) Pengaturan melalui negosiasi
bawah ini, agar keputusan yang diambil
langsung. b) Mediasi dilakukan melalui
memang dapat memberikan keadilan dan
badan peradilan, yaitu. diajukan ke
kepastian hukum. . . mereka bermanfaat bagi
pengadilan umum secara perdata atau
mereka yang terlibat. Tidak dapat dipungkiri
bahwa permasalahan pertanahan tidak menentang keputusan tersebut, ia dapat
mudah untuk diselesaikan dari segi hukum mengajukan banding ke Mahkamah Agung
dan tidak jarang suatu perkara melibatkan dan Pengadilan Kasasi Negara, yang mana
banyak instansi yang secara langsung dimungkinkan untuk meminta sidang ulang.
maupun tidak langsung terlibat dalam Meskipun pembentukan pengadilan negeri
permasalahan/sengketa yang dibawa ke secara teori dimungkinkan, permasalahan
pengadilan. Pemahaman bersama terhadap utamanya adalah: dapatkah pembentukan
konsep tersebut diperlukan untuk pengadilan negeri menjamin efektivitasnya?
menciptakan kesamaan pemahaman yang Berdasarkan pengamatan, berdebat di
menghasilkan keputusan yang sehat dan adil pengadilan tentu tidak murah, mudah, dan
bagi para pihak pencari keadilan. Dalam memakan waktu. Selain hambatan
perkembangan sengketa pertanahan yang organisasi, adanya intervensi ilegal dari
melibatkan anggota beberapa masyarakat pihak lain membuat pengadilan terkadang
didasari oleh sikap pesimistis terhadap dicurigai sebagai benteng terakhir
proses peradilan, gagasan pembentukan penegakan keadilan. Oleh karena itu,
pengadilan pertanahan dan #039; di bawah efektivitas usulan pengadilan negeri ini
hukum umum. Secara teori, pembentukan masih dipertanyakan.
pengadilan negeri dimungkinkan. Misalnya
dulu Pengadilan Ekonomi dibentuk dengan 2. Melalui Arbitrase dan Alternatif
UU No. 7/Drt/1955 tentang penyidikan, Penyelesaian Sengketa (Alternative
penuntutan, dan penuntutan kejahatan Dispute Resolution).
ekonomi (diatur dengan Undang-undang Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor
Nomor 1 Tahun 1961). UU No. Dalam Pasal 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Cara
2 Undang-Undang Peradilan Umum Tahun Alternatif Penyelesaian Sengketa, terdapat
1986, landasan hukum pembentukan kepastian hukum yang memungkinkan
peradilan negara dalam lingkungan hukum diterapkannya cara-cara penyelesaian
umum dapat dilihat pada Pasal 8 yang sengketa perdata di luar pengadilan,
menyatakan bahwa sidang khusus dapat sehingga proyek-proyek biasa dapat
diadakan di wilayah Peradilan Umum. disesuaikan.
Persatuan dengan cara yang ditentukan oleh
hukum. Ciri-ciri utama yang diharapkan dari Arbitrase Penyelesaian sengketa melalui
pengadilan daerah adalah sebagai berikut: arbitrase informal, tertutup, murah dan
(a) Setiap pengadilan negeri harus menunjuk efektif akan menghasilkan penyelesaian
seorang hakim atau lebih yang ditugaskan sengketa dengan cara yang lebih sesuai
(jadi: ditunjuk) untuk mengatur urusan dengan harapan para pihak.
duniawi. Hakim pengadilan negeri adalah
Arbitrase sebagai salah satu alternatif
hakim pengadilan negeri yang mempunyai
penyelesaian sengketa di luar pengadilan
tugas khusus. b) Hak prosedural yang
dipilih oleh para pihak dengan
digunakan adalah Kitab Undang-undang
mencantumkannya sebagai klausul dalam
Hukum Acara Perdata yang berlaku pada
Pengadilan Negeri. C. Jika salah satu pihak
suatu perjanjian khusus setelah timbul Namun, mengingat cara organisasi ini
sengketa. beroperasi, penyelesaian perselisihan tidak
dapat diharapkan terjadi lebih cepat.
Kalau ini yang kita inginkan, maka dari segi Ketersediaan tenaga ahli yang profesional,
strukturnya kita bisa bertanya pada diri proses kerja yang jelas, dan tersedianya data
sendiri arbitrase yang kita ikuti itu seperti pendukung yang diperlukan akan
apa, apakah khusus atas kesepakatan para mempengaruhi kecepatan penyelesaian
pihak (ad hoc) ataukah itu posisi lembaga? sengketa.
Beberapa hal perlu diperhatikan dalam Berdasarkan pengalaman kami, Komisi
kaitan dengan gagasan pembentukan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) saat
lembaga arbitrase. ini tampaknya belum memenuhi persyaratan
- Pertama, penentuan sengketa di atas. Semoga dengan adanya peraturan
pertanahan apa saja yang dapat baru tersebut di atas, arbitrase dapat
diserahkan penyelesaiannya pada memenuhi harapan para pihak.
arbitrase. b. Alternatif penyelesaian sengketa dapat
- Kedua, penentuan tentang siapa yang dilakukan dengan cara konsultasi,
berhak menjadi arbiter. Seorang arbiter negosiasi, mediasi, konsolidasi, atau
harus mampu bersikapindependen agar penilaian ahli.
dapat dipercaya oleh kedua belah pihak,
di samping harus memahami ketentuan, Menurut pendapat Maria S.W. Sumardjono,
baik yang tertulis maupun di samping arbitrase, alternatif penyelesaian
tidakberkenaan dengan masalah tanah. sengketa di luar pengadilan yang dapat
Penguasaan substansi hukum tanah dipilih adalah mediasi. Mediasi menurut
yang rumit itu jugamerupakan tuntutan Kirtley (1995) dalam Maria S.W.
yang harus dipenuhi oleh arbiter. Sumardjono, pada intinya adalah: "a
- Ketiga, menetapkan tata cara process of negotiations facilitated by a third
penunjukan arbiter, tata cara dan syarat person(s) who as lists disputants to pursue a
penyelesaian sengketa dan pengambilan mutually agreeable settle ment of their
keputusan, serta tata cara pelaksanaan conflict"
putusan.
- Keempat, penetapan sifat putusan harus Selanjutnya, sebagaimana dikutip oleh
bersifat final dan tidak dapat diajukan Maria S.W. Sumardjono sebagai suatu cara
banding. penyelesaian sengketa alternatif, mediasi
mempunyai ciri: waktunya singkat,
Gagasan mendirikan lembaga arbitrase terstruktur berorientasi kepada tugas, dan
pertanahan masih memerlukan perenungan merupakan cara intervensi yang melibatkan
mendalam. Jika semua faktor yang perlu peran serta para pihak secara aktif (Nolan
diperhatikan untuk mendirikan lembaga Haley, 1992). pihak yang bersengketa
arbitrase bisa disatukan, maka gagasan ini menunjuk pihak ketiga sebagai media tor
mungkin bisa menjadi kenyataan. yang membantu tercapainya hal-hal yang di
sepakati bersama. Keberhasilan mediasi menyelesaikan perselisihan, namun secara
ditentukan oleh itikad baik kedua belah umum mediasi lebih tepat, misalnya jika
pihak untuk bersama-sama menemukan pihak yang bersengketa hubungan antar
jalan keluar yang disepakati. Segi positifnya pihak diperkirakan akan terus berlanjut,
adalah waktunya singkat, biayanya ringan, dimana terdapat keseimbangan kekuasaan
dan prosedurnya sederhana. Pihal yang antara kedua pihak (Bevan, 1992),
bersengketa akan merasa lebih berdaya perselisihan tersebut bersifat jangka pendek
dibandingkan dalam proses pengadilan, (short-term dispute) dan terdapat
karena mereka sendirilah yang menentukan ketidakpastian mengenai hasil akhir jika
hasilnya. dibawa ke pengadilan (Nolan Haley, 1992).

Di samping itu, dalam mediasi para pihak Mungkin bagi Indonesia yang lazim
akan lebih terbuka terhadap adanya nilai- menggunakan metode musyawarah untuk
nilai lain di samping faktor yuridis. Segi mufakat, untuk permasalahan pertanahan
negatifnya adalah hasil mediasi tidak dapat yang bersifat perdata dalam arti luas yaitu
dimintakan penguatan kepada pengadilan tidak menyangkut aspek administratif, dan
oleh karena itu, efektivitasnya tergantung pidana, sepanjang para pihak menginginkan
pada ketaatan para pihak untuk menepati adanya mediasi, hal tersebut dimungkinkan.
kesepakatan bersama tersebut. Upaya Komnas HAM dalam membantu
penyelesaian sejumlah kasus pertanahan bisa
Tugas mediator antara lain: dikatakan bertumpu pada penggunaan
1) menentukan apakah kasus itu sesuai metode konsiliasi.
untuk ditangani melalui mediasi dan apakah 2. Sumber Hukum, Asas dan Ketentuan
para pihak siap untuk berpartisipasi; Penyelesaian Sengketa atas Tanah
2) menjelaskan tentang proses mediasi dan 1) Sumber Hukum
para mediator;
Selain mengetahui cara penyelesaian
3) membantu para pihak untuk saling permasalahan pertanahan yang seringkali
menukar informasi dan melakukan tawar diatur dalam hukum acara (hukum formal),
menawar; para pihak yang bersengketa, Pemerintah,
4) membantu para pihak untuk menentukan lembaga arbitrase, dan lembaga peradilan
dan merancang kesepakatan. harus memperhatikan dan memanfaatkannya
untuk tujuan yang benar.
Apakah mediasi cocok untuk menyelesaikan
sengketa pertanahan? merupakan sumber pedoman penyelesaian
sengketa pertanahan, asas-asas dan
Dalam praktik mediasi di AS atau Inggris, peraturan hukum substantif khususnya
meskipun ada yang berpendapat bahwa Undang-Undang Pertanahan Nasional,
faktor penentu media komunikasi adalah khususnya Undang-undang No. 5 Tahun
sikap para pihak dalam keinginannya untuk 1960 tentang Pokok-Pokok Pertanahan
(UUPA). Sebuah Sumber pertama dan a. Penguasaan dan penggunaan tanah oleh
utama adalah Pancasila; b. Undang-Undang siapa pun untuk tujuan apa pun harus
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun didasarkan pada hak atas tanah yang
1945 karena UUPA merupakan lembaga ditetapkan oleh undang-undang pertanahan
pelaksana langsung khususnya Pasal 33 ayat nasional kita
3; tenaga kuda.
b. Menguasai dan mempergunakan tanah
Undang-undang pertanahan nasional tanpa dasar hukum adalah tidak dibenarkan,
disusun berdasarkan hukum pertanahan adat bahkan diancam dengan tuntutan pidana
dan undang-undang pertanahan nasional (UU No. 51/Prp Tahun 1960 tentang
adalah hukum adat (Perhatikan UUPA jo larangan pemanfaatan tanah tanpa izin
pasal 5 UUPA), yang artinya hukum pemiliknya); tenaga kuda.
pertanahan adat merupakan sumber utama
dalam pengembangan hukum pertanahan c. Penguasaan dan penggunaan tanah,
nasional dan juga berfungsi sebagai berdasarkan hak-hak yang ditetapkan oleh
pertanahan nasional. undang-undang pertanahan nasional,
dilindungi undang-undang dari campur
Hukum melengkapi undang-undang tangan siapapun, baik masyarakat maupun
pertanahan nasional (khususnya standar – pemerintah, apabila intervensi tersebut tidak
standar); Konsep hukum adat menjadi mempunyai dasar hukum
konsep hukum pertanahan nasional,
khususnya konsep umat beragama yang d. Undang-undang memberikan berbagai
memperbolehkan perorangan menguasai upaya hukum untuk mengatasi gangguan
tanah melalui hak perseorangan atas tanah yang ada: – gangguan yang disebabkan oleh
sekaligus mengandung unsur solidaritas masyarakat, gugatan perdata di Pengadilan
yang dalam pasal 6 UUPA disebutkan Umum atau permintaan perlindungan
sebagai fungsi sosial. Bupati/Walikota, sebagaimana diatur dalam
UU No. 51/Prp/1960 ke atas; intervensi
3) Asas-asas yang harus diperhatikan masyarakat: sidang di Pengadilan Umum
dalam penyelesaian sengketa pertanahan, atau Pengadilan Tata Usaha Negara; .
terutama asas penguasaan dan pemilikan
tanah. Dalam keadaan normal, siapa pun dan
untuk tujuan apa pun (termasuk proyek
Prinsip-prinsip yang berlaku berkaitan untuk kepentingan umum) perlu membeli
dengan penguasaan dan kepemilikan tanah tanah yang menjadi hak seseorang, yang
serta perlindungan yang diberikan oleh harus dilakukan melalui pertimbangan yang
undang-undang pertanahan nasional kita cermat untuk mencapai kesepakatan
kepada mereka yang mempunyai hak atas bersama.
tanah, sebagai undang-undang “undang-
undang pertanahan nasional” di atas undang- Baik yang berkaitan dengan pembagian
undang”, sebagaimana ditegaskan dalam tanah kepada pihak yang membutuhkan
penafsiran UUD 1945; maupun yang berkaitan dengan ganti
kerugian yang menjadi hak pemegang hak kesepakatan mengenai kesediaan pihak yang
atas tanah yang bersangkutan untuk mempunyai tanah menyerahkan tanahnya
menerimanya; kepada pihak yang memerlukan dan
kesepakatan mengenai imbalannya.
Penyelesaian Sengketa Tanah yang Mengenai imbalan tersebut terdapat
Dikuasai Secara Legal ketentuan asasnya dalam Pasal 18 UUPA
UUPA menyatakan bahwa undang- yang mengatur kemungkinan pencabutan
undang pertanahan nasional kita hak atas tanah untuk kepentingan umum,
mencerminkan asas Pancasila. yaitu wajib diberikan ganti kerugian yang
layak.
Prinsip keimanan kepada Tuhan Yang
Maha Esa dan umat yang berpedoman pada Pengertian layak dipedomani oleh asas yang
kebijaksanaan dalam permusyawaratan dinyatakan dalam Penjelasan PP 39/1973,
perwakilan mengharuskan penyelesaian bahwa dengan tindakan pencabutan hak
perselisihan terlebih dahulu dilakukan bekas pemilik/pemegang hak tidak
melalui musyawarah. mengalami kemunduran, baik dalam bidang
sosial maupun pada tingkat ekonominya.
Dalam proses musyawarah, kedudukan para
pihak yang bersengketa adalah setara, PP 39/1973 tersebut mengatur cara
meskipun salah satu pihak adalah penetapan ganti kerugian oleh Pengadilan
Pemerintah. Apabila perselisihan itu Tinggi, yang bentuk atau jumlah ganti
menyangkut uang dalam jumlah besar, kerugiannya yang ditetapkan oleh Presiden
maka perselisihan itu dapat dilakukan tidak disetujui oleh pihak yang hak atas
melalui wakil atau agen yang ditunjuk oleh tanahnya dicabut untuk kepentingan umum.
pihak yang bersangkutan. Asas tersebut wajib dijadikan pedoman bagi
Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993, Pengadilan Tinggi dalam menetapkan ganti
salah satu peraturan pelaksanaan UUPA, kerugian yang bersangkutan. Negara kita
menjelaskan sifat pertimbangannya. sebagai negara hukum sebagaimana diatur
"Musyawarah adalah proses atau kegiatan dalam Undang-Undang Dasar Negara
saling mendengar dengan sikap saling Republik Indonesia Tahun 1945 mengakui
menerima pendapat dan keinginan yang dan melindungi hak atas tanah masyarakat
didasarkan atas kesukarelaan antara pihak dan masyarakat menurut hukum adat.
pemegang hak atas tanah dan pihak yang Namun bila hal itu diperlukan untuk suatu
memerlukan tanah, untuk memperoleh proyek demi kepentingan umum atau
kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya kepentingan nasional maka tanah yang
ganti kerugian. dimiliki harus dialihkan. Itulah asas umum
" Sebenarnya tujuan musyawarah bukan undang-undang hidup berdampingan, yang
hanya untuk memperoleh kesepakatan menyatakan bahwa kepentingan umum dan
mengenai bentuk dan besarnya ganti nasional harus diutamakan di atas
kerugian, tetapi juga untuk mencapai kepentingan individu dan kolektif; apalagi
tanah yang dimiliki merupakan tanah Pengadilan,tetapi juga oleh Pemerintah dan
bersama bangsa Indonesia sebagaimana pihak-pihaklain yang memerlukan tanah
tercantum dalam Pasal 1 UUPA. dalam menyelesaikan sengketa-sengketa
mengenai pembebasan untuk keperluan
Namun, sebagaimana tercantum dalam apapun dan penentuan imbalannya.
penafsiran umum UUPA, hal ini tidak
berarti mengabaikan hak dan kepentingan 4. Penyelesaian Sengketa Tanah yang
mereka. Hal ini dibuktikan dengan Dikuasai Secara Ilegal
teridentifikasinya prinsip-prinsip
penyelesaian sengketa mengenai bentuk dan Hal-hal yang diuraikan di atas merupakan
besaran kompensasi yang harus diberikan asas-asas dan peraturan-peraturan yang perlu
kepada individu pemilik hak guna tanah, diterapkan untuk menyelesaikan sengketa
sebagaimana diuraikan di atas. apabila tanah tersebut secara sah adalah
milik pihak yang dimintai pengalihan.
Kepada masyarakat-masyarakat hukum adat
yang tanah ulayatnya diperlukan bagi Bila tanah itu memerlukan alat-alat
pembangunan wajib diberikan recognitie, penguasaan yang tidak sah, bila perkara itu
seperti juga dinyatakan dalam Penjelasan tidak dapat diselesaikan dengan jalan keluar,
Umum UUPA. Recognitie tidak diberikan maka ketentuan-ketentuannya diatur dalam
dalam bentuk uang, melainkan dalam bentuk Undang-undang 51/Prp/1960 tersebut di
pembangunan fasilitas umum atau bentuk atas. Seringkali pihak yang menguasai
lain yang bermanfaat bagi masyarakat lahan tidak menyadari bahwa
setempat (Keppres 55/1993 Pasal 14). penguasaannya adalah tindakan ilegal.

Sengketa-sengketa dengan Mereka menerimanya melalui pembayaran


masyarakathukum ada umumnya timbul kepada pihak yang sebelumnya menguasai
karena pihakyang memerlukan tanah tidak tanah tersebut. Mereka merasa telah
memperhatikan ketentuan-ketentuan adat mendapatkan kembali hak “sah” atas
dan Hukum Adat setempat dalam usaha bertani, karena perolehan tersebut dilakukan
memperolehnya.Mereka hanya bertindak secara tertulis dengan sepengetahuan kepala
berdasarkan hakyang diberikan dengan Surat desa, kepala desa, dan kepala desa.
keputusan yangdiperolehnya dari UU 51/Prp/1960 memberikan kewenangan
Pemerintah dan mengutamakan sistem kepada bupati/walikota untuk
target. menyelesaikan sengketa tanah yang dikuasai
Setidak-tidaknya seharusnya dimulai secara tidak sah dengan cara yang bijaksana
dengan “kulo nuwun” sebagai layaknya dan terinformasi, dengan
orang memasuki rumah/wilayah pihak lain. mempertimbangkan faktor-faktor yang
Diikuti dengan melakukan upacara dan menyebabkan terjadinya pendudukan dan
kegiatan lain menurut adat dan Hukum Adat termasuk memasukkan kasus yang
setempat. Asas tersebut bukan hanya bersangkutan.
wajibdipedomani oleh para hakim
Penyelesaiannya dapat dicapai melalui termasuk banyak industri. Penyelesaian
musyawarah untuk mencapai kesepakatan perselisihan perseorangan mengenai
pengalihan tanah yang bersangkutan. Dalam pengelolaan tanah dilakukan melalui
hal perundingan tidak mencapai gugatan perdata di pengadilan.
kesepakatan, bupati/wali kota berhak
mengambil keputusan secara sepihak,
namun wajib mengajukan permohonan tanpa KESIMPULAN
harus mengajukan banding ke pengadilan.
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan
Dalam hal ini hak tersebut dicabut karena bahwa :
tidak ada dasar untuk menetapkan
kepemilikan tanah. 1.Timbulnya konflik pertanahan di
Kotawaringin Barat Provinsi Kalimantan
Dapat dikenakan perintah pesangon, dengan Tengah dalam rangka pengadaan tanah
atau tanpa pembayaran “pesangon”. untuk proyek pembangunan disebabkan
Yang diberikan bukanlah ganti kerugian adanya benturan kepentingan antara pihak-
dan ganti rugi, kecuali bangunan dan pihak yang ingin menguasai tanah dan
fasilitas yang menurut hukum adalah milik pihak-pihak yang mempunyai hak dan
orang yang menguasai tanah itu. kepentingan atas tanah juga terkena dampak
dari tumpang tindih peraturan hukum dan
Kekosongan juga dapat dibarengi dengan kebijakan Pemerintah.
penyediaan akomodasi baru.
Cara penyelesaian sengketa pertanahan
Namun baik uang pesangon maupun dapat melalui musyawarah, peradilan,
penyediaan lokasi baru merupakan arbitrase dan alternatif penyelesaian
keputusan bupati/walikota dalam sengketa (APS). Metode arbitrase dan APS
menyelesaikan kasus tersebut. Oleh karena dianjurkan untuk lebih banyak digunakan
itu, ini bukanlah hak milik yang dapat untuk menghindari konflik yang
diklaim diberikan oleh seseorang. berkepanjangan.

Dalam menyelesaikan perselisihan, faktor Penyelesaian tumpang tindih antar lembaga


kemanusiaan harus selalu diperhatikan, negara harus diselesaikan melalui resolusi
karena prinsip dasar utama yang berasal dari atau melalui lembaga yang lebih tinggi.
sila kedua Pancasila juga berlaku dalam hal
ini. Sebagaimana disebutkan di atas, 2.Dalam penyelesaian sengketa pertanahan
berdasarkan UU 51/Prp/1960, proses pidana yang penting bukanlah cara, melainkan
dapat dilakukan terhadap penduduk. pemahaman tentang sumber hukum, prinsip-
prinsip pengelolaan, serta penerapan asas
Penggunaan ketentuan UU 51/Prp/1960 dan peraturan tersebut dalam penyelesaian
pada umumnya bertujuan untuk sengketa.
menyelesaikan sengketa-sengketa yang
berkaitan dengan pengelolaan tanah negara,
Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa "Hukum Pokok Pertanahan" (Sejarah
Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 terbentuknya hukum dasar pertanian, isi dan
tentang Pengadaan Tanah untuk pelaksanaan undang-undang ini) ), Bagian
Kepentingan Umum dan peraturan Pertama , Dbridge Publishing House,
pelaksanaannya pada hakekatnya merupakan Jakarta.
peraturan administrasi internal yang
bertujuan untuk menangani pemerintahan “Perkara Pemulihan Tanah Menurut Putusan
yang mempunyai kebutuhan akan tanah dan Pengadilan” (legal review), disampaikan
lembaga-lembaga yang bertanggung jawab pada Konferensi Nasional Fakultas Hukum
mendukung dan melayaninya. Universitas Trisakti bekerjasama dengan
Badan Pertanahan Nasional, 3 Desember
Peraturan tersebut memberikan ketentuan 1994 .
berupa pedoman dan petunjuk mengenai
apa yang harus dilakukan oleh instansi yang “Penyelesaian sengketa pertanahan sesuai
membutuhkan tanah dan apa yang harus dengan ketentuan Pokok-pokok Hukum
dilakukan oleh pemerintah daerah Pertanian”, disampaikan pada Seminar
khususnya Bupati/Walikota dan Gubernur Peringatan UUPA XXXVI Tahun 1996,
serta pimpinan terkait lainnya untuk Kantor Menteri Pertanian/Kepala Badan
mengatasi permasalahan tersebut. Oleh Pertanahan Nasional Wewenang, 22
karena itu, peraturan tersebut tidak mengikat Oktober 1996..
bagi pemilik tanah, meskipun ada kesan Maria S.W. Sumardjono, Sengketa
bahwa peraturan tersebut bukan undang- Pertanahan dan Penyelesaiaannya Secara
undang dan tidak dapat diterapkan kepada Hukum, disampaikan dalam Seminar
pemilik tanah. Penyelesaiaan Konflik Pertanahan, Sigma
Oleh karena itu, perlu dipahami secara jelas Conferences, 26 Maret 1996 M.
asas-asas dan peraturan-peraturan yang Peraturan Perundang-undangan
diatur dalam Undang-undang Pertanahan
Nasional serta cara pelaksanaannya sesuai Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960
dengan sistem sosial budaya daerah. tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria
Terkait permasalahan pengelolaan lahan
secara ilegal, dapat diselesaikan dengan (UUPA UU No. 30/1999 tentang Arbitrase
mengacu pada Undang-Undang Nomor dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.
56/Prp/1960.
Undang-undang nomor 51 /Prp tahun 1960
DAFTAR PUSTAKA tentang Larangan Pemakaian Tanah Tanpa
Izin yang Berhak Mau Kuasanya.
Buku Boedi Harsono, 1999, “Hukum
Pertanian Indonesia”, bagian pertama, jilid I, Website
edisi revisi, Penerbit Djangkat, Jakarta,
https://www.beritamerdekaonline.com/
2023/05/sengketa-tanah-antara-
masyarkat-dengan-pt-smj-di-kobar-
menarik-perhatian-publik-ini-statemen-
ketua-gerdayak-wendy-s-loentan/

https://www.kompas.id/baca/nusantara/
2023/06/25/konflik-lahan-di-
kotawaringin-barat-berujung-jeruji-
untuk-petani

Anda mungkin juga menyukai