Romeo Novaldy
Fakultas Hukum
Universitas Merdeka Malang
Jalan Terusan Dieng No. 62-64 Klojen, Pisang Candi, Kec. Sukun, Kota Malang, Jawa Timur 65146
Email : hukum@unmer.ac.id
ABSTRACT
Currently, many land disputes occur in Indonesia, many land dispute resolution processes through
litigation and non-litigation have not yet become a solution that produces and realizes justice for the
parties involved in land disputes. The land dispute case that occurred in West Kotawaringin, Central
Kalimantan province, created quite a big polemic for local residents. The purpose of writing is to find out
how to resolve land disputes in West Kotawaringin, Central Kalimantan province. This descriptive
research method is a research method that aims to describe events and occurrences objectively. This
research is aimed at solving a problem in a field. The results of the research show that the land dispute in
West Kotawaringin, Central Kalimantan province has not yet reached a resolution between several
parties, and what has happened is that several parties have been accused of stealing their own land which
has become a land dispute. Land disputes are indeed a very complicated problem, so a resolution process
is needed that creates justice for the parties. And this is quite a serious concern for the government
Keywords: land disputes, dispute resolution.
Abstrak
Sengketa lahan saat ini banyak terjadi di Indonesia, banyaknya proses penyelesaian sengketa tanah melalui
jalur litigasi maupun non-litigasi ini juga belum menjadi jalan keluar yang mnghasilkan dan mewujudkan
keadilan bagi antara para pihak yang terlibat dalam sengketa tanah. Kasus sengketa lahan yang terjadi di
Kotawaringin Barat provinsi Kalimantan Tengah ini membuat sebuah polemik yang cukup besar bagiwarga
sekitar. Tujuan penulisan yakni untuk mengetahui bagaimana cara penyelesaian sengketa lahan di
Kotawaringin Barat provinsi KalimantanTengah. Metode yang digunakan dalam kepenulisan jurnal ini adalah
metode penelitian deskriptif. Metode penelitian deskriptif ini merupakan metode penelitian yang bertujuan
dalam mendeskripsikan peristiwa maupun kejadian secara objektif. Penelitian ini ditujukan dalam
memecahkan sebuah masalah dalam sebuah bidang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sengketa lahan di
Kotawaringin Barat provinsi Kalimantan Tengah belum menemui titik terang antara beberapa pihak, dan
yang terjadi malah ada beberapa pihak yang dituduh mencuri dilahannya dia sendiri yang dijadikan sengketa
lahan tersebut. Sengketa lahan memang sebuah permasalahan yang sangat pelik, sehingga dibutuhkan proses
penyelesaian yang mewujudkan keadilan bagi para pihak. Dan ini menjadi perhatian yang cukup serius bagi
pemerintah
Di samping itu, dalam mediasi para pihak Mungkin bagi Indonesia yang lazim
akan lebih terbuka terhadap adanya nilai- menggunakan metode musyawarah untuk
nilai lain di samping faktor yuridis. Segi mufakat, untuk permasalahan pertanahan
negatifnya adalah hasil mediasi tidak dapat yang bersifat perdata dalam arti luas yaitu
dimintakan penguatan kepada pengadilan tidak menyangkut aspek administratif, dan
oleh karena itu, efektivitasnya tergantung pidana, sepanjang para pihak menginginkan
pada ketaatan para pihak untuk menepati adanya mediasi, hal tersebut dimungkinkan.
kesepakatan bersama tersebut. Upaya Komnas HAM dalam membantu
penyelesaian sejumlah kasus pertanahan bisa
Tugas mediator antara lain: dikatakan bertumpu pada penggunaan
1) menentukan apakah kasus itu sesuai metode konsiliasi.
untuk ditangani melalui mediasi dan apakah 2. Sumber Hukum, Asas dan Ketentuan
para pihak siap untuk berpartisipasi; Penyelesaian Sengketa atas Tanah
2) menjelaskan tentang proses mediasi dan 1) Sumber Hukum
para mediator;
Selain mengetahui cara penyelesaian
3) membantu para pihak untuk saling permasalahan pertanahan yang seringkali
menukar informasi dan melakukan tawar diatur dalam hukum acara (hukum formal),
menawar; para pihak yang bersengketa, Pemerintah,
4) membantu para pihak untuk menentukan lembaga arbitrase, dan lembaga peradilan
dan merancang kesepakatan. harus memperhatikan dan memanfaatkannya
untuk tujuan yang benar.
Apakah mediasi cocok untuk menyelesaikan
sengketa pertanahan? merupakan sumber pedoman penyelesaian
sengketa pertanahan, asas-asas dan
Dalam praktik mediasi di AS atau Inggris, peraturan hukum substantif khususnya
meskipun ada yang berpendapat bahwa Undang-Undang Pertanahan Nasional,
faktor penentu media komunikasi adalah khususnya Undang-undang No. 5 Tahun
sikap para pihak dalam keinginannya untuk 1960 tentang Pokok-Pokok Pertanahan
(UUPA). Sebuah Sumber pertama dan a. Penguasaan dan penggunaan tanah oleh
utama adalah Pancasila; b. Undang-Undang siapa pun untuk tujuan apa pun harus
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun didasarkan pada hak atas tanah yang
1945 karena UUPA merupakan lembaga ditetapkan oleh undang-undang pertanahan
pelaksana langsung khususnya Pasal 33 ayat nasional kita
3; tenaga kuda.
b. Menguasai dan mempergunakan tanah
Undang-undang pertanahan nasional tanpa dasar hukum adalah tidak dibenarkan,
disusun berdasarkan hukum pertanahan adat bahkan diancam dengan tuntutan pidana
dan undang-undang pertanahan nasional (UU No. 51/Prp Tahun 1960 tentang
adalah hukum adat (Perhatikan UUPA jo larangan pemanfaatan tanah tanpa izin
pasal 5 UUPA), yang artinya hukum pemiliknya); tenaga kuda.
pertanahan adat merupakan sumber utama
dalam pengembangan hukum pertanahan c. Penguasaan dan penggunaan tanah,
nasional dan juga berfungsi sebagai berdasarkan hak-hak yang ditetapkan oleh
pertanahan nasional. undang-undang pertanahan nasional,
dilindungi undang-undang dari campur
Hukum melengkapi undang-undang tangan siapapun, baik masyarakat maupun
pertanahan nasional (khususnya standar – pemerintah, apabila intervensi tersebut tidak
standar); Konsep hukum adat menjadi mempunyai dasar hukum
konsep hukum pertanahan nasional,
khususnya konsep umat beragama yang d. Undang-undang memberikan berbagai
memperbolehkan perorangan menguasai upaya hukum untuk mengatasi gangguan
tanah melalui hak perseorangan atas tanah yang ada: – gangguan yang disebabkan oleh
sekaligus mengandung unsur solidaritas masyarakat, gugatan perdata di Pengadilan
yang dalam pasal 6 UUPA disebutkan Umum atau permintaan perlindungan
sebagai fungsi sosial. Bupati/Walikota, sebagaimana diatur dalam
UU No. 51/Prp/1960 ke atas; intervensi
3) Asas-asas yang harus diperhatikan masyarakat: sidang di Pengadilan Umum
dalam penyelesaian sengketa pertanahan, atau Pengadilan Tata Usaha Negara; .
terutama asas penguasaan dan pemilikan
tanah. Dalam keadaan normal, siapa pun dan
untuk tujuan apa pun (termasuk proyek
Prinsip-prinsip yang berlaku berkaitan untuk kepentingan umum) perlu membeli
dengan penguasaan dan kepemilikan tanah tanah yang menjadi hak seseorang, yang
serta perlindungan yang diberikan oleh harus dilakukan melalui pertimbangan yang
undang-undang pertanahan nasional kita cermat untuk mencapai kesepakatan
kepada mereka yang mempunyai hak atas bersama.
tanah, sebagai undang-undang “undang-
undang pertanahan nasional” di atas undang- Baik yang berkaitan dengan pembagian
undang”, sebagaimana ditegaskan dalam tanah kepada pihak yang membutuhkan
penafsiran UUD 1945; maupun yang berkaitan dengan ganti
kerugian yang menjadi hak pemegang hak kesepakatan mengenai kesediaan pihak yang
atas tanah yang bersangkutan untuk mempunyai tanah menyerahkan tanahnya
menerimanya; kepada pihak yang memerlukan dan
kesepakatan mengenai imbalannya.
Penyelesaian Sengketa Tanah yang Mengenai imbalan tersebut terdapat
Dikuasai Secara Legal ketentuan asasnya dalam Pasal 18 UUPA
UUPA menyatakan bahwa undang- yang mengatur kemungkinan pencabutan
undang pertanahan nasional kita hak atas tanah untuk kepentingan umum,
mencerminkan asas Pancasila. yaitu wajib diberikan ganti kerugian yang
layak.
Prinsip keimanan kepada Tuhan Yang
Maha Esa dan umat yang berpedoman pada Pengertian layak dipedomani oleh asas yang
kebijaksanaan dalam permusyawaratan dinyatakan dalam Penjelasan PP 39/1973,
perwakilan mengharuskan penyelesaian bahwa dengan tindakan pencabutan hak
perselisihan terlebih dahulu dilakukan bekas pemilik/pemegang hak tidak
melalui musyawarah. mengalami kemunduran, baik dalam bidang
sosial maupun pada tingkat ekonominya.
Dalam proses musyawarah, kedudukan para
pihak yang bersengketa adalah setara, PP 39/1973 tersebut mengatur cara
meskipun salah satu pihak adalah penetapan ganti kerugian oleh Pengadilan
Pemerintah. Apabila perselisihan itu Tinggi, yang bentuk atau jumlah ganti
menyangkut uang dalam jumlah besar, kerugiannya yang ditetapkan oleh Presiden
maka perselisihan itu dapat dilakukan tidak disetujui oleh pihak yang hak atas
melalui wakil atau agen yang ditunjuk oleh tanahnya dicabut untuk kepentingan umum.
pihak yang bersangkutan. Asas tersebut wajib dijadikan pedoman bagi
Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993, Pengadilan Tinggi dalam menetapkan ganti
salah satu peraturan pelaksanaan UUPA, kerugian yang bersangkutan. Negara kita
menjelaskan sifat pertimbangannya. sebagai negara hukum sebagaimana diatur
"Musyawarah adalah proses atau kegiatan dalam Undang-Undang Dasar Negara
saling mendengar dengan sikap saling Republik Indonesia Tahun 1945 mengakui
menerima pendapat dan keinginan yang dan melindungi hak atas tanah masyarakat
didasarkan atas kesukarelaan antara pihak dan masyarakat menurut hukum adat.
pemegang hak atas tanah dan pihak yang Namun bila hal itu diperlukan untuk suatu
memerlukan tanah, untuk memperoleh proyek demi kepentingan umum atau
kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya kepentingan nasional maka tanah yang
ganti kerugian. dimiliki harus dialihkan. Itulah asas umum
" Sebenarnya tujuan musyawarah bukan undang-undang hidup berdampingan, yang
hanya untuk memperoleh kesepakatan menyatakan bahwa kepentingan umum dan
mengenai bentuk dan besarnya ganti nasional harus diutamakan di atas
kerugian, tetapi juga untuk mencapai kepentingan individu dan kolektif; apalagi
tanah yang dimiliki merupakan tanah Pengadilan,tetapi juga oleh Pemerintah dan
bersama bangsa Indonesia sebagaimana pihak-pihaklain yang memerlukan tanah
tercantum dalam Pasal 1 UUPA. dalam menyelesaikan sengketa-sengketa
mengenai pembebasan untuk keperluan
Namun, sebagaimana tercantum dalam apapun dan penentuan imbalannya.
penafsiran umum UUPA, hal ini tidak
berarti mengabaikan hak dan kepentingan 4. Penyelesaian Sengketa Tanah yang
mereka. Hal ini dibuktikan dengan Dikuasai Secara Ilegal
teridentifikasinya prinsip-prinsip
penyelesaian sengketa mengenai bentuk dan Hal-hal yang diuraikan di atas merupakan
besaran kompensasi yang harus diberikan asas-asas dan peraturan-peraturan yang perlu
kepada individu pemilik hak guna tanah, diterapkan untuk menyelesaikan sengketa
sebagaimana diuraikan di atas. apabila tanah tersebut secara sah adalah
milik pihak yang dimintai pengalihan.
Kepada masyarakat-masyarakat hukum adat
yang tanah ulayatnya diperlukan bagi Bila tanah itu memerlukan alat-alat
pembangunan wajib diberikan recognitie, penguasaan yang tidak sah, bila perkara itu
seperti juga dinyatakan dalam Penjelasan tidak dapat diselesaikan dengan jalan keluar,
Umum UUPA. Recognitie tidak diberikan maka ketentuan-ketentuannya diatur dalam
dalam bentuk uang, melainkan dalam bentuk Undang-undang 51/Prp/1960 tersebut di
pembangunan fasilitas umum atau bentuk atas. Seringkali pihak yang menguasai
lain yang bermanfaat bagi masyarakat lahan tidak menyadari bahwa
setempat (Keppres 55/1993 Pasal 14). penguasaannya adalah tindakan ilegal.
https://www.kompas.id/baca/nusantara/
2023/06/25/konflik-lahan-di-
kotawaringin-barat-berujung-jeruji-
untuk-petani