Anda di halaman 1dari 20

BAB III

SKENARIO PENYELESAIAN PERMASALAHAN

Berdasarkan temuan permasalahan hasil sosialisasi masyarakat, survei sosial ekonomi


masyarakat dan lingkup kegiatan yang akan dilandaskan TPT termasuk penjaringan masalaha
dan usulan oleh OTD, selanjutnya disusun draft skenario penyelesaian permaasalahan
LARAP.

3.1. PERMASALAHAN LARAP


3.1.1. Masalah Terkait dengan Persepsi dan Aspirasi Masyarakat Terhadap Rencana
Pembangunan D.I ........
Persepsi dan aspirasi masyarakat berdasarkan hasil penjaringan pada saat
sosialisasi/konsultasi oublik adalah terkait dengan masalah:
a. Pengetahuan tentang rencana pembangunan Daerah Irigasi .... .
b. Pelaksanaan Sosialisasi oleh Pemerintah Daerah.
c. Pelaksanaan musyawarah tentang rencana pembangunan DI.
d. Keuntungan dan kerugian pembangunan DI.
e. Bentuk penggantian yang diinginkan untuk lahan dan atau aset lain yang terkena.

Sekitar .......%(....responden) setuju terhadap pembebasan lahan dan terdapat ....% (...
responden) yang tidak setuju terhadap rencana pembebasan lahan.

3.1.2. Masalah terkait dengan Kegiatan Pembebasan Tanah yang Dilaksanakan oleh
TPT
Tim Pengadaan Tanah (TPT) kegiatannya akan mengacu sesuai peraturan
perundangan yang berlaku dan berpotensi akan timbul masalah pada saat
melaksanakan kegiatan yang mencakup:
a. Penentuan mengenai penguasaan dan pemilikan tanah yang berhubungan dengan
status hukum tanah, bangunan, dan aset yang akan terkena.
b. Menaksir besaran nilai aset yang akan terkena.
c. Berbagai kemungkinan dampak negatif yang timbul dari kegiatan pembebasan
tanah yang akan dilaksanakan.
d. Pelaksanaan pengukuran dan pematokan atas aset terkena proyek .
e. Pelaksanaan musyawarah untuk mencapai kesepakatan dengan warga terkena
kegiatan mengenai bentuk dan besaran kompensasi.
f. Pelaksanaan pembayaran kompensasi.
g. Memfasilitasi pelaksanaan kegiatan perubahan status hukum ats tanah dan
bangunan terkena proyek.
h. Pelaksanaan kegiatan pemindahan warga terkena proyek apabila ada yang
terpaksa harus pindah.
i. Pelaksanaan kegiatan pemberdayaan atau pembinaan dalam upaya
mempertahankan atau meningkatkan kesejahteraan warga terkena proyek
j. Menampung setiap keluhan, keberataan dan usulan dari warga terkena proyek
untuk kemudian dimusyawarahkan upaya pemecahannya serta hasilnya
dipublikasikan.
k. Penyusunan laporan pelaksanaan RK-PTPK setiap akhir bulan selama rentang
masa kerjanya.
l. Penyerahan laporan pelaksanaan RK-PRPK kepada Pemerintah Kabupaten , Tim
Monitoring dan Pelaporan.

Cara pembayaran yang diinginkan adalah : melalui bank sebanyak .... responden (...
%) berupa uang tunai sebanyak .... Responden (....%) dan sebagian tunai dan
sebagian melalui bank sebanyak ... responden (...%).

3.1.3. Masalah Terkait dengan Relokasi Penduduk (Resettlement)


Berdasarkan survei sosial ekonomi budaya tidak ada penduduk atau sekelompok
keluarga, kelompok etnis maupun kelompok agama yang secara komunal terkena
pembebasan tanah. Umumnya tanah yang dibebaskan adalah sesuai jalur/trase
jaringan irigasi dengan lebar sekitar ... m (saluran primer) dan lebar sekitar .... m
(saluran sekunder ) adalah tanah milik penduduk yang heterogen.

Sekitar .... % (....responden) menyatakan tidak memerlukan relokasi dan ada ...%
(...responden) menyatakan perlu direlokasi.
Penduduk yang menyatakan perlu direlokasi tidak menyebutkan alasan perlu
relokasi dan metode apa yang digunakan apakah relokaasi sendiri, oleh pemerintah
atau transmigrasi. Untuk itu perlu dilakukan interview lebih dalam kepada .....
responden.

3.2. SKENARIO PENYELESAIAN PERMASALAHAN LARAP


Skenario penyelesaian masalah pertanahan akan mengacu pada peraturan yang
berlaku, musyawarah dan mediasi agar masalah pertanahan tidak berpotensi menjadi
konflik antar masyarakat penguasa tanah, penguasa aset pemerintah dengan
pemohon pengadaan tanah. Sejak dimulainya persiapan pengadaan tanah yaitu saat
pelaksanaan sosialisasi rencana pembangunan bendung dan jaringan irigasi .....
sudah terdapat beberapa penduduk dan aparat pemerintah setempat.

3.2.1. Penyelesaian Masalah Persepsi dan Aspirasi Masyarakat


Sejak dimulainya persiapan pengadaan tanah yaitu saat pelaksanaaan sosialisasi
rencana pembangunan bendung dan jaringan irigasi DI..... di
kecamatan ..... ,....,....,.....,.....yang dihadiri oleh wakil masyarakat terkena dampak,
aparat desa, kecamatan, muspikaa, LSM, tokoh masyarakaat dan instansi terkait
Pemda Kabupaten .... dan.... sudah terdapat beberapa penduduk yang kurang puas
terhadap rencana tujuan, manfaat kegiatan dan ingin penjelasan lebih lanjut lagi
secara rinci tentang rencana pembangunan bendung dan jaringan irigasi .....
termasuk proses pengadaan tanah. Mereka menginginkan penjelasan yang lebih rinci
dengan melakukan sosialisasi kembali di tiap – tiap desa dengan menjelaskan hal
terkait; tujuan, manfaat, lokasi, luas tanah yang akan mendapat manfaat dan tanah
yang akan dibebaskan, prosedur pembebasan tanah, sumber danaa pembangunan,
jangka waktu pembangunan, jangka waktu pembangunan dan yang duduk sebagai
anggota Tim Pengadaan Tanah (TPT).

Penyelesaian Masalah:
Pihak pemrakarsa dan Pemerintah Kabupaten .... dan .... perlu merealisasi persepsi
dan aspirasi masyarakat dan aparat pemerintah setempat ( Mukim, Keuchik, Desa,
kecamatan) Muspika dan SKPD serta Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).

3.2.2. Penyelesaian Masalah Pelaksanaan Pembebasan Tanah oleh TPT


Penyelesaian msalah pertanahan umumnya diselesaikan dengan cara yang bersifat
Litigasi maupun Non – litigasi yaitu melalui proses pengadilan dan musyawarah
mufakat. Tujuannya adalah untuk mendapat rasa keadilan dan kepastian hukum yang
diharapkan masyarakaat oebguasa/pemilik tanah, dan yang membutuhkan tanah
dapat terpenuhi.
a. Pola penyelesaian masalah pertanahan bersifat litigasi adalah penyelesaian
masalah melalui pengadilan umum dan pengadilan Tata Usaha Negara.
b. Pola – pola non litigasi adalah penyelesaian masalah pertanahan di luar
pengadilan yang dilakukan adalah : negosiasi, musyawarah mufakat dan mediasi.
1) Negosiasi dilakukan dengan jalan dimana para pihak yang berkonflik duduk
bersama untuk mencari jalan terbaik dalam penyelesaian itu tidak ada pihak
yang dirugikaan (win – win solution), kedua pihak tidak ada merasa
dirugikan.
2) Musyawarah mufakat adalah langkah lebih lanjut dari negosiasi. Jika
dalam negosiasi tidak terdapat kesepakan yang saling menguntungkan, maka
langkah lebih lanjut adalah melaakukan musyawarah mufakat dengan
melibatkan pihak lain selaku penengah. Hasil musyawarah tersebut
selanjutnya dibuatkan surat kesepakatan bersama yang ditanda tangani oleh
para pihak dan para saksi.
3) Mediasi merupakan pengendalian konflik pertanahan yang dilakukan dengan
cara membuat konsensus di antara dua pihak yang berkonflik untuk mencari
pihak ketiga yang berkedudukan netral sebagai mediator dalam penyelesaian
konflik. Penyelesaian secara mediasi yang bersifat yang bersifat tradisional
ataupun melalui berbagai Lembaga Alternative Dispute Resolution (ADARI)
mempunyai kelebihan bila dibandingkan dengan berperkara di muka
pengadilan yang tidak menarik dilihat dari segi waktu, biaya dan pikiran /
tenaga.
Mediasi memberikan kepada para pihak perasaan kesamaan kedudukan dan
upaya penentuan hasil akhir perundingan yang dicapai menurut kesepakatan
bersama tanpa tekanan atau paksaan. Dengan demikian solusi yang
dihasilkan mengarah kepada win – win solution. Upaya untuk win – win
solution itu ditentukan oleh beberapa faktor:
a) Proses pendekaatan yang obyektif terhadap sumber sengketa lebih
dapat diterima oleh pihak – pihak yang memberikan hasil yang saling
menguntungkan, dengan catatan bahwa pendekatan itu harus
menitikberatkan pada kepentingan yang menjadi sumber konflik dan
bukan pada posisi atau kedudukan para pihak.
b) Kemampuan yang seimbang dalam proses negosiasi atau musyawarah.
Perbedaan kemampuan tawar menawar akan menyebabkan adanya
penekanan oleh pihak yang satu terhadap yang lain.
Penyelesaian masalah pertanahan melalui ADARI secara implisit dimuat
dalam Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan
Kedeputian Bidang Pengkajian dan Penanganan Sengketa dan masalah
Pertanahan. BPN telah pula menerbitkan Keputusan Kepala BPN No. 34
tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penanganan dan Penyelesian Masalah
Pertanahan yang telah diganti dengan Peraturan Kepala BPN No. 3 Tahun
2011 tentang Pengelolaan Pengkajian dan Pertanahan, BPN melakukan
upaya antara lain melalui mediasi.
Pembentukan kedeputian tersebut menyiratkan dua hal. Pertama, bahwa
penyelesaian berbagai konflik pertanahan itu sudah merupakan hal yang
sangat mendesak sehingga diupayakan membentuk kedeputian untuk
menanganinya.

Kedua, terdapat keyakinan bahwa tidak semua konflik pertanahan harus


diselesaikan melalui pengadilan. Kedeputian Bidang Pengkajian dan
Penanganan.

Sengketa dan Konflik Pertanahan mempunyai tugas merumuskan dan


melaksanakan kebijakan di bidang pengkajian dan penanganan masalah,
sengketa, perkara dan konflik pertanahan. Dalam melaksanakan tugasnya
Deputi Bidang Pengkajian dan Penanganan Sengketa dan konflik Pertanahan
berpedoman pada peraturan perundang – undangan yang berlaku, terutama
Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertanahan.

3.2.3. Penyelesaian Keluhan Masyarakat

Warga terkena dampak kegiatan yang merasa tidak puas terhadap pelaksanaan
pengadaan tanah dan pemukiman kembali dapat mengajukan keluhan, keberatan
atau usulan kepada pemerintah Kabupaten dan Pemrakarsa sebagai penanggung
jawab program. Keluhan, keberatan dan usulan tersebut dapat disampaikan secara
langsung atau melalui surat menyurat ke alamt Kementrian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Balai Besar Wilayah
Sungai Sumatera I.
Mekanisme penanganan masalah atau penanganan keluhan, keberatan ataupun
usulan terhadap pelaksanaan LARAP diproses melalui tahapan sebagai berikut:
a. Berdasarkan keluhan, keberatan dan usulan yang disampaikan warga terkena
kegiatan, maka pemerintah Kabupaten Aceh Selatan dan ABDYA serta Tim
monitoring dan Pelaporan Balai Wilayah Sungai Sumatera I akan menunjuk Tim
Pengadaan Tanah untuk melakukan penelitian.
b. Hasil penelitian atau investigasi tersebut akan diinformasikan kepada warga
terkena proyek paling lambat dalam jangka waktu 12 haru untuk kemudian
dimusyawarahkan dengan warga terkena proyek kegiatan untuk diuppayakan
pemecahaannya berdasarkan prinsip win – win solution.
c. Penyelesaian masalah atau penanganan atas keluhan, keberatan dan usulan akan
didokumentasikan dan dapat diakses secara terbuka oleh masyarakat. Untuk
memudahkan masyarakat umum khususnya warga terkena proyek dalam
mengakses informasi tersebut, hasilnya akan disebarluaskan melalui ruang
publik yang tersedia seperti papan pengumuman dikantor kegiatan, kantor
pemda, kantor kecamatan dan kantor desa.
d. Mekanisme penanganan masalah dan keluhan terkait dengan kesepakatan dan
ketidak sepakatan atas kompensasi, prosesnya akan mengacu kepada Peraturan
Presiden republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan
Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk kepentingan umum.
Diagram alur mekanisme penanganan tersebut di atas dapat dilihat pada
lampiran.

3.3. PROGRAM ;PENANGANAGN DAN PENYELESAIAN MASALAH


Penanganan dan penyelesaian terhadap konflik pertan'ahan oleh BPN RI
didasarkan pada Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3
Tahun 2011 tentang Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan Kasus
Pertanahan, yang meliputi mekanisme pelayanan pengaduan dan informasi,
pengkajian, penanganan, dan penyelesaian konflik pertanahan, serta bantuan
hukum dan perlindungan hukum.
3.3.1. Mekanisme Pengaduan
a. Pelayanan pengaduan sengketa dan konflik pertanahan dilaksanakan dan
dikoordinir oleh Deputi Bidang Pengkajian dan Penanganan Sengketa
dan Konflik Pertanahan (Deputi V) di BPN RI, di Kantor Wilayah BPN
Provinsi dilakukan oleh Kepala Bidang PPSKP dikoordinasi oleh
Kakanwil, dan di Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota dilakukan oleh Kepala
Seksi SKP dikoordinasi oleh Kepala Kantor;
b. Pengaduan sengketa dan konflik pertanahan dapat diajukan secara usan
atau tertulis dan dapat disampaikan secara langsung ke Kantor
Pertanahan, Kantor Wilayah BPN, dan Kantor BPN RI, atau melalui
www.bpn.qo.id. Khusus melalui www.bpn.go.id harus ditindaklanjuti dengan
pertibuatan permohonan secara tertulis;
c. Pengadilan paling sedikit memuat identitas pengadu, obyek yang
diperselisihkan,posisi kasus (uega! standing) dan maksuci pengaduan, serta
dilampiri foto copy identitas pengadu dan data dukung yang terkait dengan
pengaduan;
d. Surat pengaduan yang telah diterima diteruskan ke satuan organisasi
yang tugas dan fungsinya menangani sengketa dan konflik. pertanahan.
Surat pengaduan yang ditenma dicatat dalam register dan diditribusikan
kepada pelaksana dan/atau tim pengolah untuk mendapatkan penanganan.

3.3.2. Pengkajian Masalah Pertanahan


Pengkajian konflik dilakukan dengan melakukan pengkajian akar dan riwayat
kotlik untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya dan potensi dampak dan
terjadinya konflik. Pengkajian konflik pertanahan dilakukan dengan cara
meneliti dan menganalisis data konflik yang terjadi. Hasil dan penelitian dan
analisa data dipergunakan untuk menentukan dan merumuskan pokok
permasalahan atas terjadinya konflik. Terhadap pokok permasalahan konflik
dilakukan telaahan hukum berdasarkan data yuridis, data fisik dan/atau
data pendukung lainnya, yang hasilnya kemudian dilakukan kajian
penerapan hukum yang selanjutnya menghasilkan rekomendasi penanganan
konflik.
3.3.3. Penanganan Masalah Pertanahan
Penanganan konflik pertanahan dimaksudkan untuk remberikan kepastian
hukum atas penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah, serta
untuk memastikan tidak terdapat tumpang tindih pemanfaatan, tumpang
tindih penggunaan, tumpang tindih penguasaan dan tumpang tindih pemilikan
tanah, sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku serta bukti kepemilikan
tanah bersifat tunggal untuk setiap bidang tanah yang diperselisjhkan.
Penanganan konflik pertanahan dilaksanakan secara kompreherisif melalui
kajian akar permasalahan, pencegahan dampak konflik, dan penyelesaian
konflik.
Penanganan sengketa dan konflik perianahan dilakukan dengan:
a. Penelitian/pengolahan data pengaciuan; yang meliputi : penelitian
kelengkapan dan keabsahan data, pencocokan data yunidis dan'data fisik
serta data dukung lainnya, kajian kronologi sengketa dan konfhk, dan
analisis aspek yuridis, fisik dan administrasi.
b. Penelitian lapangan; meliputi penelitian keabsahan atau kesesuaian
data dengan sumbernya, pencanan keterangan dan saksi-saksi terkait,
peninjauan fisik tanah obyek yang disengketakan, penelitian batas tanah,
gambar situasi, peta bidang, Surat Ukur, dan kegiatan lain yang diperlukan.
c. Penyelenggaraan Gelar Kasus; tujuannya antara lain untuk
memetapkan rencana penyelesaian, memilih alternatif penyelesaian dan
menetapka upaya hukum.
Jenis gelar kasus terdiri dan:
1) Gelar Internal, adalah gelar yang pesertanya dan Kantor Badan
Pertanahan Nasional Republik Indonesia, Kantor Wilayah Badan Pertanahan
Nasional dan/atau Kantor Pertanahan. Gelar Internal bertujuan :
menghimpun masukan pendapat para petugas / pejabat;
mengidentifikasi sengketa dan konflik yang diperselisihkan; dan
menyusun rencana penyelesaian.
2) Gelar Eksternal, adalah gelar yang pesertanya dan Kantor Badan
Pertanahan Nasional Republik Indonesia, Kantor Wilayah Badan
Pertanahan Nasional dan/atau Kantor Pertanahan yang diikuti peserta dan
unsur/instansi lainnya. Gelar Ekstemal bertujuan : melengkapi
keterangan dan pendapat dan internal dan eksternal Kantor BPN RI,
Kantor Wilayah Badan Perianahan Nasional dan/atau Kantor Pertanahan
agar pembahasan lebih komprehensif; mempeftajam anal isis kasus
perianahan; dan memilih alternatif penyelesaian.
3) Gelar Mediasi, adalah gelar yang menghadirkan para pihak yang
berselisih untuk memfasilitasi penyelesaian kasus perianahan melalui
musyawarah.Gelar Mediasi bertujuan: merampung informasi / pendapat dan
semua pihak yang berselisih, dan pendapat dan unsur lain yang perlu
dipertimbangkan; menjelaskan posisi hukum para pihak baik
kelemahan/kekuatannya; memfasilitasi penyelesaian kasus pertanahan
melalul musyawarah; dan pemilihan penyelesaian kasus pertanahan.
4) Gelar Istimewa, adalah gelar yang dilaksanakan oleh Tim
Penyelesajan Kasus Pertanahan yang dibentuk oleh Kepala Badan
Pertanahan Nasional Republik Indonesia atau Deputi Bidang Pengkajian
dan Penanganan Sengketa dan Konflik Pertanahan. Gelar Istimewa
bertujuan : menyelesaikan kasus pertanahan yang sangat komplek;
menyelesaikan perbedaan keputusan mengenai penanganan kasus
pertanahan antara pejabat BPN RI atau pejabat instansi lainnya;
mengkoreksi keputusan Pejabat BPN RI yang bermasalah; dan
menetapkan upaya hukum.
d. Penelitian lapangan; meliputi penelitian keabsahan atau kesesuaian
data dengan sumbernya, pencanan keterangan dan saksi-saksi terkait,
peninjauan fisik tanah obyek yang disengketakan, penelitian batas tanah,
gambar situasi, peta bidang, Surat Ukur, dan kegiatan lain yang diperlukan.
e. Penyelenggaraan Gelar Kasus; tujuannya antara lain untuk
memetapkan rencana penyelesaian, memilih alternatif penyelesaian dan
menetapka upaya hukum.
Jenis gelar kasus terdiri dan:
1) Gelar Internal, adalah gelar yang pesertanya dan Kantor Badan
Pertanahan Nasional Republik Indonesia, Kantor Wilayah Badan
Pertanahan Nasional dan/atau Kantor Pertanahan. Gelar Internal
bertujuan : menghimpun masukan pendapat para petugas / pejabat;
mengidentifikasi sengketa dan konflik yang diperselisihkan;
dan menyusun rencana penyelesaian.
2) Gelar Eksternal, adalah gelar yang pesertanya dan Kantor Badan
Pertanahan Nasional Republik Indonesia, Kantor Wilayah Badan
Pertanahan Nasional dan/atau Kantor Pertanahan yang diikuti peserta
dan unsur/instansi lainnya. Gelar Ekstemal bertujuan : melengkapi
keterangan dan pendapat dan internal dan eksternal Kantor BPN
RI, Kantor Wilayah Badan Perianahan Nasional dan/atau Kantor
Pertanahan agar pembahasan lebih komprehensif; mempeftajam anal isis
kasus perianahan; dan memilih alternatif penyelesaian
3) Gelar Mediasi, adalah gelar yang menghadirkan para pihak yang
berselisih untuk memfasilitasi penyelesaian kasus perianahan melalui
musyawarah.Gelar Mediasi bertujuan: merampung informasi / pendapat
dan semua pihak yang berselisih, dan pendapat dan unsur lain yang
perlu dipertimbangkan; menjelaskan posisi hukum para pihak baik
kelemahan/kekuatannya; memfasilitasi penyelesaian kasus pertanahan
melalul musyawarah; dan pemilihan penyelesaian kasus pertanahan.
4) Gelar Istimewa, adalah gelar yang dilaksanakan oleh Tim
Penyelesajan Kasus Pertanahan yang dibentuk oleh Kepala Badan
Pertanahan Nasional Republik Indonesia atau Deputi Bidang
Pengkajian dan Penanganan Sengketa dan Konflik Pertanahan. Gelar
Istimewa bertujuan : menyelesaikan kasus pertanahan yang sangat
komplek; menyelesaikan perbedaan keputusan mengenai penanganan
kasus pertanahan antara pejabat BPN RI atau pejabat instansi lainnya;
mengkoreksi keputusan Pejabat BPN RI yang bermasalah; dan
menetapkan upaya hukum.
5) Penyusunan Risalah Pengolahan Data (RPD); merupakan dokumen
resrni BPN RI yang menjadi bag ian tidak terpisahkan dengan
dokumen penanganan dan penyelesaian kasus pertanahan, yang
merupakan rangkuman hash penanganan kasus/sengketa dan konflik
pertanahan. Risalah Pengolahan Data disusun berdasarkan komitmen
terhadap kebenaran, kejujuran dan prosedur, sehingga dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum.
6) Penyiapan Berita AcaraJSuratiKeputusan;
7) Monitoring dan evaluasi terhadap hasil penanganan sengketa.

3.3.4. Penyelesaian Konflik Pertanahan


Dalam rangka membangun kepercayaan publik (trust building), salah satu
yang dilakukan oleh BPN adalah melakukan percepatan penanganan dan
penyelesaian kasus-kasus pertanahan sebagaimana diamantkan dalam Tap MPR
IXlMPRl2001 yang juga merupakan bagian dan 11 Agenda Pnioritas BPN RI
dengan berlandaskan 4 (empat) pnnsip kebijakan pertanahan.
Peyelesaian konflik pertanahan berdasarkan Peraturan Kepala BPN No. 3
Tahun 2011 tentang Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertanahan
terdiri dan:
a. Penyelesaian sengketa dan konflik pertanahan untuk melaksanakan
putusan pengadilan; BPN RI wajib melaksanakan putusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum telar kecuali terdapat alasan yang sah
untuk tidak melaksanakannya, yaitu:
 Terhadap obyek putusan terdapat putusan lain yang bertentangan;
 Terhadap obyek putusan sedang diletakkan sita jaminan;
 Terhadap obyek putusan sedang menjadi obyek gugatan dalam perkara
lain;
 Alasan lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.
b. Penyelesaian sangketa dan konflik pertanahan di luar pengadilan: dapat berupa
perbuatan hukum administrasi pertahanan meliputi:
 Pembatalan hak atas tanah karena cacat hukum administrasi;
 Pencatatan dalam sertipikat dan/atau buku tanah serta daftar umum lainnya;
 Penerbitan surat atau keputusan administrasi pertanahan lainnya karena
terdapat cacat hukum administrasi dalam penerbitannya.

Dalam melaksanakan penanganan dan penyelesaian sengketa dan konflik


pertahanan, BPN RI menetapkan beberapa kriteria terhadap kasus pertanahan yang
dinyatakan selesai sebagaimana disebutkan dalam pasal 72 Peeraturan Kepala BPN
RI Nomor 3 Tahun 2011, yaitu:

a. Kriteria Satu (K-l) berupa penerbitan Surat Pemberitahuan


Penyelesaian Kasus Pertanahan dan pemberitahuan kepada semua pihak
yang bersengketa;
b. Kriteria Dua (K-2) berupa Penerbitan Surat Keputusan tentang
pemberian hak atas tanah, pembatalan sertipikat hak atas tanah,
pencatatan dalam buku tanah, atau perbuatan hukum lainnya sesual
Surat Pemberitahuan Penyelesaian Kasus Pertanahan;
c. Kriteria Tiga (K-3) berupa Surat Pemberitahuan Penye!esaian Kasus
Pertanahan yang ditindak lanjuti mediasi oleh BPN sampai pada
kesepakatan berdamai atau kesepakatan yang lain yang disetujul oleh para
pihak;
d. Kriteria Empat (K-4) berupa Surat Pemberitahuan Penyeiesaran
Kasus Pertanahan yang intinya menyatakan bahwa penyelesaian kasus
pertanahan akan melalul proses perkara di pengadilan, karena tidak
adanya kesepakatan untuk berdamai;
e. Kriteria Lima (K-5) berupa Surat Pemberitahuan Penyelesaian Kasus
Pertanahan yang menyatakan bahwa penyefesaian kasus
pertanahan yang tefah ditangani bukan termasuk kewenagan BPN dan
dipersilakan untuk diselesaikan rnelalui instansi lain.

3.3.5. Bantuan Hukum dan Perlindungan Hukum


Bantuan hukum dilaksanakan untuk kepentingan BPN RI atau aparatur BPN RI

yang rnasih aktif atau sudah puma tugas yang menghadapi masalah
hukum. Bantuan hukurn meliputi pendampingan hukum dalam proses
peradilan pidana, perdata atau tata usaha negara, pengkajian masalah
hukum yang berkaitan dengan kepentingan BPN dan pengkajian masalah
hukum akibat tindakan yang dilakukan oleh pejabat atau pegawai BPN.

3.4. STRATEGI PENANGANAN DAN PENYELESIAN MASALAH


PERTANAHAN
.Agar penanganan dan penyelesaian konfiik pertanahan dapat
diwujudkan dan agenda kebijakan BPN RI dapat dilaksanakan untuk
mencapai sasaran strategis yang diinginkan, maka dirumuskan strategi sebagai
berikut:
a. Memantapkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Kedeputian Bidang
Pengkajian dan Penanganan Sengketa dan Konflik Pertanahan. dengan
membangun standar mekanisme dan prosedur operasional pengkajian dan
penanganan sengketa pertanahan;
b. Mengintensifkan penyelesaian sengketa, konflik dan perkara pertanahan
melalui mediasi dengan mendasarkan pada kajian akar permasalahan;
c. Membangun sistem basis data dan sistem informasi kasus pertanahan
yang valid guna mendukung percepatan penanganan dan penyelesaian
sengketa, konfiik dan perkara pertanahan secara sistematis;
d. Memprakarsai terwujudnya konsep strategis penyelesaian sengketa,
konflik dan erkara pertanahan dengan melibatkan pakar, akademisi serta
Pengamat Agraria;
e. Meningkatkan kualitas dan profesionalisme sumber daya manusia di
lingkungan Kedeputian Bidang Pengkajian dan Penanganan Sengketa dan
Konflik Pertanahan.

3.5. PRINSIP WIN – WIN SOLUTION

.. Badan Pertanahan Nasional RI sebagai lembaga yang melaksanakan tugas


pemerintahan di bidang pertanahan berkewajiban untuk menyelesaikan
konflik pertanahan yang ada di Indonesia. Badan Pertanahan Nasional
dalam menyelesaikan setiap konflik pertanahan di Indonesia berpedoman
pada Peraturan Kepala Badar Pertanahan Nasional RI NO.3 Tahun 2011
tentang Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertanahan dengan
mengedepankan prinsip win-win solution .Win-win Solutian adalah situasi di
mana kedua belah pihak yang berselisih (berkonflik) sama - sama merasa
diuntungkan dalam suatu transaksi atau kesepakatan dan tidak ada pihak yang
merasa dikalahkan. BPN sebagai mediator dan mencari jalan tengah yang
mengakomodasi keadilan para pihak yang bersengketa.

Dalam semangat win-win solution, penyelesaian sengketa tidak semata-mata


didasarkan pada siapa yang memiliki sertifikat. Dalam banyak kasus, misalnya,
seringkali penyelesaian sengketa mengabaikan eksistensi masyarakat lokal yang
bertahun-tahun, dan generasi ke generasi telah mi satu wilayah dan mengolah
tanah di wilayah dan mengolah tanah di wilayah tersebut. Masyarakat kalah oleh
investor yang baru datang dan memiliki sertifikat atas tanah di wilayah itu.

Dalam konsep win – win solution, seandainya investor memiliki sertifikat hak milik,
mereka tidak bisa langsung menang atas rakyat karena rakyat dilindungi oleh pasal
33 UUD 1945, meskipun rakyat tersebut tidak memiliki sertifikat. Pasal 33 UUD
1945 menyiratkan bahwa rakyat memiliki hak tas tanah dan kekayaan alam di
dalamnya.

Konsep win – win solution adalah cara yang membuat derajat rakyat semakin tinggi
karena rakyat dalam cara itu tidak dapat serta merta dikalahkan. Dengan konsep ini,
rakyat harus mendayagunakan kemampuannya. BPN dalam hal ini hanya mediator
yang dituntut untuk indenpenden, dan tidak berpihak pada kedua belah pihak.

Namun penyelesaian konflik pertahanan dalam konsep win – win solution tergantung
pada para hak yang berkonflik. Win – win solution adalah upaya untuk
mempermudah akomodasi dan beragam kepentingan yang bersengketa agar tidak
jatuh konflik yang memakan korban dan merugikan kedua belah pihak.

3.6. REKOMENDASI PENYELESAIAN MASALAH


Berbagai hak dasar, hak atas tanah sangat berarti sebagai tanda eksistensi,
kebebasan. Di sisi lain, negara wajib memberi jaminan kepastian hukum terhadap
hak atas tanah itu walaupun hak itu tidak bersifat mutlak karena dibatasi oleh
kepentingan orang lain, masyarakat dan negara.

Dalam kenyataan sehari – hari permasalahan tanah muncul dan dialami oleh seluruh
lapisan masyarakat. Konflik pertanahan merupakan isu yang selalu muncul dan
selalu aktual dan masa –masa, seiring dengan bertambahnya penduduk,
perkembangan pembangunan, dan semakain meluasnya akses berbagai pihak untuk
memperoleh tanah sebagai modal dasar dalam berbagai kepentingan.

Dapat dikatakan konflik di bidang pertanahan tidak pernah surut, bahkan


mempunyai kecenderungan untuk meningkat didalam kompleksitas permasalahan
maupun kuantitasnya sehingga dnamika di bidang ekonomi, sosial dan politik. Salah
satu alternatif penyelesaian konflik (masalah) adalah melalui upaya mediasi.

Mediasi sebagai penyelesaian sengketa alternatif menawarkan cara penyelesaian


sangketa yang khas. Karena prosesnya relatif sederhana, maka waktunya singkat dan
biaya dapat ditekan. Sebagai suatu cara penyelesaian sengketa alternatif,
mediasi mempunyai ciri-ciri yakni waktunya sing kat, terstruktur, berorientasi
kepada tugas, dan merupakan cara intervensi yang melibatkan peran serta para
pihak secara aktif. Keberhasilan mediasi ditentukan itikad baik kedua
belah pihak untuk bersama-sama menemukan jalan keluar yang disepakati.

Mediasi memberikan kepada para pihak perasaan kesamaan kedudukan dan


upaya penentuan hasil akhir perundingan dicapai menurut kesepakatan
bersama tanpa tekanan atau paksaan. Denqan demikian, solusi yang dihasilkan
mengarah kepada win-win solution. Pilihan penyelesaian sengketa melalui
mediasi mempunyai kelebihan dan segi biaya, waktu, dan pikiran bila
dibandingkan dengan berperkara di muka pengadilan, di samping itu kurangnya
kepercayaan atas kemandirian lembaga peradilan dan kendala
administratif yang melingkupinya membuat lembaga pengadilan merupakan
pilihan terakhir untuk penyelesaian sengketa .

Dalam kerangka penyelesaian konflik pertanahan, Badan Pertanahan


Nasional RI dengan Peraturan Kepala BPN RI NO.3 Tahun 2011 ten tang
Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertanahan merupakan lembaga
ADR penyelesaian konflik penta nahan yang dipandang mampu menghasilkan
solusi yang mengarah pada win-win solution. Diluar dan pentingnya
penanganan dan penyelesaian konflik pertanahan yang harus segera
dilaksanakan, yang tidak kalah penting adalah bagaimana untuk mencegah
agar tidak terjadi konflik paling tidak mampu meminimalisir terjadinya konflik
pertanahan.

Sebagaimana yang diatur dalam Perka BPN RI Nomon 3 Tahun 2011, upaya
untuk rnencegah terjadinya konflik pertanahan antara lain dengan:
a. Penertiban administrasi pertanahan,
b. Tinakan proaktif untuk mencegah dan menangar potensiionflik,
c. Penyuluhan hukum dan/atau sosiatisasi program pertanahan, dan
d. Pembinaan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat.

3.7. PROGRAM PERSIAPAN RENCANA LOKASI DAN RELOKASI


PENDUDUK
3.7.1. Inventarisasi dan Penyelesaian Permasalahan
Permasalahan yang timbul pada kegiatan pelaksanaan pembebasan tahan
dan relokasi penduduk di daerah rencana Bendung dan Jaringan D.I Tamiang,
perlu di inventansir dalam angka mengantisipasi kemungkinan – kemungkinan
permasalahan yang mungkin terjadi, sekaligus sebagai bahan dalam menyusun
strategi penyelesaian masalahnya.

Inventarisasi permasalahan ini bertitik tolak dan langkah langkah atau proses
pelaksanaan LARAP, yang dimulai dan identifikasi dampak proek kegiatan
sampai pada relokasi orang yang terkena dampaknya. Adapun permasalahan
tersebut dapat dikategorikan sebagai berikut:
1. Pada saat melakukan identifikasi penduduk / orang yang terkena
dampak (OTD), maka masatah yang timbul berkaitan dengan akunasi
data kependudukan termasuk hak kepemilikannya, diantaranya:
a. Data kepemilikan lahan bermasalah karena tidak semuanya
memiliki tanda bukti kepemilikan lahan secara legal (sertifikat).
Sebagian besar hanya memiliki surat keterangan dari Keucik.
b. Terdapat pemilik lahan yang tidak berada di lokaasi tersebut atau berada di
luar kota, sehingga susah untuk mengidentifikasi,
c. Terdapat warga yang tidak bersedia terhadap rencana pembebasan lahan.
.....% (......responden) setuju terhadaap pembebasan lahan dan terdapat ....%
(....responden) yang tidak setuju terhadap rencana pembebasan lahan.

Gambar 3.1. Pendapataan Terhadap Pembebasan.

2. Aspek sosial-ekonomi dan budaya, berkaitan dengan peta kekuatan


sosiat dalam pengambilan keputusan, penentuan harga jtial tahan dan pola
kehidupan masyarakat dalam matapencaharian. Permasalahan tersebut
berkaitan dengan:
a. Harapan OTD terlalu besar datam hal uang konpensasi (ganti rugi)
dan penyediaan sarana dan prasarana, sehingga apabila tidak terwujud
berpetuang banyak hambatan.
b. Ada kemungkinan tenjadi manipulasi informasi dalam berbagai hal.
Untuk itu perlu kehati – hatian.
c. Adanya keinginan warga masyarakat (OTD) yang telah menerima ganti
rugi, agar ganti rugi berikutnya harganya sama dengan yang mereka
dapatkan.

Gambar 3.2. Harga Tanah Yang Diinginkan Masyarakat

(jelaskan berdasarkan gambar diats)

Harga tanah per meter yang diinginkan masyarakat adalah berkisar antara
Rp. ..... s/d Rp. ........ . Terdapat ..... responden (...%) yang menginginkan per
meter Rp. ....... , ......responden (...%) menginginkan harga Rp. ..... per
meter, ...... responden (...%) menginginkan harga Rp. ..... per meter, .....
responden (.....%) menginginkan harga Rp........ per meter, ..... responden
responden (.....%) menginginkan harga Rp........ per meter.

3.7.2. Alternatif Pemukiman Kembali


Beberapa alternatif pemukiman kembali (Resettlement) yang diusulkan
sesuai dengan karakteristik masyarakat terkena proyek (WTP) adalah sebagai
berikut:
a. WTP dipindahkan oleh Pemda Aceh Tamiang dengan menyadiakan
lokasi pemukiman baru seperti Desa Mandiri Terpadu dengan beberapa
fasilitas utilitas umum;
b. WTP yang ingin pindah sendiri dalam kelompok lebih dan 30 keluarga;
c. WTP yang ingin pindah ke desa yang telah ada;
d. Tinggal di rumah yang telah ada, Rumah WTP tidak dibebaskan oleh
proyek.
Pada kondisi (a) adalah menyelesaiakan pemukiman kembali dimana akan
disediakan pemukiman standar dengan fasilits umum. Opsi ini merupakan
suata tawaran dengan tetap mejaga keutuhan antar warga dalam satu
komunitas.

Pada kondisi (b) adalah Keinginan masyarakatdengan mengusulkan


penggantian harga tanah yang dimiliki sesuai harga pasaran yang berlaku.

Pada kondisi (c) adalah Warga yang memilih akan pindah ke sanak keluarga
dengan mendapat penggantian uang.

Pada kondisi (d) adalah Warga yang tetap bertahan pada lokasi pengadaan tanah
yang masih perlu dilakukan musyawarah

Gambar 3.3 Pendapat Tentang Relokasi

(.......jelaskan gambar diatas.)

3.8. MONITORING DAN PELAPORAN


Tim Monitoring akan dibentuk oleh Pemerintah Kabupaten ...... dan .... pada saat
akan dumulainya pelaksanaan program dan rencana kerja (action plan) Pengadaan
Tanah dan Permukiman kembali. Tom ini terdiri dari unsur pemerintah (Bappeda),
unsur Perguruan Tinggi, atau Unsur Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan
unsur masyarakat (WTP).

Kegiatan Monitoring dan Pelaporan dilakukan dengan tujuan untuk meengawasi


pelaksanaan program pengadaan tanah dan permukiman kembali agar sesuai dengan
rencana, tujuan, dan keluaran yang diharapkan.

Deskripsi tugas Tim Monitoring dan Pelaporan dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Tim Monitoring dan Pelaporan, akan melakukan kegiatan pengawasan
pelaksanaan program sebagaimana tercantum dalam rencana kerja (action plan)
yang meliputi kegiatan sosialisasi dan konsultasi masyarakat, pengukuran dan
pematokan, pelaksanaan musyawarah, pembayaran kompensasi, sertifikasi lahan
yang terkena dan pemindahan utilitas yang terkena.
b. Tim monitoring dan pelaporan, akan melakukan koordinasi setiap bulan dengan
Tim Pengadaan Tanah (TPT), Bappeda dan proyek, untuk mendiskusikan
permasalahn dan kendala yang dihadapi beserta upaya penanggulangannya,
khususnya yang terkait dengan penyelesaian keluhan/keberatan WTP.
c. Tim monitoring dan pelaporan akan menyusun laporan kemajuan pelaksanaan
program setiap bulan dengan menggunakan formulir pelaporan yang dikirimkan
kepada Pemrakarsa dengan tembusan kepada Bappeda dan Bupati ..... dan ....
(contoh formulir pelaporan lihat lampiran) dan Pelaksanaan kegiatan pengadaan
tanah dan relokasi lebih jelasnya, jadwal kegiatan dan sumber biayanya dapat
dilihat pada lampiran.

Anda mungkin juga menyukai