Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH HUKUM INTERNASIONAL

“PENYELESAIAN SENGKETA SECARA DAMAI DAN KEKERASAN”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
Sweetly A.D. Lumowa (20071101341)
Benhadicta C. Gaghana (20071101264)
Cindy B. Rumangkang (20071101723)
Angelita V. Tinggogoy (20071101165)
Yehezkiel D. Lontoh (20071101531)
Jonatan T. Pangkey (20071101188)
Gratia Malalantang (20071101383)
Ketsia Kawengian (20071101389)
Meldi G. Tampi (20071101573)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugrah-nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “PENYELESAIAN
SENGKETA SECARA DAMAI DAN KEKERASAN” yang telah ditugaskan oleh
Enci Prisilia Frely Worung

Kami menyadari jika makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
terdapat beberapa kekurangan karena kami menyadari keterbatasan sebagai
manusia biasa.

Oleh karena itu kritik dan saran dari seluruh pihak yang bersifat membangun
selalu kami harapkan demi kesempurnaaan makalah ini. Semoga Tuhan Yang
Maha Esa selalu menyertai kita semua.
1 Mei 2021

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Tujuan..............................................................................................................2
1.3 Manfaat............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sengketa Internasional.....................................................................
2.2 Bagaimana cara Penyelesaian sengketa Internasional secara damai..............
2.3 Bagaimana cara Penyelesaian sengketa Internasional secara kekerasan.......

BAB III PENUTUP


1. Kesimpulan...........................................................................................................
2. Saran………………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suatu sengketa bisa didefinisikan sebagai adanya ketidaksetujuan yang spesifik tentang suatu
fakta, hukum atau kebijakan yang mana klaim satu pihak ditolak oleh pihak lain yang mengajukan
klaim yang berbeda. Sengketa Internasional dapat diartikan sebagai ketidak setujuan yang
melibatkan pemerintah, institusi, badan hukum atau individu dan melewati batas negara.
Namun, sengketa yang akan dibicaralan dalam makalah ini hanyalah sengketa yang pihaknya
adalah negara-negara berdaulat. Sebagaimana halnya dengan manusia, negara seringkali
menginginkan sesuatu, tetapi keadaanya tidakmemungkinkan atau klaimnya tidak kompatibel.
Akibatnya negara-negara ini berkompromi, mengubah posisinya, dan mengerahkan
sumberdayanya hingga ditemukan suatu keadaan yang memuaskan semua pihak.
Syarat utama dari sengketa adalah komitmen dari segala pihak bahwa penyelesaiannya hanya
akan dilakukan dengan cara-cara damai. Dalam lingkup negara, prinsip ini dilakukan dengan
membuat hukum dan membangun insitusi untuk mencegah penyesaian sengketa dengan cara yang
menggangu tatanan sosial. Namun, dalam lingkup internasional lintas negara, prinsip ini lebih sulit
berkembang dan dianggap kurang penting. Hal ini bisa dilihat dari kemunculan hukum
internasional modern diabad ke-17 yang tidak membahas penolakan terhadap penggunaan
kekuatan dalam penyelesaian sengketa antar negara.
B. RUMUSAN MASALAH

1. Pengertian sengketa Internasional?


2. Bagaimana cara penyelesaian sengketa internasional secara damai?
3. Bagaimana cara penyelesaian sengketa internasional secara kekerasan?

C. TUJUAN

1. Untuk memenuhi tugas Hukum Internasional


2. Untuk mengetahui tentang cara penyelesaian sengketa internasional secara damai
dan kekerasan.

BAB II
PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN SENGKETA INTERNASIONAL


Sengketa Internasional adalah suatu perselisihan antara subjek-subjek hukum internasional
mengenai fakta, hukum/politik dimana tuntutan atau pernyataan suatu pihak ditolak, dituntut
balik atau dilingkari oleh pihak lainnya. Penyelesaian suatu sengketa internasional erat
kaitannya dengan hukum internasional yang mengatur mengenai permasalahan yang menjadi
sebuah sengketa. Sejarah perkembangan penyelesaian sengketa internasional berhubungan
dengan sejarah terbentuknya hukum internasional sebagai peraturan-peraturan dan ketentuan-
ketentuan yang mengikat serta mengatur hubungan negara-negara dan subjek hukum lainnya
dalam kehidupan masyarakat internasional.
Sengketa internasional juga dapat dikatakan merupakan salah satu sisi dalam hubungan
internasional. Hal ini didasarkan atas suatu pemikiran bahwa hubungan-hubungan
internasional yang diadakan antar negara, negara dengan individu, atau negara dengan
organisasi internasional. Hubungan internasional tersebut meliputi beberapa aspek seperti
politik, social, ekonomi.
Dalam studi hukum internasional public, dikenal dua macam sengketa internasional, yaitu
sengketa hokum (legal of judicial disputes) dan sengketa politik (political or nonjusticiable
disputes).
Upaya-upaya penyelesaian sengketa telah menjadi perhatian penting di masyarakat
internasional sejak awal abad ke-20.Upaya-upaya ini ditunjukan untuk menciptakan hubungan
antar negara yang lebih baik berdasarkan prinsip perdamaian dan keamanan internasional.
Peranan hukum internasional dalam menyelesaikan sengketa internasional adalah memberikan
cara bagaimana para pihak yang bersengketa menyelesaikan sengketanya menurut hukum
internasional.

2. CARA PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL SECARA DAMAI


Penyelesaian sengketa secara damai merupakan konsekuensi langsung dari ketentuan Pasal
2 ayat (4) Piagam PBB yang berbunyi: All Members shall refrain in their international
relations from the threat or use of force against the territorial integrity or political
independence of any state, or in any other manner inconsistent with the Purposes of the United
Nations’.

Ketentuan Pasal 2 ayat (4) ini melarang negara anggota menggunakan kekerasan dalam
hubungannya satu sama lain. Dengan demikian pelarangan penggunaan kekerasan dan
penyelesaian sengketa secara damai telah merupakan norma-norma imperatif dalam hubungan
antar bangsa. Oleh karena itu hukum internasional telah menyediakan berbagai cara
penyelesaian sengketa internasional secara damai demi terpeliharanya perdamaian dan
keamanan serta terciptanya hubungan antar bangsa yang serasi.

Ada beberapa alternatif yang dapat ditempuh dalam penyelesaian sengketa internasional
secara damai. (pacific settlement of internasiona disputel) yaitu;

a. Mengajak pihak-pihak yang bersengketa agar menerima syarat penyesaian-penyesaian


yang diajukan untul mereka oleh pihak ketiga, misalnya melalui arbitrasel/lewat
pengadilan (adjudication).

b. Membujuk mereka untuk berunding dan menyetujui syarat-suyarat penyelesaian yang


mereka buat sendiri, negotiation, good offices, mediation, inquiry dan conciliation.

c. Cara damai melalui organisasi-organisasi internasional regional atau dengan cara lain
menurut pilihan para pihak sendiri.

Metode penyelesaian sengketa-sengketa internasional secara damai atau bersahabat dapat


dibagi menjadi beberapa klasifikasi. Pengklasifikasian ini tidak berarti bahwa proses-proses
ini secara kaku terpisah sama sekali, yang masing-masing hanya sesuai untuk memecahkan
satu kelompok sengketa tertentu. Posisi ini tidak demikian dalam praktek.

Klasifikasi metode penyelesaian secara damai dapat dibagi menjadi:

 Negosiasi, Pencarian Fakta, Jasa-jasa baik (Good offices), mediasi (Mediations),


konsiliasi (Consiliations) dan Penyelidikan;
 Arbitrase (Arbitration);
 Penyelesaian secara Yudisial (Judicial Settlement).
a. Negosiasi
Negosiasi adalah cara penyelesaian sengketa yang paling dasar dan yang paling tua
digunakan oleh umat manusia. Alasan utamanya adalah dengan cara ini, para pihak dapat
mengawasi prosedur penyelesaian sengketanya dan setiap penyelesaiannya didasarkan
kesepakatan atau consensus para pihak. Negosiasi dalam pelaksanaannya memiliki dua
bentuk utama, yaitu bilateral dan multilateral. Negosiasi dapat dilangsungkan melalui
saluran diplomatic pada konferensi internasional atau dalam suatu lembaga atau organisasi
internasional.

b. Pencarian Fakta
Penggunaan pencarian fakta ini biasanya ditempuh manakala cara-cara konsultasi atau
negosiasi telah dilakukan dan tidak menghasilkan suatu penyelesaian. Dengan cara ini,
pihak ketiga akan berupaya melihat suatu permasalahan dari semua sudut guna
memberikan penjelasan mengenai kedudukan masing-masing pihak. Cara ini telah dikenal
dalam praktik kenegaraan.

c. Jasa-Jasa Baik
Jasa-jasa baik adalah cara penyelesaian sengketa melalui atau dengan bantuan pihak ketiga.
Pihak ketiga disini berupaya agar para pihak menyelesaikan sengketanya dengan negosiasi.
Jadi, fungsi utama jasa baik ini adalah mempertemukan para pihak sedemikian rupa
sehingga mereka mau bertemu, duduk bersama, dan bernegosiasi. Keikutsertaan pihak
ketiga dalam suatu penyelesaian sengketa dapat terjadi dalam dua cara, yaitu atas
permintaan para pihak atau inisiatif pihak ketiga itu sendiri yang menawarkan jasa-jasa
baiknya guna menyelesaikan sengketa.

d. Mediasi
Mediasi adalah suatu cara penyelesaian melalui pihak ketiga. Pihak ketiga tersebut disebut
dengan mediator. Mediator dapat merupakan negara, organisasi internasional atau
individu. Mediator ikut serta secara aktif dalam proses negosiasi. fungsi mediasinya
dengan membuat usulan-usulan baru. Karena itu, salah satu fungsi utama mediator adalah
mencari berbagai solusi (penyelesaian), mengidentifikasi hal-hal yang dapat disepakati
para pihak serta membuat usulan-usulan yang dapat mengakhiri sengketa.

e. Konsiliasi
Konsiliasi adalah cara penyelesaian sengketa yang sifatnya lebih formal dibanding
mediasi. Konsiliasi adalah suatu cara penyelesaian sengketa oleh pihak ketiga atau oleh
suatu komisi yang dibentuk oleh para pihak. Komisi ini disebut dengan komisi konsiliasi.
Komisi konsiliasi bisa yang sudah berlembaga atau ad hoc (sementara) yang berfungsi
untuk menetapkan persyaratan penyelesaian yang diterima oleh para pihak. Namun,
putusannya tidaklah mengikat para pihak.
f. Arbitrase
Arbitrase adalah penyerahan sengketa secara sukarela kepada pihak ketiga yang netral yang
mengeluarkan putusan bersifat final dan mengikat (binding). Penyerahan suatu sengketa
kepada arbitrase dapat dilakukan dengan pembuatan suatu compromise, yaitu penyerahan
kepada arbitrase suatu sengketa yang telah lahir melalui pembuatan suatu klausul arbitrase
dalam suatu perjanjian, sebelum sengketanya lahir (clause compromissoire). Contoh badan
arbitrase seperti ini adalah The Permanent Court of Arbitration (PCA) di Den Haag.
Sedangkan badan arbitrase ad hoc adalah badan yang dibuat oleh para pihak untuk
sementara waktu dan berakhir tugasnya setelah putusan atas suatu sengketa tertentu
dikeluarkan.
Proses penyelesaian sengketa melalui arbitrase memiliki beberapa unsur positif :

1) Para pihak memiliki kebebasan dalam memilih hakimnya (arbitrator) baik secara
langsung maupun secara tidak langsung, hal ini berarti para pihak memiliki
kepercayaan secara penuh penyelesaian sengketanya diputus oleh pihak ketiga.
2) Para pihak memiliki kebebasan untuk menentukan hukum acara atau persyaratan
bagaimana suatu putusan akan didasarkan dalam menentukan hukum acara dan hukum
yang akan diterapkan pada pokok sengketa, dan lain-lain.
3) Sifat dari putusan arbitrase pada prinsipnya adalah final dan mengikat.
4) Persidangan arbitrase dimungkinkan untuk dilaksanakan secara rahasia apabila kedua
belah pihak menginginkannya.
5) Para pihak sendiri yang menentukan tujuan atau tugas badan arbitrase.

g. Pengadilan Internasional
Pengadilan dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu pengadilan permanen dan ad hoc atau
pengadilan khusus. Contoh pengadilan internasional permanen adalah Mahkamah
Internasiona (the International Court of Justice / ICJ). Kedua adalah pengadilan ad
hoc atau pengadilan khusus. Dibandingkan dengan pengadilan permanen, pengadilan ad
hoc atau khusus ini lebih popular, terutama dalam kerangka suatu organisasi ekonomi
internasional. Badan pengadilan ini berfungsi cukup penting dalam menyelesaikan
sengketa yang timbul dari perjanjian ekonomi internasional.

3. PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL SECARA KEKERASAN

Apabila negara-negara tidak mencapai kesepakatan untuk menyelesaikan


sengketasengketa mereka melalui jalur diplomasi atau damai (bersahabat), maka salah satu
cara yang dapat digunakan sebagai jalan keluar penyelesaian sengketa adalah melalui jalur
pemaksaan atau kekerasan. Penyelesaian sengketa internasional dengan menggunakan
kekerasan secara garis besar dibagi menjadi:

1) Perang;
2) Retorsi (retortion);

3) Tindakan-tindakan pembalasan (repraisals)

4) Blokade secara damai;

5) Intervensi (intervention).

a. Perang
Keseluruhan tujuan dari perang adalah untuk menaklukan negara lawan dan untuk
membebankan syarat-syarat penyelesaian sengketa di mana negara yang ditaklukan tersebut
tidak memiliki alternatif lain selain mematuhinya.

b. Restorsi (Restortion)
Retorsi merupakan istilah untuk melakukan pembalasan oleh suatu negara terhadap tindakan-
tindakan tidak pantas dari negara lain, balas dendam tersebut dilakukan dalam bentuk tindakan-
tindakan sah yang tidak bersahabat, misalnya pemutusan hubungan diplomatik, pencabutan
hak istimewa, penghentian bantuan ekonomi dan penarikan konsesi pajak dan tarif.

c. Tindakan-Tindakan Pembalasan (Repraisals)


Reprisal adalah upaya paksa untuk memperoleh jaminan ganti rugi, akan tetapi terbatas pada
penahanan orang dan benda. Pembalasan merupakan upaya yang dilakukan oleh suatu negara
terhadap negara lain dengan maksud untuk menyelesaikan sengketa yang timbul oleh karena
negara tersebut telah melakukan tindakan yang tidak dibenarkan. Perbedaan tindakan repraisal
dan retorsi adalah bahwa pembalasan adalah mencakup tindakan yang pada umumnya dapat
dikatakan sebagai tindakan ilegal, sedangkan retorsi meliputi tindakan balas dendam yang
dapat dibenarkan oleh hukum.

d. Blokade Secara Damai (Pasific Blockade)


Blokade secara damai adalah tindakan blokade yang dilakukan pada waktu damai. Tindakan
ini pada umumnya ditunjukan untuk memaksa negara yang pelabuhannya diblokade untuk
mengganti kerugian oleh negara yang melakukan blokade.

e. Intervensi (Intervention)
Internvensi merupakan cara untuk menyelesaikan sengketa internasional dengan melakukan
tindakan campur tangan terhadap kemerdekaan politik negara tertentu. Hukum internasional
pada prinsipnya menegaskan bahwa suatu negara dilarang untuk turut campur dalam urusan
negara lain. Hal ini ditekankan dengan jelas dalam Pasal 2 ayat (4) dan ayat (7) Piagam PBB,
yang mana melarang negara anggota untuk ikut campur dalam urusan dalam negeri negara lain
dalam bentuk apapun.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN.

Hubungan antar negara yang melahirkan Hukum Internasional sangat bermanfaat bagi negara-
negara yang mengadakan hubungan internasional. Jika kita membaca kembali makalah yang telah
dibuat ini maka kita mengetahui lebih luas, karena ternyatab hokum initernasional juga banyak
dilanggar oleh negara-negara yang mengadakan hubungan internasional, maka dari itu terjadi
sengeketa internasional , ada sengeketa yang dapat diselesaikan dengan cara damai, dan juga
beberapa sengeketa yang dapat diselesaikan secara kekerasan.

SARAN.

Dalam penjelasan di atas, bisa dilihat banyak metode penyelesaian dari sengeketa internasional,
jadi jika disetiap negara yang dilanda sengketa atau permasalahan dengan bebas bisa memilih
metode penyelesaian berdasarkan kesepakatan kedua negara yang sedang terlibat, Namun metode
penyelesaian secara damai adalah cara yang bijak dalam menyelesaikan suatu permasalahan agar
kedua negara bisa tetap aman dan kondusif

Anda mungkin juga menyukai