ABSTRAK
Yelni Eldawati Tenis: Tinjauan Terhadap Tanda Batas Tanah Menurut Peraturan
Menteri Agraria Nomor 8 Tahun 1961 Tentang Tanda-Tanda Batas Tanah-Tanah Hak Milik
Di Desa Nekmese, Kecamatan Amarasi Selatan, Kabupaten Kupang, yang dibimbing oleh
Darius Mauritsius dan Helsina Fransiska Pello.
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui faktor penyebab tidak adanya tanda
batas pada sebuah bidang tanah serta bagaimana upaya meningkatkan kesadaran masyarakat
pemilik lahan mengenai tanda batas tanah. Penelitian ini bersifat deskriptif, dengan
menggambarkan keadaan subjek dan objek dapat berupa orang atau lembaga berdasarkan
fakta yang ada dan menggunakan pendekatan empiris yaitu menganalisis peraturan
perundang-undangan dan melakukan wawancara dengan responden. Data diperolah melalui
penelitian lapangan (field research). Berdasarkan hasil penelitian, yang menjadi penyebab
dari tidak adanya tanda batas yakni faktor alam, diantaranya curah hujan dan kebakaran,
kurangnya kesadaran masyarakat terhadap hukum yang berlaku serta masyarakat tidak
melakukan sesuai ketentuan tentang penetapan tanda batas tanah. Selain itu kurangnya
pengawasan dari para aparat hukum dalam bidang pertanahan, sehingga masyarakat
menggunakan itu sebagai sebuah kesempatan dalam menentukan luas tanah miliknya sendiri
tanpa memperhatikan hak milik dari pemilik lahan lainnya. Dalam mencegah masalah tanda
batas tanah untuk tidak terjadi lagi, maka perlu adanya sosialisasi kepada masyarakat, dengan
tujuan agar setiap masyarakat dapat menjaga nilai budaya yang sudah ada sehingga menjadi
ciri khas dan karakteristik dari masyarakat. Selain sosialisasi masyarakat diwajibkan untuk
tetap menjaga tanda batas tanah, dengan melakukan pembuatan atau penanamam kembali
tanda batas tanah yang rusak atau hilang, tujuannya untuk menghindari perselisihan antara
para pemilik tanah yang berbatasan dan sebagai jaminan kedepannya letak tanah tetap
terjaga.
Kata Kunci: Upaya Hukum, Perkara Perdata, Structural.
ABSTRACT
Yelni Eldawati Tenis: review of land boundary markings according to the minister of
agrarian regulation number 8 of 1961 concerning boundary markings of privately owned
lands in nekmese village, amarasi selatan district, kupang regency, supervised by Darius
Mauritsius and Helsina Fransiska Pello.
The purpose of this writing is to find out the factors causing the absence of boundary
markings on a plot of land and how to increase awareness of the landowner community
regarding land boundary markings. This research is descriptive in nature. By describing
subjects and objects that can be people or institutions based on existing facts and using an
approach empirical. Data obtained through field (field research). Based on research results,
which are the causes of the absence of boundary markers, namely natural factors, including
rainfall and fires, lack of public awareness of applicable laws and people not carry out
according to the provisions regarding the determination of land boundary markings. In
addition to the lack of supervision from legal officials in the land sector. So that people use it
as an opportunity to determine the area of their own land without paying attention to the
property rights from other land owners, in order to prevent the land boundary marking
problem from happening again. It is necessary to socialize it to the community, with the aim
that each community can maintain exiting cultural values so that they become the hallmarks
and characteristics of the community, in addition to community socialization is required to
maintain land boundary markings, by making or replanting damaged or lost land boundary
markers, the aim is to avoid disputes between the parties who own the bordering land and as
guarantee in the future the location of the land is maintained.
Key Words: Legal Efforts, Civil Cases, Structural
Rumusan Masalah
1. Faktor-faktor penyebab tidak adanya tanda batas tanah?
2. Bagaimana upaya meningkatkan kesadaran hukum bagi masyarakat pemilik lahan
mengenai tanda batas?
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab tidak adanya tanda batas tanah
2. Untuk mengetahui upaya meningkatkan kesadaran hukum bagi masyarakat desa pemilik
lahan mengenai tanda batas tanah
Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kesadaran bagi masyarakat akan pentingnya
pembuatan tanda batas dalam sebuah bidang tanah untuk menghindari konflik antara
masyarakat pemilik lahan yang saling berdekatan. Penelitian ini diharapkan dapat membantu
mengembangkan ilmu pengetahuan dan wawasan terutama untuk menemukan jawaban atas
permasalahan yang menjadi penyebab adanya masalah tanda batas tanah.
2. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada para penegak hukum secara
umum, pemerintah desa dan masyarakat. Bahwa permasalahan tanda batas tanah sering
terjadi dan berdampak pada kerenggangan suatu hubungan sosial. oleh karena itu, dibutuhkan
pencerahan dalam pencegahan masalah tanda batas tanah.
Metode Penelitian
1. Lokasi penelitian
Penelitian dengan judul Tinjuauan terhadap tanda batas tanah menurut Peraturan Menteri
Agraria Nomor 8 Tahun 1961 tentang tanda-tanda batas tanah-tanah hak milik di Desa
Nekmese, Kecamatan Amarasi Selatan, Kabupaten Kupang. Pemilihan lokasi penelitian ini
dengan pertimbangan bahwa kurangnya kesadaran hukum masyarakat di Desa Nekmese
terkait tanda batas kepemilikan tanah. Pihak-pihak yang terlibat yaitu masyarakat desa
pemilik lahan, aparat pemerintah desa yang terlibat langsung dalam penyelesaian masalah
tanda batas tanah, dan Pegawai Pertanahan Nasional (BPN)
2. Spesifikasi Penelitian
Spesifikasi Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan ini bersifat empiris, yakni data-
data yang diperoleh dari hasil wawancara di lapangan. Penelitian dengan judul tinjauan
terhadap tanda batas tanah menurut Perturan Menteri Agraria Nomor 8 Tahun 1961 tentang
tanda-tanda batas tanah-tanah hak milik di Desa Nekmese, Kecamatan Amarasi Selatan,
Kabupaten Kupang. Penelitian ini akan difokuskan pada bukti sertifikat hak milik dan tanda
batas yaitu batu pilar, tumbuhan pembatas yang ditentukan bersama
Aspek-Aspek Yang Diteliti
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi tidak adanya tanda batas tanah
2. Upaya meningkatkan kesadaran hukum bagi masyarakat desa mengenai tanda batas tanah
Tinjauan Pustaka
a. Pengertian Masyarakat
masyarakat berasal dari akar kata Arab”syaraka”yang berarti ikut serta, berpartisipasi.
Masyarakat adalah sekumpulan manusia saling “bergaul”, atau dengan istilah ilmiah, saling
berinteraksi. Menurut macvler masyarakat adalah suatu sistem dari kebiasaan dan tata cara
dari wewenang dan Kerjasama antara berbagai kelompok, berbagai golongan dan
pengawasan tingkah laku serta kebebasan-kebebasan individu (masyarakat).
Menurut Macvler masyarakat adalah suatu sistem dari kebiasaan dan tata cara dari
wewenang dan kerja sama antara berbagai kelompok, berbagai golongan dan pengawasan
tingkah laku serta kebebasan-kebebasan individu (masyarakat). Keseluruhan yang selalu
berubah inilah yang dinamakan masyarakat. Manusia adalah makhluk sosial yang mustahil
bisa hidup sendiri. Setiap orang yang hidup di dunia ini pasti membutuhkan pertolongan dari
orang lain. Sikap saling bergantung satu sama lain inilah yang kemudian menjadikan manusia
hidup berkelompok dan bermasyarakat.
Menurut Linton masyarakat merupakan sekumpulan manusia yang sudah lama hidup
dan bekerja sama sehingga akan terbentuk suatu organisasi.yang mana, organisasi tersebut
dapat mengatur setiap orang di dalam masyarakat dan bisa mengatur setiap orang di dalam
masyarakat dan bisa mengatur dirinya sendiri sebagai sebuah satu kesatuan sosial yang
memiliki batas-batas .
Masyarakat adalah sekelompok makhluk hidup yang terjalin erat karena sistem tertentu,
tradisi tertentu, konvensi, dan hukum tertentu yang sama, serta mengarah pada kehidupan
kolektif. Sistem dalam masyarakat saling berhubungan antara satu manusia dengan manusia
lainya yang membentuk suatu kesatuan. Kepribadian masyarakat terbentuk melalui
penggabungan individu-individu dan aksi reaksi budaya mereka.
Masyarakat merupakan kelompok manusia atau individu yang secara bersama-sama
tinggal di suatu tempat dan saling berhubungan. Biasanya, hubungan atau interaksi ini
dilakukan secara teratur atau terstruktur. Dengan adanya kelompok sosial ini, Setiap individu
dapat saling berinteraksi dan membantu satu sama lain. Masyarakat merupakan interaksi
individu yang berada dalam kelompok tersebut. Masyarat adalah sekumpulan individi-
individu yang hidup bersama, bekerja bersama untuk memperoleh kepentingan bersama yang
telah memiliki tatanan kehidupan, norma-norma, dan adat istiadat yang ditaati dalam
linkungannya.
Kehidupan sebagai masyarakat berarti kehidupan untuk tolong menolong, bantu
membantu, agar sebuah pekerjaan berat dapat terselesaikan dengan mudah. Namun, tidak
terlepas dari itu dalam kehidupan sebagai masyarakat juga dilingkupi oleh berbagai
problematika, kekeliruan dan kesalahan dari berbagai individu yang kemudian menjadi
sebuah permasalahan. Maka tentunya dalam kebersamaan ini diperlukan aturan-aturan sebaai
patokan, dasar untuk membatasi perilaku manusia dalam kebersamaan itu supaya mencegah
berbagai permasalahan yang terjadi maupun yang akan terjadi.
Hak milik mengandung hak untuk melakukan atau memakai bidang tanah yang
bersangkutan untuk kepentingan apapun. Hubungan yang ada hanya bersifat bukan
kepemilikan saja, melainkan psikologis-emosional. Hak milik hanya diperuntukan untuk
berkewarganegaraan tunggal Indonesia.
Berdasarkan pasal 27 UUPA hapusnya hak milik adalah sebagai berikut:
a. Tanahnya jatuh kepada negara
Tanahnya jatuh kepada negara, diantaranya:
1. Karena pencabutan hak berdasarkan pasal 18 yang menentukan
2. Karena penyerahandengan sukarela oleh pemiliknya
3. Karena ditelantarkan
4. Karena ketentuan pasal 21 ayat (3) dan 26 ayat (2)
b. Tanahnya musnah
Istilah musnah dalam hal ini dipahami dalam pengertian yuridis, yaitu secara fisik tanah
tersebut tidak dapat dipergunakan secara layak sesuai dengan isi/kewenangan haknya.
Contohnya tanah yang hilang terkikis erosi sungai maupun pantai. Meskipun secara fisik
bidang tanah tersebut masih dapat ditemukan, akan tetapi karena sudah tidak dapat
mendukung penggunaannya secara layak, maka haknya hapus menjadi tanah negara
Geologi
Wilayah desa nekmese termasuk dalam Kawasan circium-pasifik terletak
dipulau Timor yang terbentuk dari dasar laut yang terangkat ke permukaan,
dengan kondisi geologi
a. jumlah penduduk di desa nekmese
jumlah laki-laki : 2.691 jiwa
penduduk laki-laki : 1.347 jiwa
penduduk perempuan : 1. 344 jiwa
jumlah kepala keluarga : 631 kk
2. Faktor Masyarakat
Masalah tanda batas tanah banyak yang disebabkan oleh masyarakat sebagai pengeloh
tanah. Faktor masyarakat ini terjadi karena masyarakat mengetahui tentang adanya hukum,
tetapi kurang kesadaran hukumnya atau masyarakat mengetahui aturannya tetapi tidak
melakukan sesuau aturan itu. Secara sadar masyarakat menciptakan atau memberi
kesempatan kepada dirinya untuk melakukan perilaku bermasalah
Faktor masyarakat terjadi seperti, tanah miliknya belum dilakukan tanda batas
kepemilikan. Masyarakat tidak mengetahui adanya ketentuan hukum yang mengatur bentuk
atau ukuran tanda batas tanah dan pemasangannya (tidak mengetahui hak dan kewajibannya
sebagai pimilik tanah). Masyarakat mengetahui hal itu tetapi tidak mengetahui tatacara
pembuatan dan pemasangannya bahkan masyarakat sudah ada bukti hak miliknya tetapi
masih melakukan kesalahan
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah menjelaskan
bahwa untuk meningkatkan kepastian hukum terhadap faktor-faktor masalah tanda batas
tanah, diantarannya faktor masyarakatnya, pemerintah secara terus menerus,
berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan dan
penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis dalam bentuk peta dan daftar,
mengenai bidang-bidang tanah, termasuk pemberian surat tanda bukti yang hanya bagi
bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya.
Faktor penyebab masalah tanda batas tanah yang seringkali terjadi yaitu tidak adanya
pendekatan dari kedua pihak dalam menemukan adanya kesalahan tanda batas. Hal ini
dibuktikan dengan, ketika salah satu pemilik lahan merasa dirugikan oleh pemilik lahan lain
terkait tanda batas, ia langsung meloporkan kepada ketua RT yang bersangkutan untuk
diselesaikan secara adat. Sedangkan, pihak yang dicap merugikan, ketika mendapat anpggilan
untuk bersangketa ia langsung memenuhi panggilan itu, ia siap bersangketa tanpa melakukan
pendekatan secara khusus kepada pihak yang lain.
Faktor penyebab masalah tanda batas tanah yang seringkali terjadi yaitu tidak adanya
pendekatan dari kedua pihak dalam menemukan adanya kesalahan tanda batas. Hal ini
dibuktikan dengan, ketika salah satu pemilik lahan merasa dirugikan oleh pemilik lahan lain
terkait tanda batas, ia langsung meloporkan kepada ketua RT yang bersangkutan untuk
diselesaikan secara adat. Sedangkan, pihak yang dicap merugikan, ketika mendapat panggilan
untuk bersangketa ia langsung memenuhi panggilan itu, ia siap bersangketa tanpa melakukan
pendekatan secara khusus kepada pihak yang lain.
Masalah lain yang menjadi penyebab yaitu terdapat keinginan dari salah satu pemilik
lahan untuk memperluas tanah miliknya. Jika dalam penyelesaian didapati kedua pemilik
lahan, masing-masing mempertahankan kebenaran terkait tanahnya, maka aparat yang
membantu menyelesaikan akan mengambil jalan tengah untuk membagi dua (2) tanah itu
kepada kedua pihak yang bersangketa. Jika salah satu pihak tidak menerima keputusan itu,
pemerintah akan turun ke lokasi untuk melakukan pengukuran tanah sesuai Sertifikat Hak
Milik (SHM), setelah melakukan pengukuran pemerintah menentukan kembali tanda batas
dan peringatan kepada kedua pemilik lahan untuk mematuhi tanda batas itu. tanda batas yang
ditentukan kembali oleh pemerintah desa sebagai tanda yang parmenen, tidak bisa dirombak
di kemudian hari, jika ada yang berani merombak akan dikenakan saksi adat yang lebih berat.
Selain faktor masyarakat yang terjadi karena masyarakat tidak mematuhi aturan yang
berlaku, secara spesifik faktor lain yang mungkin menjadi penyebab adanya masalah batas
tanah yaitu:
a. Pendidikan
Pendidikan adalah pembelajaran pembelajaran pengetahuan, keterampilan dan
kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya
melalui pengajaran, pelatihan atau penelitian. Pendidikan sangat berpengaruh terhadap
kehidupan masyarakat. Pendidikan dapat mengarahkan masyarakat dan menjadi tolak ukur
bagi masyarakat ketika hendak melakukan sesuatu. Minimnya pengetahuan dari seseorang
dapat berpengaruh pada pemahaman untuk menerapkan sesuatu atau berbuat sesuatu diluar
dari yang seharusnya, karena ketika membuat sesuatu ia berdasar pada keinginannya.
b. Adat masyarakat
Adat istiadat adalah bentuk budaya yang mewakili norma, nilai, tradisi dan kebiasaan
bersama dari suatu kelompok. Biasanya, adat istiadat digunakan untuk memandu sikap dan
perilaku masyarakat tertentu. Salah satu kebiasaan masyarakat yang nyata terjadi dapat dilihat
dari penanaman tanaman yang menjalar di batas tanah, misalnnya tumbuhan pisang.
Penentuan tanda batas tanah dengan tumbuahn ini sering memicu pada persoalan tanda batas
tanah, karena tumbuhan ini akan terus bertambah. Jika masyarakat yang sadar, akan dibuat
suatu kesepakatan dimana tumbuhan itu tumbuh, itu menjadi milik pemilik lahan itu. Tetapi
ada juga masyarakat menentukan hak milik berdasarkan pada tumbuhnya tumbuhan ini. Oleh
karena itu, masyarakat seharusnya berhati-hati dalam menanam tumbuhan pembatas.
Penutup
a. Kesimpulan
Tanah merupakan salah satu media tumbuh tanaman, baik tanaman semusim maupun
tanaman tahunan untuk keselamatan manusia dan makhluk hidup lainnya. Tanah dikatakan
sebagai media untuk tumbuhnya tanaman secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh dan
berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman dan penyuplai kebutuhan air
dan udara, secara kimiawi berfungsi sebagai gedung dan penyuplai hara atau nutrisi dan
unsur-unsur esensial. Tanah memberikan banyak manfaat kepada manusia dalam
pengelolaannya. Namun, terlepas dari itu tanah juga dapat membuat manusia hilang relasi
sosial manusia. Tanda batas tanah merupakan hal penting untuk mengetahui titik-titik
kepemilikan atas suatu bidang tanah. Tentunya untuk meminimalisir konflik hak atas tanah
antara pemilik dengan tetangga yang berbatasan. Terjadinya konflik tanda batas tanah,
disebabkan karena lemahnya hukum yang di terapkan dalam kehidupan masyarakat dan
kurangnya kesadaran masyarakat dalam mematuhi aturan-aturan hukum yang memuat
tentang tanda batas tanah. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang sengketa
tanda batas tanah di Desa Nekmese dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. a. Faktor penyebab tidak adanya tanda batas tanah yaitu:
a.Faktor alam, kondisi lingkungan dapat membuat perubahan alam dan menghilangkan
bentuk alam; b. Faktor penegak hukum, kurangnya pengawasan dari badan atau lembaga
yang menangani batas tanah; c. Faktor masyarakat, kurangnya kesadaran masyarakat akan
hak kepemilikan dan aturan yang mengatur letak tanah.
2. Upaya meningkatkan masyarakat untuk mencegah masalah tanda batas tanah yaitu
melakukan sosialisasi atau pencerahan tentang hak dan kewajiban dalam pengelolaan tanah,
menanam kembali batas tanah yang rusak dengan melakukan persetujuan dengan pemilik
lahan lain
Kesadaran hukum merupakan konsepsi-konsepsi abstrak di dalam diri manusia tentang
keserasian antara ketertiban dengan ketentraman yang dikehendaki atau yang sepantasnya.
Kesadaran hukum mencakup unsur-unsur pengetahuan tentang hukum, pengetahuan tentang
isi hukum, sikap hukum, dan pola perikelakuan hukum.
b. Saran
Berdasarkan hasil penelitian maka saran yang dapat disajikan oleh peneliti yaitu faktor tanah
menjadi sesuatu persoalan yang serius karena dapat berdampak pada relasi sosial masyarakat
dan bisa kehilangan nyawa. Oleh karena itu, pemerintah sebaiknya lebih banyak memberi dan
meningkatkan bantuan hukum lewat sosialisasi maupun pencerahan lainnya untuk
menyadarkan masyarakat terkait batas tanah, agar dalam pengelolaan sebuah bidang tanah ses
terus menerapkan apa yang menjadi pemahaman. Jika sesuatu yang diharapkan baik untuk
terjadi dalam diri, namun tidak dilandasi oleh kesadaran, maka sesuatu itu mustahil untuk
terjadi.
Adapun saran penulis bagi para penegak hukum, pemerintah desa dan masyarakat yaitu:
Para penegak hukum terkhususnya di bidang agraria seharusnya melakukan
pengukuran ulang untuk setiap bidang tanah milik masyarakat yang pernah
bermasalah. Menyesuaiakan setiap pengukuran tanah dari masa ke masa, agar
kepentingan masyarakat dapat terbantu. Hal ini dapat dilakukan sebagai sebuah
jaminan kedepannya letak tanda batas tetap terjaga
Pemerintah seharusnya lebih memperhatikan dan mensosialisasikan tentang tanda
batas tanah kepada masyarakat dan melakukan penanaman atau pembuatan tanda
batas tanah yang baru untuk menggantikan tanda batas yang telah rusak atau hilang
Pemerintah dalam penyelesaian sengketa tanda batas tanah, memberikan sanksi yang
lebih berat agar mengurangi atau mencegah terjadi lagi masalah sengketa tanda batas
tanahrjaga. uai fungsinya dan terarah. Dan kepada masyarakat
Masyarakat seharusnya tetap memelihara dan menjaga batas tanah agar tidak hilang,
dan menanam kembali tanda batas tanah yang telah hilang atau rusak dengan
melakukan pendekatan dan persetujuan dari pemilik lahan lain untuk mencegah
sengketa tanda batas tanah
Masyarakat seharusnya menyeimbangi kepentingan pribadi dengan kepentingan orang
lain. Melihat orang lain seperti diri sendiri, agar hak atau kepunyaan orang lain tidak
dirampas. Menerapkan aturan yang berlaku dimulai dari sendiri, mencegah segala
kesalahpahaman terkait kepemilikan sebuah tanah. Kesadaran hukum dapat
diwujudkan jika masyarakat dalam kehidupan berperilaku sesuai aturan atau
kebiasaan yang berlaku