Anda di halaman 1dari 4

NAMA : FITRI SUSANTI

NIM :200420234

KELAS : IIA AKUNTANSI

RESUME POLITIK DALAM ISLAM

Politik atau dalam bahasa Arab di sebut siyasah yang berarti mengurusi urusan
mayarakat. Menurut Ibn Aqil, politik Islam adalah segalah aktifitas yang membuat manusia
lebih dekat pada kebaikan dan lebih jauh dari kerusakan walaupun tidak di buat oleh Rasul dan
tidak ada wahyuh yang di turunkan untuknya.

Politik dalam padangan Islam adalah pengaturan urusan-urusan ( kepentingan) baik dalam
negeri maupun luar negeri berdasarkan hukum - hukum Islam, pelakunya baik Negara( khalifah)
maupun kelompok individu rakyat. Dalam menjalankan politik Islam tentu harus memiliki :

A. Nagara Atau Pemerintahan

Mendirikan Negara atau suatu pemerintahan untuk mengelolah urusan rakyat (umat)
merupakan kewajiban agama, karena agama tidak mungkin tegak tanpa Negara. Islam
membutuhkan Negara sebagai alat untuk mengatur kehidupan social kemasyarakatan sedangkan
Negara membutuhkan Islam sebagai panduan moral yang di ambil dari inti sari nila-nilai yang
terdapat dalam Al-Qur’an dan sunnah sebagai prinsip etika dalam hubungan social
kemasyarakatan.Negara ataupun masyarakat Islam adalah masyarakat yang berdasarkan kepada
keyakinan bersama mengenai ke Tuhanan. Dalam Islam tidak ada pemisahan antara spiritual
dengan duniawi, keduanya menyatu dalam bingkai doktrin Islam. Karena Islam sudah mengatur
kehidupan umat manusia secara sempurna.

Tujuan berdirinya suatu Negara Islam ialah melaksanakan sistem social yang baik,
menegakkan keadailan, mencegah segalah macam bentuk kemungkaran atau perbuatan yang
menyimpang terhadap norma agama serta senantiasa menganjurkan kepada umat manusia untuk
melaksanakan kebajikan sebagai realisasi dari perintah agama Allah.

B. Khalifah (Pemimpin)

Menurut Ibn Taimiyah bahwa umat manusia tidak akan mungkin mencukupi segala
kebutuhannya tanpa kerja sama dan saling membantu dalam kehidupan kelompok atau
masyarakat dan seorang masyarakat memerlukan pemimpin. Kehadiran seorang pemimpin akan
membantu masyarakat untuk menyeruh pada amar ma’ruf nahi munkar. Seseorang yang di
angkat menjadi pemimpin harus memegang komitmen untuk menunaikan kewajiban
kepemimpinan dalam rangka untuk mewujudkan kemaslahatan bersama, karena pemimpin
adalah amanah yang bertanggung jawab kepada masyarakat dan di mintah pertanggung jawaban
oleh Allah.

Dalam Islam Seorang yang layak menjadi pemimpin setidaknya memiliki kemampuan
intelektual dan spiritual yang unggul, Akhlak atau moralitas yang tinggi , kemampuan menjadi
pelayan umat secara adil, Amanah, jujur dan sidiq dan seorang pemimpin merupakan pelayan
harus mendahulukan kepentingan umat di atas kepentingan pribadi. Tugas seorang pemimpin
dalam Islam ialah yang pertama seorang pemimpin akan membela dan mempertahankan prinsip-
prinsip agama. kedua, mengutamakan keadilan yang segaris dengan syari’at. ketiga, memelihara
hukum dan ketertiban. keempat, memasyarakatkan hukum-hukum Al- Qur’an. kelima,
mengorganisir dan melaksanakan jihad. keenam, menangkal serbuan musu dari luar. ketujuh,
menghimpun pajak menurut syari’ah. kedelapan, memungut uang dari Bait al-maal (kas
rakyat/Negara) untuk di bagikan kepada mereka yang berhak menerimanya. kesembilan,
menunjuk para pegawai pemerintahan yang jujur dan tulus. kesepuluh, memberi petunjuk dan
melaksanakan supervisi.

C. Manusia Atau Masyarakat

Al-Qur’an mengintrodusir konsep manusia dengan menggunkan istilah- istilah seperti Insan
dan Basyar. Insan menunjukan hakikat manusia sebagai makhluk social budaya dan ekonomi,
yakni makhluk yang memiliki kodrat hidup bermasyarakat yang berpotensi mengembangkan
kehidupannya dengan mengelolah dan memanfaatkan alam lingkungan menurut pengetahuan
yang di perolehnya. Sedangkan Basyar relevan dengan hakikat manusia sebagai makhluk politik,
yakni makhluk yang di beri tanggung jawab dan potensi untuk mengatur kehidupannya dengan
menegakkan hukum-hukum ajaran agama.

Manusia diciptakan kodrat ketergantungan kepada rububiah Allah, baik yang bersifat alami
maupun yang bersifat dini (syar’i). Manusiapun diciptakan dengan kodrat keutamaan dengan
kemampuan jasmani dan rohani yang dapat memungkinkan dirinya untuk mengaktualisasikan
keberadaannya di mungka bumi sebagai khalifah yang bertugas membinah kemakmuran.
Meskipun begitu dalam keutamaan manusia terdapat pula keterbatasan. Manusia lemah sehingga
memerlukan pertolongan Allah. Allah dengan mengutus para rasul-Nya membawa agama dan
memimpin para manusia dalam tata tertib kehidupan untuk mencapai kebahagian dunia dan
akhirat. Jadi jelas bahwa kita sebagai manusia memerlukan maunusia lain sebagai pemimpin
untuk mengatur, mengingatkan, menegakkan serta membimbing dalam rangka mengwujudkan
kemaslahatan bersama.

D. Kekuasaan (Sistem Pemerintahan Islam)

Kekuasaan atau kedaulatan berada di tangan Allah dan manusia hanya sebagai wakil dan
kekuasaan dilegalisasikan kepada manusia. Firmannya QS. Ali Imran[3] menegaskan bahwa
sumber segalah kekuasaan adalah Allah SWT. Tidak ada seorangpun yang mempunyai
kekuasaan mutlak selain Allah. Kekuasaan manusia hanya bersifat temporal, yang menjalankan
sebagian kecil dari kekuasaan yang Allah berikan kepada orang tertentu untuk menjalankan
perintah agamanya. Sistem pemerintahan Islam tidak mengenal warisan kekuasaan, sistem
pemerintahannya merupakan sistem pemerintahan kesatuan yang terpusat di tangan khalifah (
imam), yang di pilih melalui musyawarah. Kahlifah tidak memiliki hak- hak khusus , hak-
haknya sama dengan rakyat yang di pimpinnya. Khalifah juga bersifat terbuka dengan rakyat dan
wakil-wakilnya untuk memberikan koreksi, kritik saran kepadanya, karena dalam Islam di yakini
tidak ada manusia sempurna dan tidak ada manusia yang tidak lepas dari kekeliruan serta
kelemahan.

Menurut Amien Rais prinsip pemerintahan Islam yaitu pertama, pemerintahan harus di
landasakan pada keadilan. Ini bermakna tidak hanya keadilan di depan hukum, tetapi juga
keadilan social dan ekonomi. Karena keadilan merupakan nilai paling penting dalam hukum
Islam. Kedua, sistem politik harus di landaskan pada prinsip syura dan musyawarah. Ini berarti
para pemimpin politik hanyalah abdi rakyat dan harus di pilih oleh rakyat secara bebas. Ketiga,
terdapat prinsip kesetaraan. Islam selalu mengajarkan untuk hidup berdampingan karena Islam
tidak pernah membedakan orang atas dasar gender, social, ekonomi dan lain-lain. Keempat,
adanya kebebasan. Kebebasan di sini artinya masyarakat bebasan untuk berfikir, beragama,
berbicara, hak mendapatkan pendidikan dan pekerjaan, hak untuk hidup dalam keamanan dan
lain-lain. Kelima, para pemimpin bertanggung jawab kepada rakyat atas kebijakan-kebijakan
mereka. Sebuah pemerintah yang bertindak secara amoral dan menindas atau yang bertentangan
dengan Al-Qur’an dan sunnah harus di gulingkan.

Konsep politik Islam ialah adanya keadilan, kejujuran, keiklasan di dasarkan pada Al-Qur’an
dan sunnah. Islam juga sebagai suatu doktrin nilai sejatinya menyediakan ruang untuk bersahabat
atau berkerja sama dengan pihak manapun juga, termaksut dengan Barat sekalipun. Menurut
Islam suatu pemerintahan Perlu mengambil tidakan politik luar negeri untuk berkerjasama
dengan negara-negara lain dalam rangka menciptakan semacam peradaban dunia yang damai,
aman dan mencerminkan nilai-nilai religiusitas. Kerjasama di perlukan untuk mengurangi
ketegangan, kecurigaan dan sentimen antar klompok atau antar Negara. Tujuannya agar tercipta
tatanan social baru yang lebih baik di tegah arus teror dan kekerasan yang menyebabkan
kepanikan di kalangan warga Negara.

Sistem pemerintahan yang di tawarkan Islam merupakan sistem yang lebih unggul dan lebih
maju dari pada sistem pemerintahan yang tersedia di dunia modern manapun. Apabila di
jalankan secara murni dan konsekuen oleh para pemimpinnya, sistem pemerintahan politik Islam
akan membawa banyak manfaat. Dalam Islam segalah urusan manusia, baik yang bersifat umum
maupun yang khusus masih memerlukan ijtihad dan penafsiran sesuai dengan konteks yang
berkembang. Sementara politik mengedepankan logika rasional sebagaimana yang umum di
gunakan oleh negara-negara modern, bersandar di atas kepentingan politik penguasa. Jadi politik
yang mencerminkan moral Islam ialah dimana si pelaku (pemerintah atau masyarakat) akan
bertindak berdasarkan nilai-nilai keadilan, kejujuran, dan amanah yang sejalan dengan jiwa
syari’at dan sejalan dengan Al-Qur’an dan sunnah. Karena Tujuan Politik Islam ialah
membangun sebuah sistem pemrintahan dan kenegaraan yang tegak atas dasar untuk
melaksanakan hukum syari’at Islam.

Anda mungkin juga menyukai