Anda di halaman 1dari 14

Makalah

tentang politik islam

Disusun oleh :
M. Vava Ulil Albab
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Islam merupakan agama Allah SWT sekaligus agama yang terakhir yang
disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat jibril dengan tujuan
untuk mengubah akhlak manusia ke arah yang lebih baik di sisi Allah SWT. Banyak
cara yang dilakukan oleh manusia untuk mencapai ketakwaan di sisi-Nya atau yang
disebut juga dengan kata “Politik”. Karena politik dapat dikatakan sebagai suatu cara
untuk mencapai tujuan tertentu. Tidak sedikit masyarakat menganggap bahwa politik
adalah sesuatu yang negatif yang harus dijauhi. Padahal tidak semestinya selalu
begitu, bahkan politik sangat dibutuhkan dalam hidup beragama. Andai saja kita tidak
mempunyai cara untuk melakukan pendekatan kepada Allah SWT, maka dapat
dipastikan kita sebagai manusia biasa juga tidak akan pernah mencapai kata beriman
dan takwa disisi-Nya, dikarenakan tidak akan pernah tercapai suatu tujuan jika tidak
ada usaha atau cara yang dilakukannya untuk mencapai tujuan tersebut. Realita inilah
yang harus kita ubah dikalangan masyarakat setempat, setidaknya dimulai dari
lingkungan keluarga, masyarakat, kemudian untuk bangsa dan negara kita.
Islam bukanlah suatu ilmu yang harus dipertandingnya dengan tulisan atau
dengan ceramah belaka tanpa diterapkan dalam kehidupan sehari- hari. Karena Islam
sangat identik dengan sifat, pemikiran, tingkah laku, dan perbuatan manusia dalam
kehidupan sehari- hari untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan tujuan mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Tentunya untuk mencapai hal tersebut, kita
harus mempunyai suatu cara tertentu yang tidak melanggar ajaran agama dan tidak
merugikan umat manusia. Banyak yang beranggapan bahwa jika agama dimasukkan
dalam suatu politik, maka agama ini tidak akan murni lagi. Namun ada yang
beranggapan lain, karena jika agama tidak menggunakan suatu politik atau cara, maka
agama tersebut tidak akan sampai pada tujuannya. Kalaupun pada kenyataannya
banyak yang tidak berhasil, mungkin cara yang digunakan belum sempurna dan perlu
menambahan ilmu.
2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pandangan Islam terhadap sistem politik?
2. Bagaimana asas-asas Islam terhadap sistem politik?
3. Bagaimana tujuan dalam politik Islam?
4. Bagaimana kedudukan politik dalam Islam?
5. Bagaimana prinsip-prinsip Islam dalam sistem politik?

3. Tujuan Makalah
1. Dapat mengetahui pandangan Islam terhadap sistem politik
2. Dapat menjelaskan pemgertian politik menurut Islam
3. Dapat mengetahui dan menjelaskan asas-asas sistem politik
4. Dapat mengetahui tujuan dalam politik Islam
5. Dapat memahami dan menjelaskan kedudukan politik dalam Islam
6. Dapat mengetahui dan menjelaskan prinsip-prinsip Islam dalam sistem politik
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Politik Islam
Perkataan politik berasal dari bahasa Latin politicus dan bahasa Yunani
politicos, artinya sesuatu yang berhubungan dengan warga negara atau warga kota. Kedua
kata itu berasal dari kata polis yang maknanya kota. Dalam teori politik Islam, politik itu
identik dengan siyasah secara bahasa disebut dengan mengatur. Fiqh siyasah adalah aspek
ajaran Islam yang mengatur sistem kekuasaan dan pemerintahan. Politik artinya segala
urusan dan tindakan, kebijakan, dan siasat mengenai pemerintahan suatu negara atau
kebijakan suatu negara terhada negara-negara lain. Politik dapat juga dikatakan kebijakan
atau cara bertindak suatu negara dalam menghadapi / menangani suatu masalah.
            Politik Islam terdiri dari dua aspek yaitu politik dan Islam. Politik berarti
suatu cara bagaimana penguasa mempengaruhi perilaku kelompok yang dikuasai agar
sesuai ddengan keinginan penguasa, sedangkan Islam berarti penataan dan Islam sebagai
din merupakan organisasi penataan menurut ajaran Allah , yaitu Al-Qur’an dan menurut
sunnah rasulnya.
Politik Islam dapat diartikan sebagai suatu cara untuk mempengaruhi anggota
masyarakat, agar berprilaku sesuai dengan ajaran Allah menurut sunah rasulnya. Dalam
konsep Islam, kekuasaan tertinggi adalah Allah SWT. Ekspresi kekuasaan Allah tertuang
dalam Al-Qur’an menurut sunah rasul. Penguasa tidak memiliki kekuasaan yang mutlak,
ia hanya wakil (khalifah) Allah di muka bumiyang berfungsi untuk menegakkan ajaran
Allah dalam kehidupan nyata.

1. Asas-asas Sistem Politik Islam


a. Hakimiyyah Ilahiyyah
Hakimiyyah atau memberikan kuasa pengadilan dan kedaulatan hukum tertinggi
dalam sistem politik Islam hanyalah hak mutlak Allah.
Dan Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, bagi-
Nyalah segala puji di dunia dan di akhirat, dan bagi-Nyalah segala penentuan dan hanya
kepada-Nyalah kamu dikembalikan. (Al-Qasas: 70) 
Hakimiyyah Ilahiyyah membawa pengertian-pengertian berikut:
 Bahwasanya Allah Pemelihara alam semesta yang pada hakikatnya adalah Tuhan
yang menjadi pemelihara manusia, dan tidak ada jalan lain bagi manusia kecuali
patuh dan tunduk kepada sifat IlahiyagNya Yang Maha Esa.
 Bahwasanya hak untuk menghakimi dan meng adili tidak dimiliki oleh sesiap kecuali
Allah
 Bahwasanya hanya Allah sahajalah yang memiliki hak mengeluarkan hukum sebab
Dialah satu-satuNya Pencipta
 Bahwasanya hanya Allah sahaja yang memiliki hak mengeluarkan peraturan-
peraturan sebab Dialah satu-satuNya Pemilik
 Bahwasanya hukum Allah adalah suatu yang benar sebab hanya Dia sahaja yang
Mengetahui hakikat segala sesuatu dan di tanganNyalah sahaja penentuan hidayah
dan penentuan jalan yang selamat dan lurus.
Hakimiyyah Ilahiyyah membawa erti bahwa teras utama kepada sistem politik Islam ialah
tauhid kepada Allah di segi Rububiyyah dan Uluhiyyah.

b. Risalah
Risalah berarti bahwa kerasulan beberapa orang lelaki di kalangan manusia sejak Nabi
Adam hingga kepada Nabi Muhammad s.a.w adalah suatu asas yang penting dalam sistem
politik Islam. Melalui landasan risalah inilah maka para rasul mewakili kekuasaan tertinggi
Allah dalam bidang perundangan dalam kehidupan manusia. Para rasul meyampaikan,
mentafsir dan menterjemahkan segala wahyu Allah dengan ucapan dan perbuatan.
Dalam sistem politik Islam, Allah telah memerintahkan agar manusia menerima
segala perintah dan larangan Rasulullah s.a.w. Manusia diwajibkan tunduk kepada perintah-
perintah Rasulullah s.a.w dan tidak mengambil selain daripada Rasulullah s.a.w untuk
menjadi hakim dalam segala perselisihan yang terjadi di antara mereka. Firman Allah:
Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya yang berasal
dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim,
orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan hanya
beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul
kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; dan
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya. (Al-Hasyr: 7)
Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka
menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak
merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka
menerima dengan sepenuhnya. (An-Nisa’: 65)

c. Khilafah
Khilafah berarti perwakilan. Kedudukan manusia di atas muka bumi ini adlah sebagai
wakil Allah. Oleh itu, dengan kekuasaanyang telah diamanahkan ini, maka manusia
hendaklah melaksanakan undang-undang Allah dalam batas yang ditetapkan. Di atas
landasan ini, maka manusia bukanlah penguasa atau pemilik tetapi hanyalah khalifah atau 
wakil Allah yang menjadi Pemilik yang sebenar.Kemudian Kami jadikan kamu pengganti-
pengganti (mereka) di muka bumi sesudah mereka, supaya Kami memperhatikan bagaimana
kamu berbuat.(Yunus: 14)  Seseorang khalifah hanya menjadi khalifah yang sah selama mana
ia benar-benar mengikuti hukum-hukum Allah. Ia menuntun agar tugas khalifah dipegang
oleh orang-orang yang memenuhi syarat - syarat berikut:
 Terdiri daripada orang-orang yang benar-benar boleh menerima dan mendukung
prinsip - prinsip tanggngjawab yang terangkum dalam pengertian khilafah
 Tidak terdiri daripada orang-orang zalim, fasiq, fajir dan lalai terhadap Allah serta
bertindak melanggar batas-batas yang ditetapkan olehNya
 Terdiri daripada orang-orang yang berilmu, berakal sihat, memiliki kecerdasan,
kearifan serta kemampuan intelek dan fisikal
 Terdiri daripada orang-orang yang amanah sehingga dapt dipikulkan tanggung jawab
kepada mereka dengan yakin  dan tanpa keraguan

3. Tujuan Politik Menurut Islam


Tujuan sistem politik Islam adalah untuk membangunkan sebuah sistem pemerintahan
dan kenegaraan yang tegak di atas dasar untuk melaksanakan seluruh hukum syariat
Islam. Tujuan utamanya ialah menegakkan sebuah negara Islam atau Darul Islam.  Dengan
adanya pemerintahan yang mendukung syariat, maka akan tertegaklah  Ad-Dindan
berterusanlah segala urusan manusia menurut tuntutan-tuntutan Ad-Din tersebut. Para
fuqahak Islam telah menggariskan 10 perkara penting sebagai tujuan kepada sistem politik
dan pemerintahan Islam:
1)       Memelihara keimanan menurut prinsip-prinsip yang telah disepakati oleh ulamah salaf
daripada kalangan umat Islam.
2)       Melaksanakan proses pengadilan dikalangan rakyat dan menyelesaikan masalah dikalangan
orang-orang yang berselisih.
3)       Menjaga keamanan daerah-daerah Islam agar manusia dapat hidup dalam keadaan aman
dandamai.
4)       Melaksanakan hukuman-hukuman yang telah ditetapkan syarak demi melindungi hak-hak
manusia.
5)       Menjaga perbatasan negara dengan pelbagai persenjataan bagi menghadapi kemungkinan
serangan daripada pihak luar.
6)       Melancarkan jihad terhadap golongan yang menentang Islam.
7)       Mengendalikan urusan pengutipan cukai, zakat, dan sedekah sebagaimana yang ditetapkan
syarak.
8)       Mengatur anggaran belanjawan dan perbelanjaan daripada perbendaharaan negara agar tidak
digunakan secara boros atau kikir.
9)       Melantik pegawai-pegawai yang cekap dan jujur bagi mengawal kekayaan negara dan
menguruskan urusan pentadbiran negara.
10)    Menjalankan pengawalan dan pemeriksaan yang rapi dalam urusan awam demi untuk
memimpin negara dan melindungi  Ad-Din.

4. Kedudukan Politik Dalam Islam


Terdapat tiga pendapat  di kalangan pemikir muslim  tentang kedudukan politik dalam
syariat Islam, yaitu :
Pertama, kelompok  yang menyatakan bahwa Islam adalah suatu agama yang serbah
lengkap didalamnya terdapat pula antara lain sistem ketatanegaraan atau politik. Kemudian
lahir sebuah istilah yang disebut dengan fikih siasah (sistem ketatanegaraan dalam Islam)
merupakan bagian integral dari ajaran Islam.  Lebih jauh kelompok ini berpendapat bahwa
sistem ketatanegaraan yang harus diteladani adalah sistem yang telah dilaksanakan oleh nabi
Muhammad SAW dan oleh parakhulafa al-rasyidin yaitu sistem khilafah.

Kedua, kelompok yang berpendirian bahwa Islam adalah agama dalam pengertian
barat. Artinya agama tidak ada hubungannya dengan kenegaraan. Menurut aliran ini nabi
Muhammad hanyalah seorang rasul, seperti rasul-rasul yang lain bertugas menyampaikan
risalah Tuhan kepada segenap alam. Nabi tidak bertugas untuk mendirikan dan memimpin
suatu Negara.
Ketiga, menolak bahwa Islam adalah agama yang serba lengkap yang terdapat
didalamnya segala sistem ketatanegaraan, tetapi juga menolak pendapat bahwa Islam
sebagaimana pandangan barat yang hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhan.
Aliran ini berpendirian bahwa dalam Islam tidak teredapat sistem ketatanegaraan, tetapi
terdapat seperangkat tata nilai etika bagi kehidupan bernegara.
Sejarah membuktikan bahwa nabi kecuali sebagai rasul, meminjam istilah harun
nasution, kepala agama, juga beliau adalah kepala negara. Nabi menguasai suatu wilayah
yaitu yastrib yang kemudian menjadi madinah al-munawwarah sebagai wilayah kekuasaan
nabi sekaligusmanjadi pusat pemerintahannya dengan piagam madinah sebagai aturan dasar
kenegaraannya. Sepeninggal nabi, kedudukan beliau sebagai kepala negara digantikan abu
bakar yang merupakan hasil kesepakatan tokoh-tokoh sahabat,selanjutnya disebut khalifah.
Sistem pemerintahannya disebut “khalifah”. Sistem“khalifah” ini berlangsung hingga
kepemimpinan berada dibawah kekuasaan khalifah terakhir, ali “karramah allahu wajhahu”.

5. Prinsip-prinsip Pemerintahan dalam Islam 


            Ajaran al-Qur’an yang berkenaan dengan politik sesungguhnya telah diterapkan oleh
Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari. Semenjak Islam lahir dan berada pada puncak
kejayaannya setelah hijrah ke Madinah, mayarakat Islam telah memilih sistem negaranya
yang berdasar pada politik Islam. Sebab ada beberapa keistimewaan pada sistem
pemerintahan ini, yang membedakannya dengan sistem pemerintahan negara lain. Di
antaranya adalah:

1. Kedaulatan hukum Ilahi


            Prinsip dasar yang paling utama dalam negara Islam adalah bahwa sang penguasa
(penetap hukum) itu hanyalah Allah, sedangkan pemimpin kaum muslimin pada hakikatnya
adalah khilafah. Seorang pemimpin tidak mutlak semata-mata hanya sebagai pengendali
suatu kebijakan tetapi juga bertindak sesuai hukum ilahi yang bersumber pada kitab Allah
dan sunnah Rasulullah. Inilah prinsip dasar yang telah disebutkan dalam beberapa ayat di
dalam  al-Qur’an, seperti surat an-Nisa’ ayat 59, 64, 65, 80, 105, surat al-Maidah ayat
44,45,47 dan masih banyak lagi.
            Rasulullah saw juga telah menjelaskan tentang prinsip ini di dalam hadis-hadisnya.
Beliau bersabda:
‫عليكم بكتاب هللا احلوا حالله وحرموا حرامه‬          
Artinya: “apa yang dihalalkan oleh Allah dalam katabNya maka halalkanlah olehmu, dan
haramkanlah apa yang diharamkanNya”.
‫تركت فيكم امرين لن تضلوا ما ان تمسكتم بهما كتاب هللا و سنة رسوله‬          
Artinya: “aku tinggalkan bagimu dua perkara, kamu tidak akan sesat selama berpegang teguh
pada keduanya, yaitu al-Qur’an dan sunnah Rasulullah”.

2. Keadilan di antara manusia


            Prinsip kedua yang paling mendasar dalam menbangun sebuah negara adalah adanya
kesamaan kedudukan masyarakat di hadapan hukum Allah dan mereka harus melaksanakan
hukum tersebut. Derajat mereka sama, baik itu dari kalangan rendah maupun pemimpin dan
penguasa. Sebagaimana perintah Allah swt kepada Nabi Muhammad saw dalam surat asy-
Syura ayat 15:
ُ ْ‫َوُأ ِمر‬
‫ت َأِل ْع ِد َل بَ ْينَ ُك ُم‬
Artinya: “dan aku diperintahkan supaya berlaku adil diantara kamu”
            Maksudnya adalah :”Aku (Muhammad) diperintahkan untuk berbuat adil terhadap
kalian tanpa memihak kepada salah satu golongan, aku tidak memihak kepada seorang pun
dari kalian. Aku adalah penolong bagi yang mengikuti kebenaran dan musuh bagi yang
menentangnya. Tidak ada perlakuan yang istimewa bagi orang-orang yang dekat denganku
atau pun para pembesar dibanding yang lain. Yang haq berlaku untuk semua, begitu juga
yang haram, halal, ataupun wajib berlaku untuk semua orang, bahkan sekalipun  terhadap
diriku tidak ada pengecualian dalam hukum Ilahi”.
3. Persamaan di antara kaum muslimin
            Kesamaan ini berlaku bagi semua umat muslim yang ada di dalam negara Islam
tersebut. Bahwa semua umat Islam mempunyai hak yang sama tanpa memandang warna
kulit, ras, bahasa maupun daerah. Tidak ada keistimewaan bagi seorang pun atau kelompok
mana pun di dalam memperoleh hak ataupun kedudukan. Allah swt berfiman:
َ n‫ِإ َّن َأ ْك‬  ‫ا َرفُوا‬nn‫عُوبًا َوقَبَاِئ َل لِتَ َع‬n‫ا ُك ْم ُش‬nnَ‫يَا َأيُّهَا النَّاسُ ِإنَّا َخلَ ْقنَا ُك ْم ِم ْن َذ َك ٍر َوُأ ْنثَى َو َج َع ْلن‬
‫ا ُك ْم ِإ َّن هَّللا َ َعلِي ٌم‬nَ‫ َد هَّللا ِ َأ ْتق‬n‫ر َم ُك ْم ِع ْن‬n
‫خَ بِي ٌر‬

Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi
Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Mengenal” (Q.S. al-Hujurat:13)
            Rasulullah juga menjelaskan dalam sabdanya:
‫ان هللا ال ينظر الى صوركم و اموالكم ولكن ينظر الى قلوبكم و اعمالكم‬
Artinya: “sesungguhnya Allah tidak memandang kepada rupa dan harta kamu, tetapi Allah
melihat kepada hati dan amal perbuatan kamu”.

4. Tanggungjawab pemerintah
            Pemerintahan termasuk kekuasaannya dan kekayaannya merupakan amanat Allah dan
umat Islam dimana perwakilannya harus diserahkan kepada orang yang takut kepada Allah,
adil, dan beriman. Maka tidak berhak bagi seorang pun untuk menjalankan amanah ini
dengan cara yang tidak benar apalagi untuk tujuan pribadi.
Firman Allah dalam surat an-Nisa ayat 58:
َ ‫ ِه ِإ َّن هَّللا‬n ِ‫ ْد ِل ِإ َّن هَّللا َ نِ ِع َّما يَ ِعظُ ُك ْم ب‬n‫وا بِ ْال َع‬nn‫اس َأ ْن تَحْ ُك ُم‬ ِ ‫ِإ َّن هَّللا َ يَْأ ُم ُر ُك ْم َأ ْن تَُؤ ُّدوا اَأْل َمانَا‬
ِ َّ‫ت ِإلَى َأ ْهلِهَا َوِإ َذا َح َك ْمتُ ْم بَ ْينَ الن‬
ِ َ‫َكانَ َس ِميعًا ب‬
‫صيرًا‬

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya
kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-
baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”
Rasulullah juga bersabda:
‫اال كلكم راع و كلكم مسؤول عن رعيته فاإلمام االعظم الذي على الناس راع و هو مسؤول عن رعيته‬

Artinya: “ketahuilah setiap dari kalian adalah pemimpin dan akan diminta
pertanggungjawaban dari orang yang dipimpinnya, kepala negara adalah pemimpin rakyat
dan dia akan diminta pertanggungjawaban dari yang dipimpinnya”.

5. Musyawarah
Semua kalangan masyarakat termasuk pemerintah harus terlibat dalam pengambilan
sebuah hukum. Pengambilan hukum tersebut dilakukan dengan cara musyawarah, diputuskan
sesuai dengan pendapat serta aspirasi kaum muslimin. 
Khalifah Umar ra. pernah berkata:
‫من دعا الى امارة نفسه او غيره من غير مشورة من المسلمين فال يحل لكم ان ال تقتلوه‬          
Artinya: “barangsiapa yang meminta kepemimpinan untuk dirinya atau orang lain tanpa
bermusyawarah dengan kaum muslimin, maka boleh bagimu untuk memeranginya”.
6. Taat dalam kebaikan
            Prinsip keenam adalah wajib mentaati pemerintah hanya dalam kebaikan saja,
sedangkan dalam kemaksiatan tidak. Hal ini bermakna, apabila ada suatu perintah dari
pemimpin kepada rakyatnya maka wajib untuk ditaati selama itu sesuai dengan undang-
undang syari’ah. Sebaliknya, jika perintah itu bertentangan dengan hukum syari’ah maka
rakyat tidak berhak untuk melaksanakannya. Rasulullah saw bersabda:
‫السمع و الطاعة على المرء المسلم فيما احب و كره ما لم يؤمر بمعصية فإذا امر بمعصية فال سمع وال طاعة‬
Artinya: “ seorang muslim harus mendengarkan dan mentaati apa yang diperintahkan
kepadanya, baik itu hal yang ia sukai maupun yang tidak ia sukai selama dalam kebaikan,
jika perintah itu dalam hal kemaksiatan maka tidak wajib untuk didengar dan ditaati ”.

7. Dilarang meminta kekuasaan


Seseorang yang meminta suatu jabatan dalam pemerintahan secara umum, dan
meminta kekhilafahan secara khusus sedang ia berusaha keras untuk mendapatkannya, maka
dia adalah orang yang paling sedikit kebaikannya. Allah berfirman dalam surat al-Qashash
ayat 83:
َ‫ض َواَل فَ َساداً َو ْال َعاقِبَةُ لِ ْل ُمتَّقِين‬
ِ ْ‫ك ال َّدا ُر اآْل ِخ َرةُ نَجْ َعلُهَا لِلَّ ِذينَ اَل ي ُِري ُدونَ ُعلُ ّواً فِي اَأْلر‬
َ ‫تِ ْل‬          
Artinya: “Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin
menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu
adalah bagi orang-orang yang bertakwa”.    

8. Menegakkan sistem hidup yang Islami


            Kewajiban pertama yang diberikan kepada seorang pemimpin dan jajarannya dalam
negara Islam adalah menegakkan sistem hidup yang Islami dengan seutuhnya, tanpa adanya
pengurangan ataupun penggantian. Dia harus memerintahkan untuk berbuat yang ma’ruf,
menyebarkan kebaikan dan mempertahankan kebaikan itu, mencegah berbuat yang mungkar,
serta membinasakan keburukan dan kerusakan.
Hal ini telah dijelaskan Allah di dalam al-Qur’an dalam surat al-Hajj ayat 41:
‫ُوف َونَهَوْ ا ع َِن ْال ُمن َك ِر‬
ِ ‫صاَل ةَ َوآتَ ُوا ال َّز َكاةَ َوَأ َمرُوا بِ ْال َم ْعر‬
َّ ‫ض َأقَا ُموا ال‬
ِ ْ‫الَّ ِذينَ ِإن َّم َّكنَّاهُ ْم فِي اَأْلر‬  
Artinya: “(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi
niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan
mencegah dari perbuatan yang mungkar”.
Tugas yang diemban oleh Nabi Muhammad saw serta nabi-nabi sebelumnya adalah
menegakkan agama seperti yang diungkapkan dalam al-Quran ‫َأ ْن َأقِي ُموا ال ِّدينَ َواَل تَتَفَ َّرقُوا فِي ِه‬ 
“Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya”(Q.S. asy-Syura: 13).
Tujuan dari jihad beliau adalah untuk memerangi orang-orang yang bukan Islam.
ِ ‫ويَ ُكونَ الدِّينُ ُكلُّهُ هَّلِل‬  “dan
َ supaya agama itu semata-mata untuk Allah” (Q.S. al-Anfal:39). Yang
diperintahkan kepada umatnya dan umat-umat para nabi sebelumnya adalah agar menyembah
ِ ِ‫دُوا هَّللا َ ُم ْخل‬nnُ‫لِيَ ْعب‬ “supaya menyembah Allah dengan
Allah dengan ikhlas.  ‫ا َء‬nnَ‫ ِّدينَ ُحنَف‬nn‫هُ ال‬nnَ‫ينَ ل‬nn‫ص‬
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus” (Q.S. al-
Bayyinah:5). Oleh karena itu, kebijakan mendasar yang sangat penting dalam kepemimpinan
Rasulullah saw adalah menegakkan kehidupan yang Islami, sehingga tidak pernah kita lihat
pada zaman Rasul kekacauan di dalam masyarakat seperti yang ada pada saat ini.

9. Amar ma’ruf nahi munkar


Prinsip terakhir yang harus ada agar negara Islam berjalan dengan baik adalah setiap
anggota masyarakat Islam berhak, bahkan wajib untuk mengatakan kalimat yang haq,
memerintahkan untuk berbuat yang ma’ruf, menegakkan kebaikan sesuai dengan kemampuan
masing-masing, melarang dan mencegah berbuat yang mungkar serta memberikan hukuman
kepada pelaku kebatilan.
Hal ini terdapat dalam firman Allah swt:
ِ ‫وا َعلَى اِإل ْث ِم َو ْال ُع ْد َو‬
‫ان‬ ْ ُ‫وا َعلَى ْالب ِّر َوالتَّ ْق َوى َوالَ تَ َعا َون‬
ْ ُ‫َوتَ َعا َون‬

Artinya: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran”. (Q.S. al-Maidah:2)

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Bentuk bantuan Allah itu terutama berupa agama sebagai pedoman hidup di dunia
dalam rangka mencapai kebahagiaan di akhirat nanti. Dengan bantuan-Nya Allah
menunjukkan jalan yang harus di tempuh manusia untuk mencapai tujuan hidupnya. Tujuan
hidup manusia hanya dapat terwujud jika manusia mampu mengaktualisasikan hakikat
keberadaannya sebagai makhluk utama yang bertanggung jawab atas tegaknya hukum Tuhan
dalam pembangunan kemakmuran di bumi untuk itu Al-Qur'an yang memuat wahyu Allah,
menunjukkan jalan dan harapan yakni
(1) agar manusia mewujudkan kehidupan yang sesuai dengan fitrah (sifat asal atau
kesucian)nya,
(2) mewujudkan kebajikan atau kebaikan dengan menegakkan hukum,
(3) memelihara dan memenuhi hak-hak masyarakat dan pribadi, dan pada saat yang
sama memelihara diri atau membebaskan diri dari kekejian, kemunkaran dan
kesewenang-wenangan.
Untuk itu di perlukan sebuah system politik sebagain sarana dan wahana (alat untuk
mencapai tujuan) yaitu Politik Islam.

Anda mungkin juga menyukai