Kelas : E
NPM : 10040020061
Persekutuan hukum genealogis adalah persekutuan hukum yang menitik beratkan pada
faktor keturunan atau pertalian darah, anggota dari persekutuan hukum ini harus berdasarkan
keturunan atau pertalian darah dari anggota tersebut. Persekutuan hukum genealogis dibedakan
menjadi masyarakat unilateral, masyarakat bilateral, dan masyarakat alternerend. Persekutuan
genealogis masih ada sampai sekarang di Indoneisa.
Masyarakat Kerinci menjalankan perkawinan menurut dengan adat istiadat setempat dan
disesuaikan dengan agama Islam. Meskipun suami harus mengikuti persekutuan hukum
berdasarkan pihak istri. Istri di Kerinci tetap menghargai suaminya. Suami dan Istri menjalankan
hidupnya dengan damai dan tentram.
Selain menarik garis keturunan dari pihak ibu, sistem pewarisan masyarakat Kerinci
datangnya dari kaum perempuan. Seperti, sko (pusaka) yang berbentuk gelar namun dipakai oleh
mamak (saudara laki-laki ibu) dan orang sumendo (suami ibu), dan harta pustaka tinggi seperti
sawah dan rumah dikendalikan oleh perempuan. Namun masih terjadi sengketa dalam
masyarakat mengenai warisan harta. Masyarakat Kerinci mengenal adanya dua bentuk harta :
1. Harta pusako beto yaitu harta yang diserahkan pada pihak perempuan sebagai pemilik
harta sedangkan anak laki-laki dikenakan numpang yaitu hanya sebagai orang yang
mengelola
2. Harta pencaharian yaitu harta yang dikuasai atau yang menjadi pemilik harta tersebut
adalah anak laki-laki. Harta ini merupakan harta yang didapat dari orang tua.
Yang sering menjadi penyebab sengketa adalah harta pusako beto karena adanya perebutan
siapa yang berhak atas harta tersebut. Biasanya sengketa ini diselesaikan oleh Lembaga
Kerapatan Adat melalui Sidang Adat.