Anda di halaman 1dari 3

TUGAS HUKUM ADAT

SESI 5 TUGAS 2
EGI PRAMAYANDI, 043791299, ILMU HUKUM

Warisan dalam Adat Lampung


CARA pewarisan dengan penunjukan adalah berpindahnya penguasaan dan pemilikan. Cara
pewarisan penunjukan ini akan berlaku sepenuhnya pada ahli waris ketika pewaris meninggal
dunia.
Apabila pewaris masih hidup, ia hanya berhak dalam menikmati manfaat dari harta yang
telah ditunjuk tersebut dan bertanggung jawab dalam pengurusannya. Sebelum terjadinya
penunjukan, si pewaris terlebih dahulu mengumpulkan anak-anaknya untuk melakukan
musyawarah keluarga guna menentukan siapa dari mereka yang akan ditunjuk untuk
diberikan harta benda tertentu.
Hukum waris adat yang berlaku pada masyarakat adat Lampung menggunakan sistem
pewaris tunggal yang disebut dengan istilah mayorat laki-laki, yakni anak laki-laki tertua
yang berhak menguasai atas harta peninggalan keluarga dengan hak dan berkewajiban
mengatur serta mengurus kepentingan adik-adiknya atas dasar musyawarah juga mufakat
para anggota kelompok waris yang lain. Jadi anak tertua berkedudukan menggantikan
ayahnya.
Hal itu dikarenakan masyarakat adat Lampung merupakan masyarakat adat yang susunan
kekerabatannya kebapakan mengutamakan keturunan menurut garis laki-laki. Sehingga anak
laki-laki tertua yang menjadi pewaris jalur lurus, kecuali jika keluarga tersebut tidak memiliki
anak laki-laki sama sekali, anak perempuannya yang akan menjadi pewaris dengan cara
konsep perkawinan semanda, yaitu seorang laki-laki yang menikah dengannya wajib untuk
mengikuti keluarga garis perempuan atau istrinya. Jadi suami dan anak perempuannya
menjadi pewaris yang keturunannya kelak kemudian diteruskan oleh anak laki-laki mereka.
Perkawinan dengan cara semanda itu dengan konsep laki-laki yang menikah dengannya akan
mengikuti keluarga perempuan (ngakuk ragah), fungsi laki-laki ini adalah menjadi anak laki-
laki keluarga perempuan sebagai pengelola warisan yang akan diwariskan kepada anak laki-
lakinya.
Dalam masyarakat adat Lampung, untuk meneruskan sebuah trah
warisan kepunyimbangan keluarga ada beberapa kemungkinan yang menjadi alasan untuk
dilaksanakannya sebuah pengangkatan anak. Pertama keluarga tersebut tidak memiliki anak.
Kedua, keluarga tersebut tidak mempunyai anak laki-laki, melainkan anak perempuan saja.
Ketiga, keluarga tersebut akan menikahkan anak mereka dengan orang yang bukan asli
Lampung.
Anak angkat yang dikarenakan tidak memiliki anak laki-laki dilaksanakan agar tidak putus
keturunan, pihak keluarga yang bersangkutan akan melakukan musyawarah keluarga guna
mengambil anak laki-laki untuk dijadikan penerus keturunan. Beberapa tahapan dalam
pengangkatan anak tersebut, diawali dengan musyawarah keluarga, kemudian dilanjutkan
musyawarah kerabat, musyawarah masyarakat adat, dan terakhir adalah upacara
pengangkatan anak angkat itu sendiri.
Sumber : https://m.lampost.co/berita-warisan-dalam-adat-lampung-4.html

Pertanyaan
Tergambar dari artikel diatas bagaimana sistem hukum adat yang ada mengatur hukum waris
adat yang berlaku di masyarakat adat itu sendiri, berdasar dari apa yang saudara pelajari
tentang sifat dari hukum waris adat yang mana sifat hukum waris adat berbeda dengan sifat
atau prinsip hukum waris islam dan hukum waris perdata/ barat. Berikan gambaran tentang
sifat dan corak daripada hukum waris adat yang ada di Indonesia.

Jawaban

Sifat dan corak hukum waris adat di Indonesia secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pengaturan Berdasarkan Adat dan Tradisi Setempat: Hukum waris adat di Indonesia
sangat bergantung pada adat istiadat dan tradisi lokal yang ada di masyarakat tersebut. Setiap
masyarakat adat memiliki aturan dan prosedur tersendiri dalam mengatur warisan, yang
disesuaikan dengan kondisi sosial, budaya, dan sejarah mereka. Aturan-aturan ini biasanya
diwariskan secara lisan dari generasi ke generasi dan seringkali tidak tertulis. Ini menciptakan
keragaman yang kaya dalam hukum waris adat di Indonesia.
Pengutamaan Musyawarah dan Mufakat: Hukum waris adat di Indonesia cenderung
mengedepankan musyawarah dan mufakat dalam proses pengaturan warisan. Keputusan
diambil berdasarkan kesepakatan bersama anggota keluarga atau masyarakat, dengan
mempertimbangkan kepentingan dan kebutuhan semua pihak yang terlibat. Hal ini
mencerminkan nilai-nilai komunitas dan kebersamaan yang sangat dihargai dalam
masyarakat adat di Indonesia.
Sistem Pewaris Tunggal: Banyak masyarakat adat di Indonesia menganut sistem pewaris
tunggal, di mana satu orang (biasanya anak tertua atau anak laki-laki tertua) ditunjuk sebagai
pewaris utama yang berhak mengelola dan menguasai warisan keluarga. Sistem ini berbeda
dengan hukum waris perdata dan hukum waris Islam yang cenderung mengatur pembagian
warisan secara proporsional di antara semua ahli waris.
Pengangkatan Anak dan Penerus Keturunan: Dalam masyarakat adat yang menganut
sistem pewaris tunggal, sering terjadi pengangkatan anak untuk memastikan kelangsungan
keturunan dan pengelolaan warisan. Proses pengangkatan anak ini biasanya melibatkan
serangkaian musyawarah dan upacara adat yang melibatkan keluarga, kerabat, dan
masyarakat adat.
Fleksibilitas dan Dinamisme: Hukum waris adat di Indonesia bersifat fleksibel dan dinamis,
yang dapat berubah dan berkembang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat adat
tersebut. Aturan-aturan dapat disesuaikan dan direvisi melalui musyawarah dan mufakat
untuk menyesuaikan dengan perubahan sosial dan budaya.
Penekanan pada Hubungan Kekerabatan: Hukum waris adat di Indonesia sangat
menekankan pada hubungan kekerabatan dan kedekatan hubungan darah. Ahli waris
ditentukan berdasarkan hubungan keluarga dan garis keturunan, dengan prioritas pada anak
tertua atau anak laki-laki tertua sebagai pewaris utama.
Pemeliharaan Nilai-nilai Tradisional: Hukum waris adat di Indonesia memainkan peran
penting dalam memelihara dan melestarikan nilai-nilai tradisional dan budaya masyarakat
adat. Proses pewarisan tidak hanya melibatkan pembagian harta kekayaan, tetapi juga
penyerahan pengetahuan, keterampilan, dan kearifan lokal yang diwariskan dari generasi ke
generasi.
Hukum waris adat di Indonesia mencerminkan kompleksitas dan keragaman masyarakat adat
di negara ini. Sifat dan corak hukum waris adat tersebut menunjukkan bahwa hukum waris
adat lebih bersifat komunitas dan berorientasi pada kepentingan keluarga dan masyarakat
adat. Hal ini berbeda dengan hukum waris perdata yang bersifat lebih formal dan terstruktur,
serta hukum waris Islam yang bersifat lebih ketat dan terstruktur berdasarkan ketentuan
agama Islam.

Anda mungkin juga menyukai