Anda di halaman 1dari 10

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2021/22.1 (2021.2)

Egi Pramayandi
Nama Mahasiswa : ………………………………………………………………………………………..
043791299
Nomor Induk Mahasiswa/NIM : ………………………………………………………………………………………..
07 Juli 1996
Tanggal Lahir : ………………………………………………………………………………………..
MKWU 4101/ PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Kode/Nama Mata Kuliah : ………………………………………………………………………………………..
ILMU HUKUM S1
Kode/Nama Program Studi : ………………………………………………………………………………………..
Pontianak
Kode/Nama UPBJJ : ………………………………………………………………………………………..
23 Desember 2021
Hari/Tanggal UAS THE : …………………………………………………………………………………………

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyataan Mahasiswa


Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Egi Pramayandi
Nama Mahasiswa : ……………………………………………………………………………………..
NIM 043791299
: ……………………………………………………………………………………..
Kode/Nama Mata Kuliah
MWDU 4101/ PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
: ……………………………………………………………………………………..
Fakultas Hukum, Ilmu Sosial & Politik
Fakultas : ……………………………………………………………………………………..
Program Studi Ilmu Hukum S1
: ……………………………………………………………………………………..
UPBJJ-UT : Pontianak
………………………………………………………………………………………

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada laman
https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal ujian
UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai pekerjaan
saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan aturan
akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun, serta
tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat pelanggaran
atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh
Universitas Terbuka.
Pontianak 23 Desember 2021
……., ………………………

Yang Membuat Pernyataan

Egi Pramayandi
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Jawaban 1
Persamaan dalam Islam disebut alwusawa adalah sikap yang memandang seimbang, sejajar, sama rata antar
sesama manusia. Dalam demokrasi Islam, almusawa berhimpitan dengan nilai assyura (musyawarah) dan
al'adalah (keadilan). Dalam konteks kehidupan bermasyarakat, persamaan merupakan prinsip untuk bersikap
tidak diskriminatif terhadap sesama manusia apapun latarbelakangnya. Prinsip kemanusiaan adalah melebihi
batas-batas primordial dan kepentingan. Prinsip seperti inilah yang dianut Negara Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dengan sesanti Bhineka Tunggal Ika.
Semangat menjaga keberagaman dan kemanusiaan di Indonesia seperti itu sesuai dengan ajaran Islam dalam
surat Al-Hujarat ayat 13 (49/13), yang pada prinsipnya perbedaan gender (addzakar-untsa), bangsa (syu'uba),
dan suku (qaba'il) semata-mata diperintahkan untuk saling berhubungan dan membantu (atta'arufi); sebaik-
baik manusia adalah yang paling baik takwanya kepada Allah (attaqakum). Makna tersurat dan tersirat dalam
ayat tersebut adalah penghargaan terhadap seseorang bukanlah di karenakan perbedaaan apapun
latarbelakangnya, melaikan justru sejauhmana perbedaan itu dihargai. Karena itu Islam sangat menghargai
pluralitas.
Surat Al-Hujarat ayat 13 ini Tafsir Al-Misbah ditekankan dan dipesankan agar hubungan sesama manusia
dikedepankan sifat persamaan dan menghindari sikap diskriminatif. Ayat ini merupakan petunjuk tentang tata
krama pergaulan sesama manusia dan merupakan prinsip yang harus dijunjung. Jadi harus kita pahami bahwa
persamaan merupakan hak setiap warga negara. Negara menjamin perlakuan yang sama di negara demokrasi.
Persamaan sesama manusia merupakan sarana untuk menciptakan tatanan masyarakat yang damai dan
harmonis.
Surat Al-Hujarat ayat 13 tersebut juga bermakna bahwa yang terbaik diantara manusia adalah ibadahnya
kepada Allah. Inilah yang disebut Keesaan (Tauhid) sebagai prinsip yang menempatkan hubungan makhluk
kepada sang Khaliq. Dengan demikan Islam datang dengan prinsip yang revolusioner, yaitu tauhid. Tauhid
adalah menempatkan Allah sebagai satu-satunya yang berhak disembah. Selain Allah adalah makhluk yang
tidak berhak disembah. Tidak boleh seorang budak menyembah majikannya, tidak boleh seorang bawahan
menghamba kepada atasannya, dan tidak boleh menyembah kepada materi dan harta benda. Kedudukan
manusia setara,Adapun yang membedakan manusia bukan sukunya, warna kulitnya, kekayaan dan pangkat
sosialnya, melainkan ketakwaannya.
Dari prinsip tauhid ini muncul serangkaian nilai-nilai sosial berupa egalitarianisme (al-musawah),
kemerdekaan (al-hurriyah), dan humanisme (al-insaniyyah). Jika tatanan dunia dilandaskan pada prinsip-
prinsip ini, maka tidak boleh ada penjajahan, penghisapan manusia oleh manusia, perbudakan, penindasan,
dan penguasaan orang atas orang lainnya.Ketika prinsip-prinsip ini dibawa oleh Nabi Muhammad SAW dan
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

didakwahkan di Mekkah, terjadi revolusi atau penjungkirbalikan nilai secara cepat sehingga Nabi
Muhammad SAW dimusuhi oleh kaumnya sendiri yang saat itu masih menyembah berhala, melanggengkan
perbudakan, dan membedakan manusia berdasarkan asal-usul suku dan kabilahnya.
Prinsip persamaan dan tauhid tersebut dalam Islam disebut dengan konsep Ad-Ddharuriyyah Al-Khamsah
yaitu perlindungan atas 5 (lima) hal terhadap manusia. Konsep ini meliputi perlindungan terhadap agama
(addin), harta (al-maal), jiwa dan martabat manusia (an-nafs wa al-'irdh), pemikiran (al-'aql) dan keturunan
(an-nasl). Ke 5 (lima) hal pokok ini harus dijaga oleh setiap individu, individu dan masyarakat, masyarakat
dengan masyarakat, masyarakat dengan negara, masyarakat dengan lingkungan dan antara komunitas agama
yang satu dengan agama yang lain.

Jawaban 2

Ada dua nabi yang mendapatkan gelar istimewa dari Allah, yaitu Nabi Ibrahim al-Hanif dan Nabi
Muhammad al-Amin Shallallahu ‘Alayhima as-Salaam. Gelar istimewa yang dimaksud
adalah uswatun hasanah, teladan yang baik.
Sungguh, ada suri teladan yang baik bagimu pada diri Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya ketika
mereka berkata kepada kaumnya: “Sungguh, kami berlepas diri darimu dan dari apa yang kamu sembah
selain Allah. Kami ingkari kekafiranmu, dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian
buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja”. Kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya:
“Sungguh, aku akan memohonkan ampunan bagimu dan aku tiada dapat menolak sesuatu pun darimu siksaan
Allah”. Ibrahim berkata: “Ya Rabbana, hanya kepada-Mu kami bertawakal dan hanya kepada-Mu kami
bertobat dan hanya kepada-Mu kami kembali” (QS al-Mumtahanah, 4).
Sungguh, pada diri Rasulullah itu ada suri teladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharapkan
rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat, dan dia banyak menyebut Allah (QS al-Ahzab, 21).
Sebagai uswatun hasanah, kedua rasul mulia ini adalah cermin kepribadian yang telah teruji bagi umatnya.
Itulah sebabnya, orang-orang yang mengikuti jejak langkah dan kepribadian para rasul tersebut
disebut shalihin, orang-orang shaleh. Allah memberi jaminan kepada mereka seperti dalam firman-Nya.
“Barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul-Nya, mereka akan bersama-sama orang-orang yang dianugerahi
nikmat oleh Allah, yaitu nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh.
Itulah teman yang sebaik-baiknya” (QS an-Nisa, 69).
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Jauh sebelum kelahiran Rasulullah Shallallahu ‘Alayhis Salaam, Nabi Ibrahim al-Hanif Shallallahu ‘Alayhis
Salaam pernah bermohon kepada Allah Azza wa Jalla agar Dia berkenan untuk memberinya keturunan yang
shaleh dan menjadi penerus kenabiannya. Doanya adalah “Ya Rabbana, utuslah untuk mereka sesorang Rasul
dari kalangan mereka yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat-Mu, dan mengajarkan kepada
mereka Alquran dan Hikmah, serta mensucikan mereka. Sungguh, Engkaulah yang Mahakuasa lagi
Mahabijaksana” (QS al-Baqarah, 129).
Permohonan beliau ini terkabul. Terbukti, banyak dari keturunan Ibrahim al-Hanif Shallallahu ‘Alayhis
Salaam yang diangkat menjadi nabi. Salah satunya adalah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alayhis
Salaam yang kemudian menjadi nabi terakhir. Itulah sebabnya, Ibrahim al-Hanif Shallallahu ‘Alayhis
Salaam disebut pula sebagai abaa-a al-anbiya, para nabi.
Sebuah hadist menyatakan bahwa al-‘ulamaa-u waratsatul anbiyaa-a. Ulama adalah pewaris para nabi. Lalu,
apa yang diwarisi oleh ulama dari Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alayhis Salaam? Sangat
banyak. Tirkah (peninggalan) dari para nabi kepada ulama bukan hanya proses transferring ilmu, melainkan
juga karakter istimewa yang dimiliki oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alayhis Salaam. Kita tahu, dan
semua umat Islam sudah sangat paham, bahwa ada empat karakter istimewa yang melekat kuat pada diri Nabi
Muhammad Shallallahu ‘Alayhis Salaam, yaitu FAST: fathonah, amanah, shiddiq, dan tabligh. Empat sifat
dan karakkter istimewa yang dimiliki nabi itulah yang kemudian menjadi alat pencelup kepribadian ulama
sesudahnya.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Jawaban 3
Pandangan dalam Islam, kepemimpinan merupakan amanah dan tanggungjawab yang tidak hanya
dipertanggungjawabkan kepada anggota-anggota yang dipimpinya, tetapi juga akan dipertanggungjawabkan
dihadapan Allah Swt. Seorang pemimpin merupakan sentral figur panutan publik. Terwujudnya
kemaslahatan umat sebagai tujuan pendidikan Islam sangat tergantung pada gaya dan karakteristik
kepemimpinan. Dengan demikian kualifikasi yang harus dipenuhi oleh seorang pemimpin mencakup semua
karakteristik yang mampu membuat kepemimpinan dapat dirasakan manfaat oleh orang lain.
Dalam konsep Syari’at Islam, kriteria yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin telah dirumuskan dalam
suatu cakupan sebagai berikut:
1. Pemimpin haruslah orang-orang yang amanah, amanah dimaksud berkaitan dengan banyak hal, salah
satu di antaranya berlaku adil. Keadilan yang dituntut ini bukan hanya terhadap kelompok, golongan atau
kaum muslimin saja, tetapi mencakup seluruh manusia bahkan seluruh makhluk. Dalam al-Qur’an
dijelaskan:
‫صي‬ ‫اس أ ه ْن ت ه ْحكُ ُموا بِا ْلعهدْ ِل ۚ إِن ّللاه نِعِما يه ِعظُكُ ْم بِ ِه ۗ إِن ّللاه هكانه ه‬
ِ ‫س ِميعًا به‬ ِ ‫إِن ّللاه يهأ ْ ُم ُركُ ْم أ ه ْن ت ُ هؤدُّوا ْاْل ه همانها‬
ِ ‫ت إِلهى أ ه ْه ِل هها هوإِذها هح هك ْمت ُ ْم بهيْنه الن‬
"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan
(menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah
Maha mendengar lagi Maha melihat." (QS. an-Nisa’: 58) Ayat di atas memerintahkan menunaikan
amanat, ditekankannya bahwa amanat tersebut harus ditunaikan kepada ahliha yakni pemiliknya. Ketika
memerintahkan menetapkan hukum dengan adil, dinyatakannya “apabila kamu menetapkan hukum di
antara manusia”. Ini bearti bahwa perintah berlaku adil itu ditunjukkan terhadap manusia secara
keseluruhan.

2. Seorang pemimpin haruslah orang-orang yang berilmu, berakal sehat, memiliki kecerdasan, kearifan,
kemampuan fisik dan mental untuk dapat mengendalikan roda kepemimpinan dan memikul
tanggungjawab. Sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur’an,
ْ ‫هوإِذها هجا هءهُ ْم أ ه ْمر مِ نه ْاْل ه ْم ِن أ ه ِو ا ْلخ ْهوفِ أهذهاعُوا بِ ِه ۖ هوله ْو هردُّوهُ إِلهى الرسُو ِل هوإِلهى أُولِي ْاْل ه ْم ِر مِ ْن ُه ْم لهعه ِل همهُ الذِينه يه ْست ه ْنبِطُونههُ ِم ْن ُه ْم ۗ هوله ْو هل فه‬
ِ‫ض ُل ّللا‬
ً ‫طانه ِإل قهل‬
‫ِيل‬ ‫عله ْيكُ ْم هو هرحْ همتُهُ هلتبه ْعت ُ ُم الش ْي ه‬
‫ه‬
"Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu
menyiarkannya. dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan ulil Amri di antara mereka,
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka
(Rasul dan ulil Amri) kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu
mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu)." (QS.An-Nisa’: 83)
Maksud ayat di atas adalah kalau mereka menyerahkan informasi tentang keamanan atau ketakutan itu
kepada Rasulullah Saw apabila bersama mereka, atau kepada pemimpin-pemimpin mereka yang
beriman, niscaya akan diketahui hakikatnya oleh orang-orang yang mampu menganalisis hakikat itu dan
menggalinya dari celah-celah informasi yang saling bertentangan dan tumpang tindih.
3. Pemimpin harus orang-orang yang beriman, bertaqwa dan beramal shaleh, tidak boleh orang dhalim,
fasiq, berbut keji, lalai akan perintah Allah Swt dan melanggar batas-batasnya. Pemimpin yang dhalim,
batal kepemimpinannya.
4. Bertanggung jawab dalam pelaksanaan tatanan kepemimpinan sesuai dengan yang dimandatkan
kepadanya dan sesuai keahliannya. Sebaliknya Negara dan rakyat akan hancur bila dipimpin oleh orang
yang bukan ahlinya. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw “Apabila diserahkan suatu urusan kepada yang
bukan ahlinya maka tungguhlah kehancuran suatu saat”.
5. Senantiasa Menggunakan Hukum yang Telah Ditetapkan Allah. Sebagaimana yang Allah jelaskan dalam
al-Qur’an. ‫يء فه ُردُّوهُ ِإلهى ّللاِ هوالرسُو ِل ِإ ْن كُ ْنت ُ ْم‬ ‫يها أهيُّ هها الذِينه آ همنُوا أهطِ يعُوا ّللاه هوأهطِ يعُوا الرسُو هل هوأُولِي ْاْل ه ْم ِر ِم ْنكُ ْم ۖ فهإِ ْن تهنهازه ْعت ُ ْم فِي ه‬
ْ ‫ش‬
‫سنُ ت هأ ْ ِوي ًل‬
‫" تُؤْ مِ نُونه ِباّللِ هوا ْليه ْو ِم ْاْلخِ ِر ۚ ذهلِكه هخيْر هوأهحْ ه‬Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman
kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya."
(QS. An Nisa' : 59) Ayat di atas merupakan perintah untuk taat kepada Allah, Rasul, dan Ulil Amri
(ulama dan umara). Oleh karena Allah berfirman “Taatlah kepada Allah”, yakni ikutilah kitab-nya, “dan
taatlah kepada Rasul”, yakni pegang teguhlah sunnahnya, “dan kepada Ulim Amri di antara kamu”,
yakni terhadap ketaatan yang mereka perintahkan kepadamu, berupa ketaatan kepada Allah bukan
ketaatan kepada kemaksiatan terhadap-Nya. Kemudian apabila kamu berselisih tentang suatu hal maka
kembalilah kepada al-Qur’an dan hadits.
6. Tidak meminta jabatan, atau menginginkan jabatan tertentu. Sabda Rasulullah Saw “Sesungguhnya kami
tidak akan memberikan jabatan ini kepada seseorang yang memintanya, tidak pula kepada orang yang
berambisi untuk mendapatkannya.” (HR. Muslim).
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Jawaban 4
Islam hadir di bumi dengan membawa penekanan pada prinsip tauhid sebagai pegangan utama hidup. Ia
menjadi tonggak dari keseluruhan sikap manusia, khususnya umat Islam, dalam menjalani tidak hanya ibadah
tapi juga muamalah (hubungan sosial). Tentang muamalah, tauhid mengajarkan pengesaan mutlak kepada
Allah dan pengakuan bahwa hanya Allah yang mahaagung dan mahasempurna. Dari sini kita temukan kaitan
yang sangat dekat antara prinsip ketuhanan dan kemanusiaan. Sebab, tauhid secara tidak langsung
meniscayakan adanya kesetaraan bagi manusia karena derajat dan kelas paling tinggi hanya milik Allah.
Pembedaan derajat dan kelas pada tataran manusia bersifat semu di hadapan Allah subhanahu wata’ala.
Karena itu, tidak ada satu pun yang berhak mengklaim diri memiliki derajat lebih mulia hanya karena berasal
dari ras atau asal-usul primordial tertentu. Klaim semacam itu pernah dilakukan iblis pada awal penciptaan
manusia, dan akhirnya iblis terhempas dari surga dan menjadi makhluk terkutuk selama-lamanya. Mula-mula
Allah perintahkan para malaikat, termasuk iblis, untuk bersujud kepada Nabi Adam sebagai tanda hormat.
Perintah penghormatan itu ditaati seluruh malaikat, tapi iblis dengan penuh kesombongan membangkang dari
perintah tersebut.
ْ ُ‫قها هل أهنها هخيْر مِ ْنهُ هخله ْقتهنِي ِم ْن نهار هو هخله ْقتهه‬. ‫قها هل هما همنه هعكه أهل ت ه ْس ُجده ِإذْ أ ه هم ْرتُكه‬
‫مِن طِ ين‬
“Allah berfirman, ‘Apakah yang menghalangimu bersujud (kepada Adam) ketika Kuperintahkan kepadaMu?’
Iblis menjawab, ‘Kami lebih baik daripada dia: Engkau ciptakan aku dari api, sedang dia Kauciptakan dari
tanah’.” (QS al-A’raf: 12)
Manusia dan kemanusiaan menjadi perhatian yang serius dalam Islam. Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam pertama kali mensyiarkan agama ini, kondisi negeri Arab sedang dirundung kebejatan moral dan
pelecehan nilai-nilai kemanusiaan yang parah. Perang dan pertumpahan darah lantaran fanatisme antarsuku
terjadi di mana-mana. Kaum perempuan dinjak-injak martabatnya—bahkan berkembang perilaku mengubur
hidup-hidup bayi perempuan karena dianggap tak berguna dan memalukan keluarga. Perjudian dan
eksploitasi ekonomi terhadap kaum miskin melalui riba marak. Dengan demikian betapa berat misi Nabi kala
itu. Beliau tidak hanya hendak membersihkan paganisme atau penyembahan terhadap berhala, tapi juga
menata moral masyarakat Arab yang dilanda kelangkaan rasa kemanusiaan yang akut. Tentang misi ini,
Rasulullah pernah mendeklarasikan diri bahwa beliau diutus oleh Allah untuk menyempurnakan akhlak.
Perhatian Islam terhadap manusia dan kemanusiaan ini eksplisit dalam Islam. Al-Qur’an Surat al-Isra’ ayat
70 menyebut, “walaqad karramnâ banî âdam (dan telah Kami muliakan anak cucu Adam/manusia). Ayat
menggunakan redaksi karramnâ (Kami [Allah] mulaikan) yang berarti bahwa manusia mulia bukan saja
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

karena ada manusia lain yang memuliakan tapi memang Allahlah yang memuliakannya.
Pesan kemanusiaan lain juga sangat jelas disampaikan Rasulullah dalam haji wada’ pada tahun ke-10 hijriah.
Saat itu Rasulullah seperti memberi isyarat melalui pidato tentang tanda-tanda bahwa beliau akan
meninggalkan dunia ini. Para sahabat yang peka akan tanda-tanda itu tak kuasa membendung tangis dan haji
wada’ itu pun diwarnai banjir air mata dan kesan yang mendalam. Di tengah suasana haru biru tersebut,
sebuah pesan substansial keluar dari lisan Rasulullah: ‫علهى‬ ْ ‫اس أهله ِإن هربكُ ْم هواحِ د هو ِإن أهبهاكُ ْم هواحِ د أهله له فه‬
‫ض هل ِل هع هر ِبي ه‬ ُ ‫يها أهيُّ هها الن‬
‫رواه أحمد والبيهقي والهيثمي‬. ‫علهى أهحْ هم هر ِإل ِبالت ْق هوى‬
‫علهى أهس هْوده هوله أهس هْوده ه‬
‫ع هر ِبي هوله ِْل ه ْح هم هر ه‬ ‫" أ ه ْع هجمِي هوله ِل هع هجمِي ه‬Wahai manusia,
‫علهى ه‬
ingatlah, sesungguhnya Tuhanmu adalah satu, dan nenek moyangmu juga satu. Tidak ada kelebihan bangsa
Arab terhadap bangsa lain. Tidak ada kelebihan bangsa lain terhadap bangsa Arab. Tidak ada kelebihan orang
yang berkulit merah terhadap orang yang berkulit hitam. Tidak ada kelebihan orang yang berkulit hitam
terhadap yang berkulit merah. Kecuali dengan taqwanya.." (HR. Ahmad, al-Baihaqi, dan al-Haitsami). Pidato
Rasulullah tersebut pengandung pesan yang mendalam atas nilai-nilai kemanusiaan. Beliau memulainya
dengan seruan “yâ ayyuhan nâs” (wahai manusia). Rasulullah tentu tahu bahwa pada momen haji wada’
mayoritas—bahkan mungkin semuanya—yang ada di hadapan beliau adalah orang mukmin. Tapi Nabi tidak
menggunakan redaksi “yâ ayyuhal ladzîna âmanû” (wahai orang-orang beriman). Hal ini menandakan bahwa
substansi ajaran yang beliau pidatokan bersifat universal, berlaku untuk seluruh manusia. Pidato tersebut
keluar lebih dari 10 abad sebelum deklarasi Hak Asasi Mansia (HAM) oleh PBB pada 1948. Hadits Nabi
tersebut menegaskan kembali tentang prinsip tauhid, juga tentang muasal bapak yang satu (yakni Nabi
Adam), baru disusul peringatan tentang prinsip kesetaraan manusia. Lagi-lagi ini meneguhkan logika yang di
awal tadi disampaikan bahwa berangkat dari tauhid, pengakuan terhadap kesetaraan manusia muncul.
Manusia bersumber dari satu leluhur yang dimuliakan Allah sehingga tidak boleh seorang pun membuat
klaim keistimewaan bangsanya, rasnya, bentuk fisiknya, asal daerahnya, dibandingkan orang lain. Soal
derajat kemuliaan, Islam memberi kriteria khusus, yaitu takwa. Artinya, segenap prestise manusia diukur oleh
dan dikembalikan kepada Allah subhanahu wata’ala. Hal ini juga senada dengan seruan lain dalam Al-
Qur’an: ‫للا أهتْقهاكُ ْم‬ ‫اس ِإنا هخله ْقنهاكُ ْم م ِْن ذهكهر هوأ ُ ْنثهى هو هج هع ْلنهاكُ ْم شُ ُعوبًا هوقه هبا ِئ هل ِلت ه هع ه‬
ِ ‫ارفُوا ِإن أ ه ْك هر همكُ ْم ِع ْنده‬ ُ ‫" هياأهيُّ هها الن‬Wahai manusia
sesungguhnya Kami menciptakan kamu sekalian dari seorang pria dan seorang wanita dan kami menjadikan
kamu berbagai bangsa dan suku, agar kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantaramu di sisi Allah ialah orang yang saling bertaqwa". (Q.S. al-Hujarat:13).
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Pesan lainnya dalam haji wada’ yang tak kalah pentingnya adalah imbauan Rasulullah untuk membuktikan
diri sebagai mukmin dan muslim yang baik dengan menjamin hak-hak hidup dan ekonomi orang lain, dan
tentu saja dengan senantiasai meningkatkan ketaatan dan manjauhi larangan-larangan Allah.

Anda mungkin juga menyukai