Anda di halaman 1dari 8

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2021/22.2 (2022.1)
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MKWU4101

Nama Mahasiswa : DHANI CANDRA KUSUMA

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 044262555

Tanggal Lahir : 28 Januari 2001

Kode/Nama Mata Kuliah : MKWU4101 / PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Kode/Nama Program Studi : 311/ILMU HUKUM

Kode/Nama UPBJJ : 41/Purwokerto

Hari/Tanggal UAS THE : Rabu, 22 Juni 2022

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk :

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN RISET, DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS TERBUKA

BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA


Surat Pernyataan Mahasiswa
Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama Mahasiswa : DHANI CANDRA KUSUMA

NIM : 044262555

Kode/Nama Mata Kuliah : MKWU4101 / PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Fakultas : FHISIP

Program Studi : ILMU HUKUM

UPBJJ/UT : Purwokerto

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi
THE pada laman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam
pengerjaan soal ujian UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya
sebagai pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai
dengan aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan
tidak melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui
media apapun, serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan
akademik Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari
terdapat pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan
menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.

Purwokerto, 22 Juni 2022


Yang Membuat Pernyataan

DHANI CANDRA KUSUMA

JAWABAN NOMOR 1
Islam adalah agama yang secara inheren menegaskan mengenai prinsip kebebasan manusia
yang di bawa sejak lahir. Karena itu segala bentuk penindasan yag salah satunya adalah
perbudakan harus dihapuskan. Namun demikian kebebasan sifatnya terbatas sesuai dengan
fitrah keterbatasan manusia itu sendiri. Prinsipnya dalam islam adalah kebebasan yang tidak
mengingkari kebebasan itu sendiri. Dengan kata lain kebebasan yang bertanggung jawab,
kebebasan yang bisa mengantarkan kepada teciptanya kemaslahatan bagi semua orang.
Sesuai dengan Al-Qur’an surah At-Taubah ayat 71, yang artinya : “Yaitu mereka yang
mengajak kepada dan melarang kemaksiatan, menegakkan shalat, memberikan zakat,
mentaati Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah yang akan di rahmat Allah, sesunguhnya Allah
Maha Perkasa dan Maha Bijaksana”. Serta Surah Al_hajj ayat 44, yang artinya : “Yaitu orang
– orang yang apabila diberi kedudukan di muka bumi, mereka menegakkan shalat,
menunaikan zakat, serta menyuruh berbuat kebaikan dan mencegah keburukan”. Dan
Rasulullah bersabda : “Apabila seseorang diantara kalian melihat kemungkaran, maka ia
wajib menghentikannya dengan tanganya, apabila tidak mampu, maka dengan lisan, apabila
tidak mampu, maka dengan hatinya. Dan itu adalah selemah – lemanya iman”. (HR. Muslim)

Refrensi : Modul MKDU4221/Modul 3 Hal 3.39-3.40

JAWABAN NOMOR 2

Manusia dituntuk untuk menuntut ilmu, dan hukumnya wajib. Jika tidak maka berdosa.
Selain hukum tersebut menuntut ilmu bermanfaat unutk mencapai kecerdasan atau disebut
menuntut ilmu bermanfaat unutk mencapai kecerdasan atau disebut ulama (orang yang
memiliki ilmu). Dalam kaintanya dengan orang yang beriman harus didasarkan pada
pengetahuan (al-ilm) dan direalisasikan dengan karya nyata yang bermanfaat bagi
kesejahteraan dunia dan akhirat, tentunya amal yang dibenarkan oleh ajaran agama (amal
saleh). Dengan demikian amal saleh merupakan aspek penting jika dari segi praktis. Dalam
Al-Qur’an kalimat amal saleh (al-amal shalihat) sering dikaitkan dengan iman, misalnya pada
Surah A-Ashr, yang artinya :

“1. Demi masa. 2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. 3. Kecuali orang-
orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat-menasehati supaya mentaati
kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”.

Orang yang beriman dan diwujudkan dengan amal saleh adalah merupakan maniestasi dari
mahluk yang terbaik, sebagaiman tersebut pada Surah Al-Bayyinah ayat 7, yang artinya :
“Sesungguhnya orang – orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh mereka itu adalah
sebaik-baiknya mahluk”. Kesimpulanya, bahwa orang yang berilmu dan dapata
merealisasikan denan bentuk amal saleh, maka mereka termasuk orang yang bertaqwa,
sedangkan ilmu pengetahuan yang digunakan untuk berbuat dosa, maka orang tersebut
digolongkan orang yang fasik.
Refrensi : Modul MKDU4221/Modul 3 Hal 6.31-6.35

A. FUNGSI IMAN, ILMU DAN AMAL DALAM ISLAM

Terkandung tiga unsur pokok, yaitu akidah, syari’ah dan akhlak, dengan kata lain Iman, Ilmu
dan Amal shaleh. Sebagaimana digambarkan dalam Al-Quran yang artinya :

“Tidakkah kamu perhatikan Allah telah membuat perumpamaan kalimat yg baik (Dinul
Islam) seperti sebatang pohon yg baik, akarnya kokoh (menghujam ke bumi) dan cabangnya
menjulang ke langit. Pohon itu mengeluarkan buahnya setiap musim dengan seizin
Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu agar manusia selalu ingat" (QS:
Ibrahim; 24-25).

Dalam bahasa Arab, Ilmu berasal dari kata, alima–ya’lamu yang bermakna tahu atau
mengetahui. Ilmu merupakan pengetahuan mengenai segala sesuatu yang telah disusun secara
runtut dan merupakan satu kesatuan berdasarkan metode-metode tertentu yang dapat
digunakan untuk menjelaskan gejala-gejala dari objek (pengetahuan) itu. Ilmu dalam Islam
menempati posisi sangat penting. Salah satunya al-Qur’an menyebut kata ‘ilm dan
deravisanya sebanyak 750 kali. Sehingga orang berilmu menempati posisi mulya. Allah
Subhanahu Wata’ala berfirman; “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat, dan Allah
Subhanahu Wata’ala Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mujadalah: 11).

Dalam satu hadis dijelaskan, mencari ilmu juga mendapatkan tempat yang mulya; “Barang
siapa yang mencari ilmu maka ia di jalan Allah Subhanahu Wata’ala sampai ia pulang.” (HR.
Tirmidzi).

Rasulullah Shaallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda, “Barangsiapa yang bertambah ilmunya


tapi tidak bertambah petunjuknya, maka tidak akan bertambah kecuali dia akan makin jauh
dari Allah Subhanahu Wata’ala. ” (HR. al- Dailami).

Karena itu, yang dinamakan al-din(agama Islam) adalah gabungan antara iman, Islam, ilmu
pengetahuan, dan amal sholeh merupakan bagian yang tak terpisahkan (Wan Mohd Nor Wan
Daud, Tantangan Pemikiran Umat,hal.55).

B. LARANGAN TAQLID BUTA

Berikut ini adalah pernyataan A`immah yang empat agar tidak bertaklid kepada mereka dan
perintah untuk ittiba’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para shahabatnya, dan
meninggalkan pendapat siapapun yang menyelisihi As-Sunnah:

1. Imam Abu Hanifah Nu’man bin Tsabit rahimahullah

Berikut ini adalah Pernyataan Imam Abu Hanifah tentang larangan bertaqlid buta:
“Jika suatu Hadits shahih, itulah madzhabku.” [Ibnu Abidin dalam al-Haasiyah (1/63) dan di
dalam risalahnya Rasmun al-Mufti (1/4) dari Majmuu’atur Rasaa`il Ibnu Abidin dan Syaikh
Shalah Al-Falaani dalam Iqaazhul Himam (hlm. 62)] “Tidak halal bagi seseorang mengikuti
perkataan kami bila ia tidak tahu dari mana kami mengambilnya.” [Ibnu Abdil Barr dalam al-
Intiqaa` dalam Fadhaa`il ats-Tsalatsah al-A`immah al-Fuqahaa` (hlm. 145) Ibnu Qayyim al-
Jauziyyah dalam I’laamu al-Muwaq’iin (hlm. 2/309) dan Ibnu Abidin dalam catatan-kakinya
terhadap kitab al- Bahrur Raa`iq (6/293)]

2. Imam Malik bin Anas rahimahullah

Berikut ini adalah Pernyataan Imam Malik bin Anas tentang larangan bertaqlid buta:

“Sesungguhnya aku hanya seorang manusia yang bisa salah dan bisa benar, maka
perhatikanlah pendapatku. Setiap pendapatku yang sejalan dengan Al-Kitab (Al-Qur’an) dan
As-Sunnah, maka ambillah. Dan setiap pendapatku yang tidak sejalan (menyelisihi) Al-Kitab
dan As-Sunnah, maka tinggalkanlah dia.” [Ibnu ‘Abdil Barr dalam al-Jaami’ Bayanil ‘Ilmi
(2/32), Ibnu Hazm dalam Ushuulul al-Ahkam (6/149), dan juga Al-Fallani (hal. 72).]

“Tidak ada seorang pun setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melainkan perkataannya
bisa diambil dan bisa ditinggalkan, kecuali perkataan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.”
[Ibnu Abdil Barr dalam al-Jaami’ (2/91)]

3. Imam Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i rahimahullah

Berikut ini adalah Pernyataan Imam Syafi’i tentang larangan bertaqlid buta:

“Tidak seorang pun melainkan harus mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam, apapun pendapat yang aku ucapkan atau ushul yang aku susun dan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam menyelisihi apa yang aku ucapkan maka apa yang disabdakan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam itulah pendapatku.” [Tarikh Damaskus Ibnu Asakir
(15/1/3)]

4. Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah

Berikut ini adalah Pernyataan Imam Ahmad tentang larangan bertaqlid buta:

Janganlah kalian taqlid kepadaku, jangan pula taqlid kepada Malik, Asy-Syafi’i, Al-Auza’i,
dan Ats-Tsauri, tetapi ambillah dari mana mereka mengambil (yakni Al-Qur’an dan As-
Sunnah).” [Al-Fallani (hlm. 113) dan Ibnu Qayyim dalam I’laamul Muwaqi’in (2/302)]

Ayat Alquran, Allah berfirman :

Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Ikutilah apa yang diturunkan Allah!" Mereka
menjawab, "(Tidak), tetapi kami (hanya) mengikuti kebiasaan yang kami dapati dari nenek
moyang kami." Apakah mereka (akan mengikuti nenek moyang mereka) walaupun
sebenarnya setan menyeru mereka ke dalam azab api yang menyala-nyala (neraka)?
[Luqmân/31:21]”

JAWABAN NOMOR 3

Masyarakat madani pada hakikatnya adalah sebuah adalah masyarakat berperadapan yang
disemangati oleh nilai-nilai ketuhanan untuk kebijaksanaan bersama. Untuk mencapai
masyarakat yang beradab dan sejahtera itu maka masyarakat madani harus ditegakkan atas
prinsip-prinsip sebagai berikut :

a. Keadilan : Menegakan keadilan merupakan kemestian yang bersifat fitrah yang harus
ditegakan oleh setiap individu sebagai pengejawantahan dari perjanjian primordial di mana
manusia mengakui Allah sebagai Tuhannya.

b. Supremasi Hukum : Menegakkan hukum yang adil merupakan amanah yang diperintahkan
untuk dilaksanakan kepada yang berhak. Dalam usaha mewujudan supremasi hukum itu
maka kita harus menetapkan hukum kepada siapapun tanpa pandang bulu, bahkan kepada
orang yang membenci kita sekalipun, kita harus tetap berlaku adil.

c. Egalitarianisme (persamaan) : persamaan tidak mengenal sistem dinasti geneologis.


Artinya adalah bahwa masyarakat madani tidak melihat keutamaan atas dasar keturunan, ras,
etnis dll. melainkan atas prestasi. Bukan prestise tetapi prestasi, karena semua manusia dan
warga masyarakat dihargai bukan atas dasar geneologis dia atas melainkan atas dasar
prestasi.

d. Pluralisme : adalah sikap di mana kemajemukan merupakan suatu yang harus diterima
sebagai bagian dari realitas obyektif, atau tidak sebatas mengakui bahwa keberagaman
merupakan bagian dari karunia Allah dan rahmat-Nya karena akan memperkaya budaya
melalui interaksi dinamis denan pertukaran budaya yang beraneka ragam.

e. Pengawan sosial : adalah suatu kegiatan demi kebaikan bersama.

Refrensi : Modul MKDU4221/Modul 3 Hal 3.10-3.14

JAWABAN NOMOR 4

a. Kebebasan Berekpreksi :

Adalah kebebasan untuk menyalurkan kehendak batin mengenai hal apa saja baik melalui
pernyataan maupun perbuatan. Piagam madinah ayat 23 menyatakan : “Bila kami sekalian
bebeda pendapat dalam suatu hal, hendaklah perkaranya diserahkan kepada ketentuan Allah
dan Rasulullah”

b. Kebebasan berfikir dan menyatakan pendapat :

Ketika Islam menonelir perbedaan pendapat yang dilembagakan dalam musyawarah, itu
berarti Islam memberikan keleluasaan kepada manusia untuk menyatakan pemikiran dan
pendapatnya. Kebebasan berpendapat dan kebebasan menyatakan pendapat dijamin oleh
Islam baik secara individual maupun kolektif. Dengan sendirinya islam jua menjamin hak
untuk berorganisasi. Sesuai dengan Al-Qur’an Surah Saba’ ayat 46, yang artinya :
“Katakanlah (Muhammad), sesungguhnya aku menasehati kamu dengan satu hal, yaitu agar
kalian menegakkan (urusan) untuk Allah berdua-dua (berserikat) atau sendiri-sendiri”.

c. Kebebasan beragama :

Islam adalah agama yang benar – benar dibawa oleh Rasulullah. Islam mewajibkan umatnya
untuk berdakwah kepada umat manusia untuk menerima ajaran Allah yang dibawa oleh
utusan terakir itu. Akan tetapi dakwah harus disampaikan dengan cara yang baik dan
manusiawi. Keyakinan yang berbeda harus dihormati. Karena itu pemaksaan dan penindasan
manusia agar menerima Islam bukanlah perbuatan yang baik. Kebebasan beragama sagat
dijamin oleh Islam, seperti pada isi Al-Qur’an Berikut :

Al-Qur’an Surah Albaqarah ayat 256, yang artinya : “Tidak ada paksaan dalam agama. Telah
jelas mana yang baik dan mana yang buruk”.

Al-Qur’an Surah Yunus ayat 99, yang artinya : “Dan apabila Tuhanmu menghendaki
niscahya semua manusia akan beriman kepada Allah, apakah engkau akan memaksa manusia
sehingga mereka beriman”. Mengenai kebebasan agama ini, Piagam Madinah ayat 25
menyatakan : “Sebagai satu kelompok Yahudi Bani Auf hidup berdampingan dengan kaum
muslimin. Kedua pihak memiliki agama masing-masing. Demikian pula halnya dengan
sekutu dan diri masing masing. Bila diantara mereka melakukan aniaya dan dosa dalam
hubungan ini, maka akibatnya akan ditanggung oleh diri dan warganya sendiri”. Atas dasar
inilah maka tidak benarkan umat Islam menghina umat agama lain, sesaui firman Allah
dalam Al-Qur’an Surah Al-An’aam ayat 108, yang artinya : “Dan janganlah kamu memaki
sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah” Dan pada Al-Qur’an Surah Al-
Ankabut ayat 46, menyatakan : “Dan jangan lah kamu berdebat dengan ahli kitab kecuali
dengan cara yang paling baik”.

d. Kebebasan Bermusyawara :

Musyawarah merupakan upaya memecahkan bersaama untuk menghindarai penyimpangan


dan meletakkan langkah-langkah bersama secara yang secara bulat disepakati. Dalam Al-
Qur’an Surah Ali Imran ayat 159, yang artinya : “Dan bermusyawarahlah dengan mereka
dalam urusan itu kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad maka bertaqwalah kepada
Allah” Sabda Rasulullah Perihal kebebasan Bermusyawarah adalah sebagai berikut :
“Tidaklah suatu kaum bermusyawarah melainkan mereka diberi petunjuk kepada apa yang
paling baik bagi persoalan-persoalan mereka”. Musyawarah adalah media untuk
menyinkronkan perbedaan-perbedaan dalam keputusan yang dapat diterima oleh semuapihak.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an Surah As-Syuura ayat 38, yang artinya : “Sedang urusan
mereka (diputuskan) musyarwarah diantara mereka”. Kebebsan bermusyawarah menegaskan
kebebasan berfikir dan berpendapat dan kebebasan berorganisasi.

e. Kebebasan berpindah tempat :

Tidak adala larangan dalam Islam untuk berpindah tempat dan mencari kehidpan. Ini berarti
Islam memeberikan kebebasan untuk menentukan hidupnya sendiri. Bahkan berpindah
tempat dianjurkan jika akan meningkatkan kualitas hidup. Dalam Al-Qur’an Surah Al-
Baqarah Ayat 36, menerangkan bahwa :

“Dan bagi kalian tempat tinggal di muka bumi ini”. Ali bin Abi Thalib telah memberikan
kebebasan untuk memilih tempat tinggal kepada Khawarij yang menentangnya selama
mereka tidak terbukti melakukan tindakan Kriminal. Dalam Surah Al-Baqarah ayat 84-85,
lebih tegas lagi Allah berfirman : “Dan ingatlah, ketika Kami mengambil janji dari kamu
yaitu : kamu tidak akan menumpahkan darahmu (membunuh orang) dan kamu idak akan
mengusir dirimu (saudara sebangsa) dari kampung halamamu, kemudian kamu berikrar (akan
memenuhinya) sedang kamu mempersaksikanya. Kemudian kamu (bani Israil) membunuh
diri (sebangsa) dan mengusir segolongan dari kamu dari kampung halamanya”. Mengusir
orang dari tempat tinggal adalah tindakan yang dilarang dalam Islam karena merampas hak
seseorang.

Refrensi : Modul MKDU4221/Modul 3 Hal 3.40-3.44

Anda mungkin juga menyukai