Anda di halaman 1dari 10

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2020/21.1 (2020.2)

Nama Mahasiswa : NURMA INSANI


Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 856455677
Tanggal Lahir : 09 November 1996
Kode/Nama Matakuliah : MKDU4221 Pendidikan Agama Islam
Kode/Nama Program Studi : 118/PGSD –S1
Kode/Nama UPBJJ : 16/PEKANBARU
Hari/Tanggal UAS THE : Kamis, 17 Desember 2020

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk
1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada
halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran
akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyataan Mahasiswa


Kejujuran Akademik
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama Mahasiswa : NURMA INSANI
NIM : 856455677
Kode/Nama Mata Kuliah : MKDU4221 Pendidikan Agama Islam
Fakultas : FKIP
Program Studi : 118/PGSD-S1
UPBJJ-UT : 16/PEKANBARU

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi
THE pada laman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam
pengerjaan soal ujian UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya
sebagai pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai
dengan aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan
tidak melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui
media apapun, serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan
akademik Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari
terdapat pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan
menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.

Kamis, 17 Desember 2020


Yang Membuat Pernyataan,

NURMA INSANI
1. Islam adalah agama yang secara inheren menegaskan mengenai prinsip kebebasan manusia
yang di bawa sejak lahir. Tunjukkan bagaimana prinsip-prinsip kebebasan manusia dalam
Islam beserta ayat Al-Quran yang mendukungnya?
Jawabannya :
1. Kebebasan Berfikir dan Mengemukakan Pendapat.
Dalam Islam, kebebasan berfikir dan berpendapat sangat dihargai. Hal ini dapat dilihat dari
perjalanan historis Islam awal pada zaman Nabi dan sahabatnya, atau dari ajaran-ajaran Islam
itu sendiri. Karena itulah, al-Qur‟an dalam hal ini hanya menganjurkan kepada akal manusia,
agar memikirkan setiap fenomena alam, dan memberi motivasi untuk selalu merenungkan,
dan menggali beberapa aturan umumnya, sebagai upaya riset, disamping sebagai jalan utama
menuju iman dan Islam. Dan ayat-ayat al-Qur‟an yang menekankan manusia agar
merenungkan fenomena yang ada di sekitarnya sangat beragam. Diantaranya adalah QS. al-
A„raf : 185.
Latin: A wa lam yanẓurụ fī malakụtis-samāwāti wal-arḍi wa mā khalaqallāhu min
syai`iw wa an 'asā ay yakụna qadiqtaraba ajaluhum fa bi`ayyi ḥadīṡim ba'dahụ yu`minụn .
Artinya : Dan apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala
sesuatu yang diciptakan Allah, dan kemungkinan telah dekatnya kebinasaan mereka? Maka
kepada berita manakah lagi mereka akan beriman sesudah Al Quran itu?
2.Kebebasan Beragama.

Sebagaimana diketahui bahwa ajaran agama adalah ajaran yang benar. Meskipun demikian,
agama tidak boleh untuk dipaksakan kepada orang lain. Nabi Muhammad SAW. sendiri
hanya bertugas menyampaikan risalah dari Allah (muballigh), dan beliau tidak berhak,
bahkan tidak bisa, memaksa orang lain untuk percaya dan mengikuti beliau, betapa pun
benarnya beliau dan ajarannya itu. Karena persoalan agama merupakan masalah keyakinan,
maka tidak seorang pun boleh memaksakan suatu keyakinan terhadap orang lain. Untuk itu,
Nabi mempunyai prinsip toleransi beragama; yang secara teknis sering dikaitkan dengan
kemerdekaan dan kebebasan beragama (al-hurriyyah al-dîniyyah). Menurut wafi, dalam
Islam setidaknya ada 3 prinsip dalam kebebasan beragama yaitu :
1. kebebasan meyakini suatu agama dan larangan memaksa beragama. Artinya tak seorang
pun dapat dipaksa untuk melepaskan agamanya dan memeluk Islam, sebagaimana termaktub
dalam surat al-Baqarah: 256.
Latin: Lā ikrāha fid-dīn, qat tabayyanar-rusydu minal-gayy, fa may yakfur biṭ-ṭāgụti wa
yu`mim billāhi fa qadistamsaka bil-'urwatil-wuṡqā lanfiṣāma lahā, wallāhu samī'un 'alīm.
Artinya : Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas
jalan yang benar dari pada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada
Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali
yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
2. Islam memberi kebebasan untuk diskusi keagamaan. Artinya Islam mensahkan kebebasan
individu untuk menyebarkan agama, dengan penjelasan danalasan yang baik. Oleh karenanya
al-Qur‟an menuntut kaum muslimin untuk menggunakan kalimah yang lemah lembut dalam
mengajak dan menyeru manusia ke dalam Islam.
3. iman harus berasal dari kepastian dan keyakinan, bukan dari tradisi atau ikut-ikutan
3.Kebebasan Berpolitik dalam Islam.
Menurut Islam, pemerintah yang ada ini adalah wakil-wakil (khalifah) dari yang Maha
Pencipta, dan tanggung jawabnya tidak dipercayakan kepada seorang individu, keluarga atau
masyarakat tertentu, tetapi seluruh umat Islam. Seperti dinyatakan dalam QS. al-Nûr : 55
Latin: Wa'adallāhullażīna āmanụ mingkum wa 'amiluṣ-ṣāliḥāti layastakhlifannahum fil-
arḍi kamastakhlafallażīna ming qablihim wa layumakkinanna lahum dīnahumullażirtaḍā
lahum wa layubaddilannahum mim ba'di khaufihim amnā, ya'budụnanī lā yusyrikụna bī
syai`ā, wa mang kafara ba'da żālika fa ulā`ika humul-fāsiqụn.
Arti: Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan
mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka
berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka
berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya
untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam
ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada
mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah
(janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.
4.Hak memilih Pemimpin.
Menurut ijma‟ sahabat, Islam memberikan hak kepada umat manusia untuk memilih
pemimpin tertingginya yang mengawasi badan eksekutif, yakni khalifah. Hanya saja
mekanisme pemilihan tersebut berbeda dengan cara yang berlaku dalam pemerintahan
republik demokrasi modern, walaupun intinya sama. Menurut Islam, pemilihan pemimpin ini
dipercayakan kepada ahlul hall wal ‘aqd(dewan legislative), yang terdiri dari para tokoh
Islam, ualama fiqh, ketua-ketua suku, kepala wilayah, dan orang-orang yang punya pengaruh.
5. Hak Mengawasi dan Mengontrol Pemerintah.
Bagian dari kebebasan berpolitik adalah melakukan kritik (hurriyyah al-
mu‘âradhahatauhurriyyah naqd al-hakîm) dan memantau kegiatan pemerintah, yang juga
untuk mendukung amar ma’ruf nahi munkar. Dimana rakyat berhak mengawasi
pemimpinnya dan mengoreksi setiap tindakannya. Dan hal semacam ini sudah pernah
dilaksanakan dan dicontohkan oleh para pendahulu kita.
6.Kebebasan Ekonomi dalam Islam.
Menurut pandangan Islam, bahwa alam jagat raya ini dan seisinya adalah diperuntukkan
manusia, baik yang berupa tumbuh-tumbuhan, batu, air, ataupun potensi-potensi alam
lainnya. Sebagai makhluk yang menyandanggelar khalifah, manusia mempunyai tugas untuk
melindungi, melestarikan, mengamankan, mengembangkan segala potensi alam yang ada,
sekaligus menggunakannya.

2. Berikan penjelasan tentang peran dan fungsi ilmu terhadap iman dan amal seseorang,
disertai dengan menyebutkan ayat Al-Quran tentang larangan orang yang taklid buta tanpa
penalaran dan pemahaman yang benar tentang keyakinannya hanya ikut-ikutan saja!
Jawabannya :
Agama ini tidak memperkenankan seorang untuk bertaklid pada suatu pendapat tanpa
memperhatikan dalilnya. Hal ini dikarenakan beberapa alasan sebagai berikut:
Allah ta’alla memerintahkan para hamba-Nya untuk memikirkan (bertafakkur) dan
merenungi (bertadabbur) ayat-ayat-Nya. Allah ta’alla berfirman, “Sesungguhnya dalam
penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi
orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau
duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan
bumi (seraya berkata): “Ya Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia,
Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Ali Imran: 190-191).
Iman tanpa amal itu hampa, sedangkan amal tanpa iman itu percuma. Ada saja Muslim yang
hanya mengaku beriman, tapi lalai menger jakan amal saleh. Padahal, jika memang benar-
benar beriman, seharusnya melaksanakan ibadah dan amal kebaikan lainnya secara
berkelanjutan. Islam adalah agama yang sesuai dengan fitrah manusia, yang tidak akan
memberatkan. Namun, bukan berarti penganutnya dapat menggampangkan urusan agama
dengan alasan yang dibuat-buat sendiri.
Dalam buku berjudul Kesepaduan Iman dan Amal Saleh, Abdul Malik Karim Amrullah atau
Buya Hamka menegaskan bahwa pertanda kosongnya jiwa serta binasa nya hati. Yaitu, ketika
seorang Muslim sekadar mengaku beriman, tapi enggan mengerjakan amal saleh secara
berkelanjutan. Hal itu sesuai dengan kondisi sekarang. Keimanan hanya dijadikan 'topeng'
untuk meraih keuntungan tertentu, seperti halnya dalam politik. Namun, untuk mengerjakan
amal saleh mereka lalai. Padahal, iman dan amal saleh merupakan kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan. Karena, apabila salah satunya hilang, kesungguhan menjalankan Islam menjadi
tidak sempurna. Iman tanpa amal itu hampa, sedangkan amal tanpa iman itu percuma. Hal ini
terlihat dari sabda Nabi SAW: Allah tidak menerima iman tanpa amal perbuatan dan tidak
pula menerima amal perbuatan tanpa iman. (HR ath-Thabrani). Dalam karyanya ini, Buya
Hamka menjelaskan tentang bagaimana seharusnya menempatkan porsi iman dan amal saleh
secara tepat sesuai tuntunan syariat. Bukti kita percaya kepada-Nya ten tu kita ikuti perintah-
Nya. Kita mengikuti perintah-Nya adalah karena kita percaya, kata Buya Hamka. Pada zaman
modern ini, sebagian masyarakat mungkin masih banyak yang beranggapan bahwa shalat
tidak harus berupa ritual ibadah. Perempuan tidak harus menutup aurat, yang penting adalah
menjaga hati, dan lain sebagainya. Anggapan semacam itu sangat bertolak belakang dengan
ajaran agama Islam. Karena, Rasulullah sangat tekun melaksanakan ibadah dan amal
saleh.Saat mengerjakan shalat, kaki Rasulullah bahkan sampai bengkak. Uangnya pun tak
pernah tersimpan lama di rumahnya karena langsung disedekahkan. Allah menjadikan
manusia sebagai makhluk teristimewa. Allah menciptakan manusia sebagai khalifah di bumi
sehingga malaikat dan iblis pun disuruh sujud padanya. Sementara, manusianya sendiri justru
banyak yang mengabaikan perintah-Nya. Melihat fenomena semacam itu, Buya Hamka pun
tergugah un tuk menyusun tulisan-tulisannya berke naan dengan keimanan yang lekat dengan
amal saleh. Jika me ngaku Islam, menurut Hamka, umat sudah selayaknya menger jakan
ibadah dan amal saleh lainnya. Namun, sebaliknya amal saleh tanpa iman juga tidak
dibenarkan dalam agama. Banyak orang yang kelihatan berbuat baik, padahal ia tak beriman.
Ia banyak beramal, tapi hal yang dilakukannya tidak berlandaskan iman. Padahal, Allah telah
menegaskan dalam Alquran bahwasanya amal seseorang menjadi sia-sia jika
mempersekutukan Allah dengan yang lain (Surah al-An'am ayat 88). Karena itu, umat mem
butuhkan iman agar amal saleh nya diterima oleh Allah. Menurut Buya Hamka, iman yang
baik akan menimbulkan amal yang baik. Sedangkan, amal yang baik ti dak akan ada kalau
imannya ti dak ada. Hal ini sesuai dengan hadis Nabi SAW: Allah tidak menerima iman tanpa
amal perbuatan dan tidak pula menerima amal perbuat an tanpa iman. (HR ath- Thab rani).
Hamka juga mengatakan, suatu amal yang timbul bukan dari iman pada hakikatnya adalah
menipu diri sendiri. Mengerjakan kebaikan tidak dari hati adalah dusta. Jika manusia
menegakkan kebaikan tidak dari iman, akan telantar di tengah jalan. Lantaran tidak ada
semangat suci yang men dorongnya. Jika seseorang telah mengakui percaya kepada Allah
dan rasul- Nya, niscaya kepercayaan itu akan mendorongnya berbuat baik. Tujuannya tentu
untuk menggapai ridha Allah. Hubungan antara iman dan amal adalah antara budi dan
perangai.

3. Piagam Madinah menunjukkan pentingnya peran umat beragama dalam menciptakan


sebuah tatanan sosial politik yang adil, terbuka, sejahtera dan demokratis. Bagaimana upaya
yang dapat dilakukan umat beragama dalam mewujudkan masyarakat madani tersebut?
Jawabannya :
1. Umat beragama harus mempunyai pandangan tentang integrasi nasional dan politik.
Pandangan ini menyatakan bahwa sistem demokrasi tidak mungkin berlangsung dalam
kenyataan hidup sehari-hari dalam masyarakat yang belum memiliki kesadaran dalam hidup
berbangsa dan bernegara.
2. Umat beragama harus mereformasi sistem politik demokrasi, yakni pandangan yang
menekankan bahwa untuk membangun demokrasi perlu ditekankan pada usaha demokratisasi
yang memberikan impak pada kesejahteraan ekonomi. Revitalisasi bidang politik mesti
sejajar dengan perbaikan ekonomi masyarakat.
3. Umat beragama harus mempunyai paradigma membangun Masyarakat Madani yang lebih
menekankan proses pendidikan dan penyadaran politik warga negara, khususnya kalangan
kelas menengah (middle class) yang terdiri para akademisi.
4. Melakukan pembenahan kedalam tubuh umat Islam untuk menghapus kemiskinan.
5. Menciptakan keadilan sosial dan demokrasi.
6. Merangsang tumbuhnya para intelektual.
7. Mewujudkan tata sosial politik yang demokratis dan sistem ekonomi yang adil.
8. Sebagai pengembangan masyarakat melalui upaya peningkatan pendapatan dan pendidikan
rakyat.
9. Sebagai advokasi bagi masyarakt yang “teraniaya”, tidak berdaya membela hak-hak dan
kepentingan mereka (masyarakat yang terkena pengangguran, kelompok buruh, TKI, TKW
yang digaji atau di PHK secara sepihak, di siksa bahkan di bunuh oleh majikannya dan lain-
lain).
10. Sebagai kontrol terhadap negara .
11. Menjadi kelompok kepentingan (interest group) atau kelompok penekan (pressure group)
dalam rangka menegakkan kebenaran dan keadilan.
4. Deskripsikan prinsip kebebasan dalam berekpresi, berpikir dan menyatakan pendapat,
beragama, musyawarah, dan berpindah tempat yang dijelaskan dalam Al-Quran, serta
sebutkan ayat Al-Quran yang menjelaskan kelima prinsip kebebasan dalam Islam tersebut.
Jawabannya :
1. Kebebasan Berfikir dan Mengemukakan Pendapat.
Dalam Islam, kebebasan berfikir dan berpendapat sangat dihargai. Hal ini dapat dilihat dari
perjalanan historis Islam awal pada zaman Nabi dan sahabatnya, atau dari ajaran-ajaran Islam
itu sendiri. Karena itulah, al-Qur‟an dalam hal ini hanya menganjurkan kepada akal manusia,
agar memikirkan setiap fenomena alam, dan memberi motivasi untuk selalu merenungkan,
dan menggali beberapa aturan umumnya, sebagai upaya riset, disamping sebagai jalan utama
menuju iman dan Islam. Dan ayat-ayat al-Qur‟an yang menekankan manusia agar
merenungkan fenomena yang ada di sekitarnya sangat beragam. Diantaranya adalah QS. al-
A„raf : 185.
Latin: A wa lam yanẓurụ fī malakụtis-samāwāti wal-arḍi wa mā khalaqallāhu min
syai`iw wa an 'asā ay yakụna qadiqtaraba ajaluhum fa bi`ayyi ḥadīṡim ba'dahụ yu`minụn .
Artinya : Dan apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala
sesuatu yang diciptakan Allah, dan kemungkinan telah dekatnya kebinasaan mereka? Maka
kepada berita manakah lagi mereka akan beriman sesudah Al Quran itu?
2.Kebebasan Beragama.
Sebagaimana diketahui bahwa ajaran agama adalah ajaran yang benar. Meskipun demikian,
agama tidak boleh untuk dipaksakan kepada orang lain. Nabi Muhammad SAW. sendiri
hanya bertugas menyampaikan risalah dari Allah (muballigh), dan beliau tidak berhak,
bahkan tidak bisa, memaksa orang lain untuk percaya dan mengikuti beliau, betapa pun
benarnya beliau dan ajarannya itu. Karena persoalan agama merupakan masalah keyakinan,
maka tidak seorang pun boleh memaksakan suatu keyakinan terhadap orang lain. Untuk itu,
Nabi mempunyai prinsip toleransi beragama; yang secara teknis sering dikaitkan dengan
kemerdekaan dan kebebasan beragama (al-hurriyyah al-dîniyyah). Menurut wafi, dalam
Islam setidaknya ada 3 prinsip dalam kebebasan beragama yaitu :
1. kebebasan meyakini suatu agama dan larangan memaksa beragama. Artinya tak seorang
pun dapat dipaksa untuk melepaskan agamanya dan memeluk Islam, sebagaimana termaktub
dalam surat al-Baqarah: 256.
Latin: Lā ikrāha fid-dīn, qat tabayyanar-rusydu minal-gayy, fa may yakfur biṭ-ṭāgụti wa
yu`mim billāhi fa qadistamsaka bil-'urwatil-wuṡqā lanfiṣāma lahā, wallāhu samī'un 'alīm.
Artinya : Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas
jalan yang benar dari pada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada
Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali
yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
2. Islam memberi kebebasan untuk diskusi keagamaan. Artinya Islam mensahkan kebebasan
individu untuk menyebarkan agama, dengan penjelasan danalasan yang baik. Oleh karenanya
al-Qur‟an menuntut kaum muslimin untuk menggunakan kalimah yang lemah lembut dalam
mengajak dan menyeru manusia ke dalam Islam.
3. iman harus berasal dari kepastian dan keyakinan, bukan dari tradisi atau ikut-ikutan
3.Kebebasan Berpolitik dalam Islam.
Menurut Islam, pemerintah yang ada ini adalah wakil-wakil (khalifah) dari yang Maha
Pencipta, dan tanggung jawabnya tidak dipercayakan kepada seorang individu, keluarga atau
masyarakat tertentu, tetapi seluruh umat Islam. Seperti dinyatakan dalam QS. al-Nûr : 55
Latin: Wa'adallāhullażīna āmanụ mingkum wa 'amiluṣ-ṣāliḥāti layastakhlifannahum fil-
arḍi kamastakhlafallażīna ming qablihim wa layumakkinanna lahum dīnahumullażirtaḍā
lahum wa layubaddilannahum mim ba'di khaufihim amnā, ya'budụnanī lā yusyrikụna bī
syai`ā, wa mang kafara ba'da żālika fa ulā`ika humul-fāsiqụn.
Arti: Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan
mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka
berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka
berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya
untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam
ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada
mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah
(janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.
4.Hak memilih Pemimpin.
Menurut ijma‟ sahabat, Islam memberikan hak kepada umat manusia untuk memilih
pemimpin tertingginya yang mengawasi badan eksekutif, yakni khalifah. Hanya saja
mekanisme pemilihan tersebut berbeda dengan cara yang berlaku dalam pemerintahan
republik demokrasi modern, walaupun intinya sama. Menurut Islam, pemilihan pemimpin ini
dipercayakan kepada ahlul hall wal ‘aqd(dewan legislative), yang terdiri dari para tokoh
Islam, ualama fiqh, ketua-ketua suku, kepala wilayah, dan orang-orang yang punya pengaruh.
5. Hak Mengawasi dan Mengontrol Pemerintah.
Bagian dari kebebasan berpolitik adalah melakukan kritik (hurriyyah al-
mu‘âradhahatauhurriyyah naqd al-hakîm) dan memantau kegiatan pemerintah, yang juga
untuk mendukung amar ma’ruf nahi munkar. Dimana rakyat berhak mengawasi
pemimpinnya dan mengoreksi setiap tindakannya. Dan hal semacam ini sudah pernah
dilaksanakan dan dicontohkan oleh para pendahulu kita.

Anda mungkin juga menyukai