Anda di halaman 1dari 4

a. R.

Soepomo, memberikan pengertian mengenai Hukum Waris Adat memuat


peraturan-peraturan yang mengatur proses meneruskan dan mengoperkan
(mengalihkan) barang-barang harta benda dan barang-barang yang tidak berwujud
benda (immaterial Goerderen) dari suatu angkatan manusia (Generatie) kepada
keturunannya.
b. Ter Haar, Hukum Waris Adat adalah aturan-aturan hukum yang mengenai cara
bagaimana dari abad ke abad penerusan dan peralihan dari harta kekayaan yang
berwujud dan tidak berwujud dari generasi ke generasi berikutnya.

Hukum Waris Adat memiliki sifat yang berbeda dengan hukum Waris Islam dan
Hukum Waris Barat, sehingga sifat-sifat Hukum Waris Adat adalah sebagai berikut:
@ Hukum Waris Adat adalah Hukum adat tentang pewarisan yang terdiri atas asas
dan norma beserta keputusan/ ketetapan hukum yang bersifat konkrit.
@ Sistem pewarisan sangat dipengaruhi oleh struktur sosial kemasyarakatan tau
sistem nilai yang dianut oleh suatu masyarakat hukum adat, walaupun tidak
berkenaan langsung dengan sistem kekerabatan.
@ Proses perwarisan dapat dilakukan sejak pewaris masih hidup maupun setelah
meninggal dunia.
@ Tidak mengenal hibah kepada ahli waris sehingga pemberian semasa hidup
diartikan sebagai pewarisan.
@ Pewarisan pada dasarnya berjalan menurun.
@ Terdapat lembaga penggantian waris.
@ Penerusan dan pengalihan tersebut dapat mengakibatka pembagian/ pemberian,
namun dapat pula yang mempertahankan keutuhan harta, untuk sementara maupun
seterusnya. Tergantung kuat lemahnya sistem nilai sosial budaya dimana
masyarakat tersebut tumbuh dan berkembang.
@ Harta warisan dapat berupa barang materiil maupun immateriil.
@ Fungsi utama pewarisan adalah memberi bekal hidup kepada keluarga yang baru
terbentuk sebagai peneru keturunan.

SISTEM KETURUNAN:
Sistem keturunan yang berbeda-beda juga berpengaruh dalam sistem pewarisan
dalam hukum waris adat. Sistem keturunan ini dapat dibagi menjadi 3 antara lain:
a. Sistem Patrilineal yaitu Sistem keturunan yang ditarik menurut garis keturunan
bapak, dimana kedudukan pria lebih menonjol pengaruhnya daripada kedudukan
wanita didalam pewarisan.
b. Sistem Matrilineal ialah Sistem keturunan dimana kedudukan wanita lebih
menonjol pengaruhnya daripada kedudukan pria didalam pewarisan.
c. Sistem Parental atau Bilateral adalah Sistem keturunan yang ditarik menurut garis
orang tua atau menurut garis dua sisi (bapak dan ibu) dimana kedudukan pria dan
wanita tidak dibedakan didalam pewarisan.

SISTEM PEWARISAN MAYORAT:


ialah juga merupakan sistem pewarisan kolektif namun dalam sistem mayorat
penerusan dan pengalihan hak penguasaan atas harta yang tidak terbagi-bagi
tersebut dilimpahkan kepada anak yang bertugas sebagai pimpinan rumah tangga
atau kepala kluarga menggantikan kedudukan ayah atau ibu sebagai kepala
keluarga.
Ada 3 sistem pewarisan Mayorat:
a. SISTEM MAYORAT PRIA, ialah anak atau keturunan laki-laki padaa saat pewaris
meninggal merupakan ahli waris tunggal.
b. SISTEM MAYORAT WANITA, adalah anak perempuan tertua pada waktu pemilik
harta warisan meninggal, adalah waris tunggal.
c. SISTEM MAYORAT WANITA BUNGSU, yaitu anak perempuan terkecil atau bungsu
menjadi ahli waris ketika si pewaris meninggal dunia.

1. ASAS KETUHANAN DAN PENGENDALIAN DIRI


Merupakan asas dasar untuk menahan nafsu kebendaan dan untuk mengendalikan
diri dari masalah pewarisan.
2. ASAS KESAMAAN HAK DAN KEBERSAMAAN HAK
Bahwa dalam proses pewarisan harus bersifat kemanusiaan baik dalam acara
pembagian maupun dalam cara pemanfaatan harta warisan selalu memperhatikan
anggoa waris yang hidupnya kekurangan.
3. ASAS KERUKUNAN DAN KEKELUARGAAN
Ketika dalam menyelesaikan masalah pewarisan harus tetap mempertahankan
kesatuan dalam keluarga jangan sampai ada perpecahan. Sehingga dengan wafatnya
pewaris bukan tuntutan harta yang harus diselesaikan tapi bagaimana memelihara
persatuan dalam keluarga supaya tetap rukun dan damai.
4. ASAS MUSYAWARAH DAN MUFAKAT
Bahwa [roses pewarisan harus diselesaikan melalui musyawarah dan mufakat
bersama. jika terjadi masalah maka semua anggota waris tanpa kecuali harus
menyelesaikan secara bijaksana dengan musyawarah dan mufakat dengan rukun dan
damai.
5. ASAS KEADILAN DAN PARIMIRMA
Bahwa Hukum Waris Adat tidak berarti membagi pemilikan atau pemakaian harta
warisan yang samajumlahnya atau nilainya namun yang selaras dan sebanding
dengan kepentingan pemerataannya.

. PROSES PEWARISAN SEBELUM PEWARIS WAFAT;


Proses pewarisan ketika pewaris masih hidup dapat berjalan dengan cara penerusan
atau pengalihan, penunjukan , dan pesan atau wasiat.
A. PENERUSAN atau PENGALIHAN
artinya adalah telah berpindahnya penguasaan dan pemilikan atas harta kekayaan
sebelum pewaris wafat kepada waris.
Sehingga ketika pewaris masih hidup yaitu diberikannya harta kekayaan tertentu
sebagai dasar kebendaan untuk kelangsungan hidup kepada anak anak yang akan
berumah tangga.
B. PENUNJUKAN
yaitu berpindahnya penguasaan dan kepemilikan yang baru yang berlaku sepenuhnya
atas hak dan harta tertentu kepada waris setelah pewaris wafat.
Sehingga sebelum pewaris wafat maka pewaris berhak dan berwenang menguasai
harta yang ditunjukkan itu, tetapi pengurusan dan pemanfaatan, penikmatan hasil
dari harta itu sudah ada pada waris yang dimaksud.
C. PESAN atau WASIAT
Pesan atau wasiat dari orang tua kepada para waris ketika hidupnya biasanya harus
diucapkan dengan terang dan disaksikan oleh para waris, anggota keluarga,
tetangga dan tua tua adat.
Pesan atau wasiat berlaku setelah si pewaris sudah jelas wafatnya, pesan atau
wasiat bisa dicabut namun jika pewaris mencabutnya dianggap perbuatan tercela.
2. PROSES PEWARISAN SETELAH PEWARIS WAFAT.
Jika pewaris sudah wafat berlaku cara penguasaan yang dilakukan oleh
anaktertentu, oleh anggota keluarga atau kepala kerabat, sedangkan cara
pembagian dapat berlaku pembagian ditangguhkan, pembagian berimbang,
berbanding atau menurut Hukum Islam.
A. PENGUASAAN WARISAN
Berlaku apabila harta warisan ini tidak terbagi bagi karena harta warisan ini
merupakan milik bersama yang disediakan untuk kepentingan bersama para anggota
keluarga pewaris atau karena pembagiannya ditangguhkan.
Sehingga setelah pewaris wafat terhadap harta warisan yang tidak dibagi atau
ditangguhkan pembagiannya itu ada kemungkinan dikuasai janda, anak, anggota
keluarga lainnya atau tua tua adat kekerabatan.
Barang siapa menjadi penguasa atas harta warisan berarti tanggungjawab untuk
menyelesaikan segala sangkut paut hutang piutang pewaris semasa hidupnya dan
pengurusan para waris yang ditinggalkan guna kelangsungan hidup para waris.
* PENGUASAAN JANDA
Pada umumnya di Indonesia apabila pewaris wafat meninggalkan isteri dan anak
anak maka harta warisan terutama harta bersama suami isteri yang didapat sebagai
hasil pencaharian selama perkawinan dapat dikuasai oleh janda almarhum pewaris
untuk kepentingan kelanjutan hidup anak anak dan janda yang ditinggalkan.
* PENGUASAAN ANAK
jika janda sudah tua sedang anak anak sudah dewasa dan berumah tangga maka
harta warisan yang tidak terbagi bagi dikuasai oleh anak yang berfungsi dan
berperan mengelola harta warisan dan menjaga orangtua yang sudah tua.
Dibeberapa daerah yang diakui kedudukan anak angkat, apabila tidak ada anak
maka harta kekayaan yang tidak terbagi ada kemungkinan dikuasai dan diwarisi
anak angka yang sah menurut hukum adat setempat atau dapat dilihat pada
kegiatan dan jasanya mengurus orangtua angkat dan harta warisan.
* PENGUASAAN KELUARGA
Jika pewaris wafat meninggalkan anak anak yang masih kecil dan tidak ada
jandanya yang dapat bertanggungjawab mengurus harta warisan maka penguasaan
atas harta warisan yang tidak terbagi bagi jatuh pada orang tua pewaris menurut
susunan kekerabatan pewaris dan jika orangtua pewaris juga sudah tidak ada maka
penguasaannya dapat dipegang oleh keturunan kerabat pewaris menurut sistem
kekerabatan dan adat yang dianut oleh pewaris.
Penguasaan keluarga ini tidak tak terbatas, karena barang siapa bertanggungjawab
kepada semua anggotankeluarga pewaris menurut susunan keluarga dan bentuk
perkawinan pewaris.
Jika para waris sudah dewasa atau sudah ada ahli waris pengganti, maka
penguasaan harta warisan itu harus diakhiri dan yang menguasainya wajib
menyerahkan harta warisan dan segala tanggungjawabnya.
* PENGUASAAN TUA TUA ADAT
Apabila harta warisan berupa harta pusaka tinggi maka barang barang itu dipegang
oleh pewaris karena jabatan adatnya dibawah penguasaan tua tua adat, sehingga
jika pewaris wafat maka penguasaan itu kembali kepada siapa penggantinya yang
memegang harta pusaka tinggi tersebut berdasarkan keputusan musyawarah adat.

Anda mungkin juga menyukai