Anda di halaman 1dari 3

1. Dalam Hukum Adat dikenal macam-macam sistem pewarisan.

Jelaskan perbedaan antara


sistem pewarisan individual dengan sistem pewarisan kolektif' maupun sistem pewarisan
mayorat! Beri masing-masing satu contoh masyarakat hukum adat yang menganutnya!

2. Dalam Hukum Adat juga dikenal proses pewarisan baik ketika pewaris masih hidup
maupun setelah pewaris meninggal dunia. Jelaskan macam-macam proses pewarisan ketika
pewaris masih hidup!

3. Mengapa menurut Hukum Adat dalam pewarisan tidak selalu terjadi pembagian harta
warisan? Jelaskan alasan-alasannya!

4. Sebut dan jelaskan juga mengapa seseorang dapat kehilangan hak mewarisnya menurut
Hukum Adat!

5. Apakah dalam Hukum Adat ahli waris juga bertanggung jawab atas hutang-hutang dari
pewaris? Jelaskan!

Jawaban

1. Sistem pewarisan individual

Setiap ahli waris mendapatkan pembagian untuk dapat menguasai dan/atau memiliki
harta warisan menurut bagiannya masing2. Biasanya berlaku di kalangan masyarakat
yang sistem kekeluargaannya parental (misal: masyarakat adat Jawa); juga berlaku di
masyarakat adat Batak (berlaku adat manjae); atau di kalangan masyarakat adat yang
kuat dipengaruhi hukum Islam (seperti masyarakat adat Lampung Peminggir)

Sistem pewarisan kolektif

Harta peninggalan diteruskan dan dialihkan pemilikannya dari pewaris kepada ahli
waris sebagai kesatuan harta yang tidak dapat dibagi-bagi penguasaan dan
pemilikannya, setiap ahli waris hanya berhak untuk mengusahakan/mendapat hasil
dari harta peninggalan tersebut. Cara pemakaian harta untuk kepentingan/kebutuhan
masing2 ahli waris akan diatur bersama atas dasar musyawarah dan mufakat semua
anggota kerabat yang berhak di bawah pimpinan kepala kerabat. Misal: terdapat di
Minangkabau; Ambon; Minahasa.

Sistem perwarisan Mayorat

Merupakan sistem pewarisan kolektif, hanya saja pengoperan dan pengalihan hak
penguasaan atas harta yang tidak terbagi-bagi itu dilimpahkan kepada salah seorang
anak saja, biasanya anak tertua (sebagai penerus tanggung jawab orang tua). Setiap
anggota waris dari harta bersama itu hanya mempunyai hak memakai dan menikmati
saja, tanpa hak menguasai dan memiliki secara perorangan.

Ada dua macam:

1) Mayorat laki2: anak laki2 tertua (keturunan laki2 tertua) pada saat pewaris
meninggal merupakan ahli waris tunggal (di Lampung, Rejang, Bali).
2) Mayorat perempuan: anak perempuan tertua, pada saat pewaris meninggal adalah
ahli waris tunggal (di Tanah Semendo Sumatrera Selatan; Suku Dayak Landak di
Kal.Bar).

2. Penerusan/pengalihan (kedudukan; jabatan adat; harta kekayaan)

Biasanya berlaku setelah pewaris berusia lanjut, Kepada anak tertua (laki2 atau
perempuan), Kepada anak yang sudah berumah tangga/mendirikan rumah tangga baru
(Batak: Manjae; Jawa: Mencar/mentas), Kepada anak angkat; anak tiri; anak akuan; dll.

Penunjukan (Jawa: acungan; Lampung: dijengken) Ada 2 kemungkinan:

1) Barang sudah dikuasai dan dimanfaatkan tetapi hak milik belum beralih

2) Barang belum dikuasai dan hak milik belum beralih

Hak milik baru beralih kepada ahli waris setelah pewaris wafaf, Pewaris masih dapat
merubah maksudnya atas penunjukan tersebut.

Pesan atau wasiat

Pewaris merasa sakitnya sudah parah atau tidak ada harapan untuk hidup, Pewaris akan
bepergian jauh (misal: pergi naik haji), Baru berlaku setelah pewaris wafat, Pewaris tetap
berhak untuk merubah atau mencabut wasiatnya, Harus diucapkan dengan “terang”

3. Dalam hal ini tentunya harta warisan adalah harta pewaris yang diteruskan atau dioperkan
atau dipindahkan atau dibagikan kepada ahli waris, sehingga dalam hal ini bukan hanya
harta dari perwaris saja tetapi harta dalam keadaan bersih. Ahli waris dapat saja menerima
harta warisan yang di dalamnya tercakup hutang hutang pewaris. Ahli waris akan
bertanggung jawab atas hutang hutang pewaris, sepanjang mereka sudah mendapat
keuntungan dari pembagian harta peninggalan itu, serta harta warisan yang mereka terima
dapat mencukupi untuk membayar hutang hutang tersebut.

4. - Membunuh atau berusaha menghilangkan nyawa pewaris atau anggota keluarga pewaris
lainnya.

- Melakukan penganiayaan atau berbuat merugikan kehidupan pewaris.

- Melakukan perbuatan yang tidak baik, menjatuhkan nama baik pewaris atau nama
kerabat.

- Murtad dari agama atau berpindah agama.

5. Jika para ahli waris lain menerima warisan secara murni, maka para ahli waris harus
membayar semua utang pewaris. Masing-masing ahli waris harus membayar utang
tersebut sebesar bagian warisan yang ia terima (jika menerima ½ bagian warisan, maka ia
harus membayar ½ bagian utang pewaris). Ini berarti setiap ahli waris harus membayar
utang si pewaris dengan harta mereka sendiri. Mengenai apakah harta para ahli waris bisa
diambil, tentu saja tidak bisa seketika diambil, karena tidak adanya beban jaminan
kebendaan yang diletakkan di atas harta pribadi para ahli waris. Akan tetapi, kreditur
mempunyai hak untuk menggugat para ahli waris untuk melunasi utang pewaris jika
sampai tanggal yang disepakati, utang tersebut tidak juga dibayar.

Anda mungkin juga menyukai