Anda di halaman 1dari 8

PENDAPAT HUKUM MENGENAIKEDUDUKAN ANAK PEREMPUAN DALAM

MENERIMA HARTA WARISAN MENURUT HUKUM WARIS ADAT SUKU BIAK DI


DAERAH PAPUA

DI SUSUN OLEH : MUHAMMAD BOMA ADICHANDRA


NIM : 20170610017
KELAS :B

PROGRAM STUDI : ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM :HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


2018
DAFTAR ISI
 JUDUL NASKAH
 IDENTITAS JURNAL
 IDENTIFIKASIFAKTA HUKUM
 IDENTIFIKASI MASALAH HUKUM
 INVENTARISASI ATURAN HUKUM BAIK HUKUM TERTULIS DAN
TIDAK TERTULIS
 ANALISA HUKUM
 KESIMPULAN
 DAFTAR PUSTAKA
JUDUL NASKAH : PENDAPAT HUKUM MENGENAIKEDUDUKAN ANAK
PEREMPUAN DALAM MENERIMA HARTA WARISAN MENURUT HUKUM WARIS
ADAT SUKU BIAK DI DAERAH PAPUA
IDENTITAS JURNAL :
PENULIS: NOVILDA A. RUMWAROPEN
JUDUL : KEDUDUKAN ANAK PEREMPUAN DALAM MENERIMA HARTA
WARISAN MENURUT HUKUM WARIS ADAT SUKU BIAK DI DAERAH PAPUA

1.IDENTIFIKASI FAKTA HUKUM

Dalam Masyarakat partilineal sepertihalnya di papua hanyalah anak lak-lakilah sebagai ahi
waris karena anak perempuan di luar dari golongan patrinealnya semula sesudah mereka itu
kawin.
Faktor yang mempengaruhi anak laki-laki merupakan ahli waris :
1. Silsilah keluarga di dasarkan pada anak laki-laki,anak perempuan tidak melanjutkan
silsilah (keturunan keluarga ).
2. Dalam rumah tangga,istri bukan kepala keluarga,anak-anak memakai nama keluarga
(marga )ayah dan istri di golongkan ke dalam marga suaminya.
3. Dalam adat,laki-laki di anggap angota keluarga sebagai ornag tua (ibu)
4. Dalam adat wanita tidak dapat mewakili orang tua (ayahnya) sebab ia masuk dalam
anggota keluarga suaminya.
5. Apabila terjadi perceraian maka pemeliharaan anak menjadi tanggung jawab ayahnya.

Ahli waris
1.Pembagian harta warisa untuk anak laki-laki dalam sistem partilineal juga tidak
sembarangan karena pembagian warisan terbut hanya untuk anak laki-laki terkecil
2.jika kasusnya orang yang tidak memiliki anak lai-laki maka hartanya jatuh ketangan
saudara ayahnya.sementaara anak perempuan maka tidak mendaptkan apa-apa dari
orangtuanya.dalam hukumnya saudara ayah yang memperoleh warisan tersebut harus
menafkahi sebgala kebutuhan anak perempuan dari si pewaris sampai mereka
berkeluarga.

1)
2. Identifikasi masalah hukum

Propinsi Papua memiliki keanekaragaman budaya yang merupakan suatu potensi yang besar
selain potensi alamnya, untuk itu perlu perhatian baik dari segi pembinaan maupun segi
pelestarianya. Memang tidak dapat disangkal bahwa di Papua memiliki suku-suku yang
sangat banyak. Berdasarkan hasil penelitian pada masyarakat Suku Biak, 41% responden
menyatakan bahwa hanya anak laki-laki yang berhak menerima harta warisan dari orang
tuanya. Namun, 59% responden lagi menyatakan bahwa anak perempuan, juga menerima
warisan dari orang tuanya namun bagiannya tidak lebih besar dari pada bagian anak laki-laki.
Pada tabel 2 jika dilihat dari segi anak perempuan Suku Biak maka dapat dilihat bahwa 4
(empat) anak perempuan dari 15 (lima belas) anak perempuan di tiga Kecamatan tersebut di
atas menyatakan bahwa hanya anak laki-laki yang menerima warisan dari orang tuanya dan
ada 11 (sebelas) responden perempuan yang menyatakan bahwa perempuan juga menerima
bagian warisan dari orang tuanya, namun bagiannya tidak lebih besar dari pada bagian yang
diterima oleh anak laki-laki. Kabupaten Biak Numfor terdiri dari 19 (Sembilan belas)
Kecamatan. Suku Biak merupakan salah satu kelompok masyarakat Papua yang hidup dan
tinggal di kabupaten Biak/Biak Numfor. Secara turun temurun, setiap kegiatan yang terkait
dengan alur kehidupan masyarakat adat ini berjalan berdasarkan aturan adat. Aturan adat itu
berasal dari para leluhur suku Biak yang diyakini sebagai ketua adat.

Berdasarkan data yang diperoleh melalui wawancara dan kuesioner maka, asas-asas yang
terdapat dan dikenal dalam hukum waris adat suku Biak adalah:
a. Asas musyawarah mufakat; Asas musyawarah mufakat dilihat pada masyarakat Suku Biak
dalam pembagian hak waris di mana para ahli waris bersama-sama duduk dengan seluruh
keluarga yang hendak membagi waris, mendengar pesan dan nasehat dari orang yang akan
membagi waris baik oleh mananwir ataupun pewaris, di mana semua duduk bersama, bicara
bersama-sama dan memutuskan apa yang menjadi keputusan akhir secara bersama-sama
dengan jujur, tulus dan iklas
b. Asas kerukunan dan kekeluargaan; Asas kerukunan dan kekeluargaan yaitu para ahli waris
mempertahankan untuk memelihara hubungan kekerabatan yang tenteram dan damai, baik
dalam menikmati dan memanfaatkan harta warisan tidak terbagi maupun dalam
menyelesaikan pembagian harta warisan terbagi. Pada masyarakat Suku Biak hal ini dilihat
dalam kebiasaan orang tua meninggalkan warisan leluhur yang tidak dapat di bagi-bagi yang
dinikmati dan dijaga secara bersama-sama oleh semua ahli waris laki-laki.
c. Asas keadilan; Asas keadilan, yaitu keadilan berdasarkan status dan kedudukan. Hal ini
dapat dilihat dalam hukum waris adat Suku Biak yang tidak membedakan antara kedudukan
anak kandung dan anak angkat.

2)
d. Kebersamaan hak; Asas kebersamaan hak, yaitu setiap ahli waris mempunyai kedudukan
yang sama sebagai orang yang berhak untuk mewarisi harta peninggalan pewarisnya,
seimbang antara hak dan kewajiban tanggung jawab bagi setiap ahli waris untuk memperoleh
harta warisannya. Oleh karena itu, memperhitungkan hak dan kewajiban tanggung jawab
setiap ahli waris bukanlah berarti pembagian harta warisan itu mesti sama banyak, melainkan
pembagian itu seimbang berdasarkan hak dan tanggung jawabnya. Hal ini dapat dilihat dalam
hukum waris adat Suku Biak dalam hal pemberian warisan berdasarkan besarnya hak dan
tanggung jawab antara setiap ahli waris.

3.INVENTARISASI ATURAN HUKUM BAIK HUKUM TERTULIS DAN TIDAK


TERTULIS
Hukum Tertulis, adalah hukum yang dituliskan atau dicantumkan dalam perundang-
undangan. COntoh : hukum pidana dituliskan pada KUHPidana, hukum perdata dicantumkan
pada KUHPerdata
Hukum tak tertulis

Hukum sebagai sebuah aturan memiliki berbagai sumber. Menurut Kansil sumber hukum ada
4 yaitu:
a. Undang-undang
b. kebiasaan
c. Yurisprudensi
d. Ilmu pengetahuan
Hukum Tidak Tertulis
Menurut Kansil hukum tak tertulis merupakan hukum yang masih hidup dalam keyakinan
masyarakat, tetapi tidak tertulis namun berlakunya ditaati seperti perundang-undangan.
Melihat definisi tersebut hukum data diketegorikan sebagai hukum tak tertulis. Karena
hukum adat tidak mengenal kodifikasi terhadap aturan hukum. Hukum yang tak tertulis dapat
terbentuk dari pola-pola tingkah laku (kebiasaan) masyarakat.
Di dalam melakukan inventarisasi hukum , yang perlu kita pahami adalah terdapat tiga
konsep pokok mengenai hukum, yaitu :
1. Hukum identik dengan norma-norma tertulis yang dibuat dan diundangkan oleh lembaga
atau oleh pejabat negara yang berwenang.

3)
2. Hukum dikonstruksikan sebagai pencerminan dari kehidupan masyarakat itu sendiri
(norma tidak tertulis).

3. Hukum identik dengan keputusan hakim (termsuk juga) keputusan-keputusan kepala adat
Hukum dalam masyarakat adat

Berbicara mengenai hukum tak tertulis erat dengan keberadaan suatu masyarakat. Karena
hukum tak tertulis lahir dan terbentuk dalam masyarakat. Masyarakat adalah sekumpulan
orang yang terdiri dari berbagai macam individu yang menempati suatu wilayah tertentu
dimana di dalamnya terdapat berbagai macam fungsi-fungsi dan tugas-tugas tertentu.
Masyarakat dapat terbentuk akibat kesamaan genalogis, kultur, budaya, agama,atau karena
ada di suatu teritori yang sama.

Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) mengartikan masyarakat adat sebagai


“kelompok masyarakat yang memiliki asal-usul leluhur secara turun temurun di wilayah
geografis tertentu serta memiliki nilai, ideologi, ekonomi, politik, budaya, sosial dan wilayah
sendiri”. Secara lebih sederhana kita bisa katakan bahwa masyarakat adat terikat oleh hukum
adat, keturunan dan tempat tinggal.

Keterikatan akan hukum adat berarti bahwa hukum adat masih hidup dan dipatuhi dan ada
lembaga adat yang masih berfungsi antara lain untuk mengawasi bahwa hukum adat memang
dipatuhi. Walaupun di banyak tempat aturan yang berlaku tidak tertulis, namun diingat oleh
sebagian besar masyarakatnya.

Hukum Adat. Secara historis empiris dapat ditelusuri bahwa hukum adat selalu dipatuhi oleh
warga masyarakat karena adanya sistem kepercayaan yang amat berakar dalam hati
warganya, sehingga mampu mengendalikan perilaku dan perbuatan para pemeluknya dari
sifat-sifat negatif. Disamping itu juga karena secara material dan formal, hukum adat berasal
dari masyarakat itu sendiri, atau merupakan kehendak kelompok. Oleh karena itu, kepatuhan
hukum itu akan tetap ada selama kehendak kelompok diakui dan di junjung tinggi bersama,
karena kehendak kelompok inilah yang menyebabkan timbul dan terpeliharanya kewajiban
moral warga masyarakat.dan dalam sistem pewaisan yang memperoleh harta warisan adalah
anak laki-laki terkecil sedangakan anak permpuan tidak memperoleh apapun dari orang
tuanya tetapi hartanya di berikan kepada saudara ayahya dan di olah untuk di berikan
tanggunjawab saudara ayahnya untuk memfasilitasi anak perempuan pewaris hingga anak
pewaris menikah
1

1
/fatahilla.blogspot.com/2008/06/hukum-adat-sebagai-hukum-yang-tidak.html
4.Analisa Hukum
Patrilineal alah suatu adat masyaraatyang mengatur alur keturunan  berasal dari pihak ayah
Kata ini seringkali disamakan dengan patriarkat atau praktisi, meskipun pada dasarnya
artinya berbeda. Patrilineal berasal dari dua kata bahsa lain yaitu pater yang berarti ayah,
dan linea yang berarti garis. Jadi, patrilineal berarti mengikuti garis keturunan yang ditarik
dari pihak ayah.
Sementara itu, patriarkat berasal dari dua kata bahasa yunani, yaitu pater yang berarti
"ayah", dan archein yang berarti memerintah. Jadi, patriarki berarti kekuasaan berada di
tangan ayah atau pihak laki-laki. Menurut sistem patrilineal, kedudukan pria lebih menonjol
pengaruhnya dalam pembagian warisan daripada kedudukan wanita sehingga hanya anak
laki-laki yang akan menjadi ahli waris. Suatu masyarakat yang menganut sistem
patrilineal.dalam sistem partilineal menganutut sistem perkawinan eksogami bentuk
perkawinan eksogami yakni prinsip perkawinan yang mengharuskan orang mencari jodoh di
luar lingkungan sosialnya, seperti di luar lingkungan kerabat, kelompok adat, golongan
sosial, dan lingkungan pemukiman. Dalam sistem patrilineal.perkawinan eksogami ini
berbentuk perkawinan jujur yang mana pihak laki-laki menarik pihak perempuan untuk
masuk ke dalam klan (kelompok) nya disertai dengan pemberian barang-barang bernilai
kepada pihak perempuan sebagai pengganti kedudukan perempuan tersebut dalam klannya
(perempuan).

5.Kesimpulan
Sistem patrilineal merupakan sistem keturunan yang ditarik dari garis bapak, dimana
kedudukan pria lebih menonjol pengaruhnya dari kedudukan wanita didalam pewarisan. Kita
tidak dapat mengatakan bahwa tidak adil untuk pembagian harta pencaharian hasil istri
sendiri, karna pada dasarnya bagi masyarakat adat yang menganut sistem patrilineal ini hal
tersebut sudah dikatakan adil. Disini hukum tidak mempersulit masyarakatnya, apabila
dengan hukum adat ada keluarga yang merasa tidak adil tentunya dapat dimusyawarahkan
dengan anggota keluarga yang lain karna bisa digunakan juga hukum waris barat atau dengan
hukum waris Islam untuk masyarakat yang beragama Islam. Banyak diantara kita yang
menganggap suku-suku di Indonesia adalah orang-orang primitive. Tapi kita harus menyadari
bahwa merekalah awal dari sebuah perkembangan. Perbedaan sebuah suku bukanlah hal yang
mejadi alasan kita untuk bercerai berai. Namun ini adalah satu batu loncatan demi
perkembangan indonesia kedepannya. Dalam hal ini kita harus saling menghargai satu sama
yang lain dalam hal apa pun. Perbedaan bukanlah hal yang menjadi penghalang kita untuk
saling mengenal berbagai Budaya di Indonesia.

4)
DAFTAR PUSTAKA
1. http://www.gudangmakalah.com/2015/01/contoh-makalah-hukum-waris-adat-
sistem.html
2. www.kompasiana.com/honey95t/54fd224fa33311043d50f8b7/mengenal-sistem-
kekerabatan-patrilineal-dan-matrilineal

Anda mungkin juga menyukai