Anda di halaman 1dari 3

RESUME MID HUKUM ADAT

HUKUM PERKAWINAN ADAT

Nama : Firman Gani


Kelas : Hukum B
Nim : 4520060061

Perkawinan menurut hokum adat :

1. Bukan hanya perkawinan antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan


2. Bukan hanya perkawinan antara orang hidup saja

Tetapi :

1. Merupakan perkawinan antara dua rumpun keluarga besar


2. Merupakan perkawinan sacral yang melibatkan pula keterlibatan arwah keluarga

Pendapat A. van Gennep (sosiolog Francis)

• Bahwa semua upacara-upacara perkawinan itu adalah “Rite de passage” (upacara-upacara


peralihan)
• Bahwa upacara-upacara peraliha itu melambangkan peralihan atau perubahan dari status
kedua mempelai
• Perubahan status daru terpisah menjadu bersatu
• Hubungan mereka bukan hubungan kontrak tetapi hubungan penguyuban atau organisasi,
yang keluar dari organisasi keluarganya masing-masing

Tujuan perkawinan

• Tujuan perkawinan menurut hokum adat sebenarnya didasarkan pada berbagai system
kekerabatan hokum adat yang berdeda-beda .
• Tujuan perkawinan adat (yang bersifat kekerabatan) secara umum adalh untuk
mempertahankan adan meneruskan keturunan menurut garis kebapakan atau keibuan atau
keibu-ibuan
• Dalam masyarakat patrilineal, tujuan perkawinan adalah mempertahankan garis keturunan
bapak sehingga anak laki-laki tertua harus melaksanakan perkawinan ambil isteri (dengan
pembayran uang jujur), dimana setelah terjadinnya perkawinan, isteri ikut masuk kedalam
kekerabatan semua dan melepaskan kedudukan adanya dalam susunan kekerabatan
bapaknya
• Dalam masyarakat matrilineal, tujuan perkawinan adalah mempertahankan garis keturuan
ibu sehingga anak perempuan tertua harus melaksanakan perkawinan ambil suami
(semendo), dimana setelah terjadinya perkawinan, suami ikut masuk ke dalam kekerabatan
iisteri dan melepaskan kekdudukan adatnya dalam susunan kekerabatan orang tuanya
Bentuk-bentuk perkawinan

1. Bentuk perkawinan jujur


merupakan perkwina dimana pihak laki-laki memrukan jujur kepada pihak perempuan.
Benda yang biasanya dijadikan jujur adalah benda yang memiliki kekuatan magis. Makna
untuk mengembalikan keadaan yang dianggap goyah karena bakal keluarnya seorang
anggota keluarga dari kelompok kerabat sehingga terjadi kekosongan
2. Bentuk perkawinan semendo
pada umum perkwinan semendo bersifat matrilkal dan exogami
matrikal berarti bahwa isteri tidak berkewajiban untuk bertempat tinggal di kediaman
suami. Dalam perkawinan ini biasanya juga dijumpai dalam keadaan darurat, dimana
perempuan sulit untuk mendapatkan jodoh atau karena laki-laki tidak mampu untuk
memberikan jujur.
kedudukan suami dan isteri juga tidak sederajat
bentuk ini banyak ditemuo di kalangan orang-orang Minangkabau dan merupakan bentuk
perkawinan yang umum di indonesia
3. Bentuk perkwinan bebas
bentuk ini tidak menentukan secara tegas dimana suamu tau isteri harus tinggal, hal ini
tergantung pada keinginan pada masing-masing pihak.
pada umumnya perkawinan semendo bersifat endogami
endogamy berarti suatu anjuran untuk dengan warga kelompok kerebat sendiri. Benyak
ditemui di jawa, Kalimantan dsb.
kedidikan suami dan isteri juga tidak sederajat.

Akibat yang harus dijalani dalam perkawinan jujur :

1. Isteri keluar darihak dan kewajiban serta tanggungjawab pada keluarga suami yang telah
menjujurnya.
2. Anak-anak yang dilahirnya menariknya garis ke atas melalui ayahnya da mewaris malalui
ayahnya
3. Kedudukan suami dan isteri sederajat
4. Anak-anak, baik laki-laki maupun perempuan masuk klan ayahnya

Akibat yang harus dijalani dalam perkawinan sumendo:

1. Anak-anak tetap menari garis keturunan ke atas melalui ayahnya dan masuk dalam klan
ayahnya
2. Kedudukan suami dan isteri tidak sedejarat
3. Pada kawin semendo sederajat, anak-anak tetap menarik garis keturuan ke atas melaluii
ayahnya akan tetapi mereka dapat mewaris dari ayah dan ibunya. Anak laki-laki dan
perempuan yang tidak kawin jujur dapat menjadi ahli waris
Macam-macam system perwinan adat

1. System endogamy
orang hanya diperkenankan kawin dengan seseorang dari suku keluarga sendiri. Vam
vollehoven menyebutkan bahwa hanya toraja yang pernah menganut system ini. Sekarang
system ini ditinggalkan
2. System exogami
orang diharuskan menikah dengan suku lain.
menikah dengan suku sendiri merupakan larangan.
system dapat dijumpai di gayo, alas, tapanuli, Minangkabau, sumetera selatan, buru dan
seram.
3. System eleutherogami
system ini tidak mengenal larangan dan keharusan, kecuali berkaitan dengan larang kawin
karena ikatan nasab

Anda mungkin juga menyukai