Anda di halaman 1dari 10

“HUKUM ADAT PERKAWINAN”

Disajikan Untuk Mata Kuliah Hukum Adat


Dosen Pengajar : Dra.H. Rabiatul Adawiah, M.Si.
Kelompok 6

1. AL Misbah Hajihi A1A213058


2. Jamaliah A1A213203
3. Lukman A1A213057
4. Nana Yunita A1A213066
5. Taufik Rahman A1A213002
PENGERTIAN PERKAWINAN
Perkawinan merupakan suatu ikatan yang melahirkan
keluarga sebagai salah satu unsur dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara, yang diatur oleh aturan
hukum dalam hukum tertulis (hukum negara) maupun hukum
tidak tertulis (hukum adat).

Menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Perkawinan


dan Tujuannya adalah sebagai berikut : “Ikatan lahir batin
antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami isteri
dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Bentuk-Bentuk Perkawinan dalam hukum adat

Berdasarkan susunan masyarakat hukum, bentuk perkawinan adat


dapat dibedakan, yaitu bentuk perkawinan adat masyarakat patrilineal,
matrilineal, dan parental/bilateral.

1. Bentuk Perkawinan Masyarakat Hukum Patrilineal


Menurut kekerabatan masyarakat patrilineal, bentuk perkawinannya
adalah perkawinan jujur. Perkawinan jujur adalah perkawinan dengan
pemberian/pembayaran perkawinan (jujur) oleh pihak laki-laki kepada
pihak perempuan.
Perkawinan jujur dapat dibedakan menjadi beberapa jenis
berikut :

Perkawinan Mengabdi
Perkawinan Meneruskan
Perkawinan Mengganti
Perkawinan Mengambil Anak
2. Bentuk Perkawinan Masyarakat Hukum Matrilineal
Bentuk perkawinan pada masyarakat matrilineal dinamakan perkawinan
semendo, adalah bentuk perkawinan yang bertujuan mempertahankan garis
keturunan pihak ibu.
Ketentuan-ketentuan pokok pada perkawinan semendo adalah sebagai
berikut:
 Istri tidak lepas dari familinya sendiri dan suami pun juga tidak lepas dari
kerabatnya (familinya). Suami diterima sebagai Urang Semendo.
 Istri tetap pada lingkungan familinya sendiri; suami tidak harus menetap
mengikuti istrinya.
 Hak dan kekuasaan istri dalam keluarga dan kedudukan Solusinya lebih
tinggi dari suaminya. Suami bukan kepala keluarga.
 Anak-anak masuk kerabat istri (ibunya). Dan
 Istri menguasai harta kekayaan, tidak ada harta bersama.
3. Bentuk Perkawinan Masyarakat Hukum Bilateral
Bentuk perkawinan bilateral ialah perkawinan bebas/mentas/mandiri.
Setelah perkawinan suami dan istri memisahkan diri dari kekuasaan orang
tua dan kerabat masing-masing untuk membangun keluarga atau rumah
tangga sendiri.
Bentuk perkawinan bebas pada masyarakat parental terkandung
ketentuan, sebagai berkut:
 Tempat tinggal suami-istri bebas, tidak terikat dalam lingkungan famili
atau suami;
 Suami-istri bersama-sama mengemudikan keluarga;
 Anak-anak masuk kepada keturunan kadua suami-istri (oarng tua); dan
 Ada harta kekayaan bersama.
Bentuk-Bentuk Perkawinan dalam hukum adat 

Dalam perkembangnya, ketiga macam bentuk hukum perkawinan ini tumbuh bervariasi yang
bermacam-macam menurut kepentingan kekerabatan yang bersangkutan. Mengenai kejelasan dari
masing-masing bentuk hukum perkawinan adat di atas dapat terlihat dalam uraian berikut.

1. Perkawinan Jujur
Yang dimaksud dengan perkawinan jujur adalah bentuk perkawinan yang dilakukan dengan
pembayaran "jujur“
2. Perkawinan Semanda
Perkawinan semanda pada umumnya berlaku di lingkungan masyarakat adat yang "matrilineal" dalam
rangka mempertahankan garis keturunan pihak ibu.
3. Perkawinan Bebas (Mandiri)
Bentuk perkawinan bebas atau perkawinan mandiri ini pada umumnya berlaku di lingkungan
masyarakat adat yang bersifat parental.
4. Perkawinan Lari
Perkawinan lari dapat terjadi di suatu lingkungan masyarakat adat, tetapi paling banyak terjadi adalah
di kalangan masyarakt Batak, Lampung, Bali, Bugis, Makassar dan Maluku.
PERKAWINAN CAMPURAN

Perkawinan campuran adalah perkawinan yang terjadi antara


suami dan istri yang berbeda suku, adat istiadat, budaya, dan
atau berbeda agama yang dianutnya.
Pada dasarnya hukum adat dan hukum agama tidak
membenarkan terjadinya perkawinan campuran. Namun, dalam
perkembangannya hukum adat setempat memberikan jalan
keluar untuk mengatasi masalahnya, sehingga perkawinan
campuran itu dapat dilaksanakan.
Terimaksasih

Anda mungkin juga menyukai