DAFTAR ISI........................................................................................................................................... 3
ABSTRAK .............................................................................................................................................. 4
BAB I .................................................................................................................................................. 5
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 5
A. Latar Belakang Masalah............................................................................................................. 5
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................................... 6
C. Tujuan Penulisan......................................................................................................................... 6
BAB II ................................................................................................................................................. 7
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 7
A. Pengertian dan Sifat Perkawinan Adat .................................................................................... 7
B. Azas-azas Perkawinan Adat ...................................................................................................... 9
C. Bentuk-bentuk Perkawinan Adat ............................................................................................ 10
D. Proses Perkawinan Adat Sunda ............................................................................................. 13
E. Akibat Hukum dalam Perkawinan Adat Sunda ..................................................................... 19
F. Eksistensi Perkawinan Adat Jawa Barat (Sunda) ................................................................ 21
G. Perkara dalam Perkawinan Adat Jawa Barat dan Penyelesaiannya ................................ 22
BAB III .............................................................................................................................................. 23
PENUTUP ........................................................................................................................................... 23
Kesimpulan...................................................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 25
Hukum adat adalah hukum yang tertua atau hukum yang pertama kali dikenal dalam
kalangan masyarakat terdahulu. Sesudah terbentuknya bumi dan diisi oleh sekelompok
manusia, hukum yang pertama kali keluar adalah hukum adat (kebiasaan), yang kemudian
hukum tersebut dipengaruhi aliran-aliran agama.
Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara yang sangat kaya akan suku
adat istiadat, perbedaan ciri khas, serta wataknya. Dari berbagai macam suku adat istiadat
itulah, banyak pula perbedaan yang terjadi antara satu suku dengan yang lain, dalam hal ini
perbedaan cara menjalani kehidupan sehari-hari, termasuk hal yang sakral seperti
pelaksanaan upacara perkawinan.
Berkenan dengan adanya hubungan yang tepat dari topik ini, menurut Hukum Adat
pada umumnya di Indonesia perkawinan itu bukan saja berarti sebagai perikatan Perdata
tetapi juga merupakan “Perikatan Adat” dan sekaligus perikatan kekerabatan serta
kekeluargaan. Terjadinya suatu ikatan perkawinan bukan semata-mata membawa akibat
terhadap hubungan-hubungan keperdataan, seperti hak dan kewajiban suami isteri, harta
bersama kedudukan anak, hak dan kewajiban orang tua, tetapi juga menyangkut hubungan-
hubungan adat istiadat, kewarisan kekeluargaan, dan kekerabatan dan ketetanggaan serta
menyangkut upacara-upacara adat dan keagamaan.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hukum adat perkawinan adalah aturan-aturan hukum adat yang mengatur tentang
bentuk-bentuk perkawinan, cara-cara pelamaran, upacara perkawinan, dan putusnya
perkawinan menurut masyarakat adat di Indonesia.
Lantas bagaimanakah proses perkawinan adat menurut adat Jawa Barat? Lalu, apa
sajakah bentuk-bentuk dari perkawinan adat tersebut, serta adakah akibat hukumnya? Pada
bab selanjutnya kita akan membahas lebih lanjut mengenai pertanyaan-pertanyaan di atas
beserta uraian penjelasannya.
C. Tujuan Penulisan
Maksud dan tujuan dari makalah ini adalah :
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Sifat Perkawinan Adat
Secara umum definisi perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan
seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)
yang bahagia dan kekal berdasarkan Tuhan Yang Maha Esa. (UU Perkawinan No. 1 Tahun
1974).
Berikut ini akan dikemukakan definisi perkawinan menurut hukum adat yang
dikemukakan oleh para ahli:
a) Hazairin
Dalam bukunya "Rejang", didefinisikan perkawinan adat merupakan rentetan
perbuatan-perbuatan magis, yang bertujuan untuk menjamin ketenangan (koalte),
kebahagiaan (wevaart), dan kesuburan (ruchtbaarheit).
b) A. Van Gennep
Perkawinan sebagai suatu rites de passage (upacara peralihan) yang melambangkan
peralihan status dari masing-masing mempelai. Peralihan terdiri dari tiga tahap:
Rites De Separation, yaitu upacara perpisahan dari status pemula.
Rites De Merge, yaitu upacara perjalanan ke status yang baru.
Rites De Aggregation, yaitu upacara penerimaan dalam status yang baru.
c) Djojodegoeno
Perkawinan merupakan suatu paguyupan atau somah (jawa: keluarga), dan bukan
merupakan suatu hubungan perikatan atas dasar perjanjian. Hubungan suami-isteri
sebegitu eratnya sebagai suatu ketunggalan.
Berdasarkan data dari wikipedia, sebanyak 73,73% bersuku Sunda, dimana Jawa
Barat merupakan wilayah berkaraktaristik kontras dengan dua identitas : masyarakat urban
yang sebagian besar tinggal di wilayah Jabodetabek (sekitar Jakarta) serta Bandung Raya;
dan masyarakat tradisional yang hidup di pedesaan yang tersisa. Masyarakat Jawa Barat
identik dengan sebutan orang Sunda sebab memang sebagian besar warganya beretnis
Sunda. Masyarakat ini memiliki tata susunan masyarakat bilateral atau parental.
Oleh karena itu, biasanya prosesi acara yang dilangsungkan hanya lamaran,
pengajian, siraman, dan langsung diteruskan dengan prosesi perkawinan yang lebih
disederhanakan atau tidak melaksanaan upacara adat secara penuh.
Oleh karena itu, apabila terjadi perkara-perkara dalam perkawinan, biasanya para
pihak yang berperkara menyelesaikannya secara kekeluargaan (membicarakannya baik-baik
dengan keluarga) terlebih dahulu dan tidak membesar-besarkannya. Hal ini sesuai dengan
prinsip musyawarah untuk mufakat, yaitu penyelesaian dengan cara perdamaian antara
kedua pihak yang memiliki perkara. Apabila perkara menyangkut harta warisan, lazimnya
keberadaan kepala desa setempat (atau dapat juga kepala suku / sesepuh) juga dapat
menengahi dan membantu menyelesaikan mereka yang berperkara.
Kecuali apabila tidak dapat ditemukan solusi, perkara dalam perkawinan akan
dibawa menuju ranah hukum, dan tentunya harus ada pihak yang pemohon sebagai status
penggugat (sebab perkara dalam perkawinan adalah perkara perdata), dan yang berhak
memutuskan atas perkara itu adalah hakim yang berwenang pada pengadilan setempat.
Gugatan diajukan di pengadilan setempat dimana kedua pihak bertempat tinggal, dan
mereka akan diproses menurut ketentuan hukum (undang-undang) dan hukum adat yang
berlaku di daerah mereka.
PENUTUP
Kesimpulan
Indonesia adalah negara yang masyarakatnya multi etnis, atau disebut juga
pluralisme, demikian yang menyebabkan negara Indonesia mengadopsi berbagai produk
hukum, sebagaimana kita ketahui bahwa sistem hukum yang berlaku di Indonesia adalah
sistem hukum yang majemuk yaitu hukum adat, Islam, dan Barat (kontinental).
Berkenaan dengan kemajemukan hukum itu pula, perkawinan adat Jawa Barat juga
menjadi sebuah fenomena dimana proses-prosesnya yang dahulu begitu panjang dan rumit
Setiap individu pasti melalui sebuah peristiwa perkawinan, yang mana dari segi
perkawinan baik sebelum, sesaat, dan sesudah kawin merupakan kegiatan mutlak dan pasti
dialami oleh semua orang. Karenanya, berbagai hal dan cara dilangsungkan sebaik mungkin
demi terciptanya kesakralan dari peristiwa perkawinan itu sendiri. Begitu pun dari segi
hukum adat yang mengatur mengenai kegiatan tersebut pada intinya perkawinan
dilaksanakan karena adanya keinginan untuk menyambung tali persaudaraan antara satu
dengan yang lainnya, walaupun berbeda cara pelaksanaannya tetapi tetap satu tujuannya.
Pelestarian adat istiadat memang sangatlah penting, sebab hal itu menjadi warisan
dari nenek moyang yang memang sudah menjadi kewajiban kita sebagai generasi
selanjutnya untuk menjaga dan menjunjung tinggi nilai daripada adat itu sendiri. Hendaknya
kita bangga memiliki warisan kekayaan adat istiadat dari para leluhur, sebab hal itulah yang
menjadi keistimewaan dari rakyat Indonesia sebagai negara pluralisme. Semoga perbedaan
adat istiadat khususnya dalam hal perkawinan tidak membuat perpecahan di antara sesama
bangsa Indonesia, marilah menjadikan perbedaan tersebut sebagai kekayaan dan kelebihan
bangsa kita dengan mengambil sisi positifnya dan menjauhi sisi negatifnya demi kebaikan
seluruh rakyat Indonesia.