Anda di halaman 1dari 31

HUKUM ADAT

PERKAWINAN

Andi Muhammad Irfan, S.H.,M.Kn


LATAR BELAKANG

 Aturan hukum adat perkawinan di berbagai daerah di Indonesia


berbeda-beda dikarenakan sifat kemasyarakatan,adat istiadat,agama &
kepercayaan masyarakat yang berbeda-beda. Disamping itu
dikarenakan kemajuan zaman,selain adat perkawinan itu di sana-sini
sudah terjadi pergeseran-pergeseran telah banyak juga terjadi
perkawinan campuran antar suku,adat-istiadat & agama yang berlainan.

 Jadi walaupun sudah berlaku UU Perkawinan No 1 tahun 1974 yang


bersifat nasional namun diberbagai golongan masyarakat masih berlaku
hukum perkawinan adat,apalagi UU tersebut hanya mengatur hal-hal
yang pokok saja,tidak mengatur tentang bentuk-bentuk
perkawinan,cara peminangan,upacara-upacara perkawinan & lainnya
yang kesemuanya itu masih berada dalam ruang lingkup hukum adat.
PENGERTIAN

Hukum adat perkawinan adalah aturan-aturan hukum


adat yang mengatur tentang bentuk-bentuk perkawinan,
cara-cara pelamaran , upacara perkawinan dan putusnya
perkawinan di Indonesia.

Di dalam Undang-undang nasional tidak diatur tentang


bentuk-bentuk perkawinan, cara pelamaran
(peminangan) dilakukan, upacara-upacara perkawinan
dan lainnya yang kesemuanya itu masih berada dalam
ruang lingkup hukum adat
SISTEM PERKAWINAN DALAM
HUKUM ADAT
 Endogami : Orang hanya boleh berkawin dengan
lingkungankeluarganya sendiri.
Van Vollen Hoven : Hanya di Toraja.

 Exogami : Orang diharuskan kawin dgn


diluar lingkungan keluarganya.

 Eleutrogami : Tidak mengenal larangan atau


keharusan seperti kedua sistem di atas. Hanya
larangan agama (sesuai yang dianut)
PERBEDAAN EXOGAMI DALAM
PATRILINEAL & MATRILINEAL
 Patrilineal : Istri menjadi anggota klan suami, ia
dilepaskan dari klannya dengan medium
benda magis.

 Matrilineal : Tidak ada perubahan status,tidak


ada pihak yang keluar dari
lingkungannya.
BENTUK –BENTUK PERKAWINAN

 Perkawinan Jujur (Patrilineal,pantang cerai,harus kawin ganti)


 Perkawinan Semenda : a. semenda raja-raja

b. semenda Lepas
c. semenda Bebas
d. semenda Nunggu
e. semenda Ngangkit
f. semenda Anak Dagang
 Perkawinan Bebas
1. PERKAWINAN JUJUR
 Adalah perkawinan dengan pemberian/pembayaran
uang/barang,pada umumnya berlaku di lingkungan masyarakat
hukum adat yang mempertahankan garis keturunan
bapak/patrilineal (batak,nias,bali,gayo,maluku).Jujur (gayo-
unjuk;batak-boli,pangali,tuhor,parunjuk;nias-
beuliniha;lampung-segreh,seroh,daw adat).
 Jujur dilakukan oleh pihak kerabat calon suami kepada pihak
kerabat calon istri sebagai tanda pengganti pelepasan mempelai
wanita keluar dari kewargaan adat persekutuan hukum
bapaknya,pindah & masuk ke dalam persekutuan suaminya.
 Setelah perkawinan maka istri di bawah kekuasaan suami,hidup
matinya menjadi tanggung jawab kerabat suami,begitu pula
anak-anak & keturunannya melanjutkan keturunan suaminya.
Harta bawaan istri semuanya dikuasai oleh suami kecuali
ditentukan lain oleh pihak istri.
Lanjutan ..........

1. PERKAWINAN JUJUR
 Pada umumnya dalam bentuk perkawinan jujur berlaku adat
“pantang cerai”,susah senang selama hidupnya istri dibawah
kekuasaan kerabat suami.
Leviraat : Jika suami wafat maka istri harus kawin dengan
saudara suami.
Sororat : Jika istri wafat suami harus kawin lagi dengan
saudara istri.
 Di masa sekarang apabila kawin ganti suami/istri tidak
dapat dilakukan (karena para pihak bersangkutan tidak
setuju) maka dapat diganti orang dari luar kerabat namun
orang dari luar tersebut harus tetap menggantikan
suami/istri yang wafat itu dalam kedudukan hukum adatnya.
Lanjutan ..........

1. PERKAWINAN JUJUR

Perbedaan pembayaran Jujur dengan Mas kawin menurut


Islam:
 Uang jujur adalah kewajiban adat ketika dilakukan
pelamaran yang harus dipenuhi oleh kerabat pria kepada
wanita untuk dibagikan kepada tetua kerabat
(marga/suku) pihak wanita. Uang jujur tidak boleh
dihutang.
 Mas Kawin adalah kewajiban agama ketika dilaksanakan
akad nikah yang harus dipenuhi oleh mempelai pria
untuk mempelai wanita (pribadi). Mas kawin boleh
dihutang.
2. PERKAWINAN SEMANDA
 Pada umumnya perkawinan semanda berlaku di lingkungan
masyarakat adat yang matrilineal. Perkawinan semanda
merupakan kebalikan dari bentuk perkawinan jujur. Dalam
perkawinan semanda calon mempelai pria & kerabatnya tidak
memberikan pemberian jujur kepada pihak wanita,tetapi
berlaku adat pelamaran
 dari pihak wanita kepada pihak pria,contoh Minangkabau.
Setelah perkawinan terjadi maka pihak suami berada di bawah
kekuasaan kerabat istri & kedudukan hukumnya bergantung
pada bentuk perkawinan semanda yang berlaku.
Lanjutan ..........
2. PERKAWINAN SEMANDA
Bentuk-bentuk perkawinan semanda
1. Semanda Raja-raja
Dalam bentuk perkawinan ini suami & istri berkedudukan sama.
Bentuk ini masih berlaku,terlebih di zaman ini perempuan berupaya
keras dalam memperjuangkan kesetaraan gender. Ada pula UU
PKDRT yang melindungi kaum perempuan & anak.
2. Semanda Lepas
Artinya suami (yang sudah dilamar istri) mengikuti tempat
kediaman istri (matrilokal).
3. Semanda Bebas
Artinya suami tetap pada kerabat orangtuanya. Di Minangkabau ia
disebut hanya “Urang Sumando”.
Lanjutan ..........
2. PERKAWINAN SEMANDA
 Bentuk-bentuk perkawinan semanda

4. Semanda Ngangkit
Suami mengambil istri untuk dijadikan penerus keturunan pihak ibu
suami dikarenakan ibu tidak mempunyai keturunan anak perempuan.
Dengan kata lain jika ibu dari suami tidak mempunyai anak
perempuan maka istri dari anak laki-laki ibu dijadikan penerus
keturunannya.

5. Semanda Anak Dagang/Semanda Burung


Suami tidak menetap di kediaman istri melainkan datang sewaktu-
waktu kemudian pergi lagi seperti burung yang hinggap sementara.

6. Semanda Nunggu
Suami istri berkediaman di pihak kerabat istri selama menunggu adik
istri sampai dapat mandiri.
 Di daerah Rejang Bengkulu
Di daerah ini di bedakan dua bentuk semanda :
~ Semanda beradat
~ Semanda tidak beradat

Semanda beradat adalah bentuk perkawinan semanda dimana


pihak pria membayar uang adat kepada kerabat wanita menurut
martabat adatnya.
Semanda tidak beradat adalah pihak pria tidak membayar uang
adat,karena semua biaya perkawinan di tanggung pihak wanita ;
seperti semanda temakep burung terbang (suami dianggap
seperti burung yang ditangkap), semanda masen utang (suami
mengabdi ditempat istri sebagai pembayar utang.
 Di daerah Lampung beradat pesisir
Di daerah ini mengenal dua bentuk semanda yaitu :
~ Semanda Mati tungu mati manuk.
~ Semanda Menabuh beduk

Semanda mati tungu mati manuk adalah suami mengabdi


di tempat istri sebagai karyawan (tani). Semanda ini
mirip dengan nyalindung kagelung di pasundan, karena
suami tidak mampu membayar uang (adat) permintaan
pihak istri.
Semanda menabuh beduk adalah suami hanya datang pada
istri ketika bedug magrib berbunyi dan suami pergi saat
bedug subuh. Sama dengan manggih kaya di
Jawa,dimana suami lebih kaya sedangkan istri miskin,
dan istri menjadi istri kedua,ketiga atau keempat.

Pada umumnya dalam bentuk perkawinan semanda


kekuasaan pihak istri yang lebih dominan,sedangkan
suami tidak ubahnya sebagai istilah Nginjam Jago
(meminjam jantan),hanya memberi keturunan dan
kurang bertanggung jawab dalam rumah tangga.
3. PERKAWINAN BEBAS
 Bentuk perkawinan bebas atau perkawinan mandiri pada umumnya berlaku
di lingkungan masyarakat adat yang bersifat parental (keorang-tuaan), di
mana kaum keluarga atau kerabat tidak banyak lagi campur tangan dalam
keluarga / rumah tangga. (Jawa,Sunda,Aceh,Melayu,Kalimantan , Sulawesi
& di kalngan masyarakat Indonesia yang modern.
 Bentuk perkawinan ini yang dikehendaki oleh Undang-undang No. 1 Tahun
1974 di mana kedudukan dan hak suami istri berimbang sama, suami adalah
kepala rumah tangga dan istri adalah ibu keluarga/rumah tangga
 Di lingkungan masyarakat parental bisa saja terjadi perkawinan ganti suami,
tetapi hal tersebut bukan merupakan keharusan sebagaimana dalam
masyarakat patrilinial atau matrilinial, melainkan suatu adat kebiasaan saja
 Adakalanya masih berlaku sistem “kawin gantung”,dimana perkawinan
sudah berlangsung tetapi suami & istri belum “bercampur”,karena suami
atau istri masih kecil,belum dewasa atau masih melanjutkan sekolah mereka.
Namun bentuk dan sistem perkawinan demikian dilihat dari segi
perundangan, merupakan pelanggaran terhadap hukum perkawinan nasional.
4.PERKAWINAN CAMPURAN
 Perkawinan campuran dalam arti hukum adat adalah
perkawinan yang terjadi antara suami dan istri yang
berbeda suku bangsa,adat budaya dan atau agama yang
dianut. Undang-undang perkawinan tidak mengatur hal
yang demikian,yang diatur hanya suami dan istri yang
berbeda kewarganegaraan.
 Pada dasarnya hukum adat dan atau hukum agama tidak
membenarkan terjadinya perkawinan campuran. Tetapi
didalam perkembangannya hukum adat memberikan
jalan keluar untuk mengatasi masalahnya.

 Hukum adat Batak dan Lampung,dimana sebelum


perkawinan calon mempelai yang berasal dari luar maka
ia terlebih dahulu dimasukkan ke dalam warga adat.
 Menurut agama Islam perkawinan campuran antar
agama dimana calon suami istri tidak bersedia
meninggalkan agama yang dianutnya,maka Islam hanya
membolehkan pria Islam kawin dengan wanita non
muslim,namun sebalik Islam tidak membolehkan wanita
muslim kawin dengan pria non muslim.

 Di dalam agama Kristen Katolik boleh terjadi


perkawinan dimana suami istru tetap mempertahankan
agamanya masing-masing,hanya dengan perjanjian
suami atau istri yang beragama Katolik harus mendidik
anak-anaknya ke dalam Katolik.
PERKAWINAN LARI

 Perkawinan lari terbanyak berlaku di masyarakat adat


Batak, Lampung, Bali, Bugis/Makassar dan Maluku.
Walaupun kawin lari merupakan pelanggaran adat
namun terdapat tata tertib cara menyelesaikannya.

 Perkawinan Lari bukanlah bentuk perkawinan melainkan


merupakan sistem pelamaran.

 Sistem perkawinan lari dapat dibedakan antara


“perkawinan lari bersama” dan “perkawinan lari
paksaan”.
Perkawinan lari bersama
adalah perbuatan belarian untuk melaksanakan
perkawinan atas persetujuan wanita(gadis).
Cara melakukan belarian adalah gadis dan bujang
sepakat melakukan kawin lari dan pada waktu yang
sudah ditentukan melakukan lari bersama atau si gadis
secara diam-diam diambil pihak kerabat bujang dari
tempat kediamannya, atai si gadis yang datang sendiri ke
tempat kediaman pihak bujang.
 Perkawinan lari paksaan
adalah perbuatan melarikan gadis dengan akal tipu atau
dengan paksaan atau kekerasan,tidak atas persetujuan si
gadis dan tidak menurut tata tertib adat belarian, dan
dapat dikenakan pasal 332 KUP Pidana sebagai dasar
pengaduan.
 Daerah Lampung
Gadis yang pergi belarian harus meninggalkan tanda kepergian berupa
surat dan sejumlah uang, pergi ke tempat kediaman (punyimbang-
kepala adat) bujang,kemudian pihak bujang mengadakan pertemuan
kerabat dan mengirim utusan untuk menyampaikan permohonan maaf
dan memohon penyelesaian yang baik dari kerabat wanita.

Daerah Bugis
Pihak kerabat yang mengetahui gadis mereka pergi belarian,mereka
pergi mengejar gadis dan bujang (tomasiri),jika tomasiri belum
sampai di tangan kepala adat maka si pemuda yang melarikan gadis
dapat di bunuh.
 Daerah Daya Ngaju Kalimantan
Berlaku adat si gadis mendatangi rumah bujang untuk
memaksakan perkawinan atau sebaliknya si bujang
mendatangi rumah si gadis dengan membawa barang-
barang pemberian/hantaran dan meminta dikawinkan.
Jika pihak gadis menolak maka pihak gadis harus
mengganti senilai barang pemberiannya. Dapat pula
terjadi ketika si bujang berada di rumah gadis,ia
dikurung sampai pagi lalu gadis memaksa untuk
dikawinkan dengan pemuda itu.
 Daerah Toraja
Sepasang gadis bujang berkumpul di rumah gadis sampai
pagi lalu memaksa untuk dikawinkan orang tua mereka.
ADAT PELAMARAN

Untuk dapat melangsungkan ikatan perkawinan guna membentuk


keluarga/rumah tangga bahagia, harus dilakukan dengan sistem
pelamaran, yaitu adanya pelamaran dari pihak yang satu dengan
pihak yang lain.
1. Pertemuan muda mudi
Pertemuan di rumah gadis, dapat pula pertemuan diadakan di
rumah kerabat/tetangga, ketika ada hajatan kecil atau dalam
upacara adat besar bertempat di balai adat, dibawah pimpinan
kepala bujang dan kepala gadis.
2. Cara Melamar
Tata tertib adat cara melamar diberbagai daerah terdapat
perbedaan namun pada umumnya pelamaran itu dilakukan oleh
pihak keluarga / kerabat pria kepada pihak keluarga / kerabat
wanita. Tetapi dapat juga sebaliknya.
ACARA DAN UPACARA PERKAWINAN

 Acara Perkawinan
Pada umumnya acara perkawinan adat telah meresepsi hukum
perkawinan berdasarkan ketentuan agama. Bagi mereka yang
beragama Islam, ialah dengan melakukan Ijab Kabul antara
bapak/wali mempelai wanita dan mempelai pria dengan disaksikan
oleh dua orang saksi, di dalam suatu majelis
 Upacara Perkawinan
Di kalangan masyarakat kebanyakan tidak cukup hanya melakukan
perkawinan menurut ketentuan agama saja, melainkan dilengkapi
dengan melaksanakan pula upacara-upacara adat baik dalam bentuk
yang sederhana maupun dengan upacara besar-besaran. Upacara itu
berlaku setelah dilakukan pelamaran, ketika perkawinan
dilaksanakan atau setelahnya.
HARTA PERKAWINAN
 Harta bawaaan adalah harta yang dibawa ke dalam perkawinan atau juga
diperoleh setelah kawin sebagai warisan atau pemberian/hadiah dari
orang tua/kerabat

 Dalam masyarakat patrilinial dengan perkawinan jujur, setelah


perkawinan istri mengikuti tempat kediaman suami dan tidak akan
kembali lagi kepada kedua orang tua atau kerabatnya,dimana istri tunduk
pada hukum kekerabatan suami maka semua harta perkawinan dikuasai
oleh suami,termasuk harta bawaan(hadian ,warisan),harta
pusaka/peninggalan penguasaanya (hak pengaturannya) untuk kehidupan
keluarga/rumah tangga dipegang oleh suami yang dibantu istri sebagai
pendampingnya.
 Jika terjadi perceraian dan istri meninggalkan tempat kedudukan
suaminya berarti istri melanggar adat, dan ia tidak berhak menuntut
bagian dari harta bersama ataupun terhadap harta bawaannya, ataupun
membawa anaknya pergi dari tempat kediaman suaminya.
 Pada masyarakat matrilineal terdapat pemisahan
kekuasaan terhadap harta perkawinan. Kekuasaan harta
pusaka milik bersama kerabat dipegang oleh Mamak
Kepala Waris. Istri dan suami hanya mempunyai hak
Ganggam bauntuik (hak mengusahakan dan menikmati
hasil panen dari sebidang tanah;hak mendiami rumah
gadang). Tetapi terhadap harta pencarian mereka
bersama-sama menguasainya. Sedangkan terhadap harta
bawaan dikuasai oleh masing-masing suami istri.
 Pada masyarakat Parental,yang kedudukan suami istri
adalah sejajar,maka harta bersama dikuasai secara
bersama-sama dan harta bawaan dikuasai masing-
masing. Kecuali di jawa dalam bentuk perkawinan
Manggih kaya (suami kaya,istri hanya selir) dan di
Pasundan perkawinan Nyalindung Kagelung (istri
kaya,suami hanya mengabdi)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai