(Fathi Yakan)
PRINSIP PERTAMA
Salah satu slogan yang sedang mengemuka di arena gerakan Islam ialah bahwa
tandhim ‘organisasi’ itu tidak penting dalam gerakan Islam, perjuangan melalui
organisasi politik adalah usaha yang sia-sia dan perlunya gerakan Islam menempuh cara
jihad revolusioner islami di bawah panji Laa Ilaha illa Allah Muhammad Rasulullah
‘Tiada tuhan selain Allah, Muhammad adalah utusan Allah’.
Bila kita kaji ungkapan di atas secara lebih cermat, maka kita dapat
menyimpulkan bahwa orang-orang yang mengucapkannya tidak lepas dan dua hal
berikut.
1. Bodoh terhadap Islam, baik secara global maupun terperinci.
2. Konspirasi mereka terhadap islam, baik secara global maupun terperinci.
Usulan mereka tentang perlunya gerakan Islam menempuh cara jihad revolusioner islami
di bawah panji Laaillaha illa Allah Muhammad Rasulullah, sebenarnya tidak
mengandung kontradiksi dengan usaha melalui tandhim. Sesungguhnya usulan itu
merupakan sasaran yang tidak mungkin dapat terealisasi, kecuali melalui gerakan Islam
yang terorganisasi.
1
terwujud, kecuali merupakan buah dari tandhim dan bukan ketidakteraturan serta
hasil dari perencanaan dan bukan dari ketidaksengajaan.
2
f. Organisasi dan Perencanaan adalah Kunci Keberhasilan Gerakan.
Setiap gerakan, meskipun kecil dan sederhana, tidak mungkin berhasil bila tidak
terorganisasi. Sangat sering potensi terbuang dan hilang sia-sia bila tidak terbingkai
dalam sebuah tandhim. Sementara sedikit potensi yang terorganisasi dapat melakukan
sesuatu yang luar biasa.
Bila proyek pembangunan rumah, pembukaan toko, bercocok tanam di kebun,
pendirian sekolah, rumah sakit maupun proyek-proyek ringan sejenisnya
membutuhkan tandhim (seperti menggambar cetak biru, menghitung anggaran,
membagi tugas, menunjuk pelaksana dan pengarah sampai pada pengadaan bahan
bangunan dan seterusnya) maka bukankah sebuah gerakan Islam yang memiliki
jangkauan yang luas, aspek yang bermacam-macam, sasaran-sasaran yang besar dan
berhadapan dengan banyak konspirasi lebih membutuhkan tandhim?
3
Sesungguhnya yang sebenar-benar orang mukmin ialah orang-orang yang
beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan apabila mereka berada bersama-
sama Rasulullah dalam sesuatu urusan yang memerlukan pertemuan,
mereka tidak meninggalkan (Rasulullah) sebelum meminta izin kepadanya.
Sesungguhnya orang-orang yang meminta izin kepadamu (Muhammad)
mereka Itulah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, Maka
apabila mereka meminta izin kepadamu karena sesuatu keperluan, berilah
izin kepada siapa yang kamu kehendaki di antara mereka, dan
mohonkanlah ampunan untuk mereka kepada Allah. Sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Qs. An Nur: 62)
Dalam menjelaskan kuatnya ikatan sesama kaum Muslimin dan kesatuan mereka,
terutama dalam menghadapi musuh-musuhnya, Allah berfirman,
4
Perhatian Rasulullah saw. yang besar agar urusan kaum Muslimin diserahkan
kepada seorang amir atau pemimpin dimaksudkan agar semua perkara dan urusan
mereka senantiasa dalam keadaan teratur dan disiplin, baik di waktu perang maupun
damai, ketika berbisnis atau dalam bepergian, serta baik urusan kecil maupun besar!
Bagaimana perselisihan —bila terjadi— dapat diselesaikan, jika dalam kelompok
tersebut tidak terdapat seorang pun yang didengar suaranya dan ditaati? Bagaimana
mungkin persepsi-persepsi —bila terdapat banyak perbedaan pandangan dalam suatu
masalah— dapat disatukan, jika tidak ada pihak yang diberi wewenang untuk
menyeleksi dan menjatuhkan keputusan? Siapa yang akan menentukan tugas
seseorang, mengevaluasi kerjanya dengan memberi arahan dan bimbingan, bila di
dalam kelompok kerja tersebut tidak terdapat bawahan, pimpinan, kepatuhan dan
peraturan?
Semua hal di atas berkaitan dengan masalah-masalah sederhana dan ringan.
Bagaimana lagi dengan masalah yang besar, penting, dan mencakup berbagai aspek?
Selanjutnya Rasulullah saw. melanjutkan bimbingan nabawi-nya dengan menegaskan
pentingnya mendengar dan menaati pimpinan, siapapun orangnya, selama
kepemimpinannya sesuai dengan syariat.
Beliau bersabda,
“Dengarlah dan taatlah, meskipun yang memimpin kamu adalah seorang budak
berkebangsaan Habasyah yang rambut kepalanya seperti buah kurma kering.”
(h.r. Bukhari)
Ketaatan kaum Muslimin kepada pimpinan agar tidak hanya dalam masalah-
masalah yang mereka sukai dan sesuai dengan kehendaknya semata sehingga
mengakibatkan kerusakan besar, kejelekan yang meluas, kekacauan dan hilangnya
kebaikan, maka Rasulullah saw. melanjutkan arahan nabawi-nya dengan bersabda,
“Kamu harus mendengar dan menaati, baik pada waktu susah maupun senang, baik di
waktu giat maupun malas serta mengutamakannya daripada urusan pribadimu.”
(h.r. Muslim)
Untuk menghindari adanya fitnah dan sobeknya barisan kaum Muslimin yang
mengakibatkan kehinaan, memancing kedatangan musuh, dan membuat mereka
berani melawan kita, Rasulullah saw. bersabda,
5
Allah dihari Kiamat dalam keadaan tidak memiliki hujjah ‘argumentasi yang
membelanya’ dan barangsiapa mati sementara belum pernah berbaiat, maka ia mati
dalam keadaan jahiliyah.”
(h.r. Muslim)
6
menghapus tapak-tapak kaki yang melintas pulang dan pergi ke Gua Tsur
sehingga persembunyian mereka tidak terdeteksi oleh kaum Musyrikin. Hal
ini semakin memantapkan pengecohan kepada kaum Musyrikin.
Jika Rasulullah saw. —yang selalu didukung oleh wahyu dan dibimbing
oleh petunjuk Yang Maha Menguasai dan Mengetahui— telah melakukan
sejumlah tindakan antisipasif pada sebuah peristiwa dan puluhan peristiwa, maka
bagaimana dengan orang-orang yang mengaku mempunyai rasa pembelaan
terhadap Islam dan kaum Muslimin —sementara wahyu sudah berhenti,
permasalahan semakin rumit, dan malapetaka akibat makar musuh semakin berat
— mereka malah mengajak kaum Muslimin untuk meninggalkan gerakan Islam
yang ber-tandhim. Dengan begitu mereka tidak mencari penerangan dari Sunah
Rasulullah saw.. Apakah mereka mempunyai mata yang digunakan untuk melihat
dan telinga untuk mendengar?
7
Mereka selalu memamerkan teknologi canggihnya dalam setiap Pertempuran
mereka melawan Islam, baik saat perencanaan maupun pelaksanaan. Lebih dari
semua itu, musuh-musuh Islam bergerak, berkonspirasi dan merencanakan dari
berbagai pusat pengendali dan pangkalan-pangkalan militer internasional.
Setelah kita mengetahui semuanya, apakah masuk akal bila perlawanan Islam
bersifat sederhana, lemah, tidak terorganisasi dan tidak terencana? Setelah kita
mengetahui semuanya, ada sebuah pertanyaan besar dan penting, yaitu: Kemana
slogan yang menyerukan tidak pentingnya tandhim dalam gerakan Islam itu
bermuara? Siapakah yang diuntungkan dan dirugikan dengan propaganda itu?
Akhir pembahasan ini, saya mengajak orang-orang yang berkata tidak benar
terhadap Islam kepada dua hal, yaitu.
1. Hendaknya mereka memahami Islam dengan pemahaman yang baik
sebelum berinisiatif untuk mendakwahkannya.
2. Hendaknya mereka bertakwa kepada Allah dengan sebenar-benar takwa
dan selalu mengingat sabda Rasulullah saw.,