Anda di halaman 1dari 8

Prinsip-prinsip Gerakan Islam

(Fathi Yakan)

PRINSIP PERTAMA

Kewajiban Tandhim ‘Organisasi’


dalam Gerakan Islam

Salah satu slogan yang sedang mengemuka di arena gerakan Islam ialah bahwa
tandhim ‘organisasi’ itu tidak penting dalam gerakan Islam, perjuangan melalui
organisasi politik adalah usaha yang sia-sia dan perlunya gerakan Islam menempuh cara
jihad revolusioner islami di bawah panji Laa Ilaha illa Allah Muhammad Rasulullah
‘Tiada tuhan selain Allah, Muhammad adalah utusan Allah’.
Bila kita kaji ungkapan di atas secara lebih cermat, maka kita dapat
menyimpulkan bahwa orang-orang yang mengucapkannya tidak lepas dan dua hal
berikut.
1. Bodoh terhadap Islam, baik secara global maupun terperinci.
2. Konspirasi mereka terhadap islam, baik secara global maupun terperinci.
Usulan mereka tentang perlunya gerakan Islam menempuh cara jihad revolusioner islami
di bawah panji Laaillaha illa Allah Muhammad Rasulullah, sebenarnya tidak
mengandung kontradiksi dengan usaha melalui tandhim. Sesungguhnya usulan itu
merupakan sasaran yang tidak mungkin dapat terealisasi, kecuali melalui gerakan Islam
yang terorganisasi.

a. Kebalikan Tandhim adalah Kekacauan.


Sesungguhnya orang yang meno1ak fikrah tandhim dalam gerakan Islam, pada
dasarnya Ia mengajak dan menyerukan adanya faudlawiyah, yakni: gerakan Islam
yang tidak beraturan. Padahal tidak pernah sehari pun ketidakteraturan itu menjadi
prinsip atau salah satu syiar Islam. Bahkan ia merupakan salah satu slogan gerakan
kiri. Ia merupakan nama salah satu kelompok kiri yang ekstrim dalam sejarah gerakan
Komunisme pada tahun empat puluhan dan lima puluhan. (Lihat buku: I’rif
Madzhabak ‘Kenalilah Aliran Anda’, Martin Dodge, bab Al-Faudlawiyah).

b. Menolak Tandhim berarti Memedomani Spontanitas.


Sesungguhnya ajakan untuk menolak fikrah tandhim dalam gerakan Islam
mengarah pada ajakan untuk menolak prinsip perencanaan. Selanjutnya mengarah
kepada gerakan yang tidak terencana dan spontanitas. Pada akhirnya semua itu akan
berakibat buruk bagi umat Islam, hal yang sangat diharapkan oleh musuh-musuh
Islam serta orang-orang yang menantikan kehancuran kaum Muslimin.

c. Kekacauan dan Spontanitas adalah Kebalikan dari Kekuatan.


Seruan untuk menolak fikrah tandhim dalam gerakan Islam mengarah pada seruan
untuk melanjutkan kondisi lemah pada umat Islam. Sebab kekuatan tidak mungkin

1
terwujud, kecuali merupakan buah dari tandhim dan bukan ketidakteraturan serta
hasil dari perencanaan dan bukan dari ketidaksengajaan.

d. Kekacauan dan Spontanitas adalah Kebalikan dari Persatuan.


Seruan untuk menolak tandhim dalam gerakan Islam mendorong kaum Muslimin
untuk semakin retak, berkelompok-kelompok dan berpecah-belah. Di samping itu ia
merupakan legalitas bagi pluralisme pemikiran, institusi dan gerakan Islam. Sebab
kesatuan umat Islam dan kesatuan gerakan Islam — keduanya merupakan tuntutan
syar’i— yang tidak dapat direalisasikan kecuali dengan tandhim. Persatuan adalah
bayi yang lahir dari tandhim dan bukan lahir dari ketidakteraturan. Persatuan adalah
bayi yang lahir dari takhthith ‘perencanaan’ dan bukan dari afawiyah
‘ketidaksengajaan’.

e. Kekacauan dan Spontanitas Tidak Sesuai dengan Hukum Alam.


Sesungguhnya segala sesuatu di alam ini mengikuti —dengan perintah Allah—
aturan dan undang-undang. Mulai dari planet, galaksi di angkasa luar, pergantian
malam dan siang, perubahan musim, proses perkawinan dan pembiakan pada
manusia, binatang, kehidupan pada tubuh manusia dengan segala perangkatnya yang
berbeda-beda, kecil dan sangat rumit sampai pada hukum Ilahi yang ada pada alam
semesta, manusia, dan kehidupan yang tidak ada batasnya. Semua itu mengikuti
undang-undang. Pelanggaran terhadap undang-undang pada makhluk-makhluk
tersebut mengakibatkan kerusakan kerja serta kemandekannya dalam menjalankan
peran dan tugas-tugasnya. Allah swt. berfirman,

       


   
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (Qs.
Ali Imron: 190)
       
      
        
         

dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan yang
Maha Perkasa lagi Maha mengetahui.
dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah
Dia sampai ke manzilah yang terakhir) Kembalilah Dia sebagai bentuk
tandan yang tua[1267].
tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak
dapat mendahului siang. dan masing-masing beredar pada garis edarnya.
(Qs. Yasiin: 38-40)
[1267]
Maksudnya: bulan-bulan itu pada Awal bulan, kecil berbentuk sabit,
kemudian sesudah menempati manzilah-manzilah, Dia menjadi purnama,
kemudian pada manzilah terakhir kelihatan seperti tandan kering yang
melengkung.

2
f. Organisasi dan Perencanaan adalah Kunci Keberhasilan Gerakan.
Setiap gerakan, meskipun kecil dan sederhana, tidak mungkin berhasil bila tidak
terorganisasi. Sangat sering potensi terbuang dan hilang sia-sia bila tidak terbingkai
dalam sebuah tandhim. Sementara sedikit potensi yang terorganisasi dapat melakukan
sesuatu yang luar biasa.
Bila proyek pembangunan rumah, pembukaan toko, bercocok tanam di kebun,
pendirian sekolah, rumah sakit maupun proyek-proyek ringan sejenisnya
membutuhkan tandhim (seperti menggambar cetak biru, menghitung anggaran,
membagi tugas, menunjuk pelaksana dan pengarah sampai pada pengadaan bahan
bangunan dan seterusnya) maka bukankah sebuah gerakan Islam yang memiliki
jangkauan yang luas, aspek yang bermacam-macam, sasaran-sasaran yang besar dan
berhadapan dengan banyak konspirasi lebih membutuhkan tandhim?

g. Tandhim adalah Dasar Manhaj Islam.


Manhaj lslam tegak di atas prinsip keteraturan dan kerapian serta integralitas dan
keserasian. Apakah masuk akal bila dakwah Islam —gerakan untuk menegakkan
kehidupan di atas landasan Islam— menciptakan sebuah masyarakat yang beriman
kepada Islam sebagai din serta mendirikan sebuah Daulah ‘negara’ yang
menggunakan hukum syariat itu tanpa adanya tandhim?
Sesungguhnya undang-undang ibadah seperti: shalat, puasa, zakat dan haji, setiap
bagian dan rinciannya tegak di atas prinsip dan kaidah yang rapi dan kokoh. Undang-
undang sosial, hukum pernikahan, hukum yang mengatur keluarga muslim, serta yang
mengatur hubungan kemasyarakatan dan seterusnya. Setiap aspeknya tegak di atas
dasar-dasar yang rapi dan kuat. Demikianlah halnya dengan manhaj Islam di semua
aspeknya tegak di atas kaidah-kaidah yang sistematis dan cermat.

h. Tandhim adalah Dasar Petunjuk A1-Qur’an.


Al-Qur’an merupakan dustur ’undang-undang hidup’ kaum Muslimin dan hujjah
Allah atas semua manusia. Dalam banyak ayatnya, baik tersurat maupun tersirat, A1-
Qur’an mengingatkan agar kita memedomani, memperhatikan, dan jangan sampai
mengabaikan tandhim. Dalam kerangka seruan kepada kaum Muslimin agar mereka
memiliki qiyadah ‘kepemimpinan’ yang dapat dijadikan sebagai referensi dan
dipatuhi secara hukum, Allah swt. berfirman,

      


…    
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan
ulil amri di antara kamu…. (Qs. An Nisa: 59)

Sangat aksiomatik, bahwa kepemimpinan dan ketaatan adalah urusan organisasi


yang solid. Dalam kaitan hubungan antara tentara dengan panglimanya, Allah swt.
berfirman,

      


       

3
      
       
          
 
Sesungguhnya yang sebenar-benar orang mukmin ialah orang-orang yang
beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan apabila mereka berada bersama-
sama Rasulullah dalam sesuatu urusan yang memerlukan pertemuan,
mereka tidak meninggalkan (Rasulullah) sebelum meminta izin kepadanya.
Sesungguhnya orang-orang yang meminta izin kepadamu (Muhammad)
mereka Itulah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, Maka
apabila mereka meminta izin kepadamu karena sesuatu keperluan, berilah
izin kepada siapa yang kamu kehendaki di antara mereka, dan
mohonkanlah ampunan untuk mereka kepada Allah. Sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Qs. An Nur: 62)

Dalam menjelaskan kuatnya ikatan sesama kaum Muslimin dan kesatuan mereka,
terutama dalam menghadapi musuh-musuhnya, Allah berfirman,

        


  
Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam
barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang
tersusun kokoh. (Qs. Ash Shaff: 4)

Sedangkan Al-Bunyanul Marshush ‘bangunan yang kokoh’ adalah buah dari


tandhim dan kedisiplinan, bukan sebaliknya sama sekali. Jadi banyak ayat tersebar di
berbagai arahan dan tasyri’ AlQur’an yang menegaskan urgensi tandhim serta
kedudukannya dalam Kitabullah, kitab yang tidak terdapat kebatilan di dalamnya,
baik dari depan maupun belakang, kitab yang turun dan Allah Yang Maha Bijaksana
lagi Terpuji.

i. Tandhim adalah Dasar Petunjuk Nabi.


Rasulullah saw. sebagai teladan dan imam kaum Muslimin, sangat
memperhatikan masalah tandhim. Perhatian Rasulullah saw. kepada masalah tandhim
terlihat pada seruan keras beliau untuk mengangkat seorang amir ‘pemimpin’ atau
memilih seorang ketua di setiap regu atau kelompok kerja, meskipun mereka hanya
berjumlah tiga orang.
Rasulullah saw. pernah bersabda,

“Jika kalian bertiga, maka hendaklah kalian mengangkat seorang pemimpin


diantara kalian.” (h.r. Thabrani dengan sanad hasan)

4
Perhatian Rasulullah saw. yang besar agar urusan kaum Muslimin diserahkan
kepada seorang amir atau pemimpin dimaksudkan agar semua perkara dan urusan
mereka senantiasa dalam keadaan teratur dan disiplin, baik di waktu perang maupun
damai, ketika berbisnis atau dalam bepergian, serta baik urusan kecil maupun besar!
Bagaimana perselisihan —bila terjadi— dapat diselesaikan, jika dalam kelompok
tersebut tidak terdapat seorang pun yang didengar suaranya dan ditaati? Bagaimana
mungkin persepsi-persepsi —bila terdapat banyak perbedaan pandangan dalam suatu
masalah— dapat disatukan, jika tidak ada pihak yang diberi wewenang untuk
menyeleksi dan menjatuhkan keputusan? Siapa yang akan menentukan tugas
seseorang, mengevaluasi kerjanya dengan memberi arahan dan bimbingan, bila di
dalam kelompok kerja tersebut tidak terdapat bawahan, pimpinan, kepatuhan dan
peraturan?
Semua hal di atas berkaitan dengan masalah-masalah sederhana dan ringan.
Bagaimana lagi dengan masalah yang besar, penting, dan mencakup berbagai aspek?
Selanjutnya Rasulullah saw. melanjutkan bimbingan nabawi-nya dengan menegaskan
pentingnya mendengar dan menaati pimpinan, siapapun orangnya, selama
kepemimpinannya sesuai dengan syariat.
Beliau bersabda,

“Dengarlah dan taatlah, meskipun yang memimpin kamu adalah seorang budak
berkebangsaan Habasyah yang rambut kepalanya seperti buah kurma kering.”
(h.r. Bukhari)

Ketaatan kaum Muslimin kepada pimpinan agar tidak hanya dalam masalah-
masalah yang mereka sukai dan sesuai dengan kehendaknya semata sehingga
mengakibatkan kerusakan besar, kejelekan yang meluas, kekacauan dan hilangnya
kebaikan, maka Rasulullah saw. melanjutkan arahan nabawi-nya dengan bersabda,

“Kamu harus mendengar dan menaati, baik pada waktu susah maupun senang, baik di
waktu giat maupun malas serta mengutamakannya daripada urusan pribadimu.”
(h.r. Muslim)

Untuk menghindari adanya fitnah dan sobeknya barisan kaum Muslimin yang
mengakibatkan kehinaan, memancing kedatangan musuh, dan membuat mereka
berani melawan kita, Rasulullah saw. bersabda,

“Barangsiapa melepaskan tangannya dari ketaatan, maka ia akan bertemu dengan

5
Allah dihari Kiamat dalam keadaan tidak memiliki hujjah ‘argumentasi yang
membelanya’ dan barangsiapa mati sementara belum pernah berbaiat, maka ia mati
dalam keadaan jahiliyah.”
(h.r. Muslim)

Bukankah semua ini merupakan pilar, dasar, dan prinsip-prinsip tandhim?

j. Tandhim adalah Dasar Gerakan Rasulullah saw.


Perbuatan Rasulullah saw. dalam semua fase kenabiannya, di Makkah dan
Madinah, dalam kerangka tarbiyah, penyebaran dakwah, peperangan atau yang lain
selalu mengacu kepada tandhim dan memperhatikannya.
Pada peristiwa Baiat Aqabah pertama, Rasulullah saw. membaiat sebanyak 12
orang penduduk Madinah di Aqabah. Ibnu Ishaq berkata, “Ketika mereka pulang (ke
Madinah - pent.), Rasulullah saw. mengirim Mush’ab bin Umair bin Hasyim bin Abdi
Manaf bersama mereka. Beliau menugasi Mush’ab untuk membacakan Al-Qur’an,
mengajarkan agama Islam dan memahamkan mereka terhadap masalah agama.” Oleh
sebab itu, Mush’ab dikenal dengan sebutan Al-Muqri ’pembaca Al-Qur’an’ di kota
Madinah.
Pada peristiwa Baiat Aqabah kedua, Rasulullah saw. membaiat 73 orang
penduduk Madinah—laki-laki dan perempuan di Aqabah secara rahasia dan tanpa
diketahui oleh bangsa Quraisy. Kemudian Rasulullah saw. bersabda kepada mereka,
“Pilihkan untukku 12 orang naqib ‘ketua kelompok’ di antara kalian agar mereka
menjadi pembimbing di tengah kaumnya.” Selanjutnya orang-orang Madinah itu
memilih 12 orang naqib, sembilan orang dari suku Khazraj dan tiga orang dari suku
Aus. Para naqib dari Khazraj, antara lain: As’ad bin Zurarah, Sa’d bin Rabi’,
Abdullah bin Rawahah, Rafi’ bin Malik, Barra’ bin Ma’rur, Abdullah bin Amr bin
Haram, Ubadah bin Shamit, Sa’d bin Ubadah dan Mundzir bin Amr. Sedangkan para
naqib dari suku Aus: Usaid bin Hudlair, Sa’d bin Khaitsumah dan Rifa’ah bin
Mundzir.
Pada hijrah Rasulullah saw. terdapat sejumlah peristiwa tandhimi yang patut
dikaji, dipikirkan, dan menggugurkan berbagai tuduhan orang-orang yang menolak
logika tandhim dalam gerakan Islam. Peristiwa-peristiwa tersebut antara lain.
1. Permintaan beliau kepada Ali bin Abi Thalib untuk tidur di tempat tidur
beliau. Tujuannya untuk mengecoh kaum Musyrikin, paling tidak sampai
beliau meninggalkan Makkah dan telah sampai di Gua Tsur.
2. Pemilihan Gua Tsur sebagai tempat singgah, padahal gua tersebut berada
pada arah yang berlawanan menuju Madinah. Tindakan ini untuk
menambah kemantapan dalam mengecoh kaum Musyrikin yang sudah
menduga bahwa beliau pasti hijrah ke Madinah.
3. Penugasan beliau kepada Abdullah bin Abu Bakar untuk memonitor berita
yang terjadi di Makkah. Tujuannya agar beliau selalu mengikuti berita
tentang dirinya.
4. Penugasan beliau kepada Asma’ binti Abu Bakar untuk menyuplai
kebutuhan makanan dan minuman mereka.
5. Penugasan beliau kepada ‘Amir bin Fuhairah untuk membawa kambing-
kambingnya ke Gua Tsur pada sore hari. Tujuannya agar mereka berdua
dapat minum susu kambing. Di samping itu agar kambing-kambing itu

6
menghapus tapak-tapak kaki yang melintas pulang dan pergi ke Gua Tsur
sehingga persembunyian mereka tidak terdeteksi oleh kaum Musyrikin. Hal
ini semakin memantapkan pengecohan kepada kaum Musyrikin.

Jika Rasulullah saw. —yang selalu didukung oleh wahyu dan dibimbing
oleh petunjuk Yang Maha Menguasai dan Mengetahui— telah melakukan
sejumlah tindakan antisipasif pada sebuah peristiwa dan puluhan peristiwa, maka
bagaimana dengan orang-orang yang mengaku mempunyai rasa pembelaan
terhadap Islam dan kaum Muslimin —sementara wahyu sudah berhenti,
permasalahan semakin rumit, dan malapetaka akibat makar musuh semakin berat
— mereka malah mengajak kaum Muslimin untuk meninggalkan gerakan Islam
yang ber-tandhim. Dengan begitu mereka tidak mencari penerangan dari Sunah
Rasulullah saw.. Apakah mereka mempunyai mata yang digunakan untuk melihat
dan telinga untuk mendengar?

k. Sasaran-sasaran Besar Islam Mengharuskan Adanya Tandhim.


Sesungguhnya gerakan Islam di saat Daulah Islamiyah ‘Negara Islam’ yang
menerapkan hukum Allah belum tegak harus memiliki sasaran taghyir ‘reformasi’,
yakni: mengubah realitas menuju Islam. Dengan demikian, gerakan Islam dalam
kondisi seperti itu tidak bersifat gerakan ceramah yang menyesuaikan diri dengan
realitas serta menjadi bagian dari realitas itu sendiri.
Reformasi islami terhadap realitas jahiliyah seperti: pemikiran, ideologi,
peraturan, undang-undang, perilaku dan tradisinya tidak mungkin terlaksana, kecuali
melalui tandhim dan sistem yang cermat. Reformasi itu tidak mungkin terealisasi
dengan cara ceramah di masjid atau pengajian kelompok. Tetapi harus dengan
persiapan yang matang di segala bidang taghyir. Gerakan itu dimulai dengan
menyiapkan orang yang yakin dengan taghyir islami ‘Reformasi Islam’ dan siap
untuk mengabdi kepada semua tuntutan reformasi Islam, baik secara materi maupun
mental.
Gerakan itu membutuhkan persiapan agenda, rencana, program-program
reformasi. Selain itu juga membutuhkan berbagai perangkat reformasi, baik sarana
pendukung, fasilitas, sumber daya manusia, materi, maupun teknologi.
Semua kebutuhan itu tidak mungkin dapat terpenuhi, kecuali melalui sistem.
Sedangkan tidak adanya sistem, menjadikan gerakan Islam hanya bersifat ceramah
atau pengajian yang kurang mendapat perhatian serius dalam kancah kehidupan
manusia, hanya sedikit mengganggu mimpi-mimpi mereka, menggerakkan sebagian
perasaan mereka, selanjutnya hilang begitu saja, tanpa meninggalkan bekas dan hasil
apa-apa.

l. Besarnya Perlawanan terhadap Islam Menghaniskan Adanya Tandhim.


Jika yang telah diterangkan di muka ditambah dengan besarnya perlawanan
musuh-musuh terhadap Islam secara regional dan internasional, maka tandhim dalam
gerakan Islam menjadi wajib karena kondisi yang memaksa, jika bukan wajib secara
syar’i Musuh-musuh Islam memiliki puluhan organisasi, gerakan, dan lembaga yang
berkonspirasi terhadap Islam dan kaum Muslimin. Mereka memiliki dukungan materi
yang besar, baik kuantitas maupun kualitasnya.

7
Mereka selalu memamerkan teknologi canggihnya dalam setiap Pertempuran
mereka melawan Islam, baik saat perencanaan maupun pelaksanaan. Lebih dari
semua itu, musuh-musuh Islam bergerak, berkonspirasi dan merencanakan dari
berbagai pusat pengendali dan pangkalan-pangkalan militer internasional.
Setelah kita mengetahui semuanya, apakah masuk akal bila perlawanan Islam
bersifat sederhana, lemah, tidak terorganisasi dan tidak terencana? Setelah kita
mengetahui semuanya, ada sebuah pertanyaan besar dan penting, yaitu: Kemana
slogan yang menyerukan tidak pentingnya tandhim dalam gerakan Islam itu
bermuara? Siapakah yang diuntungkan dan dirugikan dengan propaganda itu?
Akhir pembahasan ini, saya mengajak orang-orang yang berkata tidak benar
terhadap Islam kepada dua hal, yaitu.
1. Hendaknya mereka memahami Islam dengan pemahaman yang baik
sebelum berinisiatif untuk mendakwahkannya.
2. Hendaknya mereka bertakwa kepada Allah dengan sebenar-benar takwa
dan selalu mengingat sabda Rasulullah saw.,

“Sesungguhnya seorang diantara kamu dapat mengucapkan suatu kata yang ia


tidak menyadarinya, tetapi dapat mencampakkannya ke Jahannam selama tujuh
puluh tahun.”
Allah swt. berfirman,
         
   
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
peringatan bagi orang-orang yang mempunyai akal atau yang
menggunakan pendengarannya, sedang Dia menyaksikannya. (Qs.
Qaaf: 37)
Semoga shalawat dan salam terlimpahkan kepada Nabi Muhammad saw.,
keluarga dan para sahabat Beliau.

Anda mungkin juga menyukai