Disusun Oleh :
Kelompok : 4
Kelas : 3 D
Semester : 3
Dosen Pengampu :
Dra. Atika Susanti, M.Pd
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendekatan Legal/Institusional
Pendekatan ini sering dinamakan pendekatan tradisional, mulai berkembang pada abad
ke-19 pada masa sebelum perang dunia II. Pada pendekatan ini negara menjadi fokus
utama, terutama konstitusional dan yurisidisnya. Bahasan pendekatan ini menyangkut sifat
dari Undang-Undang Dasar, masalah kedaulatan, kedudukan dan kekuasaan formal serta
yuridis dari lembaga-lembaga kenegaraan seperti parlemen, badan eksekutif, dan badan
yudikatif. Pendekatan ini lebih sering bersifat normatif dengan mengasumsikan norma-
norma demokrasi barat serta negara lebih di artikan sebagai suatu badan dari norma-norma
konstitusional yang formal.
Bahasan tradisional dalam pendekatan ini menyangkut antara lain sifat undang-undang
dasar, masalah kedaulatan, kedudukan, dan kekuasaan formal serta yuridis dari lembaga-
lembaga kenegaraan seperti parlemen dan lain-lain. Dengan kata lain, pendekatan ini
mencakup unsur legal maupun institusional. Pendekatan legal/institusional, yang sering
dinamakan pendekatan tradisional, mulai berkembang abad 19 pada masa sebelum Perang
Dunia II. Dalam pendekataan ini negara menjadi fokus pokok, terutama segi konstitusional
dan yuridisnya.
Setidaknya, ada lima karakteristik atau kajian utama pendekatan ini, yakni
1. Legalisme (legalism), yang mengkaji aspek hukum, yaitu peranan pemerintah pusat
dalam mengatur hukum;.
2. Strukturalisme, yakni berfokus pada perangkat kelembagaan utama atau menekankan
pentingnya keberadaan struktur dan struktur itu pun dapat menentukan perilaku
seseorang;.
3. Holistik (holism) yang menekankan pada kajian sistem yang menyeluruh atau holistik
alih-alih dalam memeriksa lembaga yang "bersifat" individu seperti legislatif;.
4. Sejarah atau historicism yang menekankan pada analisisnya dalam aspek sejarah seperti
kehidupan sosial-ekonomi dan kebudayaan;.
4
5
5. Analisis normatif atau normative analysis yang menekankan analisisnya dalam aspek
yang normatif sehingga akan terfokus pada penciptaan good government..
lalu. Mewujudkan, memlihara, dan member peluang serta kekuatan yang berbeda kepada
individu dan kelompok masing-masing. Perbedaan institusionalisme baru dan lama terletak
pada nalisis ekonomi, kebijakan fiscal dan moneter, pasar dan globalisasi di mana
institusionalisme tertuju ke sana, ketimbang masalah konstitusi yuridis.
C. Pendekatan Perilaku
Salah satu pemikiran pokok dalam pendekatan perilaku ialah bahwa tidak ada gunanya
membahas lembaga-lembaga formal karena pembahasan seperti itu tidak banyak
memberikan informasi mengenai proses politik yang sebenarnya. Sementara itu, inti
"pilihan rasional" ialah bahwa individu sebagai aktor terpenting dalam dunia politik dan
sebagai makhluk yang rasional selalu mempunyai tujuan-tujuan yang mencerminkan apa
yang dianggapnya kepentingan diri sendiri. Kedua pendekatan ini (perilaku dan pilihan
rasional), memiliki fokus utama yang sama yakni individu atau manusia. Meskipun begitu,
penekanan kedua pendekatan ini tetaplah berbeda satu sama lainnya.
Pendekatan perilaku timbul dan mulai berkembang di amerika pada tahun 1950-an
seusai Perang Dunia II. Adapun sebab-sebab kemunculannya adalah seabgai berikut. Sifat
deskriptif dari ilmu politikdianggap tidak memuaskan
1. Ada kekhawatiran bahwa jika ilmu politik tidak akan maju dengan pesat
Perilaku ini mempelajari perilaku anggota parlemen seperti pola pemberian suara
rancangan undang-undang. Beberapa konsep pokok pendekatan prilaku menurut David
Easton dan Albert Somit :
1. Menekankan pada teori dan metodologi. Dalam mengembangkan studi ilmu politik,
teori berguna untuk menjelaskan berbagai fenomena dari keberagaman di dalam
masyarakat..
7
E. Pendekatan Ketergantungan
Bertolak belakang dengan konsep Lenin mengenai imprealisme, mereka beranggapan
bahwa imprealisme masih hidup tapi dalam bentuk lain seperti ekonomi yang didominasi
negara-negara kaya. Pembangunan negara kurang maju selalu berkaitan dengan
kepentingan pihak lain seperti:
1. Negara jajahan dapat menyediakan sumber daya manusia atau sumber daya alam.
2. Negara kurang maju dapat menjadi pasar untuk hasil produksi Negara maju.
Ander Gunder Frank berpendapat bahwa penyelesaian masalah hanyalah melalui
revolusi social secara global. Mereka berpendapat bahwa gejala ini sudah menjadi gejala
seluruh dunia.Yang menarik adalah pandangan mereka yang membuka mata kita
terhadap akibat dari dominasi ekonomi ini. Dan itu dapat dilihat dari membumbungnya
hutang dan kesenjangan sosial.
8
F. Teori Ketergantungan
Teori ketergantungan merupakan kelompok yang mengkhususkan penelitiannya pada
hubungan antara negara Dunia Pertama dan Dunia Ketiga. Teori Ketergantungan yang pada
awalnya memusatkan perhatian pada negara-negara Amerika Selatan adalah pandangan
mereka yang membuka mata terhadap akibat dominasi ekonomi. Ini bisa dilihat dari
membumbungnya utang kesenjangan sosial-ekonomi dari pembangunan di banyak negara
Dunia Ketiga.
Teori ini lebih berpengaruh kepada negara ketiga atau negara kurang maju dalam
kerugiannya, dan negara maju justru berpengaruh dalam keuntungannya. Ada dua hal yang
dalam keberpengaruhan tersebut. Pertama Negara bekas jajahan (negara ketiga) dapat
menyediakan sumber daya manusia dan sumber daya alam, semua hal itu menjadi investasi
yang menguntungkan bagi negara pertama (penjajah atau negara maju). Kedua, negara
kurang maju (negara ketiga) dapat menjadi pasar untuk hasil produksi negara maju dan hal
ini adalah kegiatan eksploitasi yang menyebabkan negara-negara kurang maju mengalami
kemiskinan terus-menerus.
Teori ketergantungan sebagai teori yang muncul sebagai kritikan dari teori modernisasi.
Jika sebelumnya menurut teori modernisasi bahwa pembangunan itu seharusnya berkiblat
dan mencontoh negara negara barat yang terlebih dahulu maju, dan penyebab tidak
berkembangnya sebuah negara dikarena faktor-faktor dalam negara tersebut yang
menghambat gerak pembangunan. Oleh karena itu, segala faktor internal tersebut harus
dihapus dengan mencontoh negara-negara barat. Negara-negara dunia ketiga yang
mengikuti hal tersebut ternyata justru menghadapi masalah dalam perekonomian, mereka
terikat pada tingginya angka hutang piutang dan angka inflansi yang tinggi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam ilmu politik terdapat beberapa pendekatan, yaitu
A. Pendekatan Legal/Institusional
Pendekatan ini sering dinamakan pendekatan tradisional, mulai berkembang pada abad
ke-19 pada masa sebelum perang dunia II. Pada pendekatan ini negara menjadi fokus
utama, terutama konstitusional dan yurisidisnya.
C. Pendekatan Perilaku
Salah satu pemikiran pokok dalam pendekatan perilaku ialah bahwa tidak ada gunanya
membahas lembaga-lembaga formal karena pembahasan seperti itu tidak banyak
memberikan informasi mengenai proses politik yang sebenarnya.
E. Pendekatan Ketergantungan
Bertolak belakang dengan konsep Lenin mengenai imprealisme, mereka beranggapan
bahwa imprealisme masih hidup tapi dalam bentuk lain seperti ekonomi yang didominasi
negara-negara kaya.
3.2 Saran
Karena sistem pembuatan makalah ini online dan diskusi secara online, sangat
diharapkan ketika membuat makalah ini sebaiknya kita harus mendisukusikan secara rinci
pada anggota kelompok dan harus bekerja sama. Kita juga harus menggunakan sumber-
sumber yang benar-benar akurat seperti dari buku, media internet atau materi lainnya yang
sudah diberikan oleh Dosen Pengampu.
9
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/4728319/Pendekatan_Dalam_Ilmu_Politik
Diakses pada tanggal 1 September 2021 pukul 10.30 WIB
http://handiarto.com/beragam-pendekatan-dalam-ilmu-politik
Diakses pada tanggal 1 September 2021 pukul 10.30 WIB
http://id.shvoong.com/law-and-politics/politics/2114294-pendekatan-dalam-politik/
Diakses pada tanggal 1 September 2021 pukul 10.30 WIB
http://muspiarsaputra.blogspot.com/2010/12/paper-pendekatan-dalam-ilmu-politik.html
Diakses pada tanggal 1 September 2021 pukul 10.30 WIB
10