Model Pembelajaran KLPK 4
Model Pembelajaran KLPK 4
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
Indriastuty Sumarsih
Yetri Hernelti
Toni Setianto
SEMESTER/KELAS :
6/D
MATA KULIAH :
DOSEN PENGAMPU :
UNIVERSITAS BENGKULU
TAHUN 2023
1. Model Pembelajaran Direct Instruction (Pengajaran Langsung)
A. Pengertian
Menurut Maulana (2015, hlm. 171) model pembelajaran Direct Instruction
diartikan suatu pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa dalam
memperlajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang diajarkan
selangkah demi selangkah. Lebih lanjut Arends (2001) dalam Maulana (2015,
hlm. 171) mengatakan bahwa model instruksi langsung (direct intraction) secara
khusus di deasain untuk memperkenalkan siswa pembelajaran pengetahuan
procedural dan deklaratif yang terstruktur baik dan diajarkan secara bertahap.
Dapat disimpulkan bahwa model model pembelajaran Direct Instruction adalah
model pembelajarna yang dirancang untuk menunjang proses belajar siswa yang
berkaitan dengan pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang
terstruktur baik dan dapat diajarkan dengan pola kegaiatan yang bertahap,
selangkah demi selangkah.
1) Guru yang mengendalikan semua isi dari materi pelajaran yang dipelajari,
sampai dengan urutan informasi sehingga dapat mempertahankan fokus
pembelajaran dan tujuan yang akan dicapai oleh siswa;
2) Merupakan cara yang efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan-
keterampilan eksplisit kepada siswa
3) Guru dapat menunjukkan bagaimana suatu permasalahan dapat didekati,
dianalisis, dan suatu pengetahuan dihasilkan;
4) Model direct instruction menekankan kegiatan mendengarkan dan mengamati
melalui demonstrasi,
5) Model pembelajaran direct instruction ini bisa diterapkan secara efektif dalam
kelas besar maupun kelas kecil;
6) Siswa dapat mengetahui tujuan pembelajaran yang akan dipelajari dengan
jelas
7) Waktu yang digunakan untuk setiap fase kegiatan pembelajaran dapat
dikontrol dengan ketat.
8) Dalam model pembelajaran direct instruction ini terdapat penekanan pada
pencapaian akademik:
9) Kinerja siswa didampingi secara cermat oleh guni
10) Umpan balik bagi siswa berorientasi akademik
11) Model ini dapat digunakan untuk menekankan poin-poin penting atau
kesulitan-kesulitan yang mungkin dihadapi siswa; dan
12) Model ini dapat menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan informasi dan
pengetahuan faktual dan terstruktur
Kekurangan model pembelajaran direct instruction ini dijelaskan oleh
Suprihatiningrum (2011) dalam Amin dan Linda (2022, hlm. 157), yaitu sebagai
berikut:
1) Tidak semua siswa memiliki kemampuan untuk mendengar, mengamati,
dan mencatat dengan baik. Oleh karena itu, guru masih harus mengajarkan
dan membimbing siswa;
2) Guru kadang kesulitan untuk mengatasi perbedaan dalam hal kemampuan,
tingkat pembelajaran serta pemahaman, pengetahuan awal, dan gaya
belajar siswa;
3) Kesempatan siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial dan
interpersonal terbatas karena partisipasi aktif lebih banyak dilakukan oleh
guru
4) Kesuksesan pembelajaran direct instruction ini sangat bergantung pada
guru. Apabilaa guru siap, berpengetahuan, percaya diri, antusias, dan
terstruktur siswa dapat belajar dengan baik;
5) Model pembelajaran ini dapat berdampak negatif terhadap kemampuan
penyelesaian masalah. kemandirian, dan keingin tahuan siswa karena
ketidak tahuan siswa akan selesai dengan pembimbingan guru
6) Model pembelajaran langsung membutuhkan keterampilan komunikasi
yang lebih baik dari g guru. komunikasi tidak berlangsung efektif, dapat
dipastikan pembelajaran tidak akan berhasil;
7) Guru sulit untuk mendapatkan umpan balik mengenai pemahaman siswa,
sehingga dapat berakibat pada ketidak pahaman siswa atau kesalah
pahaman siswa;
8) Model pembelajaran ini akan sulit diterapkan untuk materimateri yang
abstraks dan kompleks
9) Apabila model pembelajaran direct instruction tidak banyak melibatkan
siswa, siswa akan kehilangan perhatian setelah 10-15 menit dan hanya
akan mengingat sedikit isi materi yang disampaikan, dan
10) Siswa menjadi tidak bertanggung jawab mengenai materi yang harus
dipelajari oleh dirinya karena menganggap materi akan
diajarkan oleh guru.
Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina auasana atau iklim
pembelajaran yang responsis. Guru merangsang dan mengajak siswa untuk
berpikir memecahkan masalah. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam
tahapan orientasi ini adalah:
a. Menjelaskan topik, tujuan dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai
oleh siswa.
b. Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa unutk
mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inquiry
learning serta tujuan setiap langkah, mulai dari Langkah merumuskan
masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan
c. Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan
dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa.
1. Merumuskan Masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada sutu
persoalan yang mengandung teka- teki. Dikatakan teka-teki dalam rumusan
masalah yang ingin dikaji disebabkan msalah itu tentu ada jawabannya, dan
siswa didorong untuk menemukan jawaban yang tepat. Proses mencari
jawaban itulah yang sangat penting dalam strategi inkuiri.
2. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang
dikaji. Potensi berfikir itu dimulai dari kemampuan setiap individu untuk
menebak at mengira-ngira (berhipotesis) dari suatu permasalahan. Salah satu
cara yang dapat dilakukan gur mengembangkan kemampuan menebak
(berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai
pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban
sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban
dari suatu permasalahan yang dikaji.
3. Mengumpulkan Data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan
untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam Strategi Pembelajaran Inkuiri,
mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam
pengembangan imtelektual. Tugas dan peran guru dalam tahapan ini adalah
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk
berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.
4. Menguii hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang diangga diterima
sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan
data. Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat
keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan. Di samping itu, menguji
hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berfikir rasional. Artinya,
kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi,
akan tetapi harus oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.
5. Merumuskan Kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang
diperoleh berasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan
merupakan gongnya dalam proses pembelajaran. Karena itu, untuk mencapai
kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data
mana yang relevan.
4. Model pembelajaran ABC Games
A. Pengertian
Model pembelajaran ABC Games merupakan pengembangan dari model
pembelajaran ABC. Model pembelajaran ABC merupakan akronim dari kata
Anticipation, Building Knowledge, dan Consolidation. Model ini terdiri dari 3 tahap
atau fase. Tahap pertama yaitu anticipation atau antisipasi. Pada tahap ini siswa
diberikan permasalahan atau topik yang harus dipelajari, kemudian diminta untuk
berpikir dan mengajukan pertanyaan atau permasalahan atau topik tersebut. Tahap
atau fase kedua yaitu building knowledge atau membangun pengetahuan. Pada tahap
atau fase ini meminta siswa untuk bertanya, mencari tahu, menjawab pertanyaan
mereka sebelumnya, dan menemukan pertanyaanpertanyaan baru dari jawaban
mereka. Tahap ketiga adalah consolidation atau konsolidasi menggabungkan. Pada
tahap ini siswa diminta untuk menggabungkan hasil dari tahap pertama dan kedua.
Siswa diminta untuk merenungkan apa yang telah mereka pelajari, kemudian
menanyakan apa artinya bagi mereka, mencerminkan seperti apa perubahan yang
mereka pikirkan, dan merenungkan bagaimana mereka dapat menggunakannya.
Sacfuddin & Berdiati (2016 dalam Amin dan Linda (2022, hlm.1).
Model ini bertujuan untuk memotivasi siswa untuk belajar dengan aktif dan
menyenangkan. Dengan adanya games yang diberikan, siswa lebih antusias karena
adanya persaingan untuk memenangkan games tersebut. Penelitian yang dilakukan
Azizah dkk, (2019 : 187-194 dalam Amin dan Linda (2022, hlm.1), menyebutkan
bahwa model pembelajaran ABC Games berpengaruh positif terhadap nilai
keterampilan berpikir kritis siswa. Artinya penggunakan model pembelajaran ABC
dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa.
model pembelajaran ini juga memiliki kelemahan yang dijelaskan Daryanto dan
Raharjo (2012: 162), yaitu:
a. Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.
b. Membutuhkan biaya yang cukup banyak.
c. Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, dimana
instruktur memegang peran utama dikelas.
d. Banyaknya peralatan yang harus disediakan.
e. Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan
informasi akan mengalami kesulitan.
f. Ada kemungkinan peserta didik yang kurang aktif dalam bekerja kelompok.
g. Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda,
dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan
C. Langkah-langkah
Langkah –langkah pelaksanaan model pembelajaran PJBL (Project Based
Learning) menurut Mulyasa (2014: 145-146) adalah sebagai berikut:
1. Menyiapkan pertanyaan atau penugasan proyek.
2. Mendesain perencanaan proyek.
3. Menyusun jadwal sebagai langkah nyatadari sebuah proyek
4. Memonitor kegiatan dan perkembangan proyek.
C. Langkah-langkah Pokok
Menurut Hosnan (2014: 285) terdapat beberapa langkah-langkah yang harus
ditempuh oleh guru dalam melaksanakan model pembelajaran Discovery Learning,
diantaranya:
1. Merumuskan masalah
2. Dari data yang diberikan guru, peserta didik menyusun, memproses,
mengorganisir, dan menganalisis data tersebut.
3. Peserta didik menyusun konjektur (perkiraan) dari hasil analisis yang
dilakukannya.
4. Bila dipandang perlu, konjektur yang telah dibuat peserta didik diperiksa oleh
guru.
5. Apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenaran konjektur tersebut, maka
verbalisasi konjektur sebaiknya diserahkan juga kepada peserta didik untuk
menyusunnya.
6. Sesudah peserta didik menemukan apa yang dicari, hendaknya guru
menyediakan soal latihan untuk memeriksa apakah hasil penemuan itu benar
1. Ketakutan beberapa siswa untuk mengeluarkan ide karena akan dinilai oleh
teman dalam kelompoknya.
2. Ketidakmampuan semua siswa untuk menerapkan strategi ini, sehingga
banyak waktu yang akan tersita untuk menjelaskan mengenai model
pembelajaran ini.
3. Keharusan guru untuk melaporkan setiap penampilan siswa dan tiap tugas
siswa untuk menghitung hasil prestasi kelompok, dan ini buka tugas yang
sebentar.
4. Kesulitan membentuk kelompok yang solid dan dapat bekerja sama dengan
baik.
5. Kesulitan menilai siswa sebagai individu karena mereka berada dalam
kelompok.
C. Langkah-langkah
Rifatun dalam (Suprijono 2010:126-127) Langkah-langkah pertama
menerapkan Metode Cooperative Script pada proses pembelajaran sebagai berikut:
1. Guru membagi siswa untuk berpasangan
2. Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat
ringkasan
3. Guru dan siswa menetapkan siapan yang pertama dan berperan sebagai
pembicara dan siapa yang sebagai pendengar
4. Pembicara membacakan ringkasanhya selengkap mungkin, dengan
memasukan ide-ide pokok dalam ringkasannya sementara pendengar
5. Menyimak/mengoreksi/menunjukan ide-ide pokok yang kurang lengkap
6. Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan
materi sebelumnya atau dengan materi lainnya
7. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan
sebaliknya serta lakukan seperti diatas
8. Kesimpulan siswa bersama-sama dengan guru, dan
9. Penutup
C. Langkah-langkah
Slavin (2014:166)berpendapat,”langkah-langkah model TGT sebagai berikut.
1. menyampaikan fokus materi
2. mengelompokkan siswa
3. melakukan permainan
4. menyelenggarakan turnamen
5. memberi penghargaan
C. Langkah-Langkah
Menurut Hosman (2014 : 37) menyatakan bahwa langkah-langkah pendekatan
saintifik Dalam proses pembelajaran pada kurikulum 2013 untuk semua jenjang
menggunakan pendekatan ilmiah meliputi menggali informasi melalui observing atau
pengalaman atau bertanya eksperimen percobaan mengolah data atau informasi
dilanjutkan dengan menganalisis asosiasi menalar kemudian menyimpulkan dan
menciptakan serta membentuk jaringan.
1. Mengamati (Observing)
2. Menanya (Questioning)
3. Mengumpulkan Informasi atau Mencoba (Experimenting)
4. Mengolah atau Menganalisis Data (Associating)
5. Mengomunikasikan (Communicating)
C. Langkah-langkah
Menurut Atherton (dalam Fathurrohman 2015: 128) mengemukakan bahwa
dalam konteks belajar pembelajaran berbasis pengalaman dapat dideskripsikan
sebagai proses pembelajaran yang merefleksikan pengalaman secara mendalam dan
dari sini muncul pemahaman baru atau proses belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Maulana. (2015). Ragam Model Pembelajaran di Sekolah Dasar (Edisi ke-2). Sumedang:
UPI Sumedang Press.
Sabarina Elprida Manik, d. (2022). Penerapan Model Pembelajaran Pada Pelajaran MIPA
(Matematika IPA). Bandung: Media Sains Indonesia.
Sumendap, A. d. (2022). 164 Model Pembelajaran Kontemporer. Bekasi: Pusat Penerbitan
LPPM.
buku model-model pembelajaran, Shilphy A. Octavia 2020
Efendi, Dwi Ratna, and Krisma Widi Wardani. "Komparasi Model Pembelajaran Problem
Based Learning dan Inquiry Learning Ditinjau dari Keterampilan Berpikir
Kritis Siswa di Sekolah Dasar." Jurnal Basicedu 5.3 (2021): 1277-1285.
ARISTHI, Ni Putu Sistya; MANUABA, Ida Bagus Surya. Model Experiential Learning
Berbantuan Media Gambar Terhadap Keterampilan Menulis Puisi Siswa
Sekolah Dasar. Mimbar Ilmu, 2020, 25.3: 327-337.