Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

MODEL DAN STRATEGI PEMBELAJARAN MASTERY LEARNING


(ML)
(Makalah diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Model dan Strategi
Pembelajaran PAI)

Dosen Pengampu:
Achmat Mubarok, M.Pd
Disusun Oleh:
Dilla Rafida Rizqya (201886010058)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS YUDHARTA PASURUAN
2021
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu di antara masalah besar dalam bidang pendidikan di Indonesia yang banyak
diperbincangkan adalah rendahnya mutu pendidikan yang tercermin dari rendahnya rata-
rata prestasi belajar peserta didik. Masalah lain adalah bahwa pendekatan dalam
pembelajaran masih terlalu didominasi peran guru (teacher centered). Guru lebih banyak
menempatkan peserta didik sebagai objek dan bukan sebagai subjek didik. Pendidikan
kita kurang memberikan kesempatan kepada peserta didik dalam berbagai mata pelajaran,
untuk mengembangkan kemampuan berpikir holistik (menyeluruh), kreatif, objektif, dan
logis, belum memanfaatkan quantum learning sebagai salah satu paradigma menarik
dalam pembelajaran, serta kurang memperhatikan ketuntasan belajar secara individual.
Demikian juga proses pendidikan dalam sistem persekolahan kita, umumnya belum
menerapkan pembelajaran sampai peserta didik menguasai materi pembelajaran secara
tuntas. Akibatnya, banyak peserta didik yang tidak menguasai materi pembelajaran
meskipun sudah dinyatakan tamat dari sekolah. Tidak heran kalau mutu pendidikan
secara nasional masih rendah.
Dengan sistem belajar tuntas diharapkan program belajar mengajar dapat dilaksanakan
sedemikian rupa agar tujuan instruksional yang hendak dicapai dapat diperoleh secara
optimal sehingga proses belajar mengajar lebih efektif dan efisien.
Pembelajaran tuntas adalah pola pembelajaran yang menggunakan prinsip ketuntasan
secara individual. Dalam hal pemberian kebebasan belajar, serta untuk mengurangi
kegagalan peserta didik dalam belajar.

B. Rumusan Masalah
Dalam penulisan, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning)?
2. Bagaimana ciri-ciri Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning)?
3. Bagaimana prinsip Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning)?
4. Bagaimana langkah-langkah Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning)?
5. Apa kelebihan dan kekurangan Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning)?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut :
1. Memenuhi tugas kuliah dari dosen pengampu Strategi Pembelajaran
2. Mengetahui pengertian Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning)
3. Mengetahui ciri-ciri Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning)
4. Mengetahui prinsip Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning)
5. Mengetahui langkah-langkah Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning)
6. Mengetahui kekurangan dan kelebihan dari Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning)
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Pembelajaran Tuntas


Pembelajaran tuntas adalah salah satu usaha dalam pendidikan yang bertujuan untuk
memotivasi peserta didik mencapai penguasaan (mastery level) terhadap kompetensi
tertentu. Dengan menempatkan pembelajaran tuntas (mastery learning) sebagai salah satu
prinsip utama dalam mendukung pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi, berarti
pembelajaran tuntas merupakan sesuatu yang harus dipahami dan dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya oleh seluruh warga sekolah.
Belajar tuntas merupakan pembelajaran yang dapat dilaksanakan di dalam kelas,
dengan asumsi bahwa di dalam kondisi yang tepat semua peserta didik akan mampu
belajar dengan baik dan memperoleh hasil belajar secara maksimal terhadap seluruh
bahan yang dipelajari (Ramayulis, 2005: 193). Pembelajaran tuntas adalah pola
pembelajaran yang menggunakan prinsip ketuntasan secara individual. Dalam hal
pemberian kebebasan belajar, serta untuk mengurangi kegagalan peserta didik dalam
belajar.Suryobroto (2002: 96)
Belajar tuntas adalah pencapaian setiap unit bahan pelajaran baik secara perseorangan
maupun kelompok atau dengan kata lain penguasaan penuh. Maksud utama dari belajar
tuntas adalah memungkinkan 75% sampai 90% siswa untuk mencapai belajar yang sama
tingginya dengan kelompok terpandai dalam pengajaran klasikal. Maksud lain dari
belajar tuntas adalah untuk meningkatkan efisiensi belajar, minat belajar, dan sikap siswa
yang positif terhadap materi pelajaran yang sedang dipelajarinya. Oleh karena itu, taraf
penguasaan minimal memiliki kriteria yaitu pencapaian 75% dari materi setiap pokok
bahasan dengan melalui penilaian formatif, mencapai 60% dari nilai ideal yang
diperolehnya melalui perhitungan hasil tes sub-sumatif, dan kokurikuler atau siswa
memperoleh nilai enam dalam rapor untuk mata pelajaran tersebut.
Konsep pembelajaran tuntas dilandasi oleh pandangan bahwa semua atau hampir
semua siswa akan mampu mempelajari pengetahuan atau keterampilan dengan baik asal
diberikan waktu yang sesuai dengan kebutuhannya. Setiap siswa mempunyai kemampuan
dan upaya untuk menguasai sesuatu yang dipelajari. Tahap penguasaan bergantung
kepada kualitas pembelajaran yang dialaminya. Pembelajaran tuntas merupakan suatu
model pembelajaran untuk memastikan bahwa semua siswa menguasai hasil
pembelajaran yang diharapkan dalam suatu unit pembelajaran sebelum berpindah ke unit
pembelajaran berikutnya. Model ini membutuhkan waktu yang cukup dan proses
pembelajaran yang berkualitas.
Menurut Bloom (1968) Pembelajaran Tuntas merupakan satu model pembelajaran
yang difokuskan pada penguasaan siswa dalam sesuatu hal yang dipelajari. Kemudian,
Anderson & Block (1975) berpendapat bahwa pembelajaran tuntas adalah seperangkat
gagasan dan tindakan pembelajaran secara individu yang dapat membantu siswa untuk
belajar secara konsisten. Gagasan dan tindakan ini menghasilkan proses pembelajaran
yang sistematik, membantu siswa yang menghadapi masalah pembelajaran, serta
membutuhkan waktu yang cukup bagi siswa untuk mencapai ketuntasan berdasarkan
kriteria ketuntasan yang jelas. Terdapat tiga hal yang menjadi alasan mengapa model
pembelajaran tuntas ini perlu dilaksanakan dalam pembelajaran di sekolah dasar.
1) Siswa memiliki kemampuan dan kebutuhan yang berbeda-beda, sehingga
membutuhkan layanan pembelajaran dan waktu yang berbeda pula.
2) Siswa membutuhkan model pembelajaran yang sesuai dan berkesan, sehingga mereka
dapat belajar dengan senang tanpa adanya paksaan.
3) Siswa pada dasarnya harus menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar
berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap yang ditawarkan dalam kurikulum
tingkat satuan pendidikan.

2. Ciri-ciri Pembelajaran Tuntas


a. Pengajaran didasarkan atas tujuan-tujuan pendidikan yang telah ditentukan
terlebih dahulu. Jadi baik cara belajar mengajar maupun alat evaluasi yang
digunakan untuk mengatur keberhasilan siswa harus berhubungan erat dengan
tujuan-tujuan pendidikan yang akan dicapai.
b. Memperhatikan perbedaan individu. Yang dimaksud dengan perbedaan individu
adalah perbedaan siswa dalam menerima rangsangan dari luar dan dari dalam
dirinya serta laju belajarnya. Dalam hal ini pengembangan proses belajar
mengajar hendaknya dapat disesuaikan dengan sensitivitas indra siswa.
c. Evaluasi dilakukan secara kontinu dan didasarkan atas kriteria. Evaluasi
dilakukan secara kontinu (continuous evaluation) ini diperlukan agar guru dapat
menerima umpan balik yang cepat/segera, sering dan sistematis. Evaluasi
berdasarkan kriteria mengenal dua macam bentuk yaitu evaluasi formatif dan
evaluasi sumatif. Test formatif adalah tes yang digunakan selama siswa
mempelajari bahan pelajaran untuk menguasai tujuan intruksional yang telah
ditentukan. Menurut Michael Scriven, evaluasi formatif mempunyai dua tujuan :
1) Untuk menemukan sampai seberapa jauh siswa telah menguasai bahan
pelajaran.
2) Untuk melakukan penilaian cara mengajar yang direncanakan dan yang
diterapkan itu telah cukup baik atau masih memerlukan perbaikan.
d. Menggunakan program perbaikan dan program pengayaan. Program perbaikan
dan program pengayaan adalah sebagai akibat dari penggunaan evaluasi yang
kontinu dan berdasarkan kriteria serta pandangan terhadap perbedaan kecepatan
belajar mengajar siswa dan administrasi sekolah. program perbaikan ditunjukan
kepada mereka yang belum menguasai tujuan intruksional tertentu, sedangkan
program pengayaan diberikan kepada mereka yang telah menguasai unit pelajaran
yang diberikan.
e. Menggunakan prinsip siswa belajar aktif. Cara belajar mengajar demikian
mendorong siswa untuk bertanya bila mengalami kesulitan mencari buku-buku
atau sumber-sumber lain untuk memecahkan persoaln-persoalan yang
dihadapinya.
f. Menggunakan satuan pelajaran yang kecil. Cara belajar mengajar dengan
menggunakan prinsip belajar tuntas menuntut pembagian bahan pengajaran
menjadi unit yang kecil-kecil. Pembagian unit pelajaran menjadi bagian-bagian
kecil ini sangat diperlukan guna dapat memperoleh umpan balik secara mungkin.

3. Prinsip-prinsip Pembelajaran Tuntas


Prinsip pembelajaran tuntas menurut Gentile & Lalley :
a. Kompetensi yang harus dicapai peserta didik dirumuskan dengan urutan yang
hirarkis.
b. Evaluasi yang digunakan adalah penilaian acuan patokan, dan setiap kompetensi
harus diberikan feedback.
c. Pemberian pembelajaran remedial serta bimbingan yang diperlukan.
d. Pemberian program pengayaan bagi peserta didik yang mencapai ketuntasan
belajar lebih awal.

4. Langkah-langkah Pembelajaran Tuntas


Langkah-langkah yang harus diambil guru untuk melaksanakan belajar tuntas mencakup:
a. Memecah-mecah mata pelajaran ke dalam sejumlah unit belajar yang lebih kecil
(misalnya pengajaran dua mingguan), menetapkan tujuan pembelajaran untuk
setiap unit belajar, dan mengurutkan unitunit belajar tersebut berdasarkan tingkat
kesulitannya (diawali dengan yang paling mudah).
b. Memberikan pretest untuk unit pelajaran yang akan disajikan. 3. Membagi siswa
ke dalam kelompok-kelompok belajar kecil.
c. Siswa mempelajari unit pelajaran pertama dalam kelompok belajarnya masing-
masing.
d. Melaksanakan tutorial individual bagi siswa yang berkesulitan.
e. Melaksanakan tes formatif pada akhir setiap unit pelajaran.
f. Memberikan materi penghubung tambahan (supplementary instructional
connectives) untuk membantu siswa mengatasi kesulitan belajar pada unit itu
sebelum pembelajaran kelompok dilanjutkan ke unit pelajaran berikutnya.
g. Memberikan pengayaan kepada siswa yang telah mencapai penguasaan penuh
untuk unit pelajaran ini.
h. Memberikan tes sumatif untuk mengecek ketuntasan belajar siswa bagi seluruh
mata pelajaran.
i. Jika pada hasil tes sumatif tersebut siswa tidak menunjukkan ketuntasan, maka
guru menggunakan strategi-strategi korektif hingga ketuntasan dicapai.
Instrumen yang harus dipersiapkan guru meliputi:
1. Sejumlah satuan acuan pembelajaran (unit pelajaran) yang berisikan materi
pokok pembelajaran dan tujuan khusus pembelajaran untuk setiap unit pelajaran.
2. Tes formatif untuk masing-masing unit pelajaran.
3. Instrumen korektif/pengayaan untuk setiap unit.
4. Materi penghubung tambahan (supplementary instructional connectives) antar-
unit.
5. Tes sumatif.

5. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Tuntas


Kelebihan Pembelajaran Tuntas, sebagai berikut :
a. Pendekatan ini sejalan dengan pandangan psikologi belajar modern yang
berpegang pada prinsip perbedaan individual.
b. Memungkinkan siswa belajar lebih aktif dan memberi kesempatan kepada
siswa untuk mengembangkan diri sendiri, memecahkan masalah sendiri dengan proses
menemukan dan bekerja sendiri.
c. Guru dan siswa dapat bekerja sama secara partisipatif dan persuasif, baik
dalam proses belajar maupun proses bimbingan terhadap siswa lainnya.
d. Berorientasi kepada peningkatan produktivitas hasil belajar karena siswa dapat
menguasai bahan pelajaran secara tuntas, menyeluruh, dan utuh.
e. Pendekatan ini pada hakekatnya tidak mengenal siswa yang gagal belajar atau
tidak naik kelas. Siswa yang hasil belajarnya kurang memuaskan atau masih di bawah
target hasil yang diharapkan, terus menerus dibantu oleh rekannya dan gurunya.
f. Penilaian yang dilakukan terhadap kemajuan belajar siswa mengandung unsur
objektivitas yang tinggi sebab penilaian dilakukan oleh guru, rekan sekelas dan oleh diri
sendiri, dan berlangsung secara berlanjut serta berdasarkan ukuran keberhasilan (standar
perilaku) yang jelas dan spesifik.
g. Didasarkan pada suatu perencanaan yang sistemik yang memiliki derajat
koherensi yang tinggi dengan kurikulum yang berlaku.
h. Menyediakan waktu belajar yang cukup sesuai dengan keadaan dan kebutuhan
masing-masing individu siswa sehingga memungkinkan mereka belajar secara lebih
leluasa.
i. Berusaha mengatasi kelemahan-kelemahan yang terdapat pada pendekatan
pembelajaran konvensional yang pada umumnya berdasarkan pendekatan klasikal.

Beberapa kekurangan atau kelemahan dari pembelajaran tuntas, antara lain:


a. Guru sering mengalami kesulitan dalam membuat perencanaan mengajar
karena harus dibuat untuk jangka waktu yang cukup panjang di samping penyusunan
perencanaan mengajar yang lengkap dan menyeluruh.
b. Pendekatan pembelajaran tuntas ini dalam pelaksanaannya harus melibatkan
berbagai kegiatan, yang berarti menuntut macam-macam kemampuan guru yang
memadai.
c. Guru-guru yang sudah terbiasa melaksanakan pembelajaran dengan cara-cara
yang lama (konvensional) biasanya akan mengalami hambatan untuk melaksanakan
pendekatan pembelajaran tuntas ini.
d. Pendekatan ini mempersyaratkan tersedianya berbagai fasilitas, perlengkapan,
alat, dana, dan waktu yang cukup banyak, sedangkan sekolah-sekolah kita pada
umumnya masih langka dalam segi sumber-sumber teknis seperti yang diharapkan.
e. Diberlakukannya sistem ujian seperti EBTA, EBTANAS, UAN/UN yang
menuntut penyelenggaraan program pembelajaran pada waktu yang telah ditetapkan dan
usaha persiapan para siswa untuk menempuh ujian, mungkin menjadi salah satu unsur
penghambat pelaksanaan pembelajaran tuntas yang diharapkan.
f. Untuk melaksanakan pendekatan ini yang mengacu kepada penguasaan materi
belajar secara tuntas pada gilirannya menuntut para guru agar mengusai materi tersebut
secara lebih luas, menyeluruh, dan lebih lengkap. Hal ini menuntut para guru agar belajar
lebih banyak dan menggunakan sumber-sumber yang lebih luas.

6. Penerapan Pembelajaran Tuntas Di Sekolah Dasar


a. Tujuan Penerapan Pembelajaran Tuntas di SD
Tujuan ideal dari penerapan pembelajaran tuntas di SD yaitu agar bahan yang dipelajari
dapat dikuasai sepenuhnya oleh seluruh siswa. Penerapan konsep pembelajaran tuntas
dalam pembelajaran di SD dapat mempertinggi rata-rata prestasi siswa dalam belajar
dengan memberikan kualitas pembelajaran yang lebih sesuai, bantuan serta perhatian
khusus bagi siswa-siswa yang lambat agar menguasai standar kompetensi dan kompetensi
dasar yang ditetapkan.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Penerapan Pembelajaran
Tuntas di SD
Penerapan pembelajaran tuntas dalam proses pembelajaran dilandasi oleh pandangan
bahwa pada dasarnya semua siswa memiliki kesanggupan untuk menguasai bahan
pelajaran yang diajarkan secara tuntas dengan syarat-syarat tertentu. Menurut S. Nasution
(2000), terdapat lima faktor yang mempengaruhi ketuntasan belajar, yaitu:
1. Bakat untuk mempelajari sesuatu
2. Mutu pengajaran
3. Kesanggupan untuk memahami pengajaran
4. Ketekunan
5. Dan waktu yang tersedia untuk belajar
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pembelajaran tuntas adalah salah satu usaha dalam pendidikan yang bertujuan untuk
memotivasi peserta didik mencapai penguasaan (mastery level) terhadap kompetensi
tertentu. Pembelajaran tuntas adalah pola pembelajaran yang menggunakan prinsip
ketuntasan secara individual. Dalam hal pemberian kebebasan belajar, serta untuk
mengurangi kegagalan peserta didik dalam belajar.
Dalam kegiatan belajar mengajar guru harus melakukan perencanaan terlebih dahulu agar
guru tersebut mampu mengajar peserta didiknya dengan baik. Pembelajaran tuntas
merupakan strategi belajar yang baik digunakan untuk meningkatkan mutu pendidikan,
karena dengan belajar tuntas, siswa dituntut untuk benar-benar menguasai materi yang
dipelajari, dengan begitu maka siswa yang belum menguasai materi akan terus
mengulang kembali materi yang telah dipelajarinya sampai dia benar-benar
menguasainya, meskipun tidak 100% siswa tersebut memahaminya.
Dalam strategi ini menuntut siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran, selain itu
penilaian dalam pembelajaran tuntas ini mengandung unsur objektifitas yang tinggi.

B. Saran
Dalam menggunakan strategi belajar tuntas ini guru harus terlebih dahulu tahu dan
memahami sebenarnya seperti apa strategi belajar tuntas itu agar dalam pelaksanaannya
tidak mengalami kesulitan. Strategi belajar tuntas harus disusun secara sistematis agar
semua peserta didik dapat memperoleh hasil yang maksimal.

Anda mungkin juga menyukai