Oleh :
MARYONO, S. Pd.
NIP. 150282354
DEPARTEMEN AGAMA
MADRASAH IBTIDAIYAH KABUPATEN REMBANG
TAHUN 2008
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
Setelah pelatihan / workshop ini kami mengharapkan dengan sungguh-sungguh bapak dan ibu agar
dapat :
1. Menguasai dan dapat mengimplementasikan pembelajaran tuntas di madrasahnya
masing-masing.
2. Mampu membuat standar ketuntasan belajar minimal.
C. Ruang lingkup
Belajar tuntas adalah pola pengajaran terstruktur yang bertujuan agar bahan ajar dapat
dikuasai sepenuhnya oleh peserta didik dengan strategi pengajaran yang diindividualisasikan
dengan pendekatan kelompok, sehingga diberikan perhatian yang cukup pada perbedaan-perbedaan
yang terdapat diantara siswa, khususnya peserta didik yang cepat belajar maupun yang lambat
belajar. Dengan demikian, diusahakan supaya setiap peserta didik mencapai kompetensi secara
layak dan wajar.
:Supaya pola pengajaran terstruktur ini efisien dan efektif, ditekankan perlunya
a. Tujuan-tujuan instruksional yang harus dicapai ditetapkan secara tegas. Semua tujuan itu
dirangkaikan dan materi pelajaran dibagi-bagi atas unit-unit pelajaran yang diurutkan, sesuai
dengan rangkaian segala tujuan instruksional.
b. Dituntut supaya siswa mencapai tujuan instruksional yang pertama lebih dahulu, sebelum siswa
diperbolehkan mempelajari unit pelajaran yang baru untuk mencapai tujuan instruksional yang
kedua; tujuan instruksional yang kedua harus tercapai lebih dahulu, sebelum siswa maju lebih
lanjut dan seterusnya. Dengan kata lain, "yang berikutnya" tidak dimulai, sebelum "yang
sebelumnya" dikuasai. Maka, sistem belajar ini menekankan "penguasaan" (mastering).
c. Ditingkatkan motivasi belajar siswa dan efektivitas usaha belajar siswa, dengan memonitor
proses belajar siswa melalui testing berkala dan kontinyu, serta memberikan umpan balik
kepada siswa mengenai keberhasilan atau kegagalannya pada saat-saat itu juga (testing
formatif).
d. Diberikan bantuan atau pertolongan kepada siswa yang masih mengalami kesulitan pada saat-
saat yang tepat, yaitu sesudah penyelenggaraan testing formatif, dan dengan cara yang efektif
untuk siswa bersangkutan
Adapun ciri-ciri belajar tuntas yang berstruktur dengan strategi pengajaran individu dikemas
pendekatan kelompok yaitu :
1. Pengajaran didasarkan atas tujuan-tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu;
2. Memperhatikan perbedaan individu, terutama dalam hal kemampuan dan kecepatan
belajarnya;
3. Evaluasi dilakukan secara kontinyu agar guru maupun siswa dapat segera memperoleh
balikan
Model belajar ini, kemudian, dikembangkan oleh Benyamin S. Bloom, menjadi pola atau
prosedur pengajaran yang dapat diterapkan dalam memberikan pengajaran kepada satuan kelas.
Secara operasional, guru mengambil langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menentukan tujuan-tujuan instruksional yang harus dicapai, baik yang umum maupun yang
khusus.
b. Menjabarkan materi pelajaran atas sejumlah unit pelajaran yang dirangkaikan, yang masing-
masing dapat diselesaikan dalam waktu kurang lebih dua minggu.
c. Memberikan pelajaran secara klasikal, sesuai dengan unit pelajaran yang sedang dipelajari.
d. Memberikan tes kepada siswa pada akhir masing-masing unit pelajaran, untuk mengecek
kemajuan masing-masing siswa dalam mengolah materi pelajaran. Tes itu bersifat formatif, yaitu
bertujuan mengetahui sampai berapa jauh siswa berhasil dalam pengolahan materi pelajaran
(diagnostic progress test). Dalam testing formatif ini, diterapkan norma yang tetap dan pasti,
misalnya minimal 85% dari jumlah pertanyaan dalam tes itu harus dijawab betul, supaya siswa
dinyatakan berhasil atau telah "menguasai" tujuan instruksional khusus.
e. Kepada siswa yang ternyata belum mencapai tingkat penguasaan yang dituntut, diberikan
pertolongan khusus, misalnya bantuan dari seorang teman yang bertindak sebagai tutor,
mendapat pengajaran dalam kelompok kecil, disuruh mempelajari buku pelajaran yang lain,
mengambil unit pelajaran yang telah diprogramkan dan lain sebagainya. Bentuk pertolongan
atau bantuan khusus yang diberikan, dapat bermacam-macam, asal sesuai dengan kebutuhan
siswa yang masih mengalami kesulitan. Setelah beberapa waktu, siswa itu menempuh tes
formatif alternatif yang mengukur taraf keberhasilan terhadap unit pelajaran yang sama.
f. Setelah semua siswa, paling sedikit hampir semua siswa, mencapai tingkat penguasaan pada
unit pelajaran bersangkutan, barulah guru mulai mengajarkan unit pelajaran berikutnya.
g. Unit pelajaran yang menyusul itu juga diajarkan secara kelompok dan diakhiri dengan
memberikan tes formatif bagi unit pelajaran bersangkutan. Siswa yang ternyata belum
mencapai taraf keberhasilan yang dituntut, kemudian diberi bantuan khusus (seperti dalam (e)).
h. Setelah para siswa, paling sedikit kebanyakannya, mencapai tingkat keberhasilan yang dituntut,
guru memulai mengajarkan unit pelajaran ketiga. Jadi, seluruh siswa dalam kelas selalu mulai
mempelajari suatu unit pelajaran baru secara bersama-sama.
i. Prosedur yang sama diikuti pula dalam mengaj arkan unit-unit pelaj aran lain, sampai seluruh
rangkaian selesai.
j. Setelah seluruh rangkaian unit pelajaran selesai, siswa mengerjakan tes yang mencakup
seluruh rangkaian/seri unit pelajaran. Tes akhir ini bersifat sumatif, yaitu bertujuan mengevaluasi
taraf keberhasilan masing-masing siswa, terhadap semua tujuan-tujuan pengajaran khusus.
Dalam testing ini pun diterapkan norma yang tetap dan pasti, dengan menentukan taraf
keberhasilan minimal, biasanya 80% - 90% dari jumlah pertanyaan harus dijawab betul. Hasil
pada testing sumatif ini digunakan untuk memberikan nilai dalam buku rapor.
2. Peran Guru
Strategi pembelajaran tuntas menekankan pada peran atau tanggung jawab guru dalam
mendorong keberhasilan siswa secara individual. Pendekatan yang digunakan mendekati model
Personalized System of Instruction (PSI) seperti dikembangkan oleh Keller, yang lebih menekankan
pada interaksi antara siswa dengan materi/objek belajar.
Peran guru harus intensif dalam hal-hal berikut:
a. Menjabarkan/memecah KD (Kompetensi Dasar) ke dalam satuan-satuan (unit-unit) yang
lebih kecil dengan memperhatikan pengetahuan prasyaratnya.
b. Menata indikator berdasarkan cakupan serta urutan unit
c. Menyajikan materi dalam bentuk yang bervariasi
d. Memonitor seluruh pekerjaan siswa
e. Menilai perkembangan siswa dalam pencapaian kompetensi (kognitif, psikomotor, dan
afektif)
f. Menggunakan teknik diagnostik
g. Menyediakan sejumlah alternatif strategi pembelajaran bagi siswa yang mengalami
kesulitan
3. Peran Siswa
Kurikulum 2006 sangat menjunjung tinggi dan menempatkan peran siswa sebagai
subjek didik. Fokus program sekolah bukan pada `Guru dan yang akan dikerjakannya’ melainkan
pada `Siswa dan yang akan dikerjakannya’. Oleh karena itu dalam Kurikulum yang menganut
pendekatan pembelajaran tuntas, siswa lebih leluasa dalam menentukan jumlah waktu belajar
yang diperlukan. Artinya siswa diberikan kebebasan dalam menetapkan kecepatan pencapaian
kompetensi. Kemajuan siswa sangat tertumpu pada usaha serta ketekunan siswa secara
individual.
4. Evaluasi
Penting untuk dicatat bahwa ketuntasan belajar ditetapkan dengan penilaian acuan patokan
(criterion referenced) pada setiap kompetensi dasar dan tidak ditetapkan berdasarkan norma (norm
referenced). Dalam hal ini batas ketuntasan belajar harus ditetapkan oleh guru, dengan
memperhatikan tingkat esensial (kepentingan), kompleksitas (kesulitan dan kerumitan) intake
(kemampuan rata-rata anak), daya dukung, dan SDM Guru. Misalnya apakah siswa harus mencapai
nilai 75, 65, 55, atau sampai nilai berapa seseorang siswa dinyatakatan mencapai ketuntasan dalam
belajar. ( Contoh penentuan SKBM terlampir ).
Asumsi dasarnya adalah:
a. bahwa semua orang bisa belajar apa saja, hanya waktu yang diperlukan
berbeda,
b. standar harus ditetapkan terlebih dahulu, dan hasil evaluasi tersebut adalah
lulus dan tidak lulus. (Gentile & Lalley: 2003)
Sedangkan sistem evaluasinya menggunakan ujian berkelanjutan, yang ciri-cirinya adalah:
a. Ujian dengan sistem blok (kesatuan KD)
b. Tiap blok terdiri dari satu atau lebih Kompetensi Dasar (KD)
c. Hasil ujian dianalisis dan ditindaklanjuti melalui program remedial, program pengayaan,
dan program percepatan.
d. Ujian mencakup aspek kognitif dan psikomotor
e. Aspek afektif diukur melalui kegiatan inventori afektif seperti: pengamatan, kuesioner,
dsb.
85< Percepat
an
Mencapai
Ketuntasan
Semua peserta didik mempunyai bakat dalam olah hati, olah pikir, olah rasa, dan olah
raga. Hanya kesempatan dan lingkunganlah yang dapat membentuk bakat tersebut dapat tercapai
secara maksimal. Bila kita notabenenya sebagai guru dapat inovatif dan kreatif, insyaallah anak
didik kita mampu mencapai kompetensi tersebut dengan tuntas secara layak dan wajar.
DAFTAR PUSTAKA
75 90 80 90 100 87
- Menentukan data terbesar dan
terkecil
80 80 70 90 100 84
- Menentu
kan rata-rata dan modus data
SKBM dari SK 4 89.2 83.3 73.3 83.3 98.3 85.5
Kesimpulan : Berdasarkan hasil perhitungan di atas maka SKBM aspek Pengelolaan Data semester I = 85,5