Anda di halaman 1dari 12

KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM)

DISAJIKAN DALAM KEGIATAN PELATIHAN PENGEMBANGAN SILABUS


DAN RPP BAGI GURU-GURU MADRASAH IBTIDAIYAH KABUPATEN
REMBANG
DI MADRASAH IBTIDAIYAH RIYADLOTUT THOLABAH SIDOREJO
TANGGAL 25 S/D 27 JANUARI 2008

Oleh :
MARYONO, S. Pd.
NIP. 150282354

DEPARTEMEN AGAMA
MADRASAH IBTIDAIYAH KABUPATEN REMBANG
TAHUN 2008
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perubahan paradikma baru tentang pendidikan di Indonesia yang dilatar belakangi


rendahnya mutu pendidikan, merupakan wacana yang tidak asing di telinga kita. Rendahnya mutu
pendidikan tercermin dari rendahnya nilai ujian akhir madrasah tiga mata pelajaran umum yang
diselenggarakan bersama dengan departemen pendidikan kabupaten. Masalah lain dalam bidang
pendidikan di Indonesia yang juga banyak diperbicangkan adalah pendekatan dalam pembelajaran
masih terlalu didominasi oleh guru, sehingga menempatkan peserta didik sebagai obyek dan bukan
sebagai subyek pendidikan. Kita kurang memberikan kesempatan siswa dalam berbagai mata
pelajaran untuk mengembangkan kemampuan berfikir holistic, kreatif, objektif, dan logis, serta
kurang memperhatikan ketuntasan belajar secara individu.
Demikian juga proses pendidikan dalam sistem madrasah kita, umumnya belum
menerapkan pembelajaran sampai anak menguasai materi pembelajaran secara tuntas. Akibatnya
banyak peserta didik yang sudah dinyatakan tamat madrasah tetapi tidak menguasai materi
pembelajaran.
Berdasarkan hal tersebut di atas, mau tidak mau kita harus melangkah lebih maju dalam
mengembangkan iklim belajar mengajar yang dapat menumpuhkan rasa percaya diri, kreatif, dan
inovatif, sehingga visi,misi, tujuan dan kompetensi anak yang kita harapkan dapat tercapai melalui
olah hati, olah pikir, olah rasa, dan olah raga.

B. Tujuan

Setelah pelatihan / workshop ini kami mengharapkan dengan sungguh-sungguh bapak dan ibu agar
dapat :
1. Menguasai dan dapat mengimplementasikan pembelajaran tuntas di madrasahnya
masing-masing.
2. Mampu membuat standar ketuntasan belajar minimal.

C. Ruang lingkup

1. Pengertian belajar tuntas


2. Ciri-ciri belajar tuntas
3. Prinsip-prinsip belajar tuntas
4. Prosedur belajar tuntas
5. Indikator pelaksanaan belajar tuntas
6. Program remedial, pengayaan, dan percepatan
BAB II
BELAJAR TUNTAS

A. Pengertian Belajar Tuntas

Belajar tuntas adalah pola pengajaran terstruktur yang bertujuan agar bahan ajar dapat
dikuasai sepenuhnya oleh peserta didik dengan strategi pengajaran yang diindividualisasikan
dengan pendekatan kelompok, sehingga diberikan perhatian yang cukup pada perbedaan-perbedaan
yang terdapat diantara siswa, khususnya peserta didik yang cepat belajar maupun yang lambat
belajar. Dengan demikian, diusahakan supaya setiap peserta didik mencapai kompetensi secara
layak dan wajar.

:Supaya pola pengajaran terstruktur ini efisien dan efektif, ditekankan perlunya
a. Tujuan-tujuan instruksional yang harus dicapai ditetapkan secara tegas. Semua tujuan itu
dirangkaikan dan materi pelajaran dibagi-bagi atas unit-unit pelajaran yang diurutkan, sesuai
dengan rangkaian segala tujuan instruksional.
b. Dituntut supaya siswa mencapai tujuan instruksional yang pertama lebih dahulu, sebelum siswa
diperbolehkan mempelajari unit pelajaran yang baru untuk mencapai tujuan instruksional yang
kedua; tujuan instruksional yang kedua harus tercapai lebih dahulu, sebelum siswa maju lebih
lanjut dan seterusnya. Dengan kata lain, "yang berikutnya" tidak dimulai, sebelum "yang
sebelumnya" dikuasai. Maka, sistem belajar ini menekankan "penguasaan" (mastering).
c. Ditingkatkan motivasi belajar siswa dan efektivitas usaha belajar siswa, dengan memonitor
proses belajar siswa melalui testing berkala dan kontinyu, serta memberikan umpan balik
kepada siswa mengenai keberhasilan atau kegagalannya pada saat-saat itu juga (testing
formatif).
d. Diberikan bantuan atau pertolongan kepada siswa yang masih mengalami kesulitan pada saat-
saat yang tepat, yaitu sesudah penyelenggaraan testing formatif, dan dengan cara yang efektif
untuk siswa bersangkutan

B. Ciri-ciri Belajar Tuntas

Adapun ciri-ciri belajar tuntas yang berstruktur dengan strategi pengajaran individu dikemas
pendekatan kelompok yaitu :
1. Pengajaran didasarkan atas tujuan-tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu;
2. Memperhatikan perbedaan individu, terutama dalam hal kemampuan dan kecepatan
belajarnya;
3. Evaluasi dilakukan secara kontinyu agar guru maupun siswa dapat segera memperoleh
balikan

C. Prinsip-prinsip Belajar Tuntas

Para pengembang konsep belajar tuntas mendasarkan pengembangan pengajarannya


kepada prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Sebagian besar siswa dalam situasi dan kondisi belajar yang normal dapat menguasai sebagian
terbesar bahan yang diajarkan. Penyebaran siswa dalam kelas tidak mengikuti distribusi
normal. Menurut konsep di luar belajar tuntas, penyebaran siswa dalam kelas mengikuti kurva
normal, yaitu sebagian kecil siswa (sekitar 17%) menguasai sebagian kecil bahan ajaran, se -
bagian besar siswa (sekitar 66%) menguasai sebagian besar bahan, dan sebagian kecil lagi
siswa (17%) menguasai hampir seluruh bahan. Menjadi tugas guru untuk merancang
pengajarannya sedemikian rupa sehingga sebagian besar siswa dapat menguasai hampir
seluruh bahan ajaran.
b. Guru menyusun strategi pengajaran tuntas mulai dengan merumuskan tujuan-tujuan khusus
yang hendaknya dikuasai oleh siswa. Guru juga menetapkan tingkat penguasaan yang harus
dicapai siswa.
c. Sejalan dengan tujuan-tujuan khusus tersebut guru merinci bahan ajaran menjadi satuan-
satuan bahan ajaran yang kecil yang mendukung pencapaian sekelompok tujuan khusus
tersebut. Berdasarkan tingkat penguasaan siswa dalam satuan pelajaran tersebut, mereka
dapat pindah dari satu satuan pelajaran ke satuan pelajaran berikutnya.
d. Selain disediakan bahan ajaran untuk kegiatan belajar utama, juga disusun bahan ajaran untuk
kegiatan perbaikan dan pengayaan. Konsep belajar tuntas sangat menekankan pentingnya
peranan umpan balik. Kemajuan belajar siswa segera dinilai. Hasil penilaian tersebut menjadi
umpan balik bagi kegiatan perbaikan atau pengayaan. Perbaikan diberikan kepada siswa yang
belum menguasai bahan ajaran secara tuntas, sedang pengayaan diberikan kepada mereka
yang perkembangan belajarnya sangat cepat.
e. Penilaian hasil belajar tidak menggunakan acuan norma, tetapi menggunakan acuan patokan.
Acuan norma menggunakan pegangan penguasaan rata-rata kelas, jadi bersifat relatif, sedang
acuan patokan berpegang pada sesuatu yang telah ditetapkan,. umpamanya menguasai 80%
atau 85% dari tujuan belajar. Dengan demikian acuan penilaian konsep belajar tuntas bersifat
absolut.
f. Konsep belajar tuntas juga memperhatikan adanya perbedaan-perbedaan individual. Prinsip ini
direalisasikan dengan memberikan keleluasaan waktu, yaitu siswa yang pandai atau cepat
belajar bisa maju lebih dulu kepada satuan pelajaran berikutnya, sedang siswa yang lambat
dapat menggunakan waktu lebih banyak/lama sampai menguasai secara tuntas bahan yang
diberikan. Pelaksanaan pengajaran demikian juga memungkinkan diterapkannya prinsip maju
berkelanjutan, yaitu siswa dapat pindah/naik ke bahan/kelas berikutnya tanpa harus menanti
teman-temannya.

D. Prosedur Belajar Tuntas

Model belajar ini, kemudian, dikembangkan oleh Benyamin S. Bloom, menjadi pola atau
prosedur pengajaran yang dapat diterapkan dalam memberikan pengajaran kepada satuan kelas.
Secara operasional, guru mengambil langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menentukan tujuan-tujuan instruksional yang harus dicapai, baik yang umum maupun yang
khusus.
b. Menjabarkan materi pelajaran atas sejumlah unit pelajaran yang dirangkaikan, yang masing-
masing dapat diselesaikan dalam waktu kurang lebih dua minggu.
c. Memberikan pelajaran secara klasikal, sesuai dengan unit pelajaran yang sedang dipelajari.
d. Memberikan tes kepada siswa pada akhir masing-masing unit pelajaran, untuk mengecek
kemajuan masing-masing siswa dalam mengolah materi pelajaran. Tes itu bersifat formatif, yaitu
bertujuan mengetahui sampai berapa jauh siswa berhasil dalam pengolahan materi pelajaran
(diagnostic progress test). Dalam testing formatif ini, diterapkan norma yang tetap dan pasti,
misalnya minimal 85% dari jumlah pertanyaan dalam tes itu harus dijawab betul, supaya siswa
dinyatakan berhasil atau telah "menguasai" tujuan instruksional khusus.
e. Kepada siswa yang ternyata belum mencapai tingkat penguasaan yang dituntut, diberikan
pertolongan khusus, misalnya bantuan dari seorang teman yang bertindak sebagai tutor,
mendapat pengajaran dalam kelompok kecil, disuruh mempelajari buku pelajaran yang lain,
mengambil unit pelajaran yang telah diprogramkan dan lain sebagainya. Bentuk pertolongan
atau bantuan khusus yang diberikan, dapat bermacam-macam, asal sesuai dengan kebutuhan
siswa yang masih mengalami kesulitan. Setelah beberapa waktu, siswa itu menempuh tes
formatif alternatif yang mengukur taraf keberhasilan terhadap unit pelajaran yang sama.
f. Setelah semua siswa, paling sedikit hampir semua siswa, mencapai tingkat penguasaan pada
unit pelajaran bersangkutan, barulah guru mulai mengajarkan unit pelajaran berikutnya.
g. Unit pelajaran yang menyusul itu juga diajarkan secara kelompok dan diakhiri dengan
memberikan tes formatif bagi unit pelajaran bersangkutan. Siswa yang ternyata belum
mencapai taraf keberhasilan yang dituntut, kemudian diberi bantuan khusus (seperti dalam (e)).
h. Setelah para siswa, paling sedikit kebanyakannya, mencapai tingkat keberhasilan yang dituntut,
guru memulai mengajarkan unit pelajaran ketiga. Jadi, seluruh siswa dalam kelas selalu mulai
mempelajari suatu unit pelajaran baru secara bersama-sama.
i. Prosedur yang sama diikuti pula dalam mengaj arkan unit-unit pelaj aran lain, sampai seluruh
rangkaian selesai.
j. Setelah seluruh rangkaian unit pelajaran selesai, siswa mengerjakan tes yang mencakup
seluruh rangkaian/seri unit pelajaran. Tes akhir ini bersifat sumatif, yaitu bertujuan mengevaluasi
taraf keberhasilan masing-masing siswa, terhadap semua tujuan-tujuan pengajaran khusus.
Dalam testing ini pun diterapkan norma yang tetap dan pasti, dengan menentukan taraf
keberhasilan minimal, biasanya 80% - 90% dari jumlah pertanyaan harus dijawab betul. Hasil
pada testing sumatif ini digunakan untuk memberikan nilai dalam buku rapor.

E. Indikator Pelaksanaan Belajar Tuntas


1. Metode Pembelajaran
Pembelajaran tuntas dilakukan dengan pendekatan diagnostik/ preskriptif. Strategi
pembelajaran tuntas sebenarnya menganut pendekatan individual, dalam arti meskipun kegiatan
belajar ditujukan kepada sekelompok siswa (kelas), tetapi juga mengakui dan memberikan
layanan sesuai dengan perbedaan-perbedaan individual siswa sedemikian rupa, sehingga
pembelajaran memungkinkan berkembangnya potensi masing-masing siswa secara optimal.
Adapun langkah-langkah besarnya adalah :
a. mengidentifikasi prasarat (prerequisit),
b. membuat tes untuk mengukur perkembangan dan pencapaian kompetensi,
c. mengukur pencapaian kompetensi siswa
Metode pembelajaran yang sangat ditekankan dalam pembelajaran tuntas adalah
pembelajaran individual, pembelajaran dengan teman atau sejawat (peer instruction), dan bekerja
dalam kelompok kecil. Berbagai jenis metode (multi metode) pembelajaran harus digunakan untuk
kelas atau kelompok. Pendekatan-pendekatan alternatif tambahan harus digunakan untuk
mengakomodasi perbedaan gaya belajar siswa.
Pembelajaran tuntas sangat mengandalkan pada pendekatan tutorial dengan sesion-sesion
kelompok kecil, tutorial orang perorang, pembelajaran terprogram, buku-buku kerja, permainan dan
pembelajaran berbasis komputer (Kindsvatter, 1996)

2. Peran Guru
Strategi pembelajaran tuntas menekankan pada peran atau tanggung jawab guru dalam
mendorong keberhasilan siswa secara individual. Pendekatan yang digunakan mendekati model
Personalized System of Instruction (PSI) seperti dikembangkan oleh Keller, yang lebih menekankan
pada interaksi antara siswa dengan materi/objek belajar.
Peran guru harus intensif dalam hal-hal berikut:
a. Menjabarkan/memecah KD (Kompetensi Dasar) ke dalam satuan-satuan (unit-unit) yang
lebih kecil dengan memperhatikan pengetahuan prasyaratnya.
b. Menata indikator berdasarkan cakupan serta urutan unit
c. Menyajikan materi dalam bentuk yang bervariasi
d. Memonitor seluruh pekerjaan siswa
e. Menilai perkembangan siswa dalam pencapaian kompetensi (kognitif, psikomotor, dan
afektif)
f. Menggunakan teknik diagnostik
g. Menyediakan sejumlah alternatif strategi pembelajaran bagi siswa yang mengalami
kesulitan

3. Peran Siswa

Kurikulum 2006 sangat menjunjung tinggi dan menempatkan peran siswa sebagai
subjek didik. Fokus program sekolah bukan pada `Guru dan yang akan dikerjakannya’ melainkan
pada `Siswa dan yang akan dikerjakannya’. Oleh karena itu dalam Kurikulum yang menganut
pendekatan pembelajaran tuntas, siswa lebih leluasa dalam menentukan jumlah waktu belajar
yang diperlukan. Artinya siswa diberikan kebebasan dalam menetapkan kecepatan pencapaian
kompetensi. Kemajuan siswa sangat tertumpu pada usaha serta ketekunan siswa secara
individual.
4. Evaluasi

Penting untuk dicatat bahwa ketuntasan belajar ditetapkan dengan penilaian acuan patokan
(criterion referenced) pada setiap kompetensi dasar dan tidak ditetapkan berdasarkan norma (norm
referenced). Dalam hal ini batas ketuntasan belajar harus ditetapkan oleh guru, dengan
memperhatikan tingkat esensial (kepentingan), kompleksitas (kesulitan dan kerumitan) intake
(kemampuan rata-rata anak), daya dukung, dan SDM Guru. Misalnya apakah siswa harus mencapai
nilai 75, 65, 55, atau sampai nilai berapa seseorang siswa dinyatakatan mencapai ketuntasan dalam
belajar. ( Contoh penentuan SKBM terlampir ).
Asumsi dasarnya adalah:
a. bahwa semua orang bisa belajar apa saja, hanya waktu yang diperlukan
berbeda,
b. standar harus ditetapkan terlebih dahulu, dan hasil evaluasi tersebut adalah
lulus dan tidak lulus. (Gentile & Lalley: 2003)
Sedangkan sistem evaluasinya menggunakan ujian berkelanjutan, yang ciri-cirinya adalah:
a. Ujian dengan sistem blok (kesatuan KD)
b. Tiap blok terdiri dari satu atau lebih Kompetensi Dasar (KD)
c. Hasil ujian dianalisis dan ditindaklanjuti melalui program remedial, program pengayaan,
dan program percepatan.
d. Ujian mencakup aspek kognitif dan psikomotor
e. Aspek afektif diukur melalui kegiatan inventori afektif seperti: pengamatan, kuesioner,
dsb.

F. Program Remedial, pengayaan, dan Percepatan

1. Pelaksanaan Program Remedial

a. Cara yang dapat ditempuh


Masalah pertama yang akan selalu timbul dalam pelaksanaan pembelajaran tuntas adalah
“bagaimana guru menangani siswa-siswa yang lamban atau mengalami kesulitan dalam menguasai
KD tertentu”.
Ada 2 cara yang dapat ditempuh yaitu:
a. Pemberian bimbingan secara khusus dan perorangan bagi siswa yang belum atau
mengalami kesulitan dalam penguasaan KD tertentu. Cara ini merupakan cara yang mudah
dan sederhana untuk dilakukan karena merupakan implikasi dari peran guru sebagai “ tutor”
b. Pemberian tugas-tugas atau perlakuan ( treatment) secara khusus, yang sifatnya
penyederhanaan dari pelaksanaan pembelajaran regular.
Adapun bentuk penyedernahaan itu dapat dilakukan guru antara lain melalui:
1). Penyederhanaan isi/materi pembelajaran untuk KD tertentu
2). Penyederhanaan cara penyajian (misalnya: menggunakan gambar, model, skema, grafik,
memberikan rangkuman yang sederhana, dll.)
3). Penyederhanaan soal/pertanyaan yang diberikan.

b. Materi dan waktu pelaksanaan program remedial:


a. Program remedial diberikan hanya pada KD-KD yang belum dikuasai
b. Program remedial dilaksanakan pada:
1). Setelah mengikuti tes/ujian KD tertentu
2). Setelah mengikuti tes/ujian Blok atau sejumlah KD dalam satu kesatuan
3). Setelah mengikuti tes/ujian KD atau blok terakhir. Khusus untuk remedi terakhir ini hanya
diberlakukan untuk KD atau blok terakhir dari KD atau blok-blok yang ada pada semester
tertentu.
2. Pelaksanaan Program Pengayaan
a. Cara yang ditempuh
Kondisi yang sebaliknya dari program remedial, dalam kelas yang menerapkan pembelajaran
tuntas adalah akan selalu ada siswa-siswa yang lebih cepat menguasai kompetensi yang ditetapkan.
Siswa-siswa inipun tidak boleh diterlantarkan. Mereka perlu mendapatkan tambahan pengetahuan
maupun keterampilan sesuai dengan kapasitasnya, melalui program pengayaan.
Adapun cara yang dapat ditempuh di antaranya adalah:
b. Pemberian bacaan tambahan atau berdiskusi yang bertujuan memperluas
wawasan bagi KD tertentu
c. Pemberian tugas untuk melakukan analisis gambar, model, grafik,
bacaan/paragraf, dll.
d. Memberikan soal-soal latihan tambahan yang bersifat pengayaan
e. Membantu guru membimbing teman-temannya yang belum mencapai ketuntasan.

b. Materi dan waktu pelaksanaan program pengayaan


a. Program pengayaan diberikan sesuai dengan KD-KD yang dipelajari
b. Waktu pelaksanaan program pengayaan adalah:
1). Setelah mengikuti tes/ujian KD tertentu
2). Setelah mengikuti tes/ujian blok atau kesatuan KD tertentu
3). Setelah mengikuti tes/ujian KD atau blok terakhir pada semester tertentu. Khusus untuk
program pengayaan yang dilaksanakan pada akhir semester ini materinya juga hanya
yang berkaitan dengan KD-KD yang terkait dengan blok terakhir dari blok-blok yang ada
pada semester tertentu.

3. Pelaksanaan Program Percepatan


Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran tuntas juga memungkinkan adanya siswa-
siswa yang luar biasa cerdas dan mampu menyelesaikan KD-KD jauh lebih cepat dengan nilai yang
amat baik pula (>85). Siswa-siswa dengan kecerdasan luar biasa ini memiliki karakteristik khusus
yaitu tidak banyak memerlukan bantuan berupa program-program remedial maupun pengayaan,
sebab mungkin justru akan mengganggu optimalisasi belajarnya. Bentuk layanan terbaik yang
seharusnya diberikan adalah berupa program percepatan (akselerasi) secara alami dan bukan dalam
bentuk kelas akselerasi. Siswa-siswa yang dapat menguasai kompetensi dasar tertentu atau
mencapai ketuntasan secara cepat dengan nilai >85 sebaiknya tidak perlu diberikan pengayaan,
tetapi langsung dipersilahkan untuk mempelajari KD berikutnya. Dengan cara seperti itu mereka
mungkin akan menyelesaikan belajarnya lebih cepat dari teman-temannya. Agar supaya program
percepatan secara alami dapat terlaksana dengan baik, maka program-program pembelajaran perlu
dikemas dalam satuan-satuan, dan disiapkan dengan cermat serta rinci, dalam bentuk modul-modul
atau paket-paket pembelajaran. Tanpa modul atau paket-paket pembelajaran yang terprogram
dengan baik, program percepatan tentu sulit untuk dilakukan.
Secara skematis ke tiga bentuk layanan tersebut (remedial, pengayaan dan percepatan)
dapat digambarkan sebagai berikut:

85< Percepat
an

Mencapai
Ketuntasan

75-85 KD2 KD3 Dst


KD1 Tes KD1 Pengaya
an
Belum
Mencapai
Remed Mencapai
Ketuntasa
Ketuntasa i n
n BAB III
PENUTUP

Semua peserta didik mempunyai bakat dalam olah hati, olah pikir, olah rasa, dan olah
raga. Hanya kesempatan dan lingkunganlah yang dapat membentuk bakat tersebut dapat tercapai
secara maksimal. Bila kita notabenenya sebagai guru dapat inovatif dan kreatif, insyaallah anak
didik kita mampu mencapai kompetensi tersebut dengan tuntas secara layak dan wajar.
DAFTAR PUSTAKA

____________ ( 2006). Makalah Pelatihan Mapenda Tingkat Jawa Tengah. Semarang.


____________ ( 2004). Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor : 506
/ C / Kep / PP / 2004. tentang Bentuk dan Spesifikasi Buku Laporan
Perkembangan Anak Didik dan Buku Lapoaran Hasil Belajar Siswa SMA
Kurikulum 2004
Sugandi Achmad, dkk. ( 2004 ) Teori Pembelajaran. Semarang : UPT MKK UNNES
Tri Anni Catharina, dkk. ( 2004 ). Psikologi Belajar. Semarang : UPT MKK UNNES
Lampiran I.

Perhitungan Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM)

Nama Madrasah : MI Negeri Sedan Kelas / Semester I : VI / 1


Mata Pelajaran : Matematika Th. Pelajaran : 2006/2007

Faktor Penentuan SKBM


No Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Komplek Daya SDM
Esensial Intake Rt-rt
sitas Dukung Guru
1 Pengolahan Data
4. Mengumpulkan dan
mengolah data
4.1 Mengumpul kan dan - Mengumpulkan data 100 90 70 80 100 88
membaca data - Membaca data 80 75 70 80 90 79
4.2 Mengolah dan menyajikan 100 90 80 80 100 90
data dalam bentuk tabel - Mengurutkan data
100 75 70 80 100 85
- Menyajikan data dalam tabel
4.3 Menafsirkan sajian data

75 90 80 90 100 87
- Menentukan data terbesar dan
terkecil
80 80 70 90 100 84
- Menentu
kan rata-rata dan modus data
SKBM dari SK 4 89.2 83.3 73.3 83.3 98.3 85.5

Kesimpulan : Berdasarkan hasil perhitungan di atas maka SKBM aspek Pengelolaan Data semester I = 85,5

Anda mungkin juga menyukai