Anda di halaman 1dari 18

I

PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Umat manusia tentunya menginginkan surga sebagai tempat tujuan. Untuk
mencapai surga, kita harus melewatinya di kehidupan duniawi ini. Mencari pahala
sebanyak-banyaknya dengan menjalankan semua perintahnya dan menjauhi segala
larangan. Walaupun manusia tidak sempurna, tetapi tidak ada salahnya jika kita
sebagai manusia mempelajari hal apa saja yang menjadi perintah Allah dan apa
saja yang dilarang Allah.
Salah satu dari berbagai hal yang harus kita pelajari adalah akhlaq. Banyak
akhlak di dalam islam yang harus kita pelajari agar bisa dilaksanakan dikehidupan
nyata. Terdapat banyak akhlak yaitu Akhlak kepada Allah, Akhlak kepada
Rasulullah,Akhlak kepada Kedua Orang Tua dan Guru,Akhlak kepada Diri
Sendiri,Akhlak di Tengah Masyarakat,Akhlak terhadap Lingkungan,Akhlak
dalam Bernegara. Dan masih banyak lagi. semua akhlak harus kita tahu batasan-
batasannya, yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Semua akhlak penting, karena
akhlaq bisa menentukan kepribadian. Tidak ada satu akhlak pun yang tidak
penting.
Bagaimana seharusnya sikap kita sebagai manusia yang taat kepada Allah
menjalankan kewajiban sebagai seorang warga negara dalam suatu negara?
Bernegara di dalam islam sudah terjadi sejak zaman Rasulullah saw. banyak hal
yang harus kita lakukan untuk memenuhi kewajiban kita sebagai hamba Allah dan
juga sebagai Warga negara. Patuh terhadap aturan negara juga merupakan saalah
satu yang Allah perintahkan.
B.Rumusan Masalah
1.Sebutkan Pengertian Akhlaq dan Negara?
2.Bagaimana Akhlaq dalam kehidupan Bernegara?
3.Apa hubungan Negara dalam Islam?
4.Apa yang dimaksud dengan Akhlaq Bernegara?

1
II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Akhlaq dan Negara
1.Pengertian Akhlaq
Akhlak berasal dari bahasa arab jama’ dari bentuk mufrad nya “khuluqun”
yang berarti perangai, tabiat, budi pekerti, tingkah laku atau tabiat. Kalimat
tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan “khalqun” yang
berarti: kejadian, serta erat hubungannya dengan “khaliq” yang berarti pencipta
dan “mahkluk” yang berarti yang diciptakan.
Akhlaq merupakan komponen dasar islam yang ketiga berisi ajaran tentang
perilaku atau sopan santun. Atau dengan kata lain akhlak dapat disebut sebagai
aspek ajaran islam yang mengatur perilaku manusia. Dalam pembahasan akhlak
diatur mana perilaku yang tergolong baik dan buruk.
Akhlak maupun syariah pada dasarnya mengajarkan perilaku manusia, yang
berbeda di antara keduanya adalah obyek materia. Syariah melihat perbuatan
manusia dari segi hukum, yaitu wajib, sunat, mubah, makruh, dan haram.
Sedangkan akhlak melihat perbuatan manusia dari segi nilai atau etika, yaitu
perbuatan baik dan buruk.
Akhlak merupakan bagian yang sangat penting dalam ajaran agama islam,
karena perilaku manusia merupakan objek utama ajaran islam. Bahkan maksud
diturunkan agama adalah untuk membimbing sikap dan perilaku manusia agar
sesuai dengan fitrahnya. Agama menyuruh manusia agar meninggalkan kebiasaan
buruk dan menggantikannya dengan ikap dan perilaku yang baik. Agama
menuntun manusia agar memelihara an mengembangkan kecenderungan mental
yang bersih dan jiwa yang suci. Karena itulah rasul bersabda “tiadalah aku diutus
melainkan untuk menyempurnakan akhlak dan perilaku manusia”
Prinsip akhlak dalam Islam yang paling menonjol adalah bahwa manusia
dalam melakukan tindakan-tindakannya, ia mempunyai kehendak-kehendak dan
tidak melakukan sesuatu. Ia harus bertanggung jawab atas semua yang
dilakukannya dan harus menjaga perintah dan larangan akhlak.

2
2.Pengertian Negara
Pengertian negara menurut dalam ensiklopedi Pouler Politik Pembangunan
Pancasila (1983: 224) dijelaskan secara etimologis bahwa istilah negara berasal
dari nagari atau nagara (sansakerta) yang berarti kota,desa,daerah,wilayah,atau
tempat tinggal seorang pangeran. Negara dalam bahasa inggris sering disebut state
atau staat dalam bahasa Belanda. Kata state berasal dari bahasa latin stato. Istilah
stato digunakan pertama kali oleh Machiaveli untuk menyebut wilayah negara
atau pemerintahan yang dikuasai. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia ber-negara diartikan sebagai mempunyai negara dan menjalankan
pemerintahan negara.
Seperti yang telah diungkapkan oleh beberapa tokoh ilmu negara, terdapat
pengertian negara yang beraneka ragam. Salah satunya yang tela dikutip oleh
Miriam Budiardjo (2007:39-40)
1.Roger H. Soltau menyatakan bahwa negara adalah alat atau wewenang yang
menatur atau mengendalikan persoalan bersama, atas nama masyarakat.
2.Max Weber mengemukakan bahwa negara adalah suatu masyarakat yang
mempunyai monopoli dalam penggunaan kekerasan fisik secara sah dalam
suatu wilayah
Dari definisi-definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa negara adalah
suatu organisasi di antara sekelompok atau beberapa kolompok manusia yang
bersama-sama mendiami suatu wilayah tertentu dengan mengakui adanya suatu
pemerintahan yang mengurus tata tertib dan keselamatan sekelompok atau
beberapa kelompok manusia tadi. Negara adalah organisasi yang memiliki
wilayah,rakyat, dan pemerintahan yang berdaulat serta mempunyai hak istimewa,
seperti hak memaksa, hak monopoli, hak mencangkup semua, yang bertujuan
untuk menjamin perlindungan, keamanan, keadilan, serta tercapainya tujuan
bersama.

3
B.     Akhlak di dalam Kehidupan Bernegara
Akhlak Islam dalam kehidupan bernegara di landasi atas nilai ideologi,
yaitu menciptakan “baladtun tayyibatun wa rabbun ghafur”, (negri yang sejahtra
dan sentosa). Dengan membangun kemakmuran di muka bumi, Maka cita-cita
kebahagiaan dalam kehidupan dunia dan akhirat akan terwujud sesuai dengan
janji Allah, hal tersebut dapat di capai dengan iman dan amal, bermakna manusia
harus mengikuti kebenaran yang dibawa Rasulullah saw.[7] Dan melaksanakan
usaha pembangunan material spiritual, memelihara, mengembangkan ketertiban
dan ke amanan bersama sistem politik islam di dasarkan atas tiga prinsip, tauhid, (
kemaha esaan tuhan), Risalah ( kerasulan Muhammad), dan Khalifah. Ketiga hal
itu dapat di jelaskan berikut:
1.      Tauhid, berarti hanya Tuhan hanyalah pencipta, pemeliharan dan penguasa
dari seluruh alam. Dialah yang berhak memberi perintah atau melarang.alam 
Pengabdian dan ketaatan hanya kepadanya. Semua yang ada di alam ini
merupakan anugrah dari tuhan, untuk di manfaatkan didalam kehidupan manusia
2.      Risalah, berati perantara yang menerima hukum Tuhan dan akan
disampaikan kepada manusia. Apa yang di sampaikan rasul menjadi ajaran bagi
ummat manusia yang mengimaninya.
Dari awal yang di sampaikan itulah ummat manusia menentukan suatu
pola dari sistem hidup dalam islam melaksanakan ajaran itu terwujud suatu
kehidupan yang penuh dengan kedamaian, sebagaimana yang menjadi tujuan
hidup manusia itu sendiri.
3.      Khalifah, berarti wakil dari tuhan dimuka bumi untuk menjalankan
ketentuan Tuhan dengan sebenarnya, mengikuti tuntutan yang dibawa rasulullah.
        Ketiga hal ini menjadi penentu bagi terwujudnya akhalak dalam kehidupan
bernegara, karena tujuan pembentukan suatu negara sebagaimana yang tertera di
dalam Al-Qur’an, ialah menegakkan, memelihara dan mengembangkan yang
ma’ruf yang dikehendaki oleh pencipta alam, agar menghiasi kehidupan manusia
di dunia, dan mencegah serta membasmi segala yang mungkar, yaitu kejahatan-
kejahatan yang dapat menciptakan kemudaratan dalam kehidupan.

4
       Dengan mengemukakan cita-cita  islam, memberikan gambaran sistem moral,
yang mengemukakan dengan tegas antara yang baik dan yang buruk. Dengan
berpegang kepada cita-cita islam dapat di rencanakan kemakmuran dalam
kehidupan bernrgara.
       Penempatan akhlak sebagai landasan pembangunan politik menjadi tuntutan
cita-cita islam. Yaitu sistem politik tetap konsisten berlandas keadilan kebenaran
dan kejujuran. Sebaliknya menindas hal-hal yang merusak moral dan peradaban
kehidupan bernegara, berupa penipuan, kepalsuan, kesaliman dan ketidak adilan
lainya.
       Islam meletakkan kewajiban atas negara, sebagaimana di wajibkan  atas
perorangan, agar memenuhi segala perjanjian, kontrak-kontrak dan kewajiban-
kewajiban di samping hak-haknya, dan tidak melupakan hak-hak orang atau
negara.

       Negara, hendaknya menggunakan kekusaan dan otoritas luas menegakkan


keadilan dan bukan melakukan kesaliman, memandang tugas sebagai kewajiban
suci dan menjalankan dengan penuh teliti, yang penting adalah menganggap tugas
sebagai amana dari Tuhan dan menggunakan kekuasaan itu dengan kepercayaan
bahwa segala sesutu akan ia pertanggung jawabkan di hadapan tuhan.
       Disamping itu, menjadi tugas yang berat bagi bangsa untuk membela negara
dari serangan pihak lain dan merebut kemerdekan. Karena pada negeri yang
merdekalah akan tercurah rahmat dan kasih sayang. Mencintai tanah air menjadi
modal bagi suksesnya pembangunan suatu bangsa.
       Firman Allah dalam Al-Qur’an surah Al-nisa”  ayat 58:
          
             
  
58. Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang
berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara
manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi

5
pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha
mendengar lagi Maha melihat
C.    Hukum Akhlak didalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
Adapun hukum akhlak di dalam kehidupan berbangsa yaitu:
  Hukum akhlak bertumbuh dari adat kepada undang-undang, lalu berikut
pertumbuhanya sehingga sampai kepada beberapa pendirian yang berdasar kepada
buah fikiran.
       Ada lima asas untuk materi muatan peraturan perundang-undangan yaitu
sebagai berikut:
1.      Asas pengayoman, yaitu setiap materi muatan materi perundang-undangan
harus berfungsi memberikan perlindungan dalam rangka menciptakan
ketentraman masyarakat.
2.      Asas kemanusiaan, yaitu setiap materi perundang-undangan harus
menceminkan perlindungan dan penghormatan hak-hak asasi manusia serta harkat
dan martabat setiap warga negara dan penduduk indonesia secara profesional.
3.      Asas kebangsaan, setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus
mencrminkan sifat dan watak bangsa indonesia yang prulalistik (kebhinekaan)
dengan tetap menjaga prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.
4.      Asas Bhineka Tunggal Ika,yaitu mencerminkan muatan perundang-
undangan harus memerhatikan keragaman penduduk,agama, suku, dan golongan,
kondisi khusus daerah daerah dan budaya, khusus yang menyangkut masalah-
masalah sensitif didalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara.
5.      Asas keadilan: yaitu setiap materi perundang-undangan harus harus
mencerminkan keadilan secara profesional bagi setiap warga negara tanpa
terkecuali.
Tingkah laku manusia di batasi oleh kaidah-kaidah normatif yang berlaku
didalam kehidupan bermasyarakat dengan tujuan tercapainya kehidupan yang
tertib, aman dan dami.Akan tetapi untuk mencapai tujuan normatif tersebut
diperlukan sosialisasi yang membutuhkan waktu relatif lama, sehingga norma
yang ada disepakati dan cukup efektif didalam mengendalikan kehidupan
masyarakat untuk meraih kemampuan sosial.

6
        Antara undang-undang akhlak dan undang-undang negara terdapat banyak
perbedaan, yang terpenting ialah:
1.      Undang-undang negara itu dapat menerima perubahan. Ia di tetapkan untuk
rakyat di dalam keadaan tertentu. Apabila keadaan itu berubah, undang-
undangpun berubah pula. Kita lihat suatu pemerintah dari suatu waktu kewaktu
yang lain berpegangan dengan undang-undang, lalu berubahya karena keadaan
masyarakat menghendaki yang demikian itu. Adapun undang-undang akhlak itu
tetap tidak berubah, sedang yang berubah adalah pendapat orang, sebagai yang
kami jelaskan.
2.      Undang-undang negara itu yang melaksanakanya ialah kekerasan lahir
seperti: Hakim,Tentara,Polisi, Penjara,. Adapun undang-undang akhlak, maka
yang melaksanakanya ialah kekuatan batin dan kekuatan jiwa.
D.    Akhlak akhlak yang harus ada di dalam suatu negara
Di dalam bernegara sering terjadi konflik yang sangat serius, salah satu
penyebabnya adalah kurangnya akhlak yang baik di dalam Negara kita. Akhlak
yang baik di dalam suatu Negara seharusnya sesama masayarakat dan penduduk
Negara harus saling menghargai satu sama lain agar tidak menimbulkan masalah-
masalah yang tidak semestinya di peributkan.
akhlak dalam bernegara dapat di capai dengan baik jika telah di dasari berbagai hal-hal
yang mampu menunjang akhlak-akhlak yang baik juga di dalam suatu Negara seperti sebagai
berikut:
1.              Akhlak  manusia terhadap Tuhan 
Sebagaimana yang telah diyakini, Allah merupakan Tuhan yang telah menciptakan alam
semesta, Dialah yang telah memelihara dan mencukupi segala kebutuhan hidup makhluk-Nya.
Dia merupakan rahasia yang kita lihat dari segala keindahan, ketertiban dan kerapihan. Dialah
yang memberikan rahmat dan kenikmatan yang tidak pernah berhenti dan habis kepada
makhluk-Nya. Manusia wajib untuk beribadah untuk mentaati-Nya maupun berterima kasih atas
segala kenikmatan yang telah diberika-Nya. Kaitanya dengan itu, orang tua harus mengajarkan
tentang tata cara berakhlak kepada Allah. Adapun bentuk-bentuk akhlak dapat diwujudkan
dengan beriman, taat, ikhlas, tadaruh dan khusuk, ar-raja dan dhua, husnuddhan, tawakal,
tasyakur dan qanaah, malu, taubah dan istiqhfar. Hal ini tercantum dalam QS. Al-Imran: 132.

7
2.              Akhlak Pemimpin dengan rakyat
Semua manusia di dunia ini tidak akan hidup tertip dan teratur di suatu Negara atau tempat
yang di huninya tanpa adanya pemimpin. Seorang pemimpin yang baik itu ialah pemimpin yang
mampu memakmurkan negaranya tanpa ada masyarakat yang mengeluh terhadap keputusan
dan segala perintahnya. Sebagai rakyat juga harus bisa menghargai pemimpinya sendiri seperti
yang telah di lakuan sejak pada zaman para Nabi dahulu kala.

3.              Akhlak manusia terhadap sesama manusia 


Manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan dan campur tangan antara manusia yang
satu dengan yang lain, karena disamping menjadi makhluk individu, manusia juga sebagai
makhluk sosial. Oleh karena itu manusia harus membina akhlak di antara sesamanya.
Yasadipura II dalam kitabnya menerangkan tatacara bagaimana menghormati tamu. Apabila ada
tamu yamg datang, maka tuan rumah wajib menghormatinya dengan kata-kata yang ramah,
jangan sampai membuat hati tamu menjadi sedih, jangan dibedakan apakah tamu itu seorang
pembesar atau hanya seorang abdi (utusan). Jika tamu tersebut berpamitan, maka tuan rumah
harus menghormatinya dan mengantarkanya seprit pada saat menjemputnya.

4.              Akhlak rakyat dengan rakyat


Di dalam hidup bernegara tentu ada yang namanya rakyat. Sesama rakyat harus saling
menghormati satusama lain agar tidak terjadi perselisihan.selalu mengadakan permusyawarahan
yang mampu mengeluarkan pendapat atau keputusan yang telah di sepakati oleh orang banyak.
Sesama rakyat juga harus selalu hidup rukun agar di dalam kehidupan sebuah Negara tersebut
tentram. Rakyat juga wajib menjunjung tinggi dan mengharumkan nama negaranya agar suatu
Negara tersebut dapat di percaya dan di kenal baik oleh Negara tetangga.

E.    Ideology untuk mengatur suatu masyarakat, bangsa atau Negara

8
Setiap orang, baik itu muslim atau kafir, kaya atau miskin, pasti akan
menginginkan kehidupan masyarakatnya aman, tentram, damai dan sejahtera.
Sayangnya, tidak banyak orang yang tahu bagaimana cara mewujudkan
masyarakat ideal tersebut. Karena banyak yang tidak tahu caranya maka
bermunculanlah faham atau ideology yang diyakini, disebarkan, kemudian
digunakan untuk mengatur suatu masyarakat, bangsa atau Negara. Beberapa
ideology itu antara lain:
a.        Komunisme/Sosialisme
Komunisme menyakini tidak ada tuhan yang harus disembah dan ditaati
aturannya. Tidak ada yang mengatur manusia kecuali manusia itu sendiri. Oleh
karenanya, hak-hak manusia harus sama rata dan diatur oleh Negara supaya
muncul ‘keadilan’.
b.       Liberalisme
Liberalisme muncul menjadi lawan bagi komunisme/sosialisme. Liberalisme
memberikan kebebasan secara (nyaris) penuh kepada setiap warga untuk
mengelola modal dan bekerja sesuai keinginannya.
c.        Demokrasi
Demokrasi muncul dari Yunani. Sistem ini mengatur kehidupan warganya dengan
cara musyawarah antar perwakilan warga Negara. Dengan demikian diharapkan
semua kepentingan dapat terakomodir secara umum.
d.       Monarki
Monarki merupakan nama lain dari system kerajaan. Kekuasaan mutlak di tangan
raja dan dijalankan sepenuhnya secara teknis oleh perdana menteri atau kanselir.
Rakyat tidak diberi keleluasaan untuk berpendapat dan mengatur Negara atau
kehidupannya. Sekarang sudah tidak ada yang murni menggunakan satu isme atau
ideology saja. Umumnya sudah merupakan kombinasi antar beberapa ideology.
Prosentasenya dapat bervariasi tergantung kondisi Negara tersebut.

9
 Semua konsep, isme atau ideology di atas gagal. Gagal karena tidak mampu
memenuhi syarat-syarat pokok untuk terbentuknya suatu susunan atau tatanan
masyarakat yang didambakan warganya. Faktor lain penyebab kegagalan tersebut
adalah tidak adanya upaya keras untuk menjadikan warganya sebagai warga yang
memiliki karakter. Karakter seperti apa yang harus dimiliki oleh warga atau
anggota suatu masyarakat agar dapat mewujudkan masyarakat yang ideal?
Berikut karakter-karakter tersebut:
1.     Adil
Adil didefinisikan sebagai sama rata, seimbang atau menempatkan sesuatu
pada tempatnya. Hal ini mengandung pengertian bahwa ketika memutuskan suatu
perkara maka dia harus ditempatkan sesuai dengan aturan yang ada. Hubungan
kekeluargaan, atasan, dermawan dan hal-hal lainnya tidak boleh menggeser
hukuman atau keputusan dari yang semestinya. Allah berfirman:
         
     
4. berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai
pemberian dengan penuh kerelaan[267]. kemudian jika mereka menyerahkan
kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, Maka makanlah
(ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya.

Allah juga berfirman


        
         
           

8. Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah
sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku
tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan
bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu

10
kerjakan.
Allah SWT jelas memerintahkan untuk menegakan perilaku adil dan menjadi
saksi karena Allah. Berlaku adil baik terhadap diri sendiri, keluarga, kerabat,
orang kaya atau miskin tatap harus diperlakukan dengan adil. Lebih dari itu, Allah
SWT juga memerintahkan berlaku adil bahkan terhadap orang yang kita benci.
Menjadi saksi karena Allah maksudnya adalah ketika bersaksi harus diyakini
Allah SWT mengawasi, mencatat dan akan membalas perilaku kita.
Kisah Fathimah Al-Makhzumiyah.Diriwayatkan, pada masa beliau, seorang
perempuan dari keluarga bangsawan Suku al-Makhzumiyah bernama Fatimah al-
Makhzumiyah ketahuan mencuri bokor emas. Pencurian ini membuat jajaran
pembesar Suku al-Makhzumiyah gempar dan sangat malu. Apalagi, jerat hukum
saat itu mustahil dihindarkan, karena Nabi Muhammad Saw sendiri yang menjadi
hakim-nya. Bayang-bayang Fatimah al-Makhzumiyah akan menerima hukum
potong (Surah al-Ma’idah/5: 38) tangan terus menghantui mereka. Dan jika
hukum potongan tangan ini benar-benar diterapkan, mereka akan menanggung aib
maha dahsyat, karena dalam pandangan mereka seorang keluarga bangsawan
tidak layak memiliki cacat fisik. Lobi-lobi politis pun digalakkan supaya hukum
potong tangan itu bisa diringankan atau bahkan diloloskan sama sekali dari
Fatimah al-Makhzumiyah. Uang berdinar-dinar emas dihamburkan untuk upaya
itu.
Puncaknya, Usamah bin Zaid, cucu Nabi Muhammad Saw dari anak
angkatnya yang bernama Zaid bin Haritsah, lantas dinobatkan sebagai pelobi oleh
Suku al-Makzumiyah. Kenapa Usamah? Karena Usamah adalah cucu yang sangat
disayangi Nabi. Melalui orang kesayangan Nabi ini, diharapkan lobi itu akan
menemui jalan mulus tanpa rintangan apapun, sehingga upaya meloloskan
Fatimah dari jerat hukun bisa tercapai.
Upaya lobi Usamah bin Zaid, orang dekatnya, itu justru mendulang
dampratan keras dari Nabi Muhammad Saw, bukannya simpati. Ketegasan Nabi
dalam menetapkan hukuman tak dapat ditawar sedikitpun, hatta oleh orang
dekatnya. Untuk itu, Nabi lantas berkata lantang: “Rusaknya orang-orang
terdahulu, itu karena ketika yang mencuri adalah orang terhormat, maka mereka

11
melepaskannya dari jerat hukum. Tapi ketika yang mencuri orang lemah, maka
mereka menjeratnya dengan hukuman. Saksikanlah! Andai Fatimah bint
Muhammad mencuri, niscaya aku sendiri yang akan memotong tangannya.” Itulah
ketegasan Nabi dalam menegakkan hukum, hatta pada orang yang paling
disayanginya sekalipun.
2. Amanah
Amanah adalah salah satu sifat atau perilaku terpuji yang menjadi pilar
tegaknya masyarakat ideal. Amanah didefinisikan sebagai sesuatu yang
memunculkan perasaan atau keyakinan bahwa seseorang yang kita percayai akan
membawa, menjaga atau menyampaikan sesuatu kepada yang berhak. Allah
Berfirman:
       
     
58. dan apabila kamu menyeru (mereka) untuk (mengerjakan) sembahyang,
mereka menjadikannya buah ejekan dan permainan. yang demikian itu adalah
karena mereka benar-benar kaum yang tidak mau mempergunakan akal.
Bersifat amanah bukan perkara mudah. Sama sulitnya dengan bersikap adil.
Bila seseorang diamanahi untuk mengurus, mengatur atau mempermudah urusan
seseorang atau orang banyak tetapi ternyata malah sibuk memperkaya diri sendiri
atau keluarganya saja, berarti ia amanah. Bila ada orang yang diamanahi untuk
mengurus orang banyak supaya dapat hidup layak tapi tidak melaksananakn
amanah dengan sebaik-baiknya, berarti ia tidak amanah. Seseorang yang
mendapat tugas untuk mengatur atau mengelola uang orang banyak tapi ternyata
malah memakannya padahal sudah digaji, berarti ia tidak amanah.

Islam mengajarkan, setiap aktifitas, profesi ataupun pekerjaan adalah


amanah. Oleh karenanya jadi apapun profesi, status, pekerjaan atau aktifitas kita,
maka itu adalah amanah untuk dijalankan dengan sebaik-baiknya.
3. Jujur
Jujur adalah sikap menyampaiakn apa adanya, tanpa ada yang ditutup,

12
ditambah atau dikurangi. Namuan sebenarnya lebih dari itu. Prinsip jujur juga
mengandung unsure keadilan. Adil, kepada siap harus menyampaikan, adil pada
waktunya, supaya pesan dapat diterima dengan baik dan tidak menimbilkan bias
informasi atau malah menimbulkan pengertian yang buruk. Allah berfirman:
       
       
1. kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang[
2. (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka
minta dipenuhi,
3. dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka
mengurangi.
Yang dimaksud dengan orang-orang yang curang di sini ialah orang-orang
yang curang dalam menakar dan menimbang.
Jujur kini menjadi barang langka. Kita bisa melihat aktifitas itu dalam
kehidupan sehari-hari. Mulai dari retorika para pejabat sampai pada jawaban soal
UN para siswa. Jujur merupakan pangkal dari munculnya kepercayaan, jika sudah
muncul rasa saling percaya, maka masing-masing orang akan menjadi amanah
dalam menjalankan perannya. Namun jika hilang kejujuran, maka yang muncul
adalah saling curiga. Jika sudah muncul rasa saling curiga, bagaimana mungkin
sebuah masyarakat akan tentram?
4. Ta’awun
Ta’waun banyak difahami dengan saling tolong menolong atau saling
membantu sebagaimana firman Allah :
        
       
        
        
       
        
      
2. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah
dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram[390], jangan (mengganggu)

13
binatang-binatang had-ya[391], dan binatang-binatang qalaa-id[392], dan jangan
(pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka
mencari kurnia dan keredhaan dari Tuhannya[393] dan apabila kamu telah
menyelesaikan ibadah haji, Maka bolehlah berburu. dan janganlah sekali-kali
kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu
dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). dan tolong-
menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-
menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada
Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.
Padahal yang dimaksud dengan istilah Ta’awun dalam Islam lebih dari
sekedar saling membantu atau saling tolong menolong. Tetapi berusaha sekuat
tenaga untuk menolong atau melepaskan dari kesusahannya. Sehingga ada yang
memberikan pengertian bahwa Ta’awun adalah saling menjamin.
Bila prinsip ini telah dijalankan maka insyaAllah, tidak aka nada lagi orang
miskin, tidak aka nada lagi orang yang teraniaya. Karena telah ada budaya untuk
5.     Menjalankan syari’at Allah SWT.
Menjalankan syari’at Allah, bukan sekedar shalat, zakat, puasa dan haji.
Tetapi lebih dari itu. Menjalankan syari’at berarti melaksakan segala ketentuan
yang telah diatur oleh Allah dan RasulNya.
Dalam segala aspek kehidupn. Mulai dari system pendidikan, system
ekonomi, system hukum dan undang-undang termasuk dalam system
pemerintahan. Sebab kalau tidak berusaha untuk menjalankan syariat Allah...
Bila ternyata keluarga, masyarakat atau negara kita belum memenuhi criteria
‘menjalankan syari’at’, maka menjadi tanggung jawab kita bersama untuk mulai
menjalankan syari’at itu dari lingkup terkecil; yaitu pribadi dan keluarga.
Mengusahan pelaksanaan syari’at harus menggunakan cara-cara yang santun,
penuh kemuliaan akhlak dan jauh dari prilaku terror.
        
          
         
     
49. dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang

14
diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. dan berhati-
hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari
sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. jika mereka berpaling
(dari hukum yang telah diturunkan Allah), Maka ketahuilah bahwa Sesungguhnya
Allah menghendaki akan menimpakan mushibah kepada mereka disebabkan
sebahagian dosa-dosa mereka. dan Sesungguhnya kebanyakan manusia adalah
orang-orang yang fasik.
Bila ternyata masyarakat yang kita cintai ini tetap tidak menjalankan
syari’at Allah, maka:
       
       
  
96. Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah
Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi
mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya.
Demikianlah 5 pilar untuk membangun masyarakat yang diberkahi Allah
SWT. Mari kita mulai dari diri kita, dari hal yang kecil juga mulai dari sekarang.
F.Prinsip Islam dalam Bernegara
Pemikiran tentang negara telah diletakan dasar-dasarnya oleh seorang
pemikir islam yang terkenal dan telah diakui otoritasnya oleh sarjana barat yaitu
Ibnu Khaldun. Ibnu Khaldun telah menemukan tipologi negara dengan
menggunakan tolak ukur kekuasaan. Pada dasarnya ia menggambarkan dua
keadaan manusia yaitu keadaan alamiah dan keadaan yang berperadaban. Dalam
keadaan yang terakhir inilah manusia mengenal dasar negara hukum.
Ibnu Khaldun berpendapat, bahwa dalam mulk siyasi ada dua macam
bentuk negara hukum yaitu (1) siyasah diniyah, dan (2) siyasah’agliyah.
Muhammad Tahir menterjemahkan siyasah diniyah dengan nomokrasi islam dan
siyasah’agliyah dengan nomokrasi sekuler. Adapun nomokrasi islam adalah suatu
negara hukum yang memiliki prinsip-prinsip umum sebagai berikut (1) prinsip
kekuasaan sebagai amanah (2) prinsip musyawarah (3) prinsip peradilan (4)

15
prinsip persamaan (5) prinsip pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi
manusia (6) prinsip perdamaian (7) prinsip kesejahteraan dan (8) prinsip ketaata
rakyat.
Dengan demikian kekuasaan yang dimiliki manusia hanyalah sekedar
amanah dari Allah swt. Oleh karena itu seorang penguasa dalam memegang
amanahnya harus sesuai dengan ketntuan yang telah ditetapkan Allah, yakni harus
menerakan prinsip-prinsip umum nomokrasi islam sebagaimana telah disebutkan
yakni:
1)      Prinsip kekuasaan sebagai amanah
2)      Prinsip musyawarah
3)      Prinsip keadilan
4)      Prinsip persamaan
5)      Prinsip peradilan bebas
6)      Prinsip perdamaian
7)      Prinsip kesejahteraan
8)      Prinsip ketaatan rakyat

III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Akhlak merupakan komponen dasar islam yang berisi ajaran tentang
perilaku atau sopan santun. Atau dengan kata lain akhlak dapat disebut sebagai
aspek ajaran islam yang mengatur perilaku manusia. Sedangkan negara adalah
suatu organisasi di antara sekelompok atau beberapa kolompok manusia yang
bersama-sama mendiami suatu wilayah tertentu dengan mengakui adanya suatu
pemerintahan yang mengurus tata tertib dan keselamatan sekelompok atau
beberapa kelompok manusia tadi.
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara diperlukan pengertian akhlak
bernegara ini untuk membuat diri kita ‘kebal’ terhadap kebatilan yang nantinya
akan menggoda iman kita dalam bernegara khususnya. Akhlak bernegara

16
mencangkup dalam kegiatan musyawarah dan keadilan. Sedangkan nomokrasi
Islam terdiri dari 8 prinsip yang harus diciptakan dalam sebuah negara.
B.Saran

Makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan, maka dari
itu kami meminta saran dari para pembaca untuk perbaikan makalah kami
selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Santalia, Indo.akhlaq Tasawuf.Makassar:Alauddin Press,2011.

Anwar Rosihon,Akidah Akhlaq.Bandung:Pustaka Setia,2008.

http://pecintamakalah.blogspot.co.id/2015/11/akhlak-bernegara.html (Diakses
pada hari Jum’at,17 November 2017 Pukul 14.40 WITA)

http://warsonoaja.blogspot.co.id/2013/06/akhlak-dalam-bernegara.html (Diakses
pada hari Jum’at,17 November 2017 Pukul 14.49 WITA)

17
18

Anda mungkin juga menyukai