Anda di halaman 1dari 10

IMPLEMENTASI MODERASI BERAGAMA DI UIN

ALAUDDIN MAKASSAR

Takdir Khair1, ..........2, ..............3


1
UIN Alauddin Makassar, Jalan HM Yasin Limpo, Nomor 63Samata, Gowa
2
UIN Alauddin Makassar, Jalan HM Yasin Limpo, Nomor 63Samata, Gowa
3
UIN Alauddin Makassar, Jalan HM Yasin Limpo, Nomor 63Samata, Gowa
Korespondensi Penulis. ...............................................
Korespondensi Penulis. ..............................................
Korespondensi Penulis. ...............................................

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan Implementasi Moderasi Beragama di
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1)
Indikator mengenai moderasi beragama memiliki hubungan yang tidak bisa
dipisahkan dengan komitmen kebangsaan, toleransi, anti kekerasan dan akomodatif
terhadap budaya dan kearifan lokal. Pada saat yang sama, posisi moderasi
beragama sebagai pemahaman keagamaan yang seimbang tetap konsisten berada
pada posisi tengah-tengah yang tidak memiliki keberpihakan pada ideologi
keagamaan kanan yang mengarah pada radikalisme maupun keberpihakan kepada
ideologi kiri yang mengarah pada liberalisme. (2) Melalui Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar kegiatan moderasi beragama sudah dilaksanakan, sebagai bentuk
kepedulian Bangsa dan negara untuk mengatasi problematika radikalisme dan
terorisme yang terjadi di kampus. Bagaimana sikap moderat yang harus lakukan
sebagai manusia yang taat kepada Allah Subhana Wata’ala, patuh terhadap pemimpin
dan menjalankan fatwa para ulama dengan baik. Tidak bertidak ekstrim kanan
maupun kiri, selalu berada pada jalan tengah, jalan dimana bersikap adil terhadap
setiap sikap yang ditempuh atau dalam menghadapi berbagai problematika.

Kata Kunci: 1-5 kata atau frase yang penting, spesifik, atau representatif [TNR 11pt]

1. Pendahuluan
Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar merupakan salah satu
kampus Islam terbesar di wilayah Indonesia Timur, yang memiliki masyarakat
yang heterogen, baik dari suku, ras maupun tradisi dan budaya bahkan menurut
observasi penulis dari data yang diperoleh pada tahun 2019 melalui
Biro Administrasi Akademik, Kemahasiswaan dan Kerjasama ( AAKK) ada empat
mahasiswa non muslim di UIN Alauddin Makassar, tepatnya pada jurusan ilmu
kedokteran dan studi agama-agama, oleh karena itu menurut pengamatan penulis
UIN Alauddin Makassar dengan jumlah masyarakat yang begitu banyak dan

1
memliki latar belakang yang berbeda atau heteroren, maka berpotensi muncul
konflik-konflik baik dikalangan mahasiswa maupun dosen dan hal seperti ini tentu
kita tidak harapakan terjadi.
Melihat fenomena yang terjadi di UIN Alauddin Makassar, seringnya terjadi
perbedaan-perbedaan baik dikalangan mahasiswa maupun dosen yang terkadang
berujung kepada kekerasan yang dapat mencederai atau merusak nama baik
institusi, sehinggah mengakibatkan citra kampus UIN sebagai lembaga
Pendidikan Islam tercoreng atau negatif.
Salah satu faktor yang menyebebkan terjadinya konflik yang disebutkan di
atas, karena kurangnya kesadaran memahami atau menerima perbedaan dan
ketidakdewasaan dalam melihat suatu masalah, padahal kalua kita bisa menerima
dan memahami esensi perbedaan itu dapat menjadi sebuah kekuatan yang dapat
melahrikan hal yang positif. Oleh karena itu penulis melihat bahwa disnilah
pentingnya pemahaman dan inplementasi mederasi beragama dalam rangka
mewujudkan kehidupan yang aman dan damai.
Sejak dilantiknya Hamdan Juhannis sebagai Rektor Universitas Islam
Negeri Alaudin Makassar tahun 2019 Hamdan Juhannis mengusung Panca Cita
dalam kepemimpinannya salah satu diantaranya moderasi beragama yang
mengakar. Sebuah cita dari lima cita (pancacita rektor) salah satu yang menjadi
program utama adalah moderasi beragama yang mengakar. Menurut Hamdan
Juhannis moderasi beragama yang mengakar adalah sebuah konsep yang
diharapakan mampu memahami esensi keberagaman dan dapat diaplikasikan
secara mendalam dan universal dalam kehidupan bermasyarakat di kampus UIN
Alauddin Makassar mulai dari pimpinan sampai kepada bawahan, konsep ini
disampaikan rektor UIN Alauddin Makassar Hamdan Juhannis pada saat
membawakan sambutan di depan wakil Menteri Agama RI Zainut Tauhid Sa’adi
(Sabtu/10/10/2020).
Menurut Hamdan Juhannis Salah satu bentuk implementasi pancacita rektor
UIN Alauddin Makassar yaitu dengan digagasnya rumah moderasi beragama
dengan harapan dengan adanya rumah moderasi ini diharapakan dapat menjadi
pijakan dalam mengembangkan nilai-nilai moderasi, karena pencanangan

1
moderasi beragama dapat memperkuat konstribusi mahasiswa dalam
mengimplementasikan nilai-nilai moderasi beragama di tengah-tengah
masyatakat.
Atas dasar itulah peneliti tertarik mengangkat kajian tersebut dengan
mengangkat sebuah Disertasi yang berjudul Implementasi Moderasi Beragama di
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
2. Metodologi

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan menggunakan analisis


kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis dari orang-orang, fenomena, peristiwa, aktivitas sosial,
sikap, kepercayaan, persepsi dan pemikiran orang secara individual atau
kelompok.1 Menurut Lexi J. Moleong, penelitian kualitatif yaitu penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek
penelitian. Misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara
holistik serta dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu
konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode
alamiah.2 Merujuk pada metodologi yang digunakan penulis, yaitu jenis penelitian
adalah penelitian kualitatif yaitu penelitian yang hasilnya berupa data deskriptif
melalui pengumpulan fakta-fakta dari kondisi alami sebagai sumber langsung
dengan instrument dari peneliti sendiri,3 maka pendekatan yang digunakan peneliti
adalah pendekatan fenomenologis sosial.
3. Hasil dan Pembahasan
Konsep Moderasi Beragama
Moderasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pengurangan
kekerasan, penghindaran keekstreman. Sedangkan Moderasi dalam bahasa arab
disebut dengan al-Wasathiyyah al-Islamiyyah. Secara etimologi, kata wasatiyyah
berasal dari bahasa Arab yang tergabung daripada rangkaian tiga huruf, yaitu
1
Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Cet. III; Bandung: PT.Remaja
Rosdakarya, 2007), h. 60.
2
Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Cet. XXVII; Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2010), h. 6.
3
Lexy maelong, Metodologi Kualitatif, (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2004), h. 4.

1
waw, siin dan tho. dalam bahasa Arab, kata wasatiyyah tersebut mengandung
beberapa pengertian, yaitu adaalah (keadilan) dan khiyar (pilihan terbaik) dan
pertengahan. Al-Qaradawi menyebut beberapa kosakata yang serupa makna
dengannya termasuk kata Tawazun, I'tidal, Ta'adul dan Istiqamah.
Moderasi dalam KBBI disebutkan bahwa memiliki arti penjauhan dari
keekstreman atau pengurangan kekerasan. Dalam bahasa Inggris, kata moderation
sering digunakan dalam pengertian average (rata-rata), core (inti), standard
(biasa), non aligned (tidak berpihak), oleh karena itu moderasi dapat diartikan
sebagai sikap yang menjauh dari perilaku ekstrem, dan selalu berupaya
mengambil jalan tengah dalam bersikap lebih-lebih dalam perbedaan baik sesama
madzhab atau agama.4
Terdapat juga dalam bahasa Arab, kata moderat dikenal dengan bentuk kata
al- Wasath. Moderasi atau wasathiyahyang memiliki padanan makna dengan kata
tawassuth (pertengahan), i’tidal (adil), dan tawazun (berimbang). Sedangkan
orang yang melakukannya disebut al-Wasith. Apapun kata yang dipakai untuk
memaknai wasathiyah pada titik temunya adalah mengutamakan jalan tengah,
tidak tektual, dan juga tidak liberal. Sedangkan bagi cendekiawan muslim
memahami bahwa moderasi tidak sebatas hanya dalam persoalan politik, tetapi
moderasi adalah segala bentuk sikap memilih jalan yang terbaik (khiyar) dalam
wilayah intelektual, hukum, moral dan perilaku yang moderatyang mencakup
semua aspek kehidupan.
Syeikh Wahbah al-Zuhayli, mengungkapkan bahwa wasatiyah berarti
keseimbangan (i’tidal)dalam keyakinan, karakter dan moralitas, dalam cara
memperlakukan orang lain dan dalam sistem sosial politik yang diterapkan,
ketertiban dan:pemerintahan. Syeikh Ali al-Jum’ah menjelaskan bahwa sikap
moderasi atau wasatiyah diibaratkan seperti puncak gunung. Parapendaki yang
berada pada tepian kanan ataupun tepian kiri merupakan orang-orang yang
memiliki posisi riskan dan sangat berpotensi tergelincir. Untuk itu, posisi yang
paling aman dan selamat adalah yang mengambil posisi puncak, tepat berada
4
Kementerian Agama Republik Indonesia, Moderasi Beragama, (Jakarta : Badan Litbang dan
Diklat Kementerian Agama RI 2019). h. 17.

1
pertengahan puncak gunung. Lebih lanjut, pendaki yang berada pada posisi
puncak lah yang dapat melihat pemandangan yang ada di bawah secara utuh dan
mampu melihat persoalan yang dihadapi umat.
Menurut perspektif Kementerian Agama Indonesia wasatiyah juga dapat
dimaknai dengan pilihan terbaik, karena berada pada inti atau pertengahan.
Wasatiyah adalah kata yang digunakan mengarah pada makna adil, yang dalam
pemahamannya disebut sebagai pilihan jalan tengah dari beberapa pilihan
ekstrem. Moderasi atau wasatiyah, dapat dimaknai sebagai sikap lembut dan lunak
yang tidak jatuh pada sikap ekstrem yang berlebihan sehingga dapat berdiri di
tengah sebagai pilihan terbaik.
Wasatiyah seakar kata dengan wasit. bahkan kata ini telah digunakan dalam
bahasa Indonesia, yakni wasit dengan beberapa pengertian sebagai berikut; 1)
perantara (biasa digunakan dalam perdagangan atau bisnis; 2) Pelerai atau juru
damai bagi orang yang berselisih; dan 3) pemimpin pertandingan.29 Seluruh
makna wasit tersebut memiliki tugas utama sebagai penengah atas persoalan yang
di mana harus berlaku adil dan tidak condong ke salah satu pihak. Hanya dengan
itu maka persoalan akan memperoleh hasil yang terbaik bagi seluruh kalangan.
Moderasi atau wasatiyah berasal dari akar kata wasat yang mempunyai
makna segala yang terbaik dari dua hal yang buruk. Misalnya dermawan,
merupakan sikap terbaik dari antara kikir dan boros. Dermawan tidak
menghendaki sikap boros, yaitu sikap untuk mengeluarkan harta yang dimiliki
tanpa melihat aspek manfaat secara berlebihan, juga tidak menghendaki sikap
kikir, yaitu menahan untuk mengeluarkan apa yang dimiliki secara berlebihan.
Sikap dermawan adalah pertengahan dari keduanya, yaitu tidak menahan sesuatu
yang dimiliki dan dikeluarkan sesuai dengan asas kemanfaatan. Begitu pula sikap
pemberani, yang berarti sikap tengah antara penakut (aljubn) dan nekad
(tahawwur). Berani bukanlah nekad, sikap yang berlebihan dalam melakukan
suatu tanpa pertimbangan matang, bukan pula penakut, sikap yang tidak
melakukan apapun karena kekhawatiran yang berlebihan. Moderasi adalah watak
dasar ajaran Agama Islam yang menjadikannya dapat beradaptasi dengan konteks
zaman. Moderasi beragama adalah sikap yang sangat relevan dalam menghadapi

1
berbagai keragaman dalam berbagai aspek kehidupan, baik itu suku, adat istiadat,
ras, bangsa, dan agama itu sendiri.5
Hal yang tidak bisa dihindari adalah keragaman pandangan keagamaan
sebab hal tersebut menjadi sebuah fakta sejarah dalam Islam. Keragaman
pandangan dan pemahaman tersebut ditimbulkan oleh perbedaan cara pandang
memahami sebuah teks yang dikaitkan dengan realitas serta cara pandang akal
dalam memahami wahyu. Moderasi Islam hadir melakukan pendekatan agar dapat
berkompromi dan menjadi penengah dalam menyikapi perbedaan, baik itu
perbedaan pandangan, mazhab, dan agama. Moderasi Islam menghendaki sikap
toleran, saling menghargai, menerima perbedaan sebagai realitas dengan tetap
memegang teguh keyakinan terhadap mazhab, kepercayaan, dan agama masing-
masing. Hanya dengan sikap tersebut segala bentuk keragaman atau perbedaan
keyakinan dapat diterima dengan baik, tanpa harus terjadi konflik satu sama lain.
Dapat disimpulkan moderasi adalah sebuah sikap yang memberi penekanan
bahwa Islam sangat anti kekerasan, karena pada hakikatnya tindak kekerasan
hanya dapat melahirkan kekerasan baru. Padahal jika dipahami lebih mendalam,
Islam adalah agama yang membawa rahmat tidak hanya pemeluknya tetapi
seluruh alam semesta (rahmatan lil al-alamin). Jadi, moderasi adalah sikap yang
berorientasi pada kehidupan harmonis dan humanis. Persaudaraan yang harmonis
akan menumbuhkan kerukunan dan kedamaian. Keduanya merupakan sesuatu
yang esensial dan krusial yang menjadi terbentuknya masyarakat dalam berbangsa
dan bernegara yang bermartabat dan beradab. Khazanah tersebut, diharapkan bisa
menjadi penopang kuat dalam membangun moderasi beragama dalam negera
Indonesia.

Implementasi Moderasi Beragama di UIN Alauddin Makassar


Secara garis besar Implementasi moderasi beragama di Universitas Islam
Negeri (UIN) Alauddin Makassar dapat dibagi menjadi dua yaitu bidang
akademik dan non akademik
5
Kementerian Agama Republik Indonesia, Moderasi Beragama, (Jakarta : Badan Litbang dan
Diklat Kementerian Agama RI 2019). h. 18.

1
Komitmen Kebangsaan
Komitmen kebangsaan merupakan indikator yang sangat penting untuk
melihat sejauh mana cara pandang, sikap, dan praktik beragama seseorang
berdampak pada kesetiaan terhadap konsensus dasar kebangsaan, terutama terkait
dengan penerimaan Pancasila sebagai ideologi negara, sikapnya terhadap
tantangan ideologi yang berlawanan dengan Pancasila, serta nasionalisme.
Sebagai bagian dari komitmen kebangsaan adalah penerimaan terhadap prinsip-
prinsip berbangsa yang tertuang dalam Konstitusi UUD 1945 dan regulasi di
bawahnya.6
Memperkuat komitmen kebangsaan dapat menumbuhkan sebuah bangsa
menjadi bangsa yang besar dan bernilai. Bangsa Indonesia adalah bangsa besar
dan memiliki potensi serta kapasitas untuk menjadi bangsa yang maju dan bersatu.
Kita semua secara tidak langsung tentu sudah mencintai negara ini. Semangat dan
komitmen kebangsaan merupakan bentuk keterikatan kita dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Di dalamnya mengandung sikap nasionalisme dan
patriotisme yang mengedepankan semangat, rela berkorban, dan kesetiaan pada
negara.
Menurut Kaswad Sartono (Kepala Biro AAKK/Ketua Rumah Moderasi
Beragama UIN Alauddin Makassar) Komitmen kebangsaan ialah keterikatan
dengan penuh tanggungjawab untuk setia dan menumbuhkan kesadaran diri
sebagai bangsa Indonesia. Tanpa adanya komitmen kebangsaan dari warga yang
konsisten, maka negara tidak dapat berdiri tegak dan mencapai cita-cita serta
harapan rakyatnya. Komitmen kebangsaan menentukan bagaimana cara angsa
mendayagunakan kondisi geografis negara, sejarah, sosial-budaya, ekonomi dan
politik serta pertahanan keamanan dalam mencapai cita-cita serta menjamin
kepentingan nasional.7 Menurut Kaswad Sartono komitmen kebangsaan itu
memiliki beberapa indikator di dalamnya yaitu meliputi Pancasila, Undang-

6
Kementerian Agama Republik Indonesia, Moderasi Beragama, (Jakarta : Badan Litbang
dan Diklat Kementerian Agama RI 2019). h. 43.
7
Kaswad Sartono, Ketua Rumah Moderasi Beragama UIN Alauddin Makassar, Wawancara,
Gowa, 31 Januari 2023.

1
undang dasar 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) inilah yang menjadi tolak ukur komitmen kebangsaan.
Toleransi
Menurut Kaswad Sartono (Ketua Rumah Moderasi Beragma UIN Alauddin
Makassar) toleransi merupakan adalah sebuah perilaku manusia untuk
menghormati dan menghargai perbedaan yang ada. Baik itu antar individu
maupun antar kelompok. Adanya sikap ini dalam diri seseorang bisa memberikan
rasa damai, aman, tentram, nyaman. toleransi dapat juga diartikan sebuah sikap
saling menghargai, saling menghormati, menyampaikan pendapat, padangan,
kepercayaan kepada orang lain yang bertentangan dengan diri sendiri, secara garis
besar toleransi isinya ada tiga yaitu, meyakini perbedaan, menghormati
perbedaan, dan menerima perbedaan.8
Anti Kekerasan
Menurut Muhsin (Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat) Suasana damai
yang tercipta di kampus dapat terwujud jika tidak ditemukan konflik baik internal
maupun eksternal di kampus. Menurut pengamatan saya secara konseptual
masyarakat kampus UIN Alauddin Makassar menerima konsep moderasi
beragama, walaupun secara karakter kita masih butuh penguatan dan pemahaman
apalagi jika moderasi beragama ini bersentuhan ideologi atau mazhab. Salah satu
conoth indikator moderasi beragama adalah akomodatif terhadap budaya lokal,
akan tetapi masih ada sebagian kecil pemahaman yang belum bisa menerima
karena menganggap itu tidak brerdasar kepada alqur’an dan hadus dan dikatkan
bid’ah. Sebagai pimpinan ditingkat fakultas khusunya di Ushuluddin tentu
berbagai kegiatan dan upaya yang sudah kita laksanakan, seperti penguatan litersi
bagi dosen dan mahasiswa. seminar baik skala besar maupun kecil,
mengintegrasikan materi moderasi beragama dengan mata kuliah yang diajarkan.
Untuk menyebarluaskan moderasi beragama baik secara teori maupun
terapan tentu yang paling tefektif pimpinan harus ambil andil mulai dari Rekor,
Dekan sampai ketua jurusan dan ini haurs dilakukan secara berkesinambungan,
8
Kaswad Sartono, (Ketua Rumah Moderasi Beragama UIN Alauddin Makassar), Wawancara,
Gowa, 31 Januari 2023

1
jika pelru dosen dan pimpinan kita diikutkan Training Of Trainer (TOT) tentang
Moderasi beragama secara universal, kemudian output dari kegiatan Training Of
Trainer (TOT) akan merumuskan materi atau konsep yang bisa diterpakan di
proses perkuliahan Jika perlu dibutkan silabus khusus atau dimasukan di RPS
tentang materi Moderasi beragama. Jadi pada initnya kita harus bersinergi kalau
ini terjadi saya piker untuk mengimplementasikan moderasi beragama di kampus
tidak susah.9
Akomodatif Terhadap Budaya Lokal
Implementasi moderasi beragama terkait akomodatif terhadap budaya lokal
bidang akademik oleh beberap di bawah ini:
Tradisi Ilmu yang Terjaga
Menurut Syarif (Dosen Akuntansi) Universitas Islam Negeri (UIN)
Alauddin Makassar merupakan Lembaga Pendidikan Islam yang selalu menjaga
tradisi keilmuan dan disiplin ilmu. Salah satu kekhasan ilmuan UIN Alauddin
Makassar yaitu memilki kemampuan literasi yang dapat mengintegrasikan ilmu
agama dan umum, sebagi contoh kami di fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam,
apapun mata kuliah yang dijarkan selalu ditunut melakukan integrasi dengan ilmu
agama.
Belajar dengan Kerifan Lokal
Menurut Hamdan Juhannis (Rektor UIN Alauddin Makassar) Di era
globalisasi saat ini perkembangan teknologi semakin canggih, kemudahan akses
informasi ikut serta membawa perubahan terhadap kebudayaan manusia. Manusia
saat ini berbondong-bondong meninggalkan gaya hidup kolot menuju gaya hidup
modern, sehingga budaya-budaya warisan leluhur mulai terkikis oleh zaman. Tak
terkecuali di Indonesia. Dalam melestarikan budaya atau tradisi maka Rektor UIN
Alauddin Makassar mengusung pancacita rektor salah satu diantaranya yaitu
tradisi yang terjaga, salah satu tradisi yang masih terus kami lestarikan yaitu
budaya gotong royong, Maulid Nabi pakain tradisional, batik atau sutra dalam
acara-acara tertentu dan masih banyak lainnya.

9
Muhsin Mahfudz, Dekan Fakultas Ushuluddin, Filsafat dan Politik UIN Alauddin
Makassar, Wawancara, Gowa, 28 November 2022.

1
Kemudian sikap akomodatif terhadap budaya lokal ini teriimplementasikan
melalui pancacita Rektor non akademik yaitu tradisi yang terjaga. Ini
tergambarkan budaya sopan santun dalam berinteraksi antara pimpinan dan
bawahan, dosen dan mahasiswa selalu menjunjung tinggi filosofi Sipakatau,
Sipakalebbi, Sipakainge (Saling mengormati atau menghargai, menasehati atau
mengingatkan dan saling memuliakan).
4. Simpulan
Implementasi moderasi beragama di Universitas Islam Negeri (UIN)
Alauddin Makassar kegiatan moderasi beragama secara umum sudah
terimplementasi. Sebagai bentuk kepedulian kepada bangsa dan Negara UIN
Alauddin Makassar akan terus berusaha mengatasi problematika radikalisme
dan terorisme yang terjadi di kampus. Bagaimana sikap moderat yang harus
kita lakukan sebagai manusia yang taat kepada Allah Subhana Wata’ala, patuh
terhadap pemimpin dan menjalankan fatwa para ulama dengan baik. Tidak
bertidak ekstrim kanan maupun kiri, selalu berada pada jalantengah, jalan
dimana bersikap adil terhadap setiap sikap yang ditempuh atau dalam
menghadapi berbagai problematika.

Daftar Pustaka
Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Cet. III; Bandung: PT.Remaja
Rosdakarya, 2007)
Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Cet. XXVII; Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2010)
Lexy maelong, Metodologi Kualitatif, (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2004), h. 4.
Kementerian Agama Republik Indonesia, Moderasi Beragama, (Jakarta : Badan Litbang
dan Diklat Kementerian Agama RI 2019).
Kaswad Sartono, Ketua Rumah Moderasi Beragama UIN Alauddin Makassar,
Wawancara, Gowa, 31 Januari 2023.
Kaswad Sartono, (Ketua Rumah Moderasi Beragama UIN Alauddin Makassar),
Wawancara, Gowa, 31 Januari 2023

Muhsin Mahfudz, Dekan Fakultas Ushuluddin, Filsafat dan Politik UIN Alauddin
Makassar, Wawancara, Gowa, 28 November 2022.

Anda mungkin juga menyukai