Anda di halaman 1dari 5

Nama : Rahmawati Dewi

NIM : 042543818

1)  Coba Anda jelaskan tentang pengertian politik, dan Anda kaitkan
dengan agama!
2)  Kontribusi agama Islam dalam kehidupan politik khususnya
menyangkut  prinsip-prinsip kekuasaan politik cukup banyak, coba Anda
jelaskan!
3)  Jelaskan juga kriteria yang diajarkan oleh Islam tentang pemimpin
yang ideal!
4) Jelaskan pandangan saudara tentang kontribusi agama dalam
mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa!
5) Di antara prinsip-prinsip yang diajarkan oleh Al-quran untuk
mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa adalah prinsip persamaan,
persatuan dan tolong-menolong. Jelaskan maksud masing-masing prinsip
tersebut!
JAWABAN :
1. Politik adalah bagaimana mengelola kekuasaan, kebijakan dalam suatu
negara, dalam kaitannya dengan warganya. Kaitan politik dengan agama
adalah sama-sama berkaitan dengan bagaimana mengelola suatu
urusan, dalam urusan politik terfokus pada kekuasaan dan hubungan
dengan sesama warga masyarakat, sementara dalam urusan agama
jangkauannya lebih luas daripada urusan dalam politik.

2. Kontribusi agama dalam hal prinsip-prinsip kekuasaan adalah:


1) Kewajiban untuk menunaikan amanah
Sikap amanah adalah sendi utama dalam berinteraksi sosial
terutama dalam bidang kekuasaan politik. Artinya bahwa setiap pejabat
adalah penngemban amanah yang diberikan kepadanya untuk dapat
ditunaikan dengan baik, yang nantinya harus dipertanggungjawabkan.
2) Perintah menetapkan hukum dengan adil
Penegakan hukum yang adil harus menjadi agenda utama bagi
siapapun yang memegang kekuasaan politik. Kalau seorang muslim maka
tugas tersebut bukan hanya berdimensi pada politik tetapi juga berdimensi
ibadah.
3) Perintah untuk taat pada ALLAH, Rosul, dan Ulul Amri
Taat kepada ALLAH dan Rosul berarti taat kepada Al-Qur’an
dan As-Sunnah yang masing masing dapat menetapkan hukum tersendiri
yang keduanya memiliki otoritas sebagai bagian dari anugerah ALLAH
untuk menetapkan hukum. Sementara taat kepada Ulul Amri bersyarat,
apabila Ulil Amri tersebut dalam menjalankan kebijakannya, mengatur
urusan umat islam tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah,
maka tidak ada alasan untuk tidak menaatinya.
4) Kembali pada Al-Qur’an dan As-Sunnah
Sebuah fakta terhidang dihadapan kita bahwa tidak semua
persoalan ada penjelasannya secara rinci dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Dalam kedua sumber suci tersebut, hanya memuat ketentuan-ketentuan
pokok bagi kehidupan manusia. Dan harus diyakini bahwa petunjuk
tersebut sudah sempurna dan dapat menjadi pegangan hidup bagi
manusia.

3. Pemimpin yang ideal mempunyai kriteria sebagai berikut:


a) Shidiq/Jujur
Seorang yang memiliki sifat yang benar dan jujur dalam pikiran, ucapan
serta tindakannya.
b) Amanah/Terpercaya
Seorang yang dapat dipercaya dan mengemban amanat dengan baik.
c) Tabligh/Menyampaikan
Seorang yang memiliki keterampilan atau etika dalam komunikasi,
menyampaikan ide-ide atau gagasan, yang tersusun dalam sebuah
rencana yang baik dan matang untuk dapat memaksimalkan potensi setiap
warganya untuk mencapai tujuan bersama.
d) Fathonah/Cerdas
Seorang pemimpin harus memiliki kelebihan dalam bidang kecerdasan.
e) Uswah/Keteladanan
Seorang yang dapat menjadi teladan dalam kebaikan.

4. Al-quran mengajarkan bahwa kehidupan politik harus dilandasi dengan


empat hal yang pokok yaitu:
1. Sebagai bagian untuk melaksanakan amanat
2. Sebagai bagian menegakkan hukum dengan adil
3. Tetap dalam koridor taat kepada Allah, Rasu-Nya, dan ulil amri
4. Selalu berusaha kembali kepada Al-quran dan Sunnah Nabi SAW.
Islam memberi kontribusi bagaimana seharusnya memilih dan mengangkat
seorang yang akan diberi amanah untuk memegang kekuasaan politik.
Yaitu orang tersebut haruslah:
1. Seorang yang benar dan jujur dalam pikiran, ucapan, dan tindakan
2. Seorang yang dapat dipercaya
3. Seorang memiliki keterampilan dalam komunikasi
4. Seorang yang cerdas
5.Seorang yang dapat menjadi teladan dalam kebaikan.
Secara naluriah manusia tidak dapat hidup secara individual. Sifat sosial
pada hakikatnya adalah anugerah yang diberikan oleh Allah SWT agar
manusia dapat menjalani hidupnya dengan baik. Dalam faktanya manusia
memiliki banyak perbedaan antara satu individu dengan individu lainnya, di
samping tentunya sejumlah persamaan. Perbedaan tersebut kalau tidak
dikelola dengan baik tentu akan menimbulkan konflik dan perpecahan
dalam kehidupan bermasyarakat. Dari kenyataan tersebut perlu dicari
sebuah cara untuk dapat mewujudkan persatuan dan kesatuan.
Pendekatan terbaik untuk melakukan tersebut adalah melalui agama.
Secara normatif, agama Islam, lebih khusus Al-quran, banyak memberi
tuntunan dalam rangka mewujudkan persatuan dan kesatuan.

5. Prinsip dalam menciptakan persatuan dan kesatuan bangsa.


a. Prinsip persamaan
Al-Qur’an begitu peduli terhadap prinsip persamaan manusia. Ayat-ayat
dan juga beberapa hadits menjelaskan bahwa dari segi hakikat penciptaan
manusia tidak ada perbedaan. Oleh karenanya tidak ada kelebihan
seorang individu dari individu yang lain, satu golongan dari golongan yang
lain, satu ras atas ras yang lain, warna kulit atas warna kulit yang lain,
seorang seorang mana atas pembantunya, dan pemerintah atas rakyatnya.
Atas dasar asal usul kejadian manusia seluruhnya adalah sama, maka
tidak layak seorang atau suatu golongan membanggakan diri terhadap
yang lain atau menghinanya.
b. Prinsip persatuan
Al-Qur’an menggambarkan persatuan dari berbagai sisi.
Pertama, Al-Qur’an mengisyaratkan bahwa kecenderungan untuk bersatu,
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari eksistensi manusia.
Sejak umat pertama tercipta dan menghuni dunia, saat itu pula keinginan
untuk bersatu muncul. Manusia, dengan tujuan untuk melangsungkan
kehidupan serta mengurangi berbagai kesulitan, saling membantu antara
satu dengan yang lainnya. Tetapi, karena berbagai faktor terjadilah
pertikaian dan peperangan. Kedua, Al-Qur’an menjelaskan bahwa salah
satu tugas kenabian adalah meluruskan perselisihan yang terjadi di tengah
umat serta mengembalikannya kepada seruan Al-Qur’an. Ketiga, Al-Qur’an
menyebutkan tentang dampak dan pengaruh persatuan. Misalnya, dengan
persatuan, umat Islam akan mencapai kemenangan serta kemuliaan.
Selain itu, masih banyak sisi-sisi lainnya yang dijelaskan dalam Al-Qur’an.
Dengan terciptanya persatuan maka kemenangan dan kemuliaan umat
Islam akan tercipta sebagaimana yang digambarkan dalam Al-Qur’an. Oleh
sebab itu tidak ada alasan bagi kita untuk tidak melakukan persatuan,
sebab ancaman yang akan menghancurkan umat Islam sudah didepan
mata.
c. Prinsip tolong menolong

Diriwayatkan dalam sebuah hadis bahwa Rasulullah SAW bersabda,


''Dunia ini hanya untuk empat golongan manusia: (satu di antaranya)
hamba Allah yang mendapat harta dan ilmu, lalu ia bertakwa kepada Allah
dalam mengelola hartanya tersebut, dan menyambung silaturahim, dan ia
sadar bahwa hartanya itu adalah hak Allah. Itulah kedudukan yang paling
baik (bagi seorang hamba Allah).'' Islam mengajarkan bahwa harta dan
kekayaan mengandung fungsi sosial dan merupakan sumber kehidupan
bagi anggota masyarakat lainnya. Dalam rangka menegakkan dasar-dasar
kehidupan bersama serta mewujudkan tatanan sosial dan ekonomi
berkeadilan, maka sangat diperlukan semangat tolong-menolong di antara
seluruh lapisan masyarakat.

Pujangga Islam, A Hamid Al Chatib berkata, ''Persaudaraan dalam Islam


takkan berdiri kecuali dengan jalan tolong-menolong.'' Tolong-menolong
yang dimaksud di sini tiada lain dalam konteks kebaikan dan ketakwaan
kepada Tuhan. Sebaliknya, Islam melarang tolong-menolong yang
menjurus kepada dosa dan permusuhan. Guru besar Universitas Al-Azhar,
Kairo, Mesir, Sayid Sabiq, ketika menjelaskan makna ayat Alquran surat
Al-Hujurat ayat 10 'Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara',
antara lain menulis, ''Arti persaudaraan di sini, yang kuat melindungi yang
lemah, yang kaya bersedia membantu yang miskin. Tidak ada arti lain bagi
persaudaraan yang dimaksudkan oleh Islam kecuali dengan kriteria di
atas.'' (Anashirul Quwwah Fil Islam). Dalam kaitan ini Islam menekankan
pentingnya perbuatan kedermawanan atau filantropi, yaitu kewajiban
menunaikan zakat, sedekah sunah, infak, wakaf, hibah, hadiah, serta
wasiat.

Infak, sedekah, dan zakat saling terkait satu sama lain. Infak secara umum
artinya pengeluaran. Ini adalah konsep besarnya. Infak terbagi dua, yaitu
infak wajib, terdiri atas nafkah keluarga dan zakat, dan infak sunat, yaitu
sedekah. Dalam surat Al-Baqarah, kewajiban menafkahkan harta di jalan
kebajikan dinyatakan setelah penegasan kebenaran Alquran, keimanan
kepada Allah dalam kegaiban, kewajiban menegakkan shalat, dan
diteruskan, ''wa mimma razaqnaahum yun fiquun (dan menafkahkan
sebagian rezeki yang Kami karuniakan).'' (Al-Baqarah: 3). Allah SWT
berfirman, ''Dan barang siapa terpelihara dari kekikiran dirinya, maka
merekalah orang-orang yang beruntung.'' (Al-Hasyar: 9). Seorang sahabat
bertanya kepada Rasulullah SAW mengenai sedekah yang paling utama,
Rasulullah menjawab, ''Sedekah yang paling utama ialah sedekah yang
engkau berikan dalam keadaan sehat dan memerlukan harta, dan ketika
engkau khawatir jatuh miskin dan bercita-cita menjadi kaya.''

Anda mungkin juga menyukai