Anda di halaman 1dari 27

HUKUM KELAUTAN DAN

PERIKANAN

Dewi Febriani Hamjan, S.Pi., M.Si


Luas wilayah perairan
Indonesia merupakan potensi
alam besar untuk dimanfaatkan
bagi pembangunan nasional.
NKRI

Pembangunan nasional diarahkan


kepulaua pada pendayagunaan sumberdaya
maritim
n laut dan dasar laut nasional serta
pemanfaatan fungsi wilayah laut
nasional termasuk Zona Ekonomi
Eksklusif secara serasi &
seimbang dengan memperhatikan
daya dukung sumberdaya
pantai kelautan kelautan dan kelestariannya
untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat
NEGARA KEPULAUAN

Hukum Laut jaman kolonial tentang Laut Teritorial antara lain


Masa menyatakan;
Kolonial Lebar laut Teritorial Indonesia adalah 3 mil laut diukur dari
garis air rendah dari pulau-pulau yang termasuk dalam daerah
Indonesia (Pasal 1 Ordonansi mengenai Laut Teritorial)

Perkembangan Zaman
Indonesia negara kepulauan dan letaknya strategis

Pasal 1 Ordonansi akan merugikan kepentingan Nasional, karena sebagian besar


dari pulau-pulau akan mempunyai laut teritorialnya sendiri-sendiri dan sebagai
akibatnya diantara laut-laut wilayah tersebut akan terdapat pula bagian-bagian atau
kantong-kantong laut bebas
Persoalan lainnya bahkan dapat membahayakan keutuhan wilayah Indonesia
ditinjau dari segi keamanan, pelayaran, ekonomi dan politik
Keamanan Pelayaran

Dari segi pelayaran yang merupakan urat


Dari segi keamanan, bentuk laut yang nadi bagi kehidupan rakyat Indonesia yang
demikian akan banyak menimbulkan mendiami pulau-pulau yang bertebaran
kesulitan dalam melakukan sepanjang 3000 mil, adanya kantong-
pengawasan karena banyak dan kantong laut bebas dengan prinsip
berbelit-belitnya susunan kepulauan kebebasannya dapat membahayakan
yang harus diawasi keutuhan wilayah nasional indonesia
Ekonomi Politik

Dari segi ekonomi, dengan adanya Dari segi politik, ketentuan hukum laut
kantong-kantong laut bebas, berarti yang lama sangat membahayakan keutuhan
negara-negara asing bebas untuk wilayah dan kesatuan nasional negara
melakukan penangkapan ikan, dan Indonesia. Selama perairan antarpulau-
dengan kemajuan teknik penangkapan pulau di Indonesia masih merupakan
ikan yang mereka miliki dapat bagian-bagian laut bebas, maka selama itu
menghabiskan sumber-sumber ikan di pula bangsa Indonesia merasa terpisah-
sekitar pantai Indonesia pisah satu sama lain.
NEGARA KEPULAUAN
“Bahwa segala perairan di sekitar, di antara
Konsepsi Negara Kepulauan dan yang menghubungkan pulau-pulau atau
bagian-bagian pulau yang termasuk daratan
Negara Republik Indonesia dengan tidak
memandang luas atau lebarnya adalah
Deklarasi
bagian-bagian yang wajar daripada wilayah
Djuanda
daratan Negara Republik Indonesia dan
1957
dengan demikian merupakan bagian dari
perairan nasional yang berada di bawah
UNCLOS 1982 mengatakan kedaulatan mutlak dari Negara Republik
bahwa negara Kepulauan boleh Indonesia. Lalu lintas damai di perairan
menarik garis pangkal lurus pedalaman ini bagi kapal asing terjamin
kepulauannya. Kemudian garis selama dan sekedar tidak bertentangan
pangkal lurus ini akan dengan kedaulatan & keselamatan Negara
dipergunakan sebaai pedoman Indonesia. Penentuan batas laut teritorial
untuk menentukan laut teritorial, yang diukur dari garis-garis yang
zona tambahan, zona ekonomi menghubungkan titik-titik yang terluar pada
eksklusif dan landas kontinen pulau-pulau negara Indonesia akan
ditentukan dengan Undang-Undang”
Rezim Laut; UNCLOS 1982
• Laut Teritorial (Territorial Sea)
• Zona Tambahan (Contiguous Zone)
• Zona Ekonomi Eksklusif (Exclusive
Economic Zone)
Deklarasi Djuanda 1957 • Landas Kontinen
Konsep Wawasan Nusantara • Laut Bebas
konsep politis dan ideologis,
dengan laut sebagai perekat
bangsa Rezim Laut Indonesia
• Laut Teritorial (UNCLOS
UNCLOS 1982)
1982
Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa • Perairan Dalam (Internal
(PBB) tentang Hukum Laut Waters)
• Perairan Nusantara
Indonesia mempunyai hak berdaulat untuk (Archipelagic Waters)
melakukan kegiatan pemanfaatan • Laut Kewenangan Daerah
sumberdaya hayati maupun nonhayati (Provinsi, Kabupaten/Kota
dalam Zona Ekonomi Eksklusif dan Landas
Kontinen; ZEE dan Landas Kontinen bukan
wilayah kedaulatan
Wilayah Perairan
Indonesia
sebelum
Deklarasi
Djuanda

Wilayah Perairan
Indonesia setelah
Deklarasi
Djuanda
UNCLOS 1982
mengatakan
bahwa negara
Kepulauan boleh
menarik garis
pangkal lurus
kepulauannya.
Kemudian garis
pangkal lurus ini
akan
dipergunakan
sebaai pedoman
untuk
menentukan laut
teritorial, zona
tambahan, zona
ekonomi eksklusif
dan landas
kontinen
Hak Lintas Damai (bab II, Bagian 3 UNCLOS1982)
Negara Kepulauan dapat menangguhkan sementara lintas damai kapal asing apabila
penangguhan demikian sangat diperlukan untuk melindungi
keamanannya.Penangguhan tersebut dilakukan tanpa diskriminasi formal maupun
diskriminasi nyata

Hak Lintas Alur Laut Kepulauan (IMO)


Penetapan hak lintas alur laut kepulauan bukan merupakan suatu keharusan, tetapi
merupakan suatu pilihan yang boleh digunakan atau tidak oleh negara kepulauan

Hak Tradisional negara-negara tetangga seperti kabel-kabel laut yang ada dan
perikanan tradisional

Negara-negara yang telah mengproklamirkan diri sebagai negara kepulauan adalah


Antigua and Barbuda, Cape Verde, Comoros, Fiji, Indonesia, Kiribati, Marshall
Island, Sao Tome & Principe, Solomon Island, Trinidad, Tobago, Vanuatu, Papua
New Guine, Philippines, Saint Vincent & The Grenadines, Tuvalu dan Jamaika
• Konsep negara Kepulauan dimulai sejak kesadaran negara-
negara kepulauan terhadap pengakuan wilayahnya semakin
meningkat.
• Negara kepulauan adalah suatu negara yang seluruhnya terdiri
atas satu atau lebih kepulauan dan dapat mencakup pulau-pulau
lain.
• Negara kepulauan merupakan satu negara yang wilayahnya
berada di tengah-tengah laut. Negara yang wilayah utamanya
menjadi satu benua, walaupun mempunyai kepulauan di
sekelilingnya, tidak dapat mengklaim sebagai negara
kepulauan.
• Kepulauan berarti suatu gugusan pulau, termasuk bagian pulau,
perairan di antaranya dan lain-lain wujud alamiah yang
hubungannya satu sama lainnya demikian erat nya sehingga
pulau-pulau, perairan dan wujud alamiah lainnya itu
merupakan satu kesatuan geografi, ekonomi dan poltik yang
hakiki
Laut teritorial (Territorial Sea)
• Kedaulatan dari negara pantai dan negara kepulauan diperluas, sampai dengan
wilayah laut di luar wilayah daratan, sejauh 12 mil laut, dinamakan laut
teritorial/Territorial Sea
• Batas 12 mil laut untuk negara pantai diukur dari garis pangkal (garis dasar)
normal pada surut rendah (garis dasar normal) sedangkan untuk negara
kepulauan diukur dari garis pangkal yang menghubungi titik-titik terluar dari
pulau-pulau terluar pada surut rendah (garis pangkal kepulauan)
• Garis pangkal / garis dasar / base line

Menurut sistem hukum laut, permukaan laut dibagi atas


beberapa zona dan yang paling dekat dari pantai
dinamakan laut wilayah/laut teritorial yang sepenuhnya
tunduk pada kedaulatan negara pantai.

Studi laut wilayah dibagi 3 yaitu:


1. Natur Yuridik laut wilayah
2. Lebar Laut Wilayah
3. Wewenang negara Pantai
Natur Yuridik Laut Wilayah
Doktrin Hak Milik
Doktrin yang dipertahankan di masa lampau dimana laut wilayah merupakan bagian
integral dari wilayah negara sehingga negara pantai mempunyai kekuasaan penuh
terhadap laut wilayahnya yang dapat dijadikan milik disebabkan kemungkinan habisnya
sumber-sumber tertentu dari laut tersebut
Akibatnya:
1. LautLaut wilayah dapat ditutup atau dibuka semaunya oleh negara pantai
2. Dapat melarang masuknya kapal-kapal asing
3. Monopoli negara untuk pelayaran dan penangkapan ikan

Doktrin Kedaulatan
Negara pantai tidak mempunyai dominiue/hak milik tapi hanya imperium. Laut wilayah
terdiri atas bagian laut dan kedaulatan negara pantai atas laut tersebut ditentukan
berdasarkan Konvensi

Lebar Laut Wilayah


Ketidaksamaan lebar laut wilayah karena kepentingan yang berbeda dari negara-negara
pantai. Seperti AS 3 mil, Argentina 200 mil, Afsel 6 mil, Spanyol 6 mil, negara-negara
berkembang 12 mil.
Wewenang negara pantai
1. Wewenang terhadap kapal-kapal asing
2. Wewenang untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan pengawasan (pengawasan,
penangkapan kapal-kapal yang melanggar ketentuan-ketentuan negara-negara pantai)
3. Pengawasan bea dan cukai
4. Hak untuk menangkap ikan, hak-hak untuk mendirikan zona pertahanan
5. Hak pengejaran seketika

Permukaan laut secara horizontal dibagi atas beberapa zona dan yang
palin dekat dari pantai dinamakan laut wilayah yang sepenuhnya
tunduk pada kedaulatan negara pantai. Laut wilayah adalah bagian
yang paling dekat dari pantai yang pada umumnya dianggap sebagai
lanjutan dari daratannya dan di atas mana negara pantai tersebut
mempunyai kedaulatan. Batas lebar laut wilayah (UNCLOS 1982)
adalah 12 mil diukur dari titik-titik terluar dari pulau terluar. Setelah
negara menetapkan laut wilayahnya, maka di batas wilayah tersebut
negara mempunyai hak kedaulatan yang berwenang untuk
menetapkan hak lintas damai, batas wilayah teritorialnya, dan hak
untuk penangkapan ikan
Zona Tambahan (Contiguous Zone)
• Zona tambahan adalah zona dengan lebar laut 12 mil dihitung dari batas laut
teritorial
• Zona ini bukan wilayah kedaulatan negara pantai atau negara kepulauan, tetapi
dapat dimanfaatkan oleh negara pantai dan negara kepulauan untuk tujuan:
(Pasal 33 UNCLOS 1982)
• Kepabeanan
• Fiskal
• Imigrasi
• Kesehatan (karantina tanaman dan binatang)

Zona tambahan merupakan zona transisi antara laut wilayah dan laut bebas, yang
berfungsi untuk mengurangi kontras antara laut wilayah yang tunduk pada kedaulatan
negara pantai dengan lsut bebas yang berlaku prinsip freedom of the sea

Hak-hak dalam zona tambahan adalah Hak preventif dan perluasan kewenangan.
Negara pantai dapat melaksanakan kewenangan dalam bidang keamanan yang terbatas
untuk mengawasi pelanggaran peraturan perundang-undangan bea cukai, fiskal,
imigrasi, saniter di wilayah tersebut. Perluasan kewenangan diterapkan dengan
pemberlakuan pidana nasional manakala terjadi pelanggaran di laut teritorial negara
pantai juga meliputi hak pengejaran seketika.
Zona Ekonomi Eksklusif (Exclusive Economic Zone)
• Pasal 56 UNCLOS 1982: Negara pantai dan negara kepulauan diberikan
Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) selebar 200 mil diukur dari garis
pangkal yang sama, dgn ketentuan sbb:
• Hak berdaulat (sovereign rights) untuk:
• Eksplorasi, eksploitasi, konservasi dan pengelolaan dari sumberdaya
hayati dan nir-hayati di perairan di atas dasar laut dan di dasar laut
serta tanah di bawah dasar laut,
• Kegiatan terkait dengan eksploitasi dan eksplorasi ekonomis seperti
produksi energi dari air laut, arus dan angin

• Jurisdiksi berkaitan dengan: Pembuatan dan pemakaian pulau buatan,


instalasi dan bangunan Riset kelautan Pelestarian dan perlindungan
lingkungan pesisir
Negara-negara pantai memutuskan untuk mencadangkan
kekayaan laut yang berdekatan dengan perairan nya
untuk kesejahteraan rakyatnya. Dorongan negara-negara
berkembang yang berpantai untuk memenuhi kebutuhan
masyarakatnya telah diwijudkan dalam pelebaran laut
wilayah dan penguasaan zona laut lainnya
Konsepsi Zona Ekonomi Eksklusif merupakan manifestasi dari usaha-usaha negara-negara
pantai untuk melakukan pengawasan dan penguasaan terhadap segala macam sumber
kekayaan yang terdapat di zona laut yang terletak di luar dan berbatasan dengan laut
wilayahnya
Kewajiban Negara di ZEE (Ps.61, 62)
Mengatur konservasi sumberdaya hayati
– Menetapkan jumlah tangkapan yang diperbolehkan (TAC)
– Menjamin hasil maksimum yang lestari (MSY)
– Menggalakkan pemanfaatan secara optimum melalui kemampuan utk memanen
sumberdaya hayati (capacity to harvest)

Bilamana surplus
– Wajib memberi kesempatan kepada negara lain utk memanfaatkannya di
kawasan yang sama, khususnya negara tak berpantai atau negara yang kurang
beruntung secara geografis

Menghormati hak-hak negara lain


– Kebebasan berlayar ke laut lepas
Zona Ekonomi Eksklusif (Exclusive Economic Zone)
• Negara-negara lain yang menangkap ikan di ZEE harus mematuhi
tindakan-tindakan konservasi yang ditetapkan oleh negara
pantai/kepulauan yang diserahi ZEE dan aturan serta perundangan
lainnya dari negara pantai tersebut, antara lain:
• Wajib memiliki lisensi bagi nelayan, kapal nelayan dan peralatan,
termasuk membayar retribusi (fees) kepada negara pantai tsb
• Menetapkan spesies dan quota, ukuran dan umur dari ikan yang boleh
ditangkap
• Mengatur musim penangkapan ikan, alat-alat tangkap, banyaknya dan
ukuran kapal nelayan, dsb.
PRINSIP HUKUM ZONA EKONOMI EKSKLUSIF
Pasal 56 Konvensi hanya memberikan hak-hak berdaulat negara pantai untuk
keperluan eksplorasi, eksploitasi, konservasi dan pengelolaan sumber
kekayaan alam baik hayati maupun non hayati, dari perairan di atas dasar laut
dan dari dasar laut dan tanah di bawahnya dan berkenaan dengan kegiatan
lain untuk keperluan eksplorasi dan eksploitasi ekonomi zona tersebut, seperti
produksi energi dari air, arus dan angin

Selanjutnya dalam pelaksanaan hak-hak berdaulat tersebut, negara-negara


pantai juga sebagaimana yang ditetapka Pasal 73 Konvensi, dapat mengambil
tindakan-tindakan yang dianggap perlu seperti pemeriksaan, penangkapan
kapal-kapal maupunmelakukan proses peradilan terhadap kapal-kapal yang
melanggar ketentuan-ketentuan yang dibuat negara

Berdasarkan prinsip keadilan yang sama-sama diterima baik oleh negara-


negara berkembang maupun oleh negara-negara maju, negara-negara tak
berpantai juga diberi hak untuk mengambil kekayaan-kekayaan alam yang
terdapat di zona ekonomi (Pasal 69 Konvensi)
Sepanjang yang menyangkut Indonesia
telah mengeluarkan Undang-undang
mengenai Zona Ekonomi Eksklusif,
yaitu UU No 5 tahun 1983 dan yang
dilengkapi dengan Peraturan Pemerintah
No 15 tahun 1984 tentang Pengelolaan
Sumber Daya Hayati laut di Zona
ekonomi Eksklusif Indonesia dan yang
dilengkapi pula oleh Peraturan
Pemerintah bagi pelaksanaannya, namu
karena keterbatasan dalam permodalan,
teknologi, dan sumberdaya manusiayang
terampil, sekarang ini masih sedikit hasil
yang dapat dimanfaatkan Indonesia dari
Zona ekonomi Eksklusifnya (Joko
Subagyo)
Bila negara pantai mempunyai kedaulatan penuh atas laut
wilayahnya dan sumber-sumber kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya terhadap zona ekonomi eksklusif,
Pasal 56 UNCLOS 1982 hanya memberikan hak-hak
berdaulat negara pantai untuk keperluan
eksplorasi ,eksploitasi, konservasi dan pengelolaan
sumber kekayaan alam baik hayati maupun non hayati,
dari perairan di atas dasar laut dan dari dasar laut dan
tanah di bawahnya dan berkenaan dengan kegiatan lain
untuk keperluan eksplorasi dan eksploitasi ekonomi zona
tersebut, seperti produksi energi dari air, arus dan angin

Pada ZEE, pengertian Eksklusif dimaksudkan


pengelolaan sumberdaya alam di ZEE hanya pada negara
pantai yang telah mengklaim. Selain itu juga diberikan
kepada negara lain yang telah mempunyai perjanjian
pengelolaan dengan negara pantai.
PP No 15 1984 tentang Pengelolaan
PEMANFAATAN ZEEI Sumberdaya hayati di ZEEI
Indonesia memiliki hak berdaulat
Berkaitan dengan prinsip-prinsip rejim
(hak eksklusif) dalam Zona
hukum Zona Ekonomi Eksklusif tersebut,
Ekonomi Eksklusif Indonesia/ZEEI
sementara usaha-usaha perikanan
untuk memperoleh manfaat
Indonesia belum mampu memanfaatkan
ekonomi melalui kegiatan
seluruh jumlah tangkapan yang
pemanfaatan, pengelolaan,
diperbolehkan, maka sudah sewajarnya
pengawasan dan pelestarian
apabila Republik Indonesia mengizinkan
seluruh sumberdaya hayati maupun
usaha perikanan negara lain untuk ikut
non hayati sedangkan negara-
serta memanfaatkan Zona Ekonomi
negara lain yang ingin
Eksklusif Indonesia. Izin tersebut dengan
memanfaatkan sumberdaya
sendirinya hanya diberikan kepada usaha-
ekonomi di ZEEI haruslah
usaha perikanan negara asing yang
mendapat ijin dari pemerintah
bersedia mematuhi segala ketentuan
Indonesia
perundang-undangan nasional dan
ketentuan hukum internasional yang
berlaku
Landas Kontinen
• Pasal 76: Definisi Landas Kontinen:
• Terdiri dari dasar laut dan tanah di bawahnya dari wilayah laut di luar laut
teritorial, mengikuti kelanjutan dari topografi wilayah daratan, dengan
ketentuan, a.l., jarak, kedalaman dan ketebalan sedimen. Batas tsb ditentukan
dengan ukuran jarak:
• Maksimum 200 mil-laut dari garis pangkal bagi negara yang pantainya
curam;
• Maksimum 350 mil-laut dari garis pangkal bagi negara yang pantainya
landai

• Kewajiban negara pantai – Memberi sumbangan kepada Otoritas Dasar Laut


Internasional (International Seabed Authority, ISBA) dari hasil eksploitasi
kekayaan alam hayati dan nir-hayati yang terdapat pada landas kontinen di luar
batas 200 mil-laut dari garis pangkal
Laut Bebas
• Laut Bebas adalah terbuka untuk semua negara
• Laut Bebas disiapkan untuk tujuan-tujuan damai
• Yang dimaksud dgn bebas dalam hal ini, antara lain:
• Bebas untuk pelayaran
• Bebas untuk terbang di atasnya
• Bebas untuk memasang kabel atau pipa di bawah laut, maupun instalasi-
instalasi yang diperbolehkan
• Bebas untuk menangkap ikan, menurut ketentuan-ketentuan yang berlaku
dalam Konvensi ini (Konsep konservasi sumberdaya hayati dan
pengelolaannya)
• Bebas melakukan riset
Tugas

Pilih salah satu Peraturan Perundang-undangan


yang mengatur tentang Perikanan dan Kelautan
lalu berikan ulasan !

Tugas dalam bentuk Paper dikirim ke alamat


email: dewifebrianihamjan@gmail.co.id

Anda mungkin juga menyukai