Anda di halaman 1dari 30

UNDANG-UNDANG NO 45 TAHUN 2009

TENTANG PERIKANAN

Dewi Febriani Hamjan,


Indonesia sebagai sebuah
negara kepulauan yang pemanfaatan sumber daya perikanan
sebagian besar harus seimbang dengan daya
wilayahnya terdiri dari dukungnya, sehingga diharapkan
laut, memiliki potensi dapat memberikan manfaat secara
perikanan yang sangat terus menerus. Salah satunya
besar dan beragam dilakukan dengan pengendalian usaha
perikanan melalui pengaturan
pengelolaan perikanan
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004
tentang Perikanan diharapkan dapat
mengantisipasi sekaligus sebagai solusi
terhadap perubahan yang sangat besar
UU 31 di bidang perikanan, baik yang
tahun berkaitan dengan ketersediaan sumber
2004 daya ikan, kelestarian lingkungan
sumber daya ikan, maupun
perkembangan metode pengelolaan
perikanan yang semakin efektif, efisien,
dan modern
Isu dalam Pembangunan
Perikanan

Gejala penangkapan ikan


yang berlebih, pencurian
ikan, dan tindakan illegal
fishing lainnya yang tidak
hanya menimbulkan
kerugian bagi negara, tetapi
juga mengancam
kepentingan nelayan dan
pembudi daya-ikan, iklim
industri, dan usaha
perikanan nasional
Berdasarkan hasil perhitungan potensi lestari perikanan yang dilakukan
oleh Aziz et al. (1998), beberapa jenis sumberdaya yang telah mengalami
gejala tangkap lebih adalah:
• Ikan pelagis besar di sekitar perairan Laut Sulawesi dan Samudera
Pasifik
• Ikan pelagis kecil di sekitar perairan Selat Malaka dan Laut Jawa.
• Ikan demersal di sekitar perairan Selat Malaka, Selat Makasar dan
Laut Flores, Laut Sulawesi dan Samudera Pasifik serta Laut Arafura.
• Ikan karang konsumsi di perairan Laut Jawa, Selat Makasar dan Laut
Flores, Laut Banda, Laut Sulawesi dan Samudera Pasifik serta
Samudera Hindia.
• Udang peneid hampir di semua perairankecuali di perairan
LautSeram sampai Teluk Tomini, Laut Sulawesi dan Samudera
Pasifik serta Samudera Hindia.
• Lobster di perairan Selat Makasar dan Laut Flores. Cumi-cumi di
perairan Selat Malaka, Laut Jawa, Selat Makasar dan Laut Flores
serta Laut Arafura
kesadaran pemahaman
IUU (Illegal, para pelaku aparat
Unreported, degradasi usaha (sense tentang
Unregulated lingkungan, of business) otonomi
Fishing), masih daerah
rendah sempit

Permasalahan/isu lain

Kondisi ini tidak hanya menyebabkan over eksploitasi, tetapi juga


rendahnya produktivitas nelayan
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan saat ini
masih belum mampu mengantisipasi perkembangan teknologi serta
perkembangan kebutuhan hukum dalam rangka pengelolaan dan
pemanfaatan potensi sumber daya ikan dan belum dapat menjawab
permasalahan/isu pembangunan kelautan dan perikanan

Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 Tentang PERUBAHAN


ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2004 TENTANG
PERIKANAN
- perluasan yurisdiksi
pengadilan perikanan
- keberpihakan kepada
nelayan kecil dan pembudi
daya-ikan kecil

- pengawasan dan
penegakan hukum
- pengelolaan
perikanan
TUJUAN PEMBENTUKAN UU 45 TAHUN 2009

a. meningkatkan taraf hidup nelayan kecil dan pembudi daya-


ikan kecil;
b. meningkatkan penerimaan dan devisa negara;
c. mendorong perluasan dan kesempatan kerja;
d. meningkatkan ketersediaan dan konsumsi sumber protein
ikan
e. mengoptimalkan pengelolaan sumber daya ikan;
f. meningkatkan produktivitas, mutu, nilai tambah, dan daya
saing;
g. meningkatkan ketersediaan bahan baku untuk industri
pengolahan ikan
h. mencapai pemanfataan sumber daya ikan, lahan
pembudidayaan ikan, dan lingkungan su mber daya ikan
secara optimal;
i. menjamin kelestarian sumber daya ikan, lahan
pembudidayaan ikan, dan tata ruang.
UU No.45 Tahun 2009 Pasal 1

Perikanan
semua kegiatan yang
berhubungan dengan
pengelolaan dan
pemanfaatan sumber
daya ikan dan
lingkungannya mulai
dari praproduksi,
produksi, pengolahan
sampai dengan
pemasaran,yang
dilaksanakan dalam
suatu sistem bisnis
perikanan
Ikan Nelayan
segala jenis organisme orang yang mata
yang seluruh atau sebagian pencahariannya
dari siklus hidupnya melakukan
berada di dalam penangkapan ikan.
lingkungan perairan
Kapal perikanan
kapal, perahu, atau alat
apung lain yang
dipergunakan untuk
melakukan penangkapan
ikan, mendukung operasi
penangkapan ikan,
pembudidayaan
ikan,pengangkutan ikan,
pengolahan ikan, pelatihan
perikanan, dan penelitian/
eksplorasi perikanan
Penangkapan ikan Pembudidayaan ikan
Kegiatan untuk memperoleh ikan kegiatan untuk memelihara,
di perairan yang tidak dalam membesarkan, dan/atau
keadaan dibudidayakan dengan membiakkan ikan serta memanen
alat atau cara apapun,termasuk hasilnya dalam lingkungan yang
kegiatan yang menggunakan terkontrol, termasuk kegiatan yang
kapal untuk memuat, menggunakan kapal untuk memuat,
mengangkut,menyimpan, mengangkut, menyimpan,
mendinginkan, menangani, mendinginkan, menangani,
mengolah, dan/atau mengolah, dan/atau
mengawetkannya. mengawetkannya
Surat izin penangkapan ikan,
yang selanjutnya disebut SIPI
Izin tertulis yang harus dimiliki setiap
kapal perikanan untuk melakukan
penangkapan ikan yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari SIUP

Surat izin usaha perikanan,


yang selanjutnya disebut SIUP
Izin tertulis yang harus dimiliki
perusahaan perikanan untuk
melakukan usaha perikanan dengan
menggunakan sarana produksi yang
tercantum dalam izin tersebut
PERTANYAAN
Menurut Anda, mengapa Peraturan / UU
diperlukan dalam lingkup kelutan dan perikanan?
BIDANG PENANGKAPAN
PASAL 8

1) Setiap orang dilarang melakukan penangkapan ikan dan/atau pembudidayaan


ikan dengan menggunakan bahan kimia,bahan biologis,bahan peledak,alat
dan/ atau cara, dan/atau bangunan yang dapat merugikan dan/atau
membahayakan kelestarian sumber daya ikan dan/atau lingkungannya di
wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia

5) Penggunaan bahan kimia,bahan biologis,


bahan peledak, alat dan/atau cara, dan /
atau bangunan untuk penangkapan ikan
dan/atau pembudidayaan ikan
sebagai mana dimaksud pada ayat (1),
diperbolehkan hanya untuk penelitian.

6) Ketentuan lebih lanjut mengenai penggunaan


bahan kimia,bahan biologis, bahan peledak,
alat dan/atau cara,dan/atau bangunan sebagaimana
dimaksud pada ayat (5), diatur dengan Peraturan Pemerintah.
PASAL 9

1) Setiap orang dilarang memiliki,


menguasai, membawa, dan/atau
menggunakan alat penangkapan
dan/atau alat bantu penangkapan ikan
yang mengganggu dan merusak
keberlanjutan sumber daya ikan di
kapal penangkap ikan di wilayah
pengelolaan perikanan Negara
Republik Indonesia
PASAL 27

(1) Setiap orang yang memiliki dan/atau mengoperasikan kapal penangkap ikan
berbendera Indonesia yang digunakan untuk melakukan penangkapan ikan di
wilayah pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia dan/ atau laut lepas
wajib memiliki SIPI

(2) Setiap orang yang memiliki dan/atau mengoperasikan kapal penangkap ikan
berbendera asing yang digunakan untuk melakukan penangkapan ikan di ZEEI
wajib memiliki SIPI

(3) Setiap orang yang mengoperasikan kapal penangkap ikan berbendera


Indonesia di wilayah pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia atau
mengoperasikan kapal penangkap ikan berbendera asing di ZEEI wajib
membawa SIPI asli.

(5) Kewajiban memiliki SIPI sebagai mana dimaksud pada ayat (1) dan/atau
membawa SIPI asli sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak berlaku bagi
nelayan kecil.
PASAL 28

(2) Setiap orang yang memiliki dan/atau mengoperasikan kapal pengangkut


ikan berbendera asing yang digunakan untuk melakukan pengangkutan ikan
di wilayah pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia wajib memiliki
SIKPI.

(3) Setiap orang yang mengoperasikan kapal pengangkut ikan di wilayah


pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia wajib membawa SIKPI asli.

(4) Kewajiban memiliki SIKPI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan/atau
membawa SIKPI asli sebagaimana dimaksud pada ayat (3), tidak berlaku bagi
nelayan kecil dan/atau pembudidaya ikan kecil.
PASAL 35A

• Kapal perikanan berbendera


Indonesia yang melakukan
penangkapan ikan di wilayah
pengelolaan perikanan Negara
Republik Indonesia wajib
menggunakan nakhoda dan anak
buah kapal berkewarganegaraan
Indonesia.

• Kapal perikanan berbendera asing


yang melakukan penangkapan ikan
di ZEEI wajib menggunakan anak
buah kapal berkewarganegaraan
Indonesia paling sedikit 70% (tujuh
puluh persen) dari jumlah anak
buah kapaL
Pasal 85

Setiap orang yang dengan sengaja


memiliki, menguasai, membawa,
dan/atau menggunakan alat
penangkapikan dan/ atau alat bantu
penangkapan ikan yang mengganggu
dan merusak keberlanjutan sumber
daya ikan di kapal penangkap ikan di
wilayah pengelolaan perikanan Negara
Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 dipidana
dengan pidana penjara paling lama 5
(lima) tahun dan denda paling banyak
Rp2.000.000.000,00(dua miliar
rupiah).
Pasal 93

(1) Setiap orang yang memiliki dan/atau mengoperasikan kapal penangkap


ikan berbendera Indonesia melakukan penangkapan ikan di wilayah
pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia dan/atau di laut
lepas, yang tidak memiliki SIPI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27
ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun
dan denda paling banyak Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah)

(2) Setiap orang yang memiliki dan/atau mengoperasikan kapal penangkap


ikan berbende ra asing melakukan penangkapan ikan di ZEEI yang tidak
memiliki SIPI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (2), dipidana
dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling
banyak Rp20.000.000.000,00 (dua puluh miliar rupiah)

(3) Setiap orang yang mengoperasikan kapal penangkap ikan berbendera


Indonesia di wilayah pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia,
yang tidak membawa SIPI asli sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27
ayat (3), dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun
dan denda paling banyak Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).
BIDANG BUDIDAYA PERIKANAN
PASAL 15A

Pemerintah Mengatur
Pengendalian Mutu Induk Dan
Benih Ikan Yang Dibudidayakan.
PASAL 18

1) Pemerintah mengatur dan membina tata pemanfaatan air


dan lahan pembudidayaan ikan.

2) Pengaturan dan pembinaan tata pemanfaatan air dan lahan


pembudidayaan ikan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dalam rangka menjamin kuantitas dan kualitas air
untuk kepentingan pembudidayaan ikan.

3) Pelaksanaan tata pemanfaatan air dan lahan pembudidayaan


ikan dilakukan oleh pemerintah daerah.

4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengaturan dan pembinaan


tata pemanfaatan air dan lahan pembudidayaan ikan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
BIDANG USAHA PERIKANAN

PASAL 1

16) Surat Izin Usaha Perikanan, yang


selanjutnya disebut SIUP, adalah izin
tertulis yang harus dimiliki perusahaan
perikanan untuk melakukan usaha
perikanan dengan menggunakan sarana
produksi yang tercantum dalam izin
tersebut.
Pasal 25 Pasal 25A
(1) Usaha perikanan (1) Pelaku usaha perikanan dalam
dilaksanakan dalam sistem melaksanakan bisnis perikanan
bisnis perikanan, meliputi harus memperhatikan standar
praproduksi, produksi, mutu hasil perikanan.
pengolahan, dan pemasaran. (2) Pemerintah dan pemerintah
(2) Ketentuan lebih lanjut daerah membina dan memfasilitasi
mengenai praproduksi, pengembangan usaha perikanan
produksi, pengolahan, dan agar memenuhi standar mutu hasil
pemasaran sebagaimana perikanan.
dimaksud pada ayat (1) diatur (3) Ketentuan lebih lanjut
dalam Peraturan Menteri. mengenai standar mutu hasil
perikanan diatur dalam Peraturan
Menteri
TANTANGAN UU NO 45 TAHUN 2009
• Luas laut Indonesia 5,8 juta km2 atau 2/3 luas wilayah RI dan
panjang pantai 95.181 km, akan tetapi PDB perikanan baru sekitar
3,2%.
• Potensi sumberdaya perikanan tangkap 6,4 juta ton per tahun, akan
tetapi nelayan masih belum sejahtera.
• Produksi perikanan tangkap di laut sekitar 4,7 ton pertahun dari
jumlah tangkapan yang diperbolehkan maksimum 5,2 juta ton
pertahun, sehingga hanya tersisa 0,5 juta ton pertahun
• Produksi Tuna naik 20,17 % pada tahun 2007, akan tetapi produksi
Tuna hanya 4,04 % dari seluruh produksi perikanan tangkap.
• Jumlah nelayan naik, yaitu 2,06 % pada tahun 2006-2007, dan ikan
makin langka.
• Potensi tambak seluas 1.224.076 ha, Tetapi realisasi baru seluas
612.530 ha.
• Jumlah industri perikanan lebih dari 17.000 buah, akan tetapi
sebagian besar tradisional, berskala mikro dan kecil.
• Tenaga kerja budidaya ikan sebanyak 2.916.000 orang, akan tetapi
kepemilikan lahan perkapita rendah dan hidupnya memprihatinkan.
PERTANYAAN
• Silahkan berikan pendapat/tanggapan/komentar
Anda mengenai adanya UU No 45 Tahun 2009 !
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai