Anda di halaman 1dari 7

NAMA : SAFITRI TIDORE

NPM : 01012111210

KELAS : 5 C/KONTRAK 7B

TUGAS : HUKUM PIDANA PERIKANAN

Tugas Pidana Perikanan

Buat matriks UU Perikanan pada sebelum dan sesudah UU No 6/2023 tentang Ciptaker tentang adanya
pergeseran sanksi di dalam UU Perikanan (adanya pergeseran sanksi Pidana menjadi sanksi
administratif).

NO UU No. 31 tahun 2004 tentang perikanan UU No. 6 tahun 2023 tentang cipta ker Keterangan
Sebagaimana di uabah terakhir denagan UU
No. 45 tahun 2004 tentang perikaan
1 Pasal 1 Pasal 1 perubahan
Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang 1. Ketentuan Pasal 1 diubah sehingga berbunyi
Nomor 31Tahun 2004 tentang Perikanan sebagai berikut:
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun Pasal 1
2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud
Negara Republik Indonesia Nomor 4433) diubah dengan:
sebagai berikut: 1. Perikanan adalah semua kegiatan yang
berhubungan dengan pengelolaan dan
1. Ketentuan Pasal 1 angka 11 dan angka 24 pemanfaatan sumber daya ikan dan
diubah,sehingga Pasal 1 berbunyi sebagai lingkungannya mulai dari praproduksi,
berikut: produksi, pengolahan
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud sampai dengan pemasaran, yang
dengan: dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis
1. Perikanan adalah semua kegiatan yang perikanan.
berhubungan dengan pengelolaan dan 2. Sumber Daya Ikan adalah potensi
pemanfaatan sumber daya ikan dan semua jenisikan.
lingkungannya mulai daripraproduksi, 3. Lingkungan Sumber Daya Ikan adalah
produksi, pengolahan sampai dengan perairan tempat kehidupan Sumber
pemasaran yang dilaksanakan dalam Daya lkan, termasuk biota dan faktor
suatu system bisnis perikanan. alamiah sekitarnya.
2. Sumber daya ikan adalah potensi semua 4. Ikan adalah segala jenis organisme
jenis ikan. yang seluruh atau sebagian dari siklus
3. Lingkungan sumber daya ikan adalah hidupnya berada Di dalam lingkungan
perairan tempat kehidupan sumber daya perairan.
ikan, termasuk 5. Penangkapan Ikan adalah kegiatan
biota dan faktor alamiah sekitarnya. untuk memperoleh Ikan di perairan
4. Ikan adalah segala jenis organisme yang yang tidak dalam keadaan
seluruh atau sebagian dari siklus dibudidayakan dengan alat atau cara
hidupnya berada di dalam lingkungan apa pun, termasuk kegiatan
perairan. yangmenggunakan kapal untuk
5. Penangkapan ikan adalah kegiatan untuk memuat, mengangkut,
memperoleh ikan di perairan yang tidak menyimpan,mendinginkan,
dalam keadaan dibudidayakan dengan menangani, mengolah, dan/atau
alat atau cara apa pun,termasuk kegiatan mengawetkannya.
yang menggunakan kapal untuk 6. Pembudidayaan Ikan adalah kegiatan
memuat, mengangkut, menyimpan, untuk memelihara, memberikan,
mendinginkan,menangani, mengolah, dan/atau membiakkan Ikan serta
dan/atau mengawetkannya. memanen hasilnya dalamlingkungan
6. Pembudidayaan ikan adalah kegiatan yang terkontrol, termasuk kegiatan
untukmemelihara, membesarkan, yang menggunakan kapal untuk
dan/atau membiakkan memuat,mengangkut, menyimpan,
ikan serta memanen hasilnya dalam mendinginkan,menangani, mengolah,
lingkungan yang dan/ataumengawetkannya.
terkontrol, termasuk kegiatan yang 7. Pengelolaan Perikanan adalah semua
menggunakankapal untuk memuat, upaya, termasuk proses yang
mengangkut, menyimpan, terintegrasi dalampengumpulan
mendinginkan, menangani, mengolah, informasi,
dan/atau mengawetkannya. analisis,perencanaan,konsultasi,
7. Pengelolaan perikanan adalah semua pembuatan keputusan, alokasi Sumber
upaya, termasuk proses yang terintegrasi Daya Ikan, dan implementasi serta
dalam pengumpulan informasi, analisis, penegakan hukum dari peraturan
perencanaan, konsultasi, pembuatan perundang-undangan di bidang
keputusan, alokasi sumber daya ikan, Perikanan, yang dilakukan oleh
dan implementasi serta penegakan pemerintah atau otoritas lain yang
hukum dari peraturan perundang- diarahkan untuk
undangan di bidang perikanan, yang mencapaikelangsungan produktivitas
dilakukan oleh pemerintah atau otoritas sumber daya hayati perairan dan
lain yangdiarahkan untuk mencapai tujuan yang telah disepakati.
kelangsungan produktivitas sumber daya 8. Konservasi Sumber Daya Ikan adalah
hayati perairan dan tujuan yang telah upaya pelindungan, pelestarian, dan
disepakati. pemanfaatan Sumber Daya Ikan,
8. Konservasi Sumber Daya Ikan adalah termasuk ekosistem, jenis, dan genetik
upaya perlindungan, pelestarian, dan untuk menjamin keberadaan,
pemanfaatan sumberdaya ikan, termasuk ketersediaan, dan kesinambungannya
ekosistem, jenis, dan genetic untuk dengan tetap memelihara dan
menjamin keberadaan, ketersediaan, dan meningkatkan kualitas nilai dan
kesinambungannya dengan tetap keanekaragaman Sumber Daya Ikan.
memelihara dan meningkatkan kualitas 9. Kapal Perikanan adalah kapal, perahu,
nilai dan keanekaragamansumber daya atau alat apung lain yang digunakan
ikan. untuk melakukan Penangkapan Ikan,
9. Kapal Perikanan adalah kapal, perahu, mendukung operasi Penangkapan Ikan,
atau alat apung lain yang digunakan Pembudidayaan Ikan pengangkutan
untuk melakukanpenangkapan ikan, lkan, pengolahan lkan,pelatihan
mendukung operasi penangkapanikan, Perikanan, dan penelitian/eksplorasi
pembudidayaan ikan, pengangkutan Perikanan.
ikan,pengolahan ikan, pelatihan 10. 1 Nelayan adalah orang yang mata
perikanan, dan penelitian/eksplorasi pencahariannya melakukan
perikanan. Penangkapan Ikan.
10. Nelayan adalah orang yang mata 11. Nelayan Kecil adalah orang yang mata
pencahariannya melakukan penangkapan pencahariannya melakukan
ikan. Penangkapan Ikan untuk memenuhi
11. Nelayan Kecil adalah orang yang mata kebutuhan hidup sehari-hari, baik yang
pencahariannya melakukan penangkapan menggunakan kapal penangkap lkan
ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup maupun yang tidak menggunakan
sehari-hari yang menggunakankapal kapal penangkap Ikan.
perikanan berukuran paling besar 5 12. Pembudi Daya Ikan adalah orang yang
(lima) gross ton (GT). mata pencahariannya melakukan
12. Pembudi Daya Ikan adalah orang yang Pembudidayaan lkan.
mata pencahariannya melakukan 13. Pembudi Daya-Ikan Kecil adalah
pembudidayaan ikan. orang yang mata pencahariannya
13. Pembudi Daya-Ikan Kecil adalah orang melakukan Pembudidayaan Ikanuntuk
yang mata pencahariannya melakukan memenuhi kebutuhan hidup sehari-
pembudidayaan ikan untuk memenuhi hari.
kebutuhan hidup sehari-hari. 14. Setiap Orang adalah orang
14. Setiap Orang adalah orang perseorangan perseorangan atau Korporasi.
atau korporasi. 15. Korporasi adalah kumpulan orang
15. Korporasi adalah kumpulan orang dan/atau kekayaan yang terorganisasi,
dan/atau kekayaan yang terorganisasi baik merupakan badan hukum maupun
baik merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum.
bukan badan hukum. 16. Dihapus.
16. Surat Izin Usaha Perikanan, yang 17. Dihapus.
selanjutnya disebut SIUP, adalah izin 18. Dihapus.
tertulis yang harus dimiliki perusahaan 19. Laut Teritorial Indonesia adalah jalur
perikanan untuk melakukan usaha laut selebar12 (dua belas) mil laut
perikanan dengan menggunakan sarana yang diukur dari garis pangkal
produksi yang tercantum dalam izin kepulauan Indonesia.
tersebut. 20. Perairan Indonesia adalah Laut
17. Surat Izin Penangkapan Ikan, yang Teritorial Indonesia beserta perairan
selanjutnya disebut SIPI, adalah izin kepulauan dan perairan pedalamannya.
tertulis yang harus dimiliki setiap kapal Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia
perikanan untuk melakukan yang
penangkapan ikan yang merupakan 21. selanjutnya disingkatZEEI adalah jalur
bagian tidak terpisahkan dari SIUP. di luar dan berbatasan dengan Laut
18. Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan, yang Teritorial Indonesia sebagaimana
selanjutnya disebut SIKPI, adalah izin ditetapkan berdasarkan undang-
tertulis yang harus dimiliki setiap kapal undang yang berlaku tentang Perairan
perikanan untuk melakukan Indonesia yang meliputi dasar laut,
pengangkutan ikan. tanah di bawahnya, dan air di atasnya
19. Laut Teritorial Indonesia adalah jalur dengan batas terluar 200 (dua ratus)
laut selebar12 (dua belas) mil laut yang mil laut yang diukur dari garis pangkal
diukur dari garis pangkal kepulauan Laut Teritorial Indonesia.
Indonesia. 22. Laut Lepas adalah bagian dari laut
20. Perairan Indonesia adalah laut teritorial yang tidaktermasuk dalam ZEEI, Laut
Indonesia beserta perairan kepulauan Teritorial Indonesia, perairan
dan perairan pedalamannya. kepulauan Indonesia, dan perairan
21. Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, pedalaman Indonesia.
yang selanjutnya disebut ZEEI, adalah 23. Pelabuhan Perikanan adalah tempat
jalur di luar dan berbatasan dengan laut yang terdiri atas daratan dan perairan
teritorial Indonesiasebagaiman di sekitarnya dengan batas-batas
ditetapkan berdasarkan undangundang tertentu sebagai tempat kegiatan
yang berlaku tentang perairan Indonesia pemerintahan dan kegiatan sistem
yang meliputi dasar laut, tanah bisnis Perikanan yang digunakan
dibawahnya, dan air di atasnya dengan sebagai tempat Kapal Perikanan
batas terluar 200 (dua ratus) bersandar, berlabuh, dan/atau bongkar
mil laut yang diukur dari garis pangkal muat Ikan yar:g dilengkapi dengan
laut teritorialIndonesia. fasilitas
22. Laut Lepas adalah bagian dari laut yang keselamatan pelayaran dan kegiatan
tidak termasuk dalam ZEEI, laut penunjang Perikanan
territorial Indonesia,perairan kepulauan 24. Menteri adalah menteri yang
Indonesia, dan perairan pedalaman menyelenggarakan urusan
Indonesia. pemerintahan di bidang Perikanan
23. Pelabuhan Perikanan adalah tempat yang 25. Pemerintah Pusat adalah Presiden
terdiriatas daratan dan perairan di Republik Indonesia yang memegang
sekitarnya dengan batas-batas tertentu kekuasaanpemerintahan Negara
sebagai tempat kegiatan pemerintahan Republik Indonesia yang dibantu oleh
dan kegiatan sistem bisnis perikanan Wakil Presiden dan menteri
yang digunakan sebagai tempat kapal sebagaimana dimaksud dalam
perikanan bersandar, berlabuh, dan/atau Undang-Undang Dasar Negara
bongkar muat ikan yang dilengkapi Republik Indonesia Tahun 1945.
dengan fasilitas keselamatan pelayaran 26. Pemerintah Daerah adalah kepala
dan kegiatan penunjang perikanan. daerah sebagai unsur penyelenggara
24. Menteri adalah menteri yang Pemerintahan Daerah yang memimpin
membidangi urusan perikanan. pelaksanaan urusan pemerintahanyang
25. Pemerintah adalah PemerintahPusat. menjadi kewenangan daerah otonom.
26. Pemerintah Daerah adalah pemerintah
provinsi dan/atau pemerintah
kabupaten/kota
2. Pasal 2 Pasal 2 Perubahan
Pengelolaan perikanan dilakukan berdasarkan Dihapsus
asas:
a. manfaat;
b. keadilan;
c. kebersamaan;
d. kemitraan;
e. kemandirian;
f. pemerataan;
g. keterpaduan;
h. keterbukaan;
i. efisiensi;
j. kelestarian; dan
k. pembangunan yang berkelanjutan

3. Pasal 7 Pasal 7 Perubahan


(3) Kewajiban mematuhi ketentuan mengenai 3). Kewajiban mematuhi ketentuan mengenai
sistem pemantauan kapal perikanan sebagaimana system pemantauan Kapal Perikanan
dimaksud pada ayat (2) huruf e, tidak berlaku sebagaimana dimaksud pada ayat (21huruf e,
bagi nelayan kecil dan/atau pembudi daya-ikan tidak berlaku bagi Nelayan Kecil dan/atau
kecil. Pembudi Daya-Ikan Kecil.
4). Menteri menetapkan potensi dan jumlah 4). Dihapus
tangkapan yang diperbolehkan sebagaimana 5). Dihapus
dimaksud pada ayat (1) huruf b dan huruf c 6). Dihapus
setelah mempertimbangkan rekomendasi dari
5). komisi nasional yang mengkaji sumber daya
ikan

.
(6). Menteri menetapkan jenis ikan yang
dilindungi dan
kawasan konservasi perairan untuk kepentingan
ilmu pengetahuan, kebudayaan, pariwisata,
dan/atau kelestarian sumber daya ikan dan/atau
lingkungannya.
4. Pasal 25 Pasal 25 Perubahan
Di antara Pasal 25 dan Pasal 26 disisipkan 3 Ketentuan Pasal 25A diubah sehingga
(tiga) pasal yakni Pasal 25A, Pasal 25B, dan berbunyi sebagai berikut:
Pasal 25C, yang berbunyi sebagai berikut: Pasal 25A
Pasal 25A (1) Pelaku Usaha Perikanan dalam
(1) Pelaku usaha perikanan dalam melaksanakan melaksanakan bisnis Perikanan harus
bisnis perikanan harus memperhatikan standar memenuhi standar mutu hasil Perikanan.
mutu hasil perikanan. (21 Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
(2) Pemerintah dan pemerintah daerah membina sesuai dengan kewenangannya membina dan
dan memfasilitasi pengembangan usaha memfasilitasi pengembangan usaha Perikanan
perikanan agar memenuhi standar mutu hasil agar memenuhi standar mutu hasil Perikanan
perikanan. berdasarkan norma, standar, prosedur, dan
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai standar kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
mutu hasil perikanan diatur dalam Peraturan (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai standar
Menteri. mutu hasil Perikanan diatur dalam Peraturan
Pasal 25B Pemerintah.
(1) Pemerintah berkewajiban menyelenggarakan
dan memfasilitasi kegiatan pemasaran usaha Pasal 25B Dihapus.
perikanan baik di dalam negeri maupun ke luar
negeri. Pasal 25C Dihapus
(2) Pengeluaran hasil produksi usaha perikanan
ke luar negeri dilakukan apabila produksi dan
pasokan di dalam negeri telah mencukupi
kebutuhan konsumsi nasional.
(3) Pemerintah berkewajiban menciptakan iklim
usaha perikanan yang sehat sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 25C
(1) Pemerintah membina dan memfasilitasi
berkembangnya industri perikanan nasional
dengan mengutamakan penggunaan bahan baku
dan sumber daya manusia dalam negeri.
(2) Pemerintah membina terselenggaranya
kebersamaan dan kemitraan yang sehat antara
industri perikanan, nelayan dan/atau koperasi
perikanan.
(3) Ketentuan mengenai pembinaan, pemberian
fasilitas, kebersamaan, dan kemitraan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.
5. Pasal 28 Pasal 28 Perubahan
Di antara Pasal 28 dan Pasal 29 disisipkan 1 Ketentuan Pasal 28A diubah sehingga
(satu) pasal yakni Pasal 28A, yang berbunyi berbunyi sebagai berikut:
sebagai berikut: Pasal 28A
Pasal 28A Setiap Orang dilarang:
Setiap orang dilarang: a. memalsukan dokumen Perizinan Berusaha;
a. memalsukan SIUP, SIPI, dan SIKPI; dan/atau b. menggunakan Perizinan Berusaha palsu;
b. menggunakan SIUP, SIPI, dan SIKPI palsu. c. menggunakan Perizinan Berusaha milik
kapal lain atau orang lain; dan latau
d. menggandakan Perizinan Berusaha untuk
digunakan oleh kapal lain dan/atau kapal milik
sendiri.
6. Pasal 32 Pasal 32 Perubahan
Ketentuan Pasal 32 diubah sehingga Pasal 32 Ketentuan Pasal 32 diubah sehingga berbunyi
berbunyi sebagai berikut: sebagai berikut:
Pasal 32 Pasal 32
Ketentuan lebih lanjut mengenai penerbitan, tata Ketentuan lebih lanjut mengenai Perizinan
cara, dan syarat-syarat pemberian SIUP, SIPI, Berusaha terkait usaha Perikanan dan Kapal
dan SIKPI diatur dengan Peraturan Menteri. Perikanan diaturdalam Peraturan Pemerintah.
7. Pasal 35 Pasal 35 Perubahan
Di antara Pasal 35 dan Pasal 36 disisipkan 1 Ketentuan Pasal 35A diubah sehingga
(satu) pasal yakni Pasal 35A, yang berbunyi berbunyi sebagai berikut:
sebagai berikut: Pasal 35A
Pasal 35A (1) Kapal Perikanan berbendera Indonesia
(1) Kapal perikanan berbendera Indonesia yang yang melakukan Penangkapan Ikan di wilayah
melakukan penangkapan ikan di wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik
pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia wajib menggunakan nakhoda dan
Indonesia wajib menggunakan nakhoda dan anak anak buah kapal berkewarganegaraan Indone
buah kapal berkewarganegaraan Indonesia. sia.
(2) Kapal perikanan berbendera asing yang (2) Pelanggaran terhadap ketentuan
melakukan penangkapan ikan di ZEEI wajib penggunaan nakhoda dan anak buah kapal
menggunakan anak buah kapal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai
berkewarganegaraan Indonesia paling sedikit sanksi administratif berupa peringatan,
70% (tujuh puluh persen) dari jumlah anak buah pembekuanPerizinan Berrrsaha, atau
kapal. pencabutan Perizinan Berusaha.
(3) Pelanggaran terhadap ketentuan penggunaan (3) Ketentuan mengenai kriteria, jenis, dan tata
anak buah kapal sebagaimana dimaksud pada cara pengenaan sanksi administratif
ayat (2) dikenakan sanksi administratif berupa sebagaimana dimaksud pada ayat (21 diatur
peringatan, pembekuan izin, atau pencabutan dalam Peraturan Pemerintah.
izin.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengenaan
sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) diatur dalam Peraturan Menteri.
8. Pasal 36 Pasal 36 Perubahan
Ketentuan Pasal 36 diubah sehingga Pasal 36 Ketentuan Pasal 36 diubah sehingga berbunyi
berbunyi sebagai berikut: sebagaiberikut:
Pasal 36 Pasal 36
(1) Kapal perikanan milik orang Indonesia yang (1) Kapal Perikanan milik orang Indonesia
dioperasikan di wilayah pengelolaan perikanan yang dioperasikan di wilayah
Negara Republik Indonesia dan laut lepas wajib Pengelolaan Perikanan Negara
didaftarkan terlebih dahulu sebagai kapal Republik Indonesia dan/atau Laut
perikanan Indonesia. Lepas wajib didaftarkan terlebih
(2) Pendaftaran kapal perikanan sebagaimana dahulu sebagai Kapal Perikanan
dimaksud pada ayat (1) dilengkapi dengan Indonesia.
dokumen yang berupa: 2). Kapal Perikanan yang telah terdaftar
a. bukti kepemilikan; sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
b. identitas pemilik; dan diberikan PerizinanBerusaha dari
c. surat ukur. Pemerintah Pusat atau PemerintahDaerah
(3) Pendaftaran kapal perikanan yang dibeli atau sesuai dengan kewenangannyaberdasarkan
diperoleh dari luar negeri dan sudah terdaftar di norma, standar, prosedur, dankriteria yang
negara asal untuk didaftar sebagai kapal ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
perikanan Indonesia, selain dilengkapi dengan (3) Setiap Orang yang mengoperasikan
dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (2) KapalPerikanan di wilayah Pengelolaan
harus dilengkapi pula dengan surat keterangan PerikananNegara Republik Indonesia
penghapusan dari daftar kapal yang diterbitkan dan/atau Laut Lepasyang tidak
oleh negara asal. mendaftarkan Kapal Perikanannyasebagai
(4) Kapal perikanan yang telah terdaftar Kapal Perikanan Indonesia
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan sebagaimanadimaksud pada ayat (1)
surat tanda kebangsaan sesuai dengan ketentuan dikenai sanksiadministratif.
peraturan perundang-undangan. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pendaftaran kriteria, jenis,besaran denda, dan tata cara
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), pengenaan sanksiadministratif
dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Menteri. sebagaimana dimaksud pada ayat (3)diatur
dalam Peraturan Pemerintah.
9. Pasal 44 Pasal 44 Perubahan
Ketentuan Pasal 44 ayat (1) diubah, sehingga Ketentuan Pasal 44 diubah sehingga berbunyi
Pasal 44 berbunyi sebagai berikut: sebagai berikut:
Pasal 44 Pasal 44
(1) Surat Persetujuan Berlayar sebagaimana (1) Persetujuan berlayar sebagaimana
dimaksud dalam pasal 42 ayat (2) huruf a dimaksud
dikeluarkan oleh syahbandar setelah kapal dalam Pasal 42 ayat (2) huruf a diterbitkan
perikanan mendapatkan surat laik operasi. olehsyahbandar setelah Kapal Perikanan
(2) Surat laik operasi sebagaimana dimaksud memenuhistandar laik operasi.
pada ayat (1) dikeluarkan oleh pengawas (2) Pemenuhan standar laik operasi
perikanan setelah dipenuhi persyaratan sebagaimanadimaksud pada ayat (1)
administrasi dan kelayakan teknis. diterbitkan oleh pengawas Perikanan setelah
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dipenuhi persyaratan administrasi dan
administrasi dan kelayakan teknis sebagaimana kelayakan teknis.
dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai
Menteri. persyaratan administrasi dan kelayakan teknis
sebagaimana dimaksud pada ayat (21 diatur
dalam Peraturan Pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai