Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Yustisiabel Fakultas Hukum

Volume 4 Nomor 1 April 2020 Universitas Muhammadiyah Luwuk

PENERBITAN SURAT PERSETUJUAN BERLAYAR KAPAL


PERIKANAN PADA KANTOR UNIT PENYELENGGARA
PELABUHAN BANGGAI
Noval Djewed
Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Banggai
djewed.laut@gmail.com

ABSTRAK
Dalam rangka perlindungan dan keselamatan pelayaran maka perlu penerbitan Surat
Persetujuan Berlayar oleh Syahbandar. Tulisan ini untuk mengetahui prosedur penerbitan
Surat Persetujuan Berlayar Kapal Perikanan pada Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan
Banggai, serta untuk mengetahui dan menganisis faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Adapun metide penelitian yang digunakan adalah yuridis empiris dengan mengumpulkan data
primer, sekunder dan tersier. Prosedur penerbitan Surat Persetujuan Berlayar Kapal Perikanan
pada Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Banggai tahapannya meliputi permohonan
penerbitan Surat Persetujuan Berlayar (SPB), pemeriksaan berkas administrasi dan fisik
kapal, dan penerbitan Surat Persetujuan Berlayar (SPB). Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi penerbitan Surat Persetujuan Berlayar Kapal Perikanan pada Kantor Unit
Penyelenggara Pelabuhan Banggai, terdiri dari faktor pendukung yaitu faktor hukum dan
faktor koordinasi. Sedangkan aktor penghambat adalah Jumlah Sumber daya Manusia dan
ketidakcermatan pemohon.

Kata kunci: Surat Persetujuan Berlayar, Kapal Perikanan

ABSTRACT
In the context of shipping protection and safety, it is necessary to obtain approval of the
Sailing Agreement by Syahbandar. This paper is to find out the procedures approved by the
Fishing Boat Approval Letter at the Banggai Port Operator Unit Office, and to find out and
analyze the factors that influence it. The research used is empirical juridical with primary,
secondary and tertiary data collection. Procedures for approving Fishing Vessel Approval
Letters at the Banggai Port Operational Unit Office, approving applications for approval of
Sailing (SPB), checking the administration and physical condition of vessels, and issuing
Sailing Approval Letters (SPB). As a factor influencing the Fishing Boat Sail Approval Letter
in the Banggai Port Operator Unit Office, it consists of supporting factors, namely legal
factors and supporting factors. While the inhibiting actors are the Number of Human
Resources and the inaccuracy of applicants.

Keywords: Sailing Approval Letter, Fishing Vessel


Latar Belakang pulau karena bila dibandingkan dengan alat
Indonesia secara geografis sebagian transportasi lainnya biayanya jauh lebih
besar merupakan perairan sehingga memiliki murah dan jumlah barang yang dapat
potensi kekayaan sumber daya laut yang diangkut jauh lebih banyak bila
melimpah. Hal ini menunjukkan bahwa dibandingkan alat transportasi lainnya serta
sebagai negara kepulauan, kegiatan dapat menjangkau tempat yang terpencil
transportasi lintas pulau dengan yang tidak dapat dijangkau oleh alat
menggunakan angkutan di perairan, telah transportasi lainnya (Muhammad Said
menjadi kepribadian bagi bangsa Indonesia. Sitompul, 2016:136).
Transportasi adalah sarana memperlancar Angkutan laut sebagai salah satu
perekonomian, memperkuat persatuan dan modal transportasi ditata dalam suatu
kesatuan bangsa, demi terlaksananya kesatuan transportasi nasional yang terpadu
perwujudan wawasan nusantara, dalam mewujudkan penyediaan jasa
meningkatkan pertahanan dan keamanan transportasi yang sesuai dengan kebutuhan
negara, serta memperkuat hubungan antar dan tersedianya pelayanan angkutan yang
bangsa (Penjelasan Undang-Undang Nomor aman, nyaman, tertib, dan efisien. Dalam
17 Tahun 2008 tentang Pelayaran). usaha untuk mewujudkan hal tersebut
Angkutan di perairan adalah salah satu tentunya pemerintah mempunyai peran
kegiatan transportasi untuk mengangkut penting untuk menunjang kelancaran
dan/atau memindahkan penumpang dan/atau pelayaran yaitu dengan melakukan
barang dengan menggunakan kapal penegakan hukum di laut (Sonhaji,
sebagaimana yang dinyatakan dalam Pasal 1 2018:300).
ayat 3 Undang-Undang Nomor 17 Tahun Salah satu upaya dalam penegakkan
2008 tentang Pelayaran, hal tersebut hukum di laut adalah pengawasan terhadap
memberikan makna bahwa kapal menjadi kapal-kapal yang berlayar di wilayah
suatu pilihan moda transportasi bagi perairan di Indonesia. Kapal yang memenuhi
masyarakat guna mengangkut barang syarat-syarat laik laut yang dapat berlayar di
dan/atau penumpang yang dapat diandalkan. wilayah laut di Indonesia. Dalam pasal 1
Dimana pelaksanaan pengangkutan angka 33 Undang-Undang Nomor 17 Tahun
dilakukan dengan perjanjian (Ridwan 2008 Tentang Pelayaran, Kelaiklautan kapal
labatjo, 2019:2). adalah keadaan kapal yang memenuhi
Kapal laut merupakan alat transportasi persyaratan keselamatan kapal, pencegahan
utama sebagai pengangkut barang antar pencemaran perairan dari kapal,
2
pengawakan, garis muat, pemuatan, beberapa prosedur yang perlu ditaati dan
kesejahteraan awak kapal dan kesehatan dilakukan hingga kapal memenuhi
penumpang, status hukum kapal, manajemen kelengkapan persyaratan administratif serta
keselamatan dan pencegahan pencemaran kelaikan teknis. Persyaratan administratif
dari kapal, dan manajemen keamanan kapal dibuktikan dengan kelengkapan dokumen-
untuk berlayar di perairan tertentu. dokumen perizinan kapal, sedangkan
Pentingnya Surat Persetujuan Berlayar kelaikan teknis dibuktikan dengan
secara khusus diatur dalam Undang-Undang kelaiklautan kapal, laik alat tangkap, dan laik
Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran. simpan (Permen KP No.3/Permen-KP/2013
Sekalipun telah ada peraturan yang mengatur tentang Kesyahbandaran di Pelabuhan
tentang Surat Persetujuan Berlayar, tidak Perikanan).
jarang juga dapat ditemui beberapa Kabupaten Banggai Laut secara
kecelakaan transportasi laut yang disebabkan administratif terbagi atas 7 Wilayah
oleh lalainya pemberian ijin pelayaran. kecamatan, 3 Kelurahan dan 63 Desa. Luas
Masalah keselamatan dan keamanan serta wilayah Kabupaten Banggai Laut ±
keseluruhan kegiatan dalam pelayaran 12.882,45 km² yang terdiri dari luas daratan
merupakan tanggungjawab dalam 725,67 km² atau sekitar 5,63% dari luas
kepelabuhanan. Salah satu persoalan terbesar keseluruhan dan luas laut 12.156,78 km² atau
dalam kecelakaan kapal dalam pelayaran sekitar 94,37% dari luas keseluruhan (Heru
adalah persoalan kemampuan dan keahlian Sri Naryanto, 2018:36). Dengan sebagian
seseorang dalam menjalankan tugas besar wilayahnya adalah laut, sehingga
kesyahbandarannya dalam memberikan surat potensi sumber daya perikanan sangat besar.
kelaiklautan kapal, ijin berlayar, keselamatan Dalam rangka pengelolaan sumber
dan keamanan pelayaran, serta seluruh daya perikanan tersebut tentunya diperlukan
kegiatan pelayaran angkutan laut di perairan kapal perikanan untuk dapat melakukan
Indonesia (Sonhaji, 2018:300). pengelolaan. Kapal perikanan merupakan
Surat Persetujuan Berlayar (SPB) salah satu penunjang untuk pemanfaatan
adalah dokumen negara yang dikeluarkan perikanan di laut menurut Pasal 1 Angka 9
oleh syahbandar kepada setiap kapal yang Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009,
akan berlayar meninggalkan pelabuhan kapal perikanan adalah kapal, perahu, atau
perikanan setelah kapal memenuhi alat apung lain yang di gunakan untuk
persyaratan administratif dan kelaikan teknis melakukan penangkapan ikan, mendukung
serta nautis. Dalam penerbitan SPB terdapat operasi penangkapan ikan, pembudidayaan
3
ikan, pengangkutan ikan, pengelolahan ikan, dokumentasi dan wawancara mendalam dan
pelatihan perikanan, dan terstruktur.
penelitian/eksplorasi perikanan. Hasil dan Pembahasan
Setiap kapal yang akan melakukan Prosedur penerbitan Surat Persetujuan
pelayaran meninggalkan pelabuhan wajib Berlayar Kapal Perikanan pada Kantor
memiliki Surat Persetujuan Berlayar yang Unit Penyelenggara Pelabuhan Banggai
diterbitkan oleh syahbandar di Pelabuhan Penerbitan Surat Persetujuan
Perikanan, Hal ini diatur dalam pasal 42 ayat Berlayar (Port Clearance) merupakan
(3) Undang-Undang No. 45 Tahun 2009 suatu proses pengawasan yang dilakukan
tentang perubahan atas Undang-Undang No. oleh Syahbandar terhadap kapal yang
31 Tahun 2004 tentang Perikanan. Kegiatan akan berlayar meninggalkan pelabuhan
tersebut dilakukan dalam rangka keselamatan untuk memastikan bahwa Kapal, awak
dan keamanan pelayaran. Namun Kabupaten kapal, dan muatannya secara teknis
Banggai laut disatu sisi belum memiliki administratif telah memenuhi persyaratan
pelabuhan perikanan sehingga penerbitan keselamatan dan keamanan pelayaran
Surat Persetujuan Berlayar kapal perikanan serta perlindungan lingkungan maritim.
dilakukan oleh Kantor Unit Penyelenggara Berdasarkan ketentuan Pasal 219
Pelabuhan Banggai. Sehingga tulisan ini ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 tahun
untuk menganalisis terhadap prosedur 2008 tentang Pelayaran, disebutkan
penerbitan Surat Persetujuan Berlayar Kapal bahwa “setiap kapal yang berlayar wajib
Perikanan serta faktor-faktor yang memiliki Surat Persetujuan Berlayar yang
mempengaruhinya pada Kantor Unit dikeluarkan oleh Syahbandar.” Sedangkan
Penyelenggara Pelabuhan Banggai. berdasarkan ketentuan Pasal 42 ayat (3)
Metode Penelitian Undang - undang Nomor 45 Tahun 2009
Jenis penelitian yang digunakan adalah tentang Perikanan, disebutkan “Setiap
yuridis empiris. Penelitian yang dilakukan kapal perikanan yang akan berlayar
dengan melihat kenyataan yang ada dalam melakukan penangkapan ikan dan/atau
praktek dilapangan. Pendekatan ini dikenal pengangkutan ikan dari pelabuhan
pula dengan pendekatan secara sosiologis perikanan wajib memiliki Surat
yuridis. Data yang digunakan adalah data Persetujuan Berlayar yang dikeluarkan
primer dan data sekunder. Adapun teknik oleh syahbandar di pelabuhan perikanan.”
dalam mengumpulkan data yakni observasi, Penerbitan Surat Persetujuan
Berlayar adalah suatu kegiatan
4
pengawasan yang dilakukan oleh pelabuhan perikanan yang di dalam
Syahbandar terhadap kapal yang akan struktur organisasinya terdapat petugas
berlayar berdasarkan surat pernyataan kesyahbandaraan, maka penerbitan surat
Nakhoda (Pasal 1 angka 1 Peraturan persetujuan berlayar di terbitkan oleh
Menteri Perhubungan Nomor PM 82 petugas syahbandar yang ada di Kantor
Tahun 2014 Tentang Tata Cara Penerbitan Unit Penyelenggara Pelabuhan.
Surat Persetujuan Berlayar). Selanjutnya Hal ini sesuai dengan
dalam Peraturan Menteri Kelautan dan kewenangannya sebagaimana disebutkan
Perikanan No. 3 Tahun 2013 Tentang dalam Pasal 1 angka 56 Undang-Undang
Kesyahbandaran Di Pelabuhan Perikanan Nomor 17 tahun 2008 Tentang Pelayaran,
(Permen KP No.3 Tahun 2013) pada Pasal “Syahbandar adalah pejabat pemerintah di
1 angka 8, Surat Persetujuan Berlayar, pelabuhan yang diangkat oleh Menteri
yang selanjutnya disingkat SPB, adalah dan memiliki kewenangan tertinggi untuk
dokumen negara yang dikeluarkan oleh menjalankan dan melakukan pengawasan
Syahbandar di pelabuhan perikanan terhadap dipenuhinya ketentuan peraturan
kepada setiap kapal perikanan yang akan perundang- undangan untuk menjamin
berlayar meninggalkan pelabuhan keselamatan dan keamanan pelayaran.
perikanan setelah kapal perikanan Sehingga kewenangan merupakan
memenuhi persyaratan kelaiklautan kapal, pendelegasian yang diberikan oleh organ
laik tangkap, dan laik simpan. pemerintahan kepada pihak lain.
Dari beberapa ketentuan tersebut Aminuddin Ilmar (2014:108) menjelaskan
menjelaskan bahwa Surat Persetujuan bahwa wewenang pemerintahan itu
berlayar diterbitkan oleh syahbandar tersimpul adanya hak dan kewajiban dari
dalam rangka pengawasan terhadap kapal pemerintah dalam melakukan tindakan
yang akan berlayar termasuk kapal atau perbuatan pemerintahan tersebut.
perikanan untuk menjamin keselamatan Namun dalam negara hukum prinsip yang
dan keamanan pelayaran. Syahbandar di digunakan adalah setiap penggunaan
Pelabuhan Perikanan adalah Syahbandar kewenangan oleh pemerintahan harus
yang ditempatkan secara khusus di disertai pertanggungjawaban hukum.
pelabuhan perikanan untuk pengurusan Di kabupaten Banggai Laut untuk
administratif dan menjalankan fungsi penerbitan Surat persetujuan berlayar
menjaga keselamatan pelayaran. Sehingga (SPB) kapal perikanan dilakukan oleh
dalam suatu daerah, jika tidak memiliki Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan
5
Banggai, karena belum memiliki b. bukti pemenuhan kewajiban kapal
pelabuhan perikanan. Penerbitan SPB perikanan antara lain:
kapal perikanan dilakukan oleh Kantor 1) bukti pembayaran jasa
Unit Penyelenggara Pelabuhan Banggai, kepelabuhanan;
karena belum adanya pelabuhan 2) bukti pembayaran retribusi
perikanan tersendiri. Adapun tahapan lelang ikan;
prosedur penerbitan SPB untuk kapal 3) bukti pembayaran jasa
perikanan di Kantor Unit Penyelenggara kebersihan kapal;
Pelabuhan Banggai adalah sebagai 4) persetujuan Bea dan Cukai;
berikut. 5) persetujuan Imigrasi;
1. Permohonan penerbitan Surat 6) persetujuan Karantina
Persetujuan Berlayar (SPB) kesehatan;
Pengajuan permohonan surat 7) persetujuan Karantina ikan;
persetujuan berlayar Kapal perikanan 8) Surat Laik Operasi Kapal
dilakukan oleh Nakhoda atau pemilik Perikanan;
kapal/penanggung jawab perusahaan 9) Surat Tanda Bukti Lapor
dengan melampirkan persyaratan. Kedatangan Kapal;
Untuk syarat administratif Menurut 10) Surat Tanda Bukti Lapor
Peraturan Menteri Kelautan dan Keberangkatan Kapal;
Perikanan No. 3 Tahun 2013 Tentang 11) Perjanjian kerja laut atau
Kesyahbandaran Di Pelabuhan daftar Nakhoda dan ABK;
Perikanan (Permen KP No.3 Tahun 12) Sertifikat Hasil Tangkapan
2013) Pasal 11 ayat (1) untuk Ikan Lembar Awal; dan
mendapakan Surat Persetujuan 13) Surat penugasan pemantau
Berlayar Nakhoda atau pemilik kapal penangkap ikan dan
kapal/penanggung jawab perusahaan kapal pengangkut ikan untuk
harus mengajukan permohonan kepada kapal yang diwajibkan
Syahbandar Di Pelabuhan Perikanan menerima pemantau kapal
setelah kapal perikanan siap berlayar penangkap ikan dan kapal
dengan melampirkan persyaratan: pengangkut ikan.
a. Surat Pernyataan Kesiapan Kapal Adapun syarat teknis nautis akan
Perikanan Berangkat dari nakhoda dilakukan pemeriksaan tentang fisik
(Master Sailing Declaration); dan kapal yang tercantum dalam Permen
6
KP No.3 Tahun 2013 Pasal 19 ayat 2 menggunakan format Contoh 3 pada
Pemeriksaan teknis dan nautis untuk Lampiran yang merupakan bagian
antara lain: tidak terpisahkan dari Peraturan
a. kesesuaian alat penangkapan ikan Menteri Perhubungan ini; dan
dan alat bantu penangkapan ikan; c. untuk kapal perikanan wajib
b. palka ikan dan jenis mesin dilengkapi surat laik operasi dari
pendingin; pengawas perikanan
c. Stiker barcode; Berdasarkan hasil penelitian pada
d. kelaikan kapal perikanan dan teknis petugas kesyahbandaraan pada Kantor
permesinan; Unit Penyelenggara Pelabuhan
e. peralatan pencegahan pencemaran; Banggai bahwa syarat-syarat
f. alat komunikasi; pengajuan penerbitan Surat
g. peralatan navigasi; Persetujuan Berlayar Kapal Perikanan
h. peta dan perlengkapannya; pada Kantor Unit Penyelenggara
i. alat keselamatan; Pelabuhan Banggai adalah
j. alat pemadam kebakaran; dan permohonan penerbitan SPB,
k. tanda pengenal kapal perikanan kalaiklautan kapal, dan SLO dari
Adapun persyaratan pengajuan pengawas perikanan dan persyaratan
penerbitan SPB berdasarkan Peraturan lain yang berkaitan dengan perpajakan.
Menteri Perhubungan Nomor PM 82 2. Pemeriksaan berkas administrasi dan
Tahun 2014 tentang Tata cara fisik kapal
Penerbitan Surat Persetujuan berlayar, Berdasarkan permohonan untuk
pada Pasal 18 ayat (2), Permohonan mendapatkan SPB dari pemilik atau
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), operator kapal, selanjutnya Syahbandar
dilengkapi dengan: melakukan pemeriksaan kelengkapan
a. Surat pernyataan Nakhoda dengan dan validitas dari surat dan dokumen
menggunakan format Contoh 2 pada kapal. Petugas kesyahbandaraan pada
Lampiran yang merupakan bagian Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan
tidakterpisahkan dari Peraturan Banggai melakukan proses penelitian
Menteri Perhubungan ini; dokumen dan surat-surat, pemeriksaan
b. bukti-bukti pemenuhan kewajiban administrasi dan pemeriksaan fisik
kapal lainnya sesuai dengan kapal.
peruntukannya dengan
7
Dalam hal Syahbandar mendapat Surat Persetujuan Berlayar diterbitkan
laporan dan/atau mengetahui bahwa oleh Syahbandar di pelabuhan
kapal yang akan berlayar tidak Perikanan, Syahbandar di Pelabuhan
memenuhi persyaratan kelaiklautan Perikanan menurut Peraturan Menteri
dan keamanan kapal, Syahbandar No 82 tahun 2014 adalah pejabat yang
berwenang melakukan pemeriksaan berwenang menangani.
kapal. Hasil pemeriksaan teknis dan Apabila seluruh berkas
nautis kapal perikanan, alat administrasi dan dokumen kapal
penangkapan ikan, dan alat bantu berupa persyaratan administrasi,
penangkapan ikan, menjadi dasar dokumen kapal dan hasil pemeriksaan
untuk menerbitkan surat persetujuan fisik kapal telah lengkap maka pihak
berlayar. syahbandar menerbitkan Surat
3. Penerbitan Surat Persetujuan Berlayar Persetujuan berlayar kapal perikanan
(SPB) tersebut. Untuk mengetahui jumlah
Berkaitan dengan penerbitan Surat persetujuan berlayar yang
surat persetujuan berlayar kapal diterbitkan oleh syahbandar pada
perikanan pada Pasal 1 Peraturan Kantor Unit Pelaksana Pelabuhan
Menteri kelautan Perikanan No 3 Banggai, dapat dilihat pada tabel
Tahun 2013 tentang Kesyahbandaran berikut.
menyebutkan Syahbandar di pelabuhan
perikanan adalah pejabat pemerintah
yang ditempatkan secara khusus di
pelabuhan perikanan untuk pengurusan
administratif dan menjalankan fungsi
menjaga keselamatan pelayaran salah
satunya dengan menerbitkan Surat
Persetujuan berlayar bagi kapal
Perikanan.
Hal tersebut juga terdapat dalam
Peraturan Menteri Perhubungan No 82
tahun 2014 tentang Tata cara
Penerbitan Surat Persetujuan Berlayar
Pasal 2 ayat 3 Untuk kapal Perikanan
8
Tabel 1
Jumlah Surat Persetujuan Berlayar (SPB)
Kapal Perikanan
No Tahun Yang dimohonkan Yang diterbitkan Yang ditolak
1 2017 45 43 2
2 2018 25 24 1
3 2019 6 6 -
(sampai
bulan juni)
Jumlah 76 73 3
Sumber data : Kantor Unit Penyelenggara pelabuhan Banggai, 2019

SPB yang telah diterbitkan oleh Terkait pembebasan SPB kapal


Syahbandar berlaku paling lama 24 perikanan, telah diatur pada pasal 17
(dua puluh empat) jam terhitung sejak ayat (1) Peraturan Menteri KP Nomor
diterbitkan dan hanya dapat digunakan 3 Tahun 2013, Syahbandar di
untuk 1 (satu) kali pelayaran. pelabuhan perikanan dapat
Berdasarkan ketentuan Pasal 10 dan 11 memberikan pembebasan SPB bagi
Peraturan Menteri Perhubungan No. kapal perikanan apabila:
PM 82 tahun 2014, bahwa Penundaan, a. berlayar dalam batas wilayah kerja
Pencabutan, dan Pembebasan Surat dan pengoperasian pelabuhan
Persetujuan Berlayar Syahbandar dapat perikanan;
menunda keberangkatan kapal untuk b. berlayar keluar pelabuhan perikanan
berlayar karena tidak memenuhi untuk memberikan pertolongan
persyaratan kelaiklautan dan keamanan kepada kapal yang dalam bahaya;
kapal atau pertimbangan cuaca. c. memasuki pelabuhan perikanan
Sedangkan Pencabutan Surat karena keadaan darurat;
Persetujuan Berlayar dapat dilakukan d. melakukan percobaan berlayar;
oleh Syahbandar dalam hal : Kapal dan/atau
tidak berlayar meninggalkan e. menuju galangan untuk tujuan
pelabuhan, melebihi 24 (dua puluh perbaikan/docking kapal perikanan.
empat) jam dari batas waktu Permohonan Pembebasan
penerbitan, dan/atau Perintah tertulis penerbitan SPB kapal perikanan
dari pengadilan. dilakukan berdasarkan permohonan
9
dari nakhoda atau pemilik Penyelenggara Pelabuhan Banggai
kapal/penanggung jawab perusahaan. adalah.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi a. Faktor hukum
penerbitan Surat Persetujuan Berlayar Faktor hukum yang dimaksud
Kapal Perikanan pada Kantor Unit adalah adanya peraturan perundang-
Penyelenggara Pelabuhan Banggai undangan yang mengatur tentang
Syahbandar pada Kantor Unit tugas, fungsi serta tanggungjawab
Penyelenggara Pelabuhan Banggai syahbandar dalam menerbitkan
memiliki tugas dan tanggung jawab yang Surat Persetujuan Berlayar (SPB)
besar dalam menerbitkan surat kapal perikanan. Sehingga dalam
persetujuan berlayar (SPB). Hal ini menerbitkan SPB Kapal perikanan
disebabkan bahwa SPB Kapal Perikanan berpedoman pada peraturan
merupakan salah satu dalam mencegah perundang-undangan. Hal ini
aktivitas Illegal Fishing yang terjadi di tentunya dapat mempermudah
wilayah Banggai Laut. Selain itu dalam melakukan proses penerbitan
Syahbandar juga berperan menjaga SPB kapal perikanan. Beberapa
keselamatan dan kemanan berlayar. peraturan yang menjadi pedoman
Namun dalam melaksanakan syahbandar pada Kantor Unit
penerbitan SPB kapal perikanan, petugas Penyelenggara Pelabuhan Banggai
syahbandar pada Kantor Unit menerbitkan SPB Kapal perikanan
Penyelenggara Pelabuhan Banggai adalah Undang-Undang Nomor 17
terdapat faktor-faktor yang Tahun 2008 Tentang Pelayaran,
mempengaruhi. Berdasarkan hasil Undang- undang No 45 tahun 2009
penelitian pada Kantor Unit tentang atas perubahan Undang-
Penyelenggara Pelabuhan Bangai, bahwa undang 31 tahun 2004 tentang
faktor-faktor tersebut meliputi faktor Perikanan, Peraturan Menteri
pendukung dan faktor yang menghambat. Perhubungan Republik Indonesia
1. Faktor Pendukung Nomor: PM 82 Tahun 2014 Tentang
Faktor pendukung dalam tata Cara Penerbitan Surat
penerbian Surat Persetujuan Berlayar Persetujuan Berlayar, Peraturan
(SPB) kapal perikanan oleh petugas Menteri kelautan Dan Perikanan
syahbandar pada Kantor Unit Republik Indonesia Nomor
3/PERMEN-kp/2013 Tentang
10
Kesyahbandaran Di Pelabuhan 4) Kesehatan Pelabuhan,
Perikanan. menyangkut kesehatan orang
b. Faktor Koordinasi yang bekerja dikapal dan
Dalam melaksanakan tugas kesehatan kapal itu sendii.
menerbitkan SPB Kapal Perikanan 2. Faktor Penghambat
oleh petugas Syahbandar pada Adapun faktor penghambat
Kantor Unit Penyelenggara dalam penerbitan SPB kapal perikanan
Pelabuhan Banggai melakukan oleh petugas syahbandar pada Kantor
koordinasi dengan berbagai instansi. Unit Penyelenggara Pelabuhan
Hal ini dikarenakan persyaratan Banggai adalah sebagai berikut.
untuk menjadi lampiran pada saat a. Faktor Jumlah Sumber Daya
mengajukan permohonan penerbitan Manusia
SPB Kapal perikanan berasal dari Sumber daya manusia atau
berbagai instansi. Institusi lain yang personil pada Kantor Unit
terlibat dalam pengajuan penerbitan Penyelenggaran Pelabuhan Banggai
Surat Persetujuan Berlayar Kapal yang sedikit dalam jumlah dapat
Perikanan pada Kantor Unit menghambat proses penerbitan SPB
Penyelenggara Pelabuhan Banggai kapal perikanan di wilayah
adalah : Kabupaten Banggai Laut. Untuk
1) Dinas Perikanan Kabupaten mengetahui jumlah sumber daya
Banggai Laut, menyangkut Surat manusia pada Kantor Unit
keterangan asal ikan Penyelenggaran Pelabuhan Banggai
2) Pengawas perikanan, dapat dilihat pada tabel berikut.
menyangkut penerbitan SLO
diperairan
3) Karantina Ikan, menyangkut
sertifikat kesehatan ikan dan
mutu hasil perikanan domestik

11
Tabel 2
Data Jumlah pegawai Kantor Unit Penyelenggaran
Pelabuhan Banggai
No Tingkat pendidikan Jumlah
1 SMP -
2 SMA 5
3 Diploma 1
4 Sarjana (S1) 3
5 S2 1
Jumlah 10
Sumber data : Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Banggai, 2019

Jumlah pegawai pada Kantor ketidakcermatan pemohon dalam


Unit Penyelenggara Pelabuhan melengkapi persyaratan dan
Banggai berjumlah 10 orang. dokumen kapal lainnya, sehingga
Dengan jumlah tersebut tentunya terdapat SPB kapal perikanan yang
akan menghambat dalam penerbitan ditolak. Hal ini berdasarkan hasil
SPB Kapal Perikanan, karena penelitian bahwa pemilik atau
pegawai yang ada juga bertugas operator kapal dalam mengajukan
menerbitkan SPB untuk kapal selain permohonan terdapat dokumen yang
kapal perikanan, yang berada tidak memenuhi syarat, misalnya
diwilayah kerja Kantor Unit dokumen dari instansi lain belum
Penyelenggara Pelabuhan Banggai. terbit atau sudah kadaluarsa.
Adapun wilayah kerja Kantor Unit Kesimpulan
Penyelenggara Pelabuhan Banggai Prosedur penerbitan Surat Persetujuan
terdapat 9 wilayah kerja yang Berlayar Kapal Perikanan pada Kantor Unit
tersebar diwilayah Kabupaten Penyelenggara Pelabuhan Banggai
Banggai Laut. tahapannya meliputi permohonan penerbitan
b. Faktor Ketidakcermatan pemohon Surat Persetujuan Berlayar (SPB),
Dalam melaksanakan tugas pemeriksaan berkas administrasi dan fisik
untuk penerbitan SPB kapal kapal, dan penerbitan Surat Persetujuan
perikanan oleh petugas syahbandar Berlayar (SPB). Adapun faktor-faktor yang
pada Kantor Unit Penyelanggara mempengaruhi penerbitan Surat Persetujuan
pelabuhan Banggai adalah Berlayar Kapal Perikanan pada Kantor Unit
12
Penyelenggara Pelabuhan Banggai, terdiri ISSN:2549-7731, e-ISSN: 685-8932,
dari faktor pendukung yaitu faktor hukum Volume 3 Nomor 1 April 2019
dan faktor koordinasi. Sedangkan aktor Sonhaji, 2018, Pemberian Surat Persetujuan
penghambat adalah Jumlah Sumber daya Berlayar (SPB) dalam Upaya
Manusia dan ketidakcermatan pemohon. Pemenuhan Keselamatan Berlayar,
Adminitrative Law & Governance
Daftar Pustaka Journal ISSN 2621-2781 Online , Vol.
Aminuddin Ilmar, 2014, Hukum Tata 1 Edisi 3 Agustus 2018
Pemerintahan, Jakarta: Prenada Media Sumber Peraturan Perundang-undagan
Grup. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008
Heri Sri Nuryanto, 2018, Kajian Peta Tanah Tentang Pelayaran
Longsor Di Kabupaten Banggai Laut, Undang- undang No 45 tahun 2009 tentang
Provinsi Sulawesi Tengah, Jurnal atas perubahan Undang-undang 31
Alami, e-ISSN : 2548-8635, Vol. 2, tahun 2004 tentang Perikanan
No. 1, Tahun 2018 Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009
Muhammad Said Sitompul, 2016, Tentang Kepelabuhanan
Harmonisasi Pengaturan tentang Peraturan Menteri kelautan Dan Perikanan
Kewenangan dalam Penerbitan Surat Republik Indonesia Nomor
Persetujuan Berlayar (SPB) Kapal 3/PERMEN-kp/2013 Tentang
Ikan Di Pelabuhan Belawan ditinjau Kesyahbandaran Di Pelabuhan
dari Undang-Undang Nomor 17 Tahun Perikanan
2008 Tentang Pelayaran dan Undang- Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM
Undang Nomor 45 Tahun 2009 82 Tahun 2014 Tentang Tata Cara
Tentang Perikanan, Jurnal Mercatoria Penerbitan Surat Persetujuan Berlayar
ISSN No: 1979 – 8652, Vol. 9 No.
2/Desember 2016
Ridwan Labatjo, 2019, Analisis Yuridis
tentang Kedudukan Prinsip
Tanggungjawab Mutlak (Absolut of
Liability) dalam Penyelenggaraan
Pengangkutan Barang dengan Kapal
Laut di Indonesia, Jurnal Yustisiabel p-

13

Anda mungkin juga menyukai