Anda di halaman 1dari 28

KESYAHBANDARAN

BY : NOVI TRI SUSANTO, S.ST.,


M.T.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
NAMA : NOVI TRI SUSANTO, S.ST, M.T.
NIP : 19851119 200912 1 005
PANGKAT/GOL : Penata Tk. – III/c
Tempat Lahir : Palembang
Status : K/4
Agama : Islam

Riwayat Pendidikan :
- S2 Teknik Sipil, Universitas Sriwijaya Palembang 2022;
- DIV Transportasi Darat Bekasi (STTD) 2012;
- DIII Sekolah Tinggi Transportasi Darat (STTD), Prodi LLASDP-Palembang Tahun 2007;

Riwayat Pekerjaan :
- BPTD Kelas II Sumsel April 2023 s.d Sekarang;
- BPTD Wilayah VII Provinsi Sumsel dan Babel Tahun 2018 s.d Maret 2023;
- Kepala Satuan Kerja Perhubungan Darat Provinsi Kep. Bangka Belitung Tahun 2016 s.d 2017;
- Direktorat LLASDP Tahun 2009 s.d 2015.
DASAR HUKUM
UNDANG-UNDANG 17 TAHUN 2018
TENTANG PELAYARAN
PENGERTIAN SYAHBANDAR

Menurut UU 17/2008 tentang Pelayaran (pasal 1 angka 56) ; Syahbandar adalah


pejabat pemerintah di pelabuhan yang diangkat oleh Menteri dan memiliki kewenangan
tertinggi untuk menjalankan dan melakukan pengawasan terhadap dipenuhinya
ketentuan peraturan perundangundangan untuk menjamin keselamatan dan keamanan
pelayaran.
Menurut Peraturan Bandar 1925 Pasal 1 ayat (1) dikatakan bahwa yang dimaksud
dengan Syahbandar adalah Syahbandar Ahli, Pejabat Syahbandar dan Syahbandar
Muda.
Pakar atau ahli ialah seseorang yang banyak dianggap sebagai sumber terpercaya atas teknik
maupun keahlian tertentu yang bakatnya untuk menilai dan memutuskan sesuatu dengan benar,
baik, sesuai dengan aturan dan status oleh sesamanya ataupun khayalak dalam bidang khusus
tertentu. Lebih umumnya, seorang pakar ialah seseorang yang memiliki pengetahuan ataupun
kemampuan luas dalam bidang studi tertentu. Para pakar dimintai nasihat dalam bidang terkait
mereka, tetapi mereka tidak selalu setuju dalam kekhususan bidang studi. Melalui pelatihan,
pendidikan, profesi, publikasi, maupun pengalaman, seorang pakar dipercaya memiliki
pengetahuan khusus dalam bidangnya di atas rata-rata orang, dimana orang lain bisa secara
resmi (dan sah) mengandalkan pendapat pribadi.
SYAHBANDAR SEBAGAI
PEJABAT PEMERINTAH DAN KEPALA PELABUHAN

Menurut (Prof. Dr. Jur. Andi Hamzah, S.H., M.H., 1994) Kata Syahbandar
menurut etimologisnya terdiri dari kata Syah dan Bandar. Syah berarti
penguasa dan kata Bandar berarti Pelabuhan-pelabuhan dan sungai-
sungai yang digunakan sebagai tempat kepil atau tempat labuh, tempat-
tempat kepil pada jembatan punggah dan jembatan-jembatan muat,
dermaga-dermaga dan tempat-tempat kepil lain yang lazim digunakan oleh
kapal-kapal, juga daerah laut yang dimaksudkan sebagai tempat-tempat
kepil kapal-kapal yang karena saratnya atau sebab lainnya, tidak dapat
masuk dalam batas-batas tempat-tempat kepil yang lazim digunakan.
Berdasarkan pengertian diatas terlihat beberapa unsur yang berhubungan
langsung satu sama lainnya yaitu adanya penguasa laut, sungai, dermaga, dan
kapal. Atau dengan kata lain ada unsur manusia (pengusaha/pemerintah) dan
unsur sarana dan prasarana yaitu laut dan sungai, dermaga dan kapal. Sarana
dan prasarana harus diatur dan ditata sedemikian rupa sehingga dapat
menunjang kelancaran lalu lintas angkutan laut.
SYAHBANDAR PEJABAT PEMERINTAH

SYAHBANDAR

PEJABAT PEMERINTAH PENEGAK HUKUM

- KEWENANGAN TERTINGGI INTERNASIONA


NASONAL
- MENJALANKAN TERPENUHINYA L
KETENTUAN PERUNDANG-
UNDANGAN PENGAWASAN
- KESELAMATAN DAN KEAMANAN
PELAYARAN
TERPENUHINYA BAGI SEMUA
ORANG YANG BERADA DI
PELABUHAN
FUNGSI SYAHBANDAR
1. Pelaksanaan

Fungsi
4. Perlindungan 2. Pengawasan dan
lingkungan
Keselamatan Penegakan Hukum
maritim di dan Keamanan di Bidang Angkutan
Pelabuhan Pelayaran di Perairan
Mencakup

3.Kepelabuhanan

Syahbandar membantu pelaksanaan pencarian dan penyelamatan (Search and


Rescue/SAR) di pelabuhan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.
Syahbandar diangkat oleh Menteri setelah memenuhi persyaratan kompetensi di
bidang keselamatan dan keamanan pelayaran serta kesyahbandaran.
Melaksanakan Fungsi Keselamatan Dan Keamanan
mengawasi kelaiklautan kapal, keselamatan, keamanan dan ketertiban di pelabuhan;

mengawasi tertib lalu lintas kapal di perairan pelabuhan dan alur-pelayaran;

mengawasi kegiatan alih muat di perairan pelabuhan;

mengawasi kegiatan salvage dan pekerjaan bawah air;

mengawasi kegiatan penundaan kapal;

Tugas mengawasi pemanduan;


Syahbandar mengawasi bongkar muat barang berbahaya serta limbah bahan berbahaya dan beracun;

mengawasi pengisian bahan bakar;

mengawasi ketertiban embarkasi dan debarkasi penumpang;

mengawasi pengerukan dan reklamasi;

mengawasi kegiatan pembangunan fasilitas pelabuhan;

mengawasi pemanduan;

melaksanakan bantuan pencarian dan penyelamatan;

memimpin penanggulangan pencemaran dan pemadaman kebakaran di pelabuhan; dan

mengawasi pelaksanaan perlindungan lingkungan maritim.


Melaksanakan Penegakan Hukum di Bidang Keselamatan dan
Keamanan
Sebagai Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil
Tugas
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
Syahbandar
undangan.

Dalam Melaksanakan Fungsi dan Tugas Tersebut Syahbandar Memiliki


Kewenangan
Mengkoordinasikan Seluruh Kegiatan Pemerintahan di Pelabuhan
Memeriksa dan Menyimpan Surat, Dokumen dan Warta Kapal
Menerbitkan Persetujuan Kegiatan Kapal di Pelabuhan
Melakukan Pemeriksaan Kapal
Menerbitkan Surat Persetujuan Berlayar
Melakukan Pemeriksaan Kecelakaan Kapal
Menahan Kapal Atas Perintah Pengadilan
Melaksanakan Sijil Awak Kapal.
Koordinasi Kegiatan Pemerintahan di
Pelabuhan
Syahbandar memiliki kewenangan tertinggi melaksanakan koordinasi kegiatan
kepabeanan, keimigrasian, kekarantinaan, dan kegiatan institusi pemerintahan lainnya.

Koordinasi yang dilaksanakan oleh Syahbandar dalam rangka pengawasan dan penegakan
hukum di bidang keselamatan dan keamanan pelayaran.

Dalam melaksanakan keamanan dan ketertiban di pelabuhan sesuai dengan ketentuan konvensi
internasional, Syahbandar bertindak selaku komite keamanan pelabuhan (Port Security Commitee).

Dalam melaksanakan fungsi keamanan dan ketertiban di pelabuhan Syahbandar dapat meminta
bantuan kepada Kepolisian Republik Indonesia dan/atau Tentara Nasional Indonesia.

Bantuan keamanan dan ketertiban di pelabuhan sebagaimana dimaksud di bawah koordinasi dalam
kewenangan Syahbandar.
Pemeriksaan dan Penyimpanan Surat,
Dokumen, dan Warta Kapal

Pemilik, Operator Kapal, atau Nakhoda wajib memberitahukan kedatangan kapalnya di


pelabuhan kepada Syahbandar.
Setiap kapal yang memasuki pelabuhan wajib menyerahkan surat, dokumen, dan warta
kapal kepada Syahbandar seketika pada saat kapal tiba di pelabuhan untuk dilakukan
pemeriksaan.
Setelah dilakukan pemeriksaan surat, dokumen, dan warta kapal disimpan oleh Syahbandar
untuk diserahkan kembali bersamaan dengan diterbitkannya Surat Persetujuan Berlayar.

Nakhoda wajib mengisi, menandatangani, dan menyampaikan warta kapal kepada


Syahbandar berdasarkan format yang telah ditentukan oleh Menteri. (Psl 214)

Setiap kapal yang memasuki pelabuhan, selama berada di pelabuhan, dan pada saat
meninggalkan pelabuhan wajib mematuhi peraturan dan melaksanakan petunjuk serta
perintah Syahbandar untuk kelancaran lalu lintas kapal serta kegiatan di pelabuhan. (Psl
215)
Persetujuan Kegiatan Kapal di Pelabuhan (Psl 216)
Kapal yang melakukan kegiatan perbaikan, percobaan berlayar, kegiatan alih
muat di kolam pelabuhan, menunda, dan bongkar muat barang berbahaya wajib
mendapat persetujuan dari Syahbandar.
Kegiatan salvage, pekerjaan bawah air, pengisian bahan bakar, pengerukan,
reklamasi, dan pembangunan pelabuhan wajib dilaporkan kepada Syahbandar.

Pemeriksaan Kapal (Psl 217)


Syahbandar berwenang melakukan pemeriksaan kelaiklautan dan keamanan
kapal di pelabuhan.
Dalam keadaan tertentu, Syahbandar berwenang melakukan pemeriksaan
kelaiklautan kapal dan keamanan kapal berbendera Indonesia di pelabuhan.

Pasal 218
Dalam keadaan tertentu, Syahbandar berwenang melakukan pemeriksaan
kelaiklautan kapal dan keamanan kapal berbendera Indonesia di pelabuhan.
Syahbandar berwenang melakukan pemeriksaan kelaiklautan dan keamanan
kapal asing di pelabuhan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Surat Persetujuan Berlayar (Psl 219)
Setiap kapal yang berlayar wajib memiliki Surat Persetujuan Berlayar yang dikeluarkan
oleh Syahbandar.
Surat Persetujuan Berlayar tidak berlaku apabila kapal dalam waktu 24 (dua puluh empat)
jam, setelah persetujuan berlayar diberikan, kapal tidak bertolak dari pelabuhan.
Surat Persetujuan Berlayar tidak diberikan pada kapal atau dicabut apabila melanggar ketentuan:
1. Pengangkutan barang khusus dan barang berbahaya;
2. Tidak memenuhi kelaiklautan kapal;
3. Pembangunan atau pengerjaan kapal yang merupakan perombakan tidak sesuai dengan gambar rancang bangun
dan data belum mendapat pengesahan dari Menteri.;
4. Kapal yang memperoleh sertifikat tidak dipelihara sehingga tidak memenuhi persyaratan keselamatan kapal;
5. Kapal yang beroperasi di perairan Indonesia tidak memenuhi persyaratan pencegahan dan pengendalian
pencemaran;
6. Kapal diawaki oleh Awak Kapal yang tidak memenuhi persyaratan kualifikasi dan kompetensi sesuai dengan
ketentuan nasional dan internasional;
7. Tata cara penanganan, penempatan, dan pemadatan peti kemas serta pengaturan balas tidak memenuhi
persyaratan keselamatan kapal;
8. Pemilik atau operator kapal yang mengoperasikan kapal untuk jenis dan ukuran tertentu tidak memenuhi
persyaratan manajemen keselamatan dan pencegahan pencemaran dari kapal;
9. Tidak menyerahkan surat, dokumen, dan warta kapal kepada Syahbandar seketika pada saat kapal tiba di
pelabuhan;
10. Tidak mematuhi peraturan dan melaksanakan petunjuk serta perintah Syahbandar ketika kapal memasuki
pelabuhan, selama berada di pelabuhan, dan pada saat meninggalkan pelabuhan sehingga mengganggu
kelancaran lalu lintas kapal serta kegiatan di pelabuhan.

Syahbandar dapat menunda keberangkatan kapal untuk berlayar karena tidak memenuhi
persyaratan kelaiklautan kapal atau pertimbangan cuaca.
KAPAL BERLAYAR WAJIB MEMILIKI SPB
PASAL 219, UU NO 17/2008 TENTANG PELAYARAN
1) SETIAP KAPAL YANG BERLAYAR WAJIB MEMILIKI SURAT PERSETUJUAN BERLAYAR
YANG DIKELUARKAN OLEH SYAHBANDAR.
2) SURAT PERSETUJUAN BERLAYAR TIDAK BERLAKU APABILA KAPAL DALAM WAKTU 24
(DUA PULUH EMPAT) JAM, SETELAH PERSETUJUAN BERLAYAR DIBERIKAN, KAPAL
TIDAK BERTOLAK DARI PELABUHAN.
PERMOHONAN KAPAL BERLAYA
PERMOHONAN
DISAMPAIKAN

YA TUNDA
RIKSA
KAPAL DINYATAKAN KAPAL DINYATAKAN
LAIK-LAUT TIDAK LAIK-LAUT
 CEK SERTIFIKASI, DOKUMEN KAPAL
 KENAVIGASIAN KAPAL
 CEK SURAT PERMOHONAN
 CEK SAILING DECLARATION
 CEK STABILITAS KAPAL
CEK RENCANA PELAYARAN  CEK POSISI KAPAL
DAN ALUR LALU LINTAS  PERHATIKAN PETUNJUK
CEK KONDISI KAPAL
PELAYARAN SERTA BERITA  PETUGAS SYAHBANDAR
CEK KECUKUPAN KAPAL
CUACA

KAPAL LAIK LAUT


UNTUK BERLAYAR PENGAWASAN

KAPAL BERLAYAR
Sebelum diberikan surat ijin berlayar oleh Syahbandar perlu
diselesaikan lebih dahulu hal-hal sebagai berikut :
a. Perusahaan Pelayaran
Semua kewajiban-kewajiban perusahaan/Nahkoda terhadap Bea
Cukai, Kesehatan, Imigrasi, Perum Pelabuhan sudah diselesaikan.
b. Pandu
Harus sudah diminta oleh perusahaan yang bersangkutan dan sudah
siap untuk melakukan pemanduan.
c. Nahkoda
Memberikan clearing declaration kepada Syahbandar.
d. Syahbandar Harus meneliti:
1. Apakah dokumen lengkap dan masih berlaku
2. Apakah Nahkoda dan awak kapal lengkap dan memenuhi syarat-
syarat ijazah yang ditentukan.
3. Apakah awak kapal memiliki buku pelaut dan sertifikat
4. Pengawasan tertib Bandar
SYAHBANDAR MENUNJUK PETUGAS
UK MEWAKILINYA DALAM TUGAS PENGAWA
1. Sewaktu kapal datang Ada tiga tugas penting yang harus dilakukan oleh Syahbandar
(Harbor Master) ialah :
a. Menunjuk tempat sandar/labuh kapal
b. Memberikan warta kapal untuk diisi dan ditandatangani oleh Nahkoda
c. Meneliti dokumen pelaut/surat-surat kapal yang diterima dari Nahkoda.
2. Sewaktu Kapal berada di Perairan Bandar Sewaktu kapal berada di perairan bandar,
menunggu selesainya bongkar muat barang, embarkasi dan debarkasi penumpang,
Syahbandar mengawasi dengan ketat ditaatinya ketentuan-ketentuan peraturan bandar oleh
Nahkoda/awak kapal antara lain :
a. Kapal tidak boleh berpindah tempat.
b. Tidak boleh melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat menimbulkan bahaya
kebakaran.
c. Tidak boleh melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat menimbulkan pencemaran dan
kelestarian lingkungan
d. Tidak boleh melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat menyebabkan pendangkalan
terhadap alur pelayaran.
e. Tidak boleh melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat mengganggu keamanan dan
ketertiban umum serta terganggunya tertib hukum di Perairan Bandar.
f. Kesempatan kepada Syahbandar untuk melakukan pemeriksaan di kapal dalam rangka
pemeriksaan terus-menerus mengenai segi keselamatan pelayaran.
3. Sewaktu Kapal akan Berlayar Kapal yang akan berlayar
meninggalkan pelabuhan harus mendapatkan surat ijin berlayar
(port clearance) dari Syahbandar sesuai Pasal 8 Peraturan Bandar
1925. Sebelum diberikan surat ijin berlayar oleh Syahbandar perlu
diselesaikan lebih dahulu hal-hal sebagai berikut :
a. Perusahaan Pelayaran Semua kewajiban-kewajiban
perusahaan/Nahkoda terhadap Bea Cukai, Kesehatan, Imigrasi,
Perum Pelabuhan sudah diselesaikan.
b. Pandu Harus sudah diminta oleh perusahaan yang bersangkutan
dan sudah siap untuk melakukan pemanduan.
c. Nahkoda Memberikan clearing declaration kepada Syahbandar.
d. Syahbandar Harus meneliti :
- Apakah dokumen lengkap dan masih berlaku
- Apakah Nahkoda dan awak kapal lengkap dan memenuhi
syarat-syarat ijazah yang ditentukan
- Apakah awak kapal memiliki buku pelaut dan sertifikat
SYAHBANDAR DAPAT
MENYERAHKAN TUGASNYA
PASAL 2, ORDONANSI BANDAR 1925

1. SYAHBANDAR DIBERI TUGAS UNTUK


MELAKSANAKAN DAN MENJAGA SERTA
MENGAWAS-AWASI DILAKUKANNYA
PERATURAN-PERATURAN TERSEBUT
2. MEREKA JUGA BERKUASA MENYERAHKAN
KEWAJIBANN INI KEPADA BAWAHANNYA
UNTUK BERTINDAK ATAS NAMA MEREKA
PENGAWASAN OLEH SYAHBANDAR
YANG PERLU DIPERHATIKAN
1. Material kapal;
2. Konstruksi kapal;
3. Bangunan kapal;
4. Permesinan dan perlistrikan kapal;
5. Stabilitas kapal;
6. Tata susunan serta perlengkapan termasuk
perlengkapan alat penolong dan radio;
7. Elektornika kapal.
PENGAWASAN KESELAMATAN
DAN KEAMANAN PELAYARAN
1. Mengawasi kelaiklautan kapal, keselamatan,
keamanan, dan ketertiban di pelabuhan;
2. Mengawasi tertib lalu lintas kapal di periran,
pelabuhan dan alur pelayaran;
3. Mengawasi kegiatan penundan kapal;
4. Mengawasi ketertiban embarkasi dan
debarkasi penumpang;
5. Mengawasi bongkar muat barang berbahaya
serta limbah bahan berbahaya dan beracun.
PENGAWASAN PEMELIHARAAN KAPAL
a. Pemeriksaan Tahunan, setiap 12 bulan diperiksa dalam keadaan
dilimbungkan di atas galangan kapal.
b. Pemeriksaan besar, dilakukan setiap 4 tahun sekali bersama dengan
waktu dok tahunan.
c. Pemeriksaan kerusakan/perbaikan dilakukan pada waktu terjadi
sesuatu kerusakan yang mempengaruhi kesempurnaan kapal.
d. Pemeriksaan tambahan, dilakukan apabila diperlukan dispensasi
misalnya akan mengangkut penumpang, membawa muatan
berbahaya dan Iain-lain. Kondisi laiklaut harus selalu
dipertahankan antara lain, dengan perawatan oleh awak kapal
sendiri terhadap bangunan kapal, mesin kapal, alat-alat
keselamatan dan penolong lainnya sehingga semuanya dalam
keadaan memungkinkan dan siap digunakan setiap waktu
diperlukan.
PENEGAKAN HUKUM
DIBIDANG KEPELABUHANAN
No Persyaratan Ketentuan Pidana

1 Pengoperasian & pembangunan pelabuhan sungai Pasal.297


dan danau wajib seijin bupati/walikota Setiap orang yang membangun dan mengoperasikan pelabuhan sungai
Pasal 198 ayat (1) dan danau tanpa izin Bupati/Walikota dipidana penjara paling lama 2
UU 17/2008 (dua) tahun

2 Kewajiban mengasuransikan pengoperasian Pasal.298


pelabuhan Setiap orang yang tidak memberikan jaminan atas pelaksanaan
Pasal 100 ayat (3) tanggung jawab ganti rugi dalam melaksanakan kegiatan di pelabuhan
UU 17/ 2008 di pidana penjara paling lama 6 (enam) bulan

3 Pengoperasian dan pembangunan tersus wajib Pasal.299


memiliki izin menteri Setiap orang yang membangun dan mengoperasikan terminal khusus
Pasal 104 ayat (2) tanpa izin dari Menteri dipidan penjara paling lama 2 (dua) tahun
UU 17/2008

4 Menggunakan tersus untuk kepentingan umum Pasal 300


wajib memiliki izin Menteri Setiap orang yang menggunakan terminal khusus untuk kepentingan
Pasal 105 umum tanpa memiliki izin dari Menteri dipidana penjara paling lama 2
UU 17/2008 (dua) tahun

5 Pengoperasian tersus untuk melayani perdagangan Pasal 301


ke luar negeri wajib dengan izin Menteri Stiap orang yang mengoperasikan terminal khusus untuk melayani
Pasal 111 ayat (4) atau (5) perdagangan dari dan ke luar negeri tanpa memenuhi persyaratan dan
UU 17/2008 belum ada penetapan dipidana penjara paling lama 2 (dua) tahun
PENEGAKAN HUKUM
ANGKUTAN DI PERAIRAN
No Persyaratan Ketentuan Pidana

1 Larangan pengoperasian kapal asing Pasal.284


(Azaz Cabotage) Setiap orang yang mengoperasikan kapal asing untuk mengangkut
Pasal 8 UU 17/2008 penumpang dan/atau barang antarpulau atau antarpelabuhan di wilayah
Pasal 2, 4 & 5 Permenhub KM. 22 /2010 perairan Indonesia dipidana penjara paling lama 5 (lima) tahun

2 Larangan angkutan laut khusus untuk mengangkut Pasal.285


muatan umum Setiap orang yang melayani kegiatan angkutan laut khusus yang
Pasal 13 ayat (4) UU 17/ 2008 mengangkut muatan barang milik pihak lain dan atau muatan/ barang
Pasal 41 PP NO. 20 /2010 umum tanpa izin dipidana penjara paling lama 1 (satu) tahun

3 Pengoperasian kapal wajib dilengkapi Ijin Usaha Pasal.287


Angkutan di Perairan Setiap orang yang mengoperasikan kapal pada angkutan di perairan
Pasal 27 UU 17/2008 tanpa izin usaha dipidana penjara paling lama 1 (satu) tahun

4 Pengoperasian kapal wajib dilengkapi Ijin Trayek Pasal 288


Angkutan di Perairan Setiap orang yang mengoperasikan kapal pada angkutan sungai dan
Pasal 28 ayat (4) UU 17/2008 danau tanpa izin trayek dipidana penjara paling lama 1 (satu) tahun

5 Pengoperasian kapal pada angkutan penyeberangan Pasal 289


wajib dilengkapi ijin persetujuan Pengoperasian Setiap orang yang mengoperasikan kapal pada angkutan
Kapal penyeberangan tanpa memiliki persetujuan pengoperasian kapal
Pasal 28 ayat (6) UU 17/2008 dipidana penjara paling lama 1 (satu) tahun
23
PENEGAKAN HUKUM DI BIDANG KELAIKLAUTAN KAPAL
No Persyaratan Ketentuan Pidana

1 Nakhoda dilarang berlayar apabila kapalnya tidak Pasal.302


laiklaut Nahkoda yang melayarkan kapalnya sedangkan yang bersangkutan
Pasal 117 ayat (2) mengetahui bahwa kapal tersebut tidak laiklaut dipidana penjara
UU 17/2008 paling lama 3 (tiga) tahun

2 Kewajiban kapal yang beroperasi memenuhi Pasal.303


persyaratan keselamatan Setiap orang yang mengoperasikan kapal tanpa memenuhi persyaratan
Pasal 122 UU 17/ 2008 keselamatan dan keamanan pelayaran serta perlindungan lingkungan
maritim dipidana penjara paling lama 2 (dua) tahun

3 Kewajiban nahkoda membantu pelaksanaan Pasal 304


pemeriksaaan dan pengujian keselamatan kapal Setiap orang yang tidak membantu pelaksanaan pemeriksaaan dan
Pasal 128 ayat (2) UU 17/2008 pengujian dipidana penjara paling lama 6 (enam) bulan

4 Kewajiban memelihara keselamatan kapal Pasal 305


Pasal 130 ayat (1) UU 17/2008 Setiap orang yang tidak memelihara kapalnya sehingga tidak
memenuhi sesuai persyaratan keselamatan kapal dipidana penjara
paling lama 6 (enam) bulan

5 Kapal Wajib dilengkapi dengan peralatan navigasi Pasal 306 dan 307
Pasal 131 ayat (1) & (2) UU 17/2008 Setiap orang yang mengoperasikan kapal yang tidak memenuhi
persyaratan perlengkapan navigasi dan/atau navigasi elektronika kapal
dipidana penajara paling lama 2 (dua) tahun

6 Kapal wajib dilengkapi dengan peralatan Pasal 308


Meteorologi Setiap orang yang mengoperasikan kapal tidak dilengkapi dengan
Pasal 132 ayat (1) peralatan meteorologi dipidana penjara paling lama 2 (dua) tahun
24
PENEGAKAN HUKUM
DI BIDANG KELAIKLAUTAN KAPAL
No Persyaratan Ketentuan Pidana

7 Awak Kapal wajib memenuhi Persyaratan Pasal.310


Kompetensi Setiap orang yang mempekerjakan Awak Kapal tanpa memenuhi
Pasal 135 persyaratan kualifikasi dan kompetensi dipidana penjara paling lama
UU 17/2008 2(dua) tahun
8 Nakhoda wajib mendapatkan keleluasaan Pasal.311
mengoperasikan kapal dari pemilik kapal Setiap orang yang menghalang-halangi keleluasaan Nakhoda untuk
Pasal 128 ayat (4) melaksanakan kewajibannya sesuai dengan ketentuan peraturan
UU 17/ 2008 perundang-undangan dipidana penjara paling lama 2 (dua) tahun

9 Seseorang yang bekerja di kapal wajib di sijil Pasal Pasal 312


145 Setiap Orang yang mempekerjakan seseorang di kapal dalam jabatan
UU 17/2008 apa pun tanpa disijil dan tanpa memiliki kompetensi dan keterampilan
serta dokumen pelaut yang dipersyaratkan dipidana penjara paling
lama 2 (dua) tahun

10 Kapal wajib dipasang tanda pendaftaran Pasal 314


Pasal 158 ayat (5) Setiap orang yang tidak memasang tanda pendaftaran pada kapal yang
UU 17/2008 telah terdaftar dipidana penjara paling lama 6 (enam) bulan
11 Nakhoda wajib berlayar dengan SPB Pasal.323
Pasal 219 ayat (1) Nakhoda yang berlayar tanpa memiliki SPB yang dikeluarkan oelh
UU 17/ 2008 Syahbandar dipidana penjara paling lama 5 (lima) tahun

25
PENEGAKAN HUKUM
DI BIDANG KENAVIGASIAN
No Persyaratan Ketentuan Pidana

1 Dilarang merusak SBNP Pasal.316


Pasal 174 Setiap orang yang dengan sengaja merusak atau melakukan tindakan
UU 17/ 2008 yang mengakibatkan tidak berfungsinya SBNP dan fasilitas alur
pelayaran di laut, sungai dan danau serta telekomunikasi pelayaran
dipidana penjara maksimal seumur hidup

2 Kewajiban nakhoda mematuhi ketentuan tata cara berlalu Pasal 317


lintas di laut Nakhoda yang tidak mematuhi ketentuan tata cara berlalu lintas, alur
Pasal 193 ayat (1) pelayaran, sistem rute, daerah pelayaran lalu lintas kapal dan Sarana
UU 17/2008 Bantu Navigasi Pelayaran dipidana penjara paling lama 1(satu) tahun

3 Kewajiban petugas pandu memiliki sertifikat Pasal 319


Pasal 199 ayat (1) Petugas pandu yang melakukan pemanduan tanpa sertifikat dipidana
UU 17/2008 penjara paling lama 2 (dua) tahun
4 Kewajiban pemberian SBNP terhadap kerangka kapal Pasal 320
Pasal 202 ayat (1) Pemilik kapal dan/atau nakhoda yang tidak melaporakan kerangka
kapalnya yang berada di perairan Indonesia pada instansi yang
berwenang dipidana penjara paling lama 6 (enam) bulan

26
PENEGAKAN HUKUM
DIBIDANG PERLINDUNGAN LINGKUNGAN
MARITIM
1 Kewajiban awak kapal untuk melakukan Pasal.324
pencegahan dan penanggulangan pencemaran Setiap awak kapal yang tidak melakukan pencegahan dan
lingkungan yang bersumber dari kapal penanggulangan terhadap terjadinya pencemaran lingkungan yang
Pasal 227 bersumber dari kapal dipidana penjara paling lama 2 (dua)
UU 17/2008 tahun

2 Batas ambang gas buang dari kapal Pasal 312


Pasal 229 ayat (3) Setiap orang yang mengoperasikan kapalnya dengan mengeluarkan
UU 17/2008 gas buang melebihi ambang batas dipidana penjara paling lama 2
(dua) tahun

3 Kewajiban mengasuransikan tanggung jawab Pasal 327


terhadap pencemaran dari kapal Setiap orang yang tidak mengasuransikan tanggung jawabnya
Pasal 231 ayat (2) (pencemaran yang bersumber dari kapal) dipidana penjara paling
UU 17 /2008 lama 6 (enam) bulan

4 Pengangkutan limbah bahan berbahaya dan Pasal 328


beracun wajib memperhatikan spesifikasi kapal Setiap orang yang melakukan pengangkutan limbah bahan
Pasal 233 ayat (1) berbahaya dan beracun tanpa memperhatikan spesifikasi kapal
UU 17/ 2008 dipidana penjara paling lama 2 (dua) tahun

5 Penutuhan kapal wajib memenuhi persyaratan Pasal 329


perlindungan lingkungan maritim Setiap orang yang melakukan penutuhan kapal dengan tidak
Pasal 241 ayat (1) memenuhi persyaratan perlindungan lingkungan maritim dipidana
UU 17/2008 penjara paling lama 2 (dua) tahun
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT
BALAI PENGELOLA TRANSPORTASI DARAT KELAS II SUMATERA SELATAN

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai