BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Keselamatan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia keselamatan mempunyai kata dasar
yaitu “selamat” yang artinya adalah terbebasnya dari bahaya, malapetaka,
bencana, terhindar dari bahaya, malapetaka dan tidak mendapat
gangguan/kerusakan dan sebagainya. Sedangkan keselamatan merupakan suatu
upaya untuk bebas atau mengurangi tingkat resiko kecelakaan. Keselamatan
merupakan hal utama yang harus didahulukan dalam sektor apapun termasuk
dalam pelayaran kapal. Terjadinya suatu kecelakaan yang bertentangan dengan
kalimat “selamat” adalah hal yang harus kita perhatikan sebelum melakukan suatu
pekerjaan, maka dari itu budaya keselamatan (safety culture) harus benar-benar
dipahami dan dijalankan serta diterapkan dalam peraturan baik oleh pengusaha,
pekerja sektor transportasi maupun oleh masyarakat pengguna jasa pada
umumnya.
Masyarakat tampaknya belum sepenuhnya peduli terhadap keselamatan
dirinya maupun orang lain karena banyak kecelakaan-kecelakaan yang
diakibatkan oleh kelalaian manusia (human eror). Dalam kondisi demikian
penerapan keselamatan tidak hanya semata-mata terbatas pada peningkatan
kondisi teknis, sarana atau peraturan melainkan juga dengan disertai adanya
pembinaan-pembinaan dan penegakan norma serta standar keselamatan secara
terus menerus sehingga kesadaran masyarakat akan pentingnya keselamatan baik
terhadap dirinya sendiri maupun bagi orang lain dapat diperhatikan secara
personal, sehingga dengan demikian faktor kecelakaan seharusnya bisa ditekan
dan diminimalisir.
Dalam konteks transportasi laut, keselamatan pelayaran dapat dipahami
sebagai suatu kondisi dimana kapal dapat memenuhi persyaratan keselamatan
berlayar, pencegahan pencemaran perairan, pengawakan, pemuatan, kesehatan
awak dan penumpang serta status hukum kapal untuk berlayar di perairan tertentu
termasuk upaya penanggulangan musibah atau kecelakaan, meliputi beberapa
aspek seperti keselamatan berlayar, kalaiklautan kapal serta keselamatan kapal,
muatan dan penumpangnya.
7) Navigasi adalah proses mengarahkan gerak kapal dari satu titik ke titik
yang lain dengan aman dan lancar serta untuk menghindari bahaya
dan/atau rintanganpelayaran.
8) Pemanduan adalah kegiatan pandu dalam membantu, memberikan
saran, dan informasi kepada nakhoda tentang keadaan perairan
setempat yang penting agar navigasi-pelayaran dapat dilaksanakan
dengan selamat, tertib, dan lancar demi keselamatan kapal dan
lingkungan.
9) Perairan Wajib Pandu adalah wilayah perairan yang karena kondisi
perairannya mewajibkan dilakukan pemanduan kepada kapal yang
melayarinya.
10) Pekerjaan Bawah Air adalah pekerjaan yang berhubungan dengan
instalasi, konstruksi, atau kapal yang dilakukan di bawah air dan/atau
pekerjaan di bawah air yang bersifat khusus, yaitu penggunaan
peralatan bawah air yang dioperasikan dari permukaan air.
11) Pengerukan adalah pekerjaan mengubah bentuk dasar perairan untuk
mencapai kedalaman dan lebar yang dikehendaki atau untuk
mengambil material dasar perairan yang dipergunakan untuk
keperluan tertentu.
12) Salvage adalah pekerjaan untuk memberikan pertolongan terhadap
kapal dan/atau muatannya yang mengalami kecelakaan kapal atau
dalam keadaan bahaya di perairan termasuk mengangkat kerangka
kapal atau rintangan bawah air atau benda lainnya.
13) Perlindungan Lingkungan Maritim adalah setiap upaya untuk
mencegah dan menanggulangi pencemaran lingkungan perairan yang
bersumber dari kegiatan yang terkait dengan pelayaran.
2.6 ISPS Code (International Code for the security of ship and port
Facilities)
ISPS Code merupakan peraturan internasoinal keamanan kapal dan fasilitas
pelabuhan yang diatur secara internasional. ISPS Code yang merupakan hasil
amandemen SOLAS tahun 1974 sudah diberlakukan sejak 1 Juli 2004. Melalui
Keputusan Menteri Perhubungan No. KM.33 Tahun 2003 dan KM.03 Tahun
2004, telah menunjuk Direktur Jendral Perhubungan Laut untuk melaksanakan
ISPS Code. Bab XI – 2 dari peraturan internasional harus diberlakukan untuk
keamanan kapal dan fasilitas pelabuhan. Dengan demikian, ISPS Code tahun 2002
ini merupakan salah satu produk hukum positif sebagai tindak lanjut guna
melengkapi ketentuan perundang-undangan nasional, khususnya di bidang
keselamatan Kapal dan Pelabuhan. Adapun beberapa sasaran dari ISPS Code di
antaranya adalah:
1) Membangun kerjasama di antara negara, organisasi pemerintah lokal,
industri pelayaran untuk industri pelabuhan, untuk menemukan
ancaman keamanan pada pelabuhan dan pelayaran Internasional, dan
mengambil tindakan pengamanan.
2) Untuk menetapkan peran dan tanggung jawab pemerintah, badan
pemerintah, industri pelayaran, dan pelabuhan, untuk menjamin
keamanan maritim pada tingkat nasional dan Internasional.
3) Untuk menjamin secara dini dan keberhasilan mengumpulkan
informasi, dan pertukarannya yang berhubungan dengan keamanan.
4) Untuk menyediakan cara penilaian keamanan, harus ada rancangan dan
tata cara untuk menanggapi perubahan tingkat keamanan.
5) Untuk menjamin kepercayaan yang cukup terhadap langkah keamanan
maritim secara proporsional dan pada tempatnya
Negara Peserta dan kapal yang digunakan untuk non komersial yang hanya
merupakan pelayanan publik. Pemerintah Republik Indonesia
Konsekwensi pelaksanaan ISPS Code 2002 adalah:
1) Menambah anggaran biaya negara dalam menyiapkan
pelabuhan/terminal dan kapal yang memberikan pelayanan dalam
perdagangan internasional
2) Menyiapkan peralatan minimum sebagaimana dipersyaratkan dalam
ISPS Code 2002, untuk pelaksanaan pemeriksaan orang, barang dan
muatan/container
Resiko apabila tidak dilaksanakannya ISPS Code 2002 pada kapal yang
melaksanakan international voyage dan pelabuhan yang terbuka untuk
perdagangan luar negeri adalah sebagai berikut:
1) Tidak ada kapal asing yang akan memasuki pelabuhan- pelabuhan di
Indonesia
2) Kapal kapal bendera Indonesia yang akan melaksanakan international
voyage tidak akan diterima di pelabuhan di luar negeri
3) Tidak ada transaksi perdagangan internasional antara Indonesia dengan
negara negara lain. Indonesia dianggap sebagai black area
4) Kondisi tersebut di atas akan berakibat terpuruknya perekonomian
nasional.
5. Pemanduan
Perairan pandu dialokasikan untuk kepentingan keselamatan pelayaran dan
ketertiban maupun kelancaran lalu-lintas kapal pada wilayah perairan tertentu.
Faktor yang mempengaruhi penetapan perairan tertentu menjadi perairan pandu
antara lain :
1. Pola Pengelolaan Alur Pelayaran
2. Kondisi Trafik
3. Pola Pengembangan Alur Pelayaran
3. Faktor Alam
Faktor alam seringkali menjadi penyebab utama dalam kecelakaan
laut. Permasalahan yang biasanya dialami adalah badai, gelombang
tinggi, arus besar, badai, kabut yang mengakibatkan jarak pandang
terbatas, dan lain-lain.
meningkat. Hal ini tentu akan berdampak positif terhadap upaya meningkatan
daya saing angkutan logistik nasional, maupun daya saing produk Indonesia di
pasar global.
Dalam program revitalisasi APBS diperlukan investasi atas pengerukan
dan pemeliharaan APBS sepanjang 43.6 km.
apa saja yang mempengaruhi terhadap perubahan yang terjadi pada hasil ramalan
tersebut.
Secara teoristis dalam analisis trend yang paling menentukan adalah
kualitas atau keakuratan dari data-data dan informasi sebelumnya. Jika data yang
terkumpul semakin banyak dan akurat maka semakin baik pula hasil dari keluaran
peramalan yang diperoleh. Sebaliknya jika data yang terkumpul sedikit maka hasil
peramalan tidak akan terlalu akurat.