Anda di halaman 1dari 14

© Copyright: Redho Karunia As’at & Ardi Putra

Vol.1, No.2, pp.410-423.

Peranan Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas II


Tanjungpinang Terhadap Penyelenggaraan Keselamatan dan
Keamanan Pelayaran di Tanjungpinang

Redho Karunia As’at1* & Ardi Putra2


1,2,3
Program Studi Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Maritim Raja
Ali Haji, Tanjungpinang, Indonesia
*Email Korespondensi: 190565201038@student.umrah.ac.id

Article Info ABSTRAK


Permasalahan yang penulis teliti adalah bagaimana penanganan, peran
Article history:
pengawasan, dan tanggung jawab yang dimiliki syahbandar dalam
Received January 2, 2023 implementasi fungsi keselamatan dan keamanan pelayaran. Penelitian
Revised January 6, 2023 ini menggunakan metode observasi dan wawancara. Peneliti
Accepted Januari 16, 2023 menyimpulkan Syahbandar merupakan pejabat tertinggi di wilayah
pelabuhan, mempunyai wewenang mengatur kegiatan pelayaran.
Syahbandar memiliki tanggung jawab dalam keselamatan dan
Keywords: keamanan pelayaran sesuai UU No. 17 Tahun 2008 tentang pelayaran,
Penanganan memastikan kapal yang layak untuk berlayar dan mengantisipasi
Pengawasan terjadinya kecelakaan kapal yang disebabkan oleh tidak laiklaut kapal.
Tanggung Jawab Syahbandar Syahbandar perlu meningkatkan kemampuan teknis, administratif,
dan nautis, serta disiplin kerja. Seorang syahbandar dituntut untuk
bekerja secara professional baik ketika melakukan pengawasan,
penerbitan dokumen pelayaran, dan koordinasi. Keselamatan dan
keamanan pelayaran sudah menjadi tugas utama dan tanggung jawab
syahbandar.

This is an open access article under the CC BY-SA license.

How to Cite:
As’at, R. K., & Putra, A. (2023). Peranan Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas
II Tanjungpinang Terhadap Penyelenggaraan Keselamatan dan Keamanan Perlayaran di
Tanjungpinang. Social Issues Quarterly, 1(2): 410-423.

410
© Copyright: Redho Karunia As’at & Ardi Putra
Vol.1, No.2, pp.410-423.

PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar didunia, dengan luas laut 3.257.483 kilometer
persegi atau 70% dari luas wilayahnya. Kapal adalah salah satu alat transportasi yang sangat
penting bagi penduduk Indonesia, dan mempunyai nilai strategis dalam menunjang keberhasilan
angkutan laut, dengan begitu kelaiklautan sebuah kapal merupakan hal mutlak yang harus
diperhatikan dalam keselamatan pelayaran.
Pelayaran memegang peran yang besar diberbagai sektor, Indonesia menjadi negara
kepulauan dengan kapal laut sebagai salah satu transportasi yang diperlukan untuk
menghubungkan antara satu pulau dengan pulau yang lainnya, selain menguntungkan juga cocok
untuk diimplementasikan. Dijelaskan dalam pasal 3 uu no. 17 tahun 2008 tentang kelautan
dilaksanakan untuk memperlancar lalu lintas orang dan barang melalui laut dengan mengutamakan
dan melindungi transportasi laut dalam rangka percepatan kegiatan ekonomi nasional. Sesuai
dengan Pasal 1 UU No. 17/2008 tentang angkutan perairan, angkutan penumpang dan/atau barang.
Selain itu, kegiatan Pelabuhan Tanjungpinang yang juga berfungsi sebagai angkutan perairan
adalah angkutan barang dan penumpang, serta barang yang dikirim ke pelabuhan lain.
Salah satu tugas yang berkaitan dengan keselamatan maritim adalah pengaturan kapal yang
berlayar di perairan Indonesia. Sesuai Pasal 1 (33) undang-undang nomor 17 tahun 2008 tentang
pelayaran, laik laut kapal adalah keadaan kapal sehingga memenuhi persyaratan keselamatan
kapal, pencegahan pencemaran air kapal, komposisi awak kapal, muatan, kargo, kesejahteraan
awak kapal dan kesehatan penumpang, status hukum kapal, manajemen keselamatan kapal yang
beroperasi di perairan (Suhada, 2019).
Polemik terbesar terjadinya kecelakaan kapal adalah kemampuan petugas untuk
melakukan tugas kesyahbandaran dalam menerbitkan surat kelaiklautan kapal, izin berlayar,
keselamatan dan keamanan pelayaran. Oleh karena itu, keselamatan pelayaran merupakan hal
penting, sehingga menjadi prioritas dalam bidang pelayaran. Keselamatan merupakan bagian
integral pada manajemen perusahaan pelayaran secara umum untuk mendukung kondisi kinerja
diatas kapal.
Kantor Kesyahbandaranan dan Otoritas Pelabuhan Kelas II Tanjungpinang merupakan
kantor yang dipimpin oleh Syahbandar, yang dimana Syahbandar ditunjuk oleh Menteri dan

411
© Copyright: Redho Karunia As’at & Ardi Putra
Vol.1, No.2, pp.410-423.

mempunyai wewenang untuk melaksanakan pemantauan terhadap terlaksananya perundang-


undangan untuk menjamin keselamatan dan keamanan pelayaran. Berdasarkan Pasal 1(56) UU
Nomor 17 Tahun 2008 (P. R. Indonesia, 2008) dan peraturan Menteri perhubungan no. 36 tahun
2012 tentang organisasi dan tata kerja Kantor Kesyahbandaranan dan otoritas pelabuhan (M. P. R.
Indonesia, 2012).
Melaksanakan pemeriksaan keselamatan kapal, bongkar muat-muatan berbahaya, muatan
khusus, limbah bahan berbahaya dan beracun (B3), pengisian bahan bakar, tertib menaikkan dan
menurunkan penumpang, pembangunan infrastruktur pelabuhan, penggalian dan ekstraksi, dan
tindakan pengamanan dan perlindungan kapal lainnya. Pekerjaan pengawasan, navigasi dan laik
laut, perairan pelabuhan disiplin lalu lintas kapal dan jalur air, pengawalan dan penundaan kapal,
dan penerbitan surat izin berlayar. Melaksanakan pemeriksaan kecelakaan kapal, pemadaman
kebakaran di kawasan pelabuhan, likuidasi bencana laut, perlindungan lingkungan laut dan
penegakan undang-undang keselamatan kapal.
Syahbandar memiliki peran untuk mengawasi hal tersebut, karena dengan banyaknya
kapal-kapal yang bergerak, berlabuh, bersandar untuk transportasi antar daaerah belum dapat
dibuktikan keamanannya karena sering kali ditemukan kasus ketika kapal berlayar dokumen yang
dibawa sudah tidak berlaku lagi. Syahbandar harus mengimplementasikan tugas dan
wewenangnya sebagai pejabat tertinggi dipelabuhan/terminal dalam keselamatan dan keamanan
pelayaran terdiri: pelaksanaan, pengawasan, dan penegakan hukum dibidang transportasi laut,
kepelabuhanan, dan perlindungan laut. Syahbandar terlibat juga dalam kegiatan pencarian dan
pertolongan di pelabuhan berdasarkan peraturan perundang-undangan Pasal 207 (1) Nomor 17
tahun 2008 (P. R. Indonesia, 2008).
Dalam Peraturan Menteri Perhubungan No. 82 Tahun 2014 Tentang Tata Cara Penerbitan
Surat Persetujuan Berlayar yaitu sebelum melakukan permohonan untuk berlayar, harus
mempunyai surat pernyataan nakhoda, dokumen muatan, daftar awak kapal, dan memiliki bukti
adanya pelunasan pajak (Menteri Perhubungan Republik Indonesia, 2014) Dan kewenangan serta
aturan syahbandar wajib untuk ditaati oleh pemilik kapal, juga diataati oleh perusahaan pelayaran.
Sehingga untuk bidang Transportasi laut yang ada di setiap daerah kepulauan negara Indonesia,
salah satunya terminal atau pelabuhan yang terletak di wilayah Kantor Kesyahbandaran dan

412
© Copyright: Redho Karunia As’at & Ardi Putra
Vol.1, No.2, pp.410-423.

Otoritas Pelabuhan Kelas II Tanjungpinang memiliki porsi aman karena berada dibawah
perlindungan dari pemerintah melalui Syahbandar.

METODE
Mantra (2004) dalam buku (Siyoto & M. Ali, 2015) mengemukakan bahwa pada dasarnya
metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif dalam bentuk
tulisan ataupun lisan tentang perilaku yang dapat diamati. Didalam penelitian, penulis
menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data
menggunakan teknik observasi langsung untuk mempelajari subyek yaitu magang selama 20 hari
di Kantor Kesyahbandaranan dan Otoritas Pelabuhan Kelas II Tanjungpinang, supaya data yang
didapat bisa dipertanggung jawabkan.
Jenis penelitian yang penulis gunakan untuk mengumpulkan data adalah observasional.
Menurut Usman dan Purnomo (2004) dalam buku (Hardani & et al, Metode Penelitian Kualitatif
& Kuantitatif, 2020) observasi dilakukan dengan mencatat gejala yang diselidiki secara sistematis.
Dalam proses pengumpulan informasi, penulis melakukan kunjungan lapangan langsung ke
Kantor Kesyahbandaranan dan Otoritas Pelabuhan Kelas II Tanjungpinang untuk memahami
prosedur dalam urusan keselamatan pelayaran. Kemudian ada wawancara, menurut Nazir (1999)
Hardani & dkk, 2020 berpendapat bahwa wawancara adalah suatu proses dimana penanya atau
pewawancara bertemu dengan responden secara langsung dan memperoleh informasi melalui
tanya jawab untuk kepentingan penelitian. Alat yang digunakan oleh responden atau yang
diwawancarai disebut pedoman wawancara. Lebih lanjut Esterberg Sugiyono (2015:72)
menjelaskan bahwa wawancara adalah pertemuan antara dua orang di mana informasi atau
gagasan dipertukarkan dalam bentuk tanya jawab, sehingga mengerucut pada kesimpulan atau
makna dalam situasi tertentu.
Dalam upaya mengumpulkan data, penulis melakukan sesi tanya jawab langsung dengan
pejabat dan petugas terkait tentang keselamatan dan keamanan kapal serta topik penelitian. Penulis
mendapatkan kutipan data dari beberapa ahli untuk memperluas pemikirannya.

413
© Copyright: Redho Karunia As’at & Ardi Putra
Vol.1, No.2, pp.410-423.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan
Menurut peraturan Menteri perhubungan No. 36 Tahun 2012 tentang Kantor
Kesyahbandaranan dan Otoritas Pelabuhan, adalah unit dari pelaksana teknis dilingkungan
kementrian perhubungan yang ada di bawah serta bertanggung jawab kepada direktur jendral
Perhubungan Laut. Yang kemudian ada Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 135 Tahun 2015
yang berisi perubahan atas peraturan Menteri Perhubungan No. PM 36 Tahun 2012 yaitu pada
pasal 45 A yaitu terdapat pembangunan pelabuhan baru dan telah melaksanakan kegiatan
pengawasan.
Penegakan hukum dibidang keselamatan dan keamanan pelayaran, koordinasi kegiatan
pemerintahan dipelabuhan serta pengaturan, pengendalaian dan pengawasan kegiatan
kepelabuhanan di luar peraturan menteri ini. Kegiatan pengawasan, keamanan pelayaran,
koordinasi kegiatan pemerintahan dipelabuhan serta pengaturan, pengendalian dan pengawasan
kegiatan kepelabuhanan pada pelabuhan baru tersebut menjadi tanggung jawab Kantor
Kesyahbandaranan. Otoritas Pelabuhan terdekat sampai dengan ditetapkan sebagai wilayah kerja.
Dan KSOP berperan sebagai penegak hukum didalam bidang keselamatan dan keamanan
pelayaran serta pengelolaan urusan administrasi, Kepegawaian keuangan, hukum, dan hubungan
masyarakat (M. P. R. Indonesia, 2012).
Menurut Lasse, Syahbandar adalah pegawai negeri sipil yang memenuhi persyaratan
kompetensi di bidang keselamatan dan keamanan pelayaran serta kesyahbandaran yang diangkat
oleh Menteri Perhubungan.(GUGUN, 2019)

Tanggung Jawab KSOP Kelas II Tanjungpinang Terhadap Keselamatan Dan


Keamanan Pelayaran
Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Republik Indonesia pasal 208 No. 17 Tahun
2008 (P. R. Indonesia, 2008) tentang pelayaran, dalam melaksanakan tanggung jawab dan fungsi,
syahbandar memiliki tugas, yaitu (Pratiwi et al., 2021):
a) Mengawasi kelaiklautan kapal, keselamatan, keamanan, dan ketertiban di pelabuhan;
b) Mengawasi tertib lalu lintas kapal diperairan, pelabuhan, dan alur pelayaran;

414
© Copyright: Redho Karunia As’at & Ardi Putra
Vol.1, No.2, pp.410-423.

c) Mengawasi kegiatan penundaan kapal;


d) Mengawasi ketertiban emberkasi dan debarkasi penumpang;
e) Mengawasi bongkar muat barang berbahaya serta limbah bahan berbahaya dan beracun
(B3).
Kantor Kesyahbandaranan dan Otoritas Pelabuhan memiliki tugas dan fungsi dalam
penyelenggaraan pengawasan dan penegakan hukum dibidang keselamatan dan keamanan
pelayaran, kegiatan Pemerintahan di pelabuhan dalam pengaturan, pengendalian, dan pemantauan
kegiatan kepelabuhanan yang diusahakan secara komersil.(Sari, 2018) Kantor Kesyahbandaran
dan Otoritas Pelabuhan Tanjungpinang memiliki tugas dan fungsin, yaitu (AMINUL, 2020):
a) Melaksanakan pemantauan dan pemenuhan kelaiklautan kapal, sertifikasi kapal,
pencegahan pencemaran dari kapal dan penetapan status hukum kapal;
b) Melaksanakan pemeriksaan manajemen keselamatan kapal;
c) Melaksanakan pengawasan keselamatan dan keamanan pelayaran terkait dengan
kegiatan bongkar muat barang berbahaya, barang khusus, limbah bahan berbahaya dan
beracun (B3), pengisian bahan bakar, tertib embarkasi dan debarkasi penumpang,
pembangunan fasilitas pelabuhan, pengerukan dan reklamasi, laiklaut layar dan
kepelautan, tertib lalu lintas kapal di perairan pelabuhan dan alur pelayaran, mengawal
dan menunda kapal, serta penerbitan Surat Persetujuan Berlayar (SPB);
d) Melaksanakan pemeriksaan kecelakaan kapal, mencegah dan menanggulangi
kebakaran di perairan, penanganan musibah di laut, melaksanakan perlindungan
lingkungan laut dan penegakan hukum di bidang keselamatan dan keamanan pelayaran;
e) Melaksanakan penyelarasan kegiatan pemerintahan di pelabuhan yang terkait dengan
pelaksanaan pengawasan dan penegakan hukum di bidang keselamatan dan keamanan
pelayaran;
f) Melaksanakan penyusunan Rencana Induk Pelabuhan, Wilayah Lingkungan Kerja dan
Wilayah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan, serta mengawasi penggunanannya,
mengusulkan tarif yang akan ditetapkan oleh Menteri;

415
© Copyright: Redho Karunia As’at & Ardi Putra
Vol.1, No.2, pp.410-423.

g) Penyelenggaraan fasilitas, pengaturan dan pengawasan penggunaan lahan di


pelabuhan, pemeliharaan pemecah gelombang, kolam pelabuhan, alur pelayaran dan
jaringan, serta fasilitas navigasi pelayaran;
h) Pelaksanaan jaminan dan penerapan kelestarian lingkungan di pelabuhan, keamanan
dan ketertiban, kelancaran arus barang di pelabuhan;
i) Melaksanakan koordinasi lalu lintas kapal yang masuk dan keluar pelabuhan melalui
pemanduan kapal, penyediaan dan/atau pelayanan jasa pelabuhan dan pemberian
konsesi atau bentuk lainnya kepada Otoritas Pelabuhan;
j) Menyiapkan bahan untuk menetapkan dan menilai standar kinerja operasional
pelayanan jasa kepelabuhanan;
k) Manajemen sumber daya keuangan, kepegawaian dan umum, hukum dan hubungan
masyarakat serta pelaporan.

Kemudian, kapal yang telah dinyatakan laiklaut dapat melakukan pelayaran ke pelabuhan
khusus yang disediakan oleh pemerintah. Apabila jika kapal dinyatakan tidak layak untuk
melakukan pelayaran maka kapal diwajibkan untuk memperbaiki setiap sistem perlengkapal kapal
yang rusak, guna melaksanakan fungsi keselamatan dan keamanan pelayaran.
Menurut pejabat Kantor Kesyahbandaranan dan Otoritas Pelabuhan Kelas II
Tanjungpinang, tanggung jawab yang dimaksud seperti pengawasan bunker, olah gerak.
Selanjutnya dijelaskan, dilakukannya pengawasan dimana kapal tersebut bisa sampai ditujuan, dan
sebelum sampai tujuan kapal harus laiklaut dulu, jika kapal sudah laiklaut, maka pihak syahbandar
dapat menerbitkan surat persetujuan berlayar (SPB).
Dalam Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor. PM 82 Tahun 2014
yang dimaksud dengan persetujuan berlayar adalah sebuah dokumen negara yang dikeluarkan oleh
Syahbandar kepada kapal-kapal yang akan berlayar (M. P. R. I, 2014.). Sesuai dengan Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2008 pasal 2019 ayat 1 yang menerangkan bahwa setiap kapal yang
ingin melakukan pelayaran wajib untuk memiliki surat persetujuan yang dikeluarkan oleh
Syahbandar. Dan untuk surat persetujuan tersebut dalam waktu 24 jam setelah diterbitkan kapal
tidak segera bertolak dari pelabuhan maka akan dianggap tidak berlaku lagi. Kemudian untuk

416
© Copyright: Redho Karunia As’at & Ardi Putra
Vol.1, No.2, pp.410-423.

penerbitan surat persetujuan berlayar dapat ditunda penerbitannya oleh syahbandar apabila dalam
kelengkapan dokumennya tidak sesuai dengan prosedur yang seharusnya yang dianggap tidak
memnuhi persyaratan kelaiklautan kapal serta juga dapat dilakukan penundaan apabila terdapat
pertimbangan yang dianggap dapat mengancam keselamatan dan keamanan pelayaran akibat
cuaca buruk.
Adapun yang menjadi dasar hukum penerbitan Surat Persetujuan Berlayar:
a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran
b. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 82 Tahun 2014 Tentang Tata Cara Penerbitan
Surat Persetujuan Berlayar
c. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2002 tentang perkapalan
d. Surat keputusan DIRJENLA Nomor PY 65/1/1986
e. Surat keputusan DIRJENLA No. PY 66/1/2002
f. Safety Of Life At Sea (SOLAS) 1974 International Load Line Convensional 1996,
Collsion Regulation 1972, STCW 78/95

Peran Pengawasan KSOP Kelas II Tanjungpinang Terhadap Kelaiklautan


Kapal Guna Meningkatkan Keselamatan Dan Keamanan Pelayaran
Dalam menjalankan peran serta fungsinya, petugas syahbandar memiliki seksi bagian yang
mengurus kelaiklautan kapal dan penerbitan surat persetujuan berlayar, yaitu:

Seksi Status Hukum dan Sertifikasi Kapal


Memiliki tugas untuk menyiapkan peralatan pengukuran, pendaftaran, balik nama, hipotek
dan surat tanda kebangsaan, penggantian bendera kapal dan pembubuhan tanda selar dan
melakukan inspeksi, mengawasi proyek-proyek kapal, mengawasi pembangunan, overhaul dan
docking kapal, pemeriksaan dan pengujian nautis, teknis, radio, elektronika kapal, penghitungan
dan pengujian stabilitas kapal, uji coba kapal, pengujian peralatan, verifikasi dan mempersiapkan
bahan untuk penerbitan sertifikat keselamatan kapal, manajemen keselamatan dan sertifikat
pencegahan polusi dari kapal, pembersihan tangki dan perlindungan kompensasi polusi.
Seksi Keselamatan Berlayar, Penjagaan, dan Patroli

417
© Copyright: Redho Karunia As’at & Ardi Putra
Vol.1, No.2, pp.410-423.

Bertugas mengawasi pemenuhan kebutuhan pengawakan kapal, menyiapkan bahan


penerbitan dokumen kepelautan untuk perjanjian kerja laut serta penyijilan awak kapal dan
perlindungan awak kapal, melakukan tertib pengawasan pelabuhan, pemindahan kapal (shifting),
mengawal dan menunda kapal di perairan pelabuhan dan tertib berlayar, lalu lintas keluar dan
masuk kapal, kapal asing (port state control, flag state control dan pemenuhan persyaratan
kelaiklautan kapal dan penerbitan surat persetujuan berlayar), pemantauan, pengamanan dan
pengendalian embarkasi dan debarkasi penumpang di pelabuhan, pengawasan kegiatan bongkar
muat barang khusus, barang berbahaya , pengisian bahan bakar, dan limbah bahan berbahaya dan
beracun (B3), pembangunan fasillitas pelabuhan serta pengerukan dan reklamasi, patroli perairan
pelabuhan, pengawasan dan pengamanan pelabuhan terhadap keselamatan kapal yang masuk dan
keluar, kapal berlabuh, penyiapan peralatan koordinasi dan pertolonga pencarian dan
penyelamatan (Search And Rescue/SAR), penanggulangan pencemaran laut serta pelayanan
pencegahan dan pemadaman kebakaran di perairan, pemantauan kegiatan pemindahan muatan di
perairan pelabuhan, salvage dan pekerjaan bawah air, pelaksanaan pemeriksaan dan verifikasi
pemeriksaan dan verifikasi sistem keamanan kapal dan fasilitas pelabuhan (International Ship and
Port Facility Security Code/ISPS-Code), penyiapan bahan investigasi pendahuluan pada
kecelakaan kapal, serta melakukan penyidikan tindak pidana di bidang pelayaran sesuai dengan
peraturan perundang-undangan pidana di bidang pelayaran sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku (PRANNANDO, 2019).
Berdasarkan hasil wawancara dengan pejabat Kantor Kesyahbandaranan dan Otoritas
Pelabuhan menjelaskan: laiklaut kapal merupakan suatu kondisi kapal yang melengkapi
persyaratan kapal seperti: pencegahan penceraman perairan, pengawakan, kesejahteraan awak
kapal dan kesehatan penumpang, dan status hukum kapal, serta yang menangani hal tersebut
adalah marine inspector.(As’at, 2022) Selanjutnya, ketika marine inspector selesai melakukan
pemeriksaan dan dinyatakan memenuhi persyaratan kelaiklautan kapal, syahbandar memberikan
sertifikat dan surat kapal sebagai bukti.
Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia pasal 124 Nomor 17 Tahun 2008 tentang
pelayaran dijelaskan bahwa: Setiap pengadaan, pembangunan, dan pengerjaan kapal termasuk
perlengkapannya serta pengoperasian kapal di perairan Indonesia harus memenuhi persyaratan

418
© Copyright: Redho Karunia As’at & Ardi Putra
Vol.1, No.2, pp.410-423.

keselamatan kapal. (P. R. Indonesia, 2008) Selanjutnya, dijelaskan mengenai persyaratan


keselamatan kapal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: material; konstruksi; bangunan;
permesinan dan perlistrikan; stabilitas; tata susunan serta perlengkapan termasuk perlengkapan
alat penolong dan radio; dan elektronika kapal.
Adapun tanggung jawab Syahbandar terhadap kelamatan, kenyamanan, dan kemanan
penumpang kapal sebagai angkutan laut di pelabuhan sesuai dengan UU No. 17 Tahun 2008
Tentang Pelayaran, disebutkan bahwa Syahbandar bertanggung jawab terhadap keselamatan,
kenyaman, dan keamanan penumpang kapal sebagai angkutan laut, karena ketika terjadi sesuatu
yang tidak terduga seperti kecelakaan kapal, hal pertama yang harus diselidiki adalah apa
penyebab dari terjadinya kecelakaan tersebut. Untuk mengetahui apakah kecelakaan yang terjadi
adalah murni kesalahan dari pihak Syahbandar atau bukan. Dan jika memang kecelakaan itu
disebabkan dari adanya kesalahan Syahbandar, maka Syahbandar dapat dimintai
pertanggungjawaban tergantung dari hasil penyelidikan yang dilakukan terhadap kecelakaan
angkutan laut tersebut. Karena sebagai penguasa tertinggi yang ada dipelabuhan, Syahbandar
mempunyai kewenangan atas kegiatan yang berlangsung di pelabuhan.
Syahbandar berupaya menjamin keselamatan, kenyamanan, dan keamanan penumpang
kapal dengan memberikan perlindungan hukum. Menurut Satjipto Rahardjo, perlindungan hukum
merupakan suatu bentuk perlindungan terhadap hak asasi manusia yang dilanggar oleh orang lain
dan perlindungan ini diberikan kepada masyarakat supaya dapat menikmati hak-hak yang sudah
dijamin oleh hukum. Sedangkan, menurut C.S.T. Kansil, mengatakan perlindungan hukum adalah
berbagai upaya yang harus diberikan oleh aparat penegak hukum untuk memberikan rasa aman
dan nyaman, baik itu melalui fisik ataupun mental yang terjadi, seperti ancaman dari suatu pihak.
Berdasarkan Muchsin, perlindungan hukum adalah kegiatan yang ditujukan untuk melindungi
individu dengan menyelaraskan hubungan nilai atas prinsip-prinsip yang terkandung dalam sikap
dan tindakan guna menciptakan ketertiban dalam kehidupan sosial antara manusia lainnya. Hal-
hal yang perlu diatur untuk melaksanakan sebuah transportasi laut adalah adanya keselamatan,
kenyamanan, dan keamanan angkutan. Ketika tanggung jawab pengangkut untuk keselamatan dan
keamanan penumpang juga ditunjukkan dalam Undang-Undang nomor 17 Tahun 2008 tentang
pelayaran pasal 40 ayat 1 yang berbunyi Perusahaan angkutan di perairan bertanggung jawab

419
© Copyright: Redho Karunia As’at & Ardi Putra
Vol.1, No.2, pp.410-423.

terhadap keselamatan dan keamanan penumpang dan atau barang yang diangkutnya. Selanjutnya,
pada ayat 2 juga dikatakan bahwa perusahaan angkutan di perairan bertanggung jawab terhadap
muatan kapal sesuai dengan jenis dan jumlah yang dinyatakan dalam dokumen muatan dan atau
perjanjian atau kontrak pengangkutan yang telah disepakati (SIMAMORA, 2018).
Kemudian, berdasarkan Pasal 129 UU No. 17 tahun 2008 disebutkan bahwa kapal
berdasarkan jenis dan ukuran tertentu wajib diklasifikasikan pada badan klasifikasi untuk
keperluan persyaratan keselamatan kapal. Badan klasifikasi nasional atau badan klasifikasi asing
yang diakui dapat ditunjuk melaksanakan pemeriksaan dan pengujian terhadap kapal untuk
memenuhi persyaratan keselamatan kapal. Untuk melakukan kegiatan pelayaran, kapal
membutuhkan Surat Persetujuan Berlayar (SPB) yang diterbitkan oleh syahbandar agar bisa
melakukan pelayaran ataupun berlabuh. Untuk memperoleh SPB, kapal yang akan berlayar harus
memenuhi sejumlah persyaratan, seperti syarat kelaiklautan kapal tersebut (Bone & Jaya, 2021).
Bentuk tanggung jawab dari Kantor Kesyahbandaran Kelas II Tanjungpinang terkait
dengan keselamatan, kenyamanan, dan keamanan penumpang kapal angkutan laut seperti
penjelasan didalam Undang-Undang nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran, Syahbandar adalah
pemegang kekuasaan tertinggi di pelabuhan dalam melakukan pengawasan dan pemeriksaan
seluruh dokumen kelayakan, dan Syahbandar mempunyai hak untuk memberikan izin kepada
kapal yang akan berlayar. Selanjutnya, dari hasil tanya jawab yang dilakukan dengan Pejabat
Kesyahbandaran di Kantor Kesyahbandaranan dan Otoritas Pelabuhan kelas II Tanjungpinang
dengan menanyakan terkait peran dan wewenang KSOP Kelas II Tanjungpinang mengatakan
bahwa untuk syahbandar saat ini bertanggung jawab pada keamanan, kenyamanan, dan
keselamatan penumpang kapal ketika masih berada di sekitar pelabuhan. Dan setelah penumpang
naik ke atas kapal dan kapal di izinkan untuk berlayar oleh Syahbandar karena dokumen atas
kelengkapan kapal sudah dilakukan pemeriksaan dan terbukti tidak ada masalah serta cuaca juga
mendukung maka tanggung jawab untuk penumpang kapal dan nanti setelah turun dari kapal
menjadi tanggung jawab nakhoda atau pengangkut. Namun apabila terjadi kecelakaan kapal maka
setelah diperiksa dan dilakukan penyelidikan atas terjadinya kecelakaan untuk diketahui siapa
penyebab yang membuat kesalahan dan yang harus bertanggung jawab maka petugas Syahbandar

420
© Copyright: Redho Karunia As’at & Ardi Putra
Vol.1, No.2, pp.410-423.

yang memberikan izin untuk berlayar juga akan di tanya untuk proses penyelidikan. Karena tidak
menutup kemungkinan juga pihak Syahbandar bisa dikatakan bersalah.

Permasalahan Pelayaran Dan Cara Penanganan Oleh KSOP Kelas II


Tanjungpinang
Kurangnya kesadaran terhadap hukum di lingkup pengguna jasa juga menjadi salah satu
sebab yang mempengaruhi kinerja tugas Syahbandar yaitu, masih terdapat sertifikat keselamatan
kapal yang tidak sah dan masih adanya muatan kapal yang melebihi kapasitas. Hal tersebut
didukung dengan hasil wawancara bersama petugas patroli Keselamatan Berlayar Penjagaan dan
Patroli (KBPP) mengatakan kami sudah sering melaksanakan sosialisasi di pelabuhan dan pemilik
kapal untuk mematuhi peraturan, tetapi pemilik kapal yang ada di lapangan sering kali tidak
mengindahkan himbauan yang telah diberikan oleh petugas, dan pelanggaran yang terjadipun
berulang-ulang (As’at, 2022).
Selain itu dijelaskan juga bahwa rata-rata penyebab kecelakaan kapal disebabkan oleh
kesalahan manusia, contohnya: kapal tabrakan, dan kandas, dikarenakan awak kapal yang lalai,
kurang tau keadaan, dan sebelum memasuki perairan yang dituju dia tidak mencari tau bagaimana
kondisi geografis laut disana. Dalam melakukan penanganannya, Kantor Kesyahbandaran dan
Otoritas Pelabuhan Kelas II Tanjungpinang melakukan pendekatan yang baik berupa sosialisasi
dan pengawasan, tetapi sebelum dilakukan sosialisasi para kru kapal dilakukan penyijilan, setelah
itu baru dilakukan sosialisasi tentang masing-masing tugas kru kapal dan pentingnya keselamatan
awak kapal, penumpang, dan kapal.

PENUTUP
Berdasarkan urairan diatas, dapat disimpulkan bahwa Syahbandar merupakan pejabat
tertinggi di kawasan pelabuhan, yang memiliki wewenang mengatur kegiatan pelayaran.
Tanggung jawab Syahbandar terhadap keselamatan dan keamanan pelayaran berdasarkan Undang-
Undang No. 17 Tahun 2008 tentang pelayaran, memastikan bahwa kapal layak laut dan
meminimalkan terjadinya kecelakaan di laut yang disebabkan oleh kapal yang tidak laiklaut.

421
© Copyright: Redho Karunia As’at & Ardi Putra
Vol.1, No.2, pp.410-423.

Dalam memenuhi tugasnya, syahbandar perlu meningkatkan kemampuan teknis,


administratif, dan nautis, serta disiplin kerja. Seorang syahbandar dituntut untuk bekerja secara
professional baik ketika melakukan pengawasan, penerbitan dokumen pelayaran, dan koordinasi.
Keselamatan dan keamanan pelayaran sudah menjadi tugas utama dan tanggung jawab
syahbandar.

DAFTAR PUSTAKA
Hardani, H., & dkk. (2020). Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka Ilmu.
Siyoto, S., & M. S. (2015). Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Literasi Media Publishing.
Soekanto.2002. Teori Peranan. Jakarta. Bumi Aksara.
Riyadi, 2002. Perencanaan pembangunan Daerah Strategi Mengendalikan Teori dari buku Bauer
tahun terbit 2003.
Satjipto Rahardjo, 2000, Ilmu Hukum, PT. Citra Aditaya Bakti Bandung.
C.S.T. Kansil, 1989, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: ALFABETA.
Aminul, F. (2020). Proses Kedatangan Dan Keberangkatan Kapal Pada Kantor Unit
Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Batang. Karya Tulis.
As’at, R. K. (2022). Hasil Wawancara Dengan Pejabat Kantor Kesyahbandaran Dan Otoritas
Pelabuhan Kelas Ii Tanjungpinang Di Terminal Sri Bintan Pura.
Bone, P. T.-T. K., & Jaya, R. (N.D.). Pelaksanaan Fungsi Pengawasan Syahbandar Dalam
Meningkatkan Keamanan Dan Keselamatan Pelayaran Di.
Gugun, H. (2019). Peran Kantor Kesyahbandaran Dan Otoritas Pelabuhan Kelas II Tanjung
Pinang Dalam Upaya Peningkatan Keselamatan Pelayaran Di Tanjung Pinang. Karya
Tulis.
Indonesia, M. P. R. (2012). Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 36 Tahun 2012 Tentang
Organisasi Dan Tata Kerja Kantor Kesyahbandaran Dan Otoritas Pelabuhan.
Indonesia, P. R. (2008). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008 Tentang
Pelayaran.
Menteri Perhubungan Republik Indonesia. (N.D.). Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 28
Tahun 2014 Tentang Tata Cara Penerbitan Surat Persetujuan Berlayar. Kantor
Kesyahbandaran Dan Otoritas Pelabuhan Kelas II Pontianak.

422
© Copyright: Redho Karunia As’at & Ardi Putra
Vol.1, No.2, pp.410-423.

Prannando, P. (2019). Prosedur Penerapan Keselamatan Pelayaran Oleh Kantor


Kesyahbandaran Dan Otoritas Pelabuhanan (Ksop) Kelas 2 Di Tanjung Balai Karimun.
Karya Tulis.
Pratiwi, U., Rahmah, A., & Rantegau, C. (2021). Analisis Peranan Kantor Kesyahbandaran Dan
Otoritas Pelabuhan Kelas I Balikpapan Dalam Menunjang Keselamatan Kapal Dalam
Pelayaran. Jurnal Karya Ilmiah Taruna Andromeda, 5(1), 12–25.
Sari, M. (2018). Peran Kesatuan Penjagaan Laut Dan Pantai Dalam Pengawasan Keselamatan
Dan Keamanan Pelayaran Laut Di Tanjung Balai (Studi Di Kantor Kesyahbandaran Dan
Otoritas Pelabuhan Tanjung Balai Asahan) (Doctoral Dissertation). Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara.
Simamora, J. P. (2018). Tanggung Jawab Hukum Perusahaan Angkutan Laut Terhadap
Pengangkutan Barang Kargo. Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Suhada, N. (2019). Peranan Syahbandar Dalam Pengawasan Keselamatan Sarana Angkutan Laut
(Studi Kasus Kantor Kesyahbandaran Dan Otoritas Pelabuhan Tanjungbalai Asahan).
https://hubla.dephub.go.id/ksopketapang/page/tugas-dan-fungsi
https://ksop-lembar.blogspot.com/2018/04/wilayah-kerja-kantor-kesyahbandaran-dan.html#more

423

Anda mungkin juga menyukai