Anda di halaman 1dari 14

Implementasi ISM Code Pada Kapal Kapal Dipelabuhan Tanjung Perak

IMPLEMENTASI ISM CODE PADA KAPAL KAPAL


DI PELABUHAN TANJUNG PERAK

Anak Agung Istri Sri Wahyuni1*, Maulidiah Rahmawati1, Siti Fatimah M1


1
Jurusan Nautika, Politeknik Pelayaran Surabaya
email: deryaagung02@yahoo.com
diterima tanggal : 15 Maret 2018 disetujui tanggal : 10 Mei 2018
Abstrak
Banyaknya kasus kecelakaan kapal merupakan salah satu indikasi perlunya perbaikan dalam sistem
transportasi laut. Berdasarkan laporan hasil investigasi KNKT pada kurun waktu tahun 2007 sampai
dengan tahun 2014 pada wilayah perairan di Indonesia, terjadi kecelakaan kapal dengan berbagai
jenis kejadian seperti tenggelam, terguling, kandas dan tubrukan. Dari hasil investigasi KNKT,
didapatkan kesimpulan terkait dengan faktor penyebab serta faktor yang berkontribusi, diantaranya
kelalaian manusia (human error), teknis dan cuaca. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui
bagaimana Implementasi ISM Code yang dilakukan di kapal kapal di Pelabuhan Tanjung Perak dan
tingkat pengetahuan kru tentang ISM Code. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
primer berupa kuisioner yang digunakn untuk mengukur tingkat pemahaman officer tentang ISM Code
dan pengimplementasian diatas kapal serta mengukur tingkat pengetahuan kru tentang ISM Code.
Berdasarkan hasil analisis korespondensi dengan analisis Importance-Performance (Kepentingan -
Kinerja) diperoleh hasil berupa diagram dengan hasil penelitian Implementasi ISM Code pada kapal-
kapal di Pelabuhan Tanjung Perak menunjukkan bahwa terdapat faktor-faktor yang perlu mendapatkan
perhatian dan peningkatan yaitu pelaksanaan drill/latihan untuk semua personil kapal dalam menunjang
pelaksanaan SMS dan sistem pemeliharaan berencana yang mencakup prosedur pemeliharaan untuk
semua bagian dari sistem. Implementasi ISM Code yang diamati dari pemahaman Officer menunjukkan
bahwa secara umum termasuk dalam kategori baik, dimana sebanyak 77,33 % responden memberikan
jawaban dengan benar. Serta tingkat pemahaman dan pengetahuan crew tentang ISM Code termasuk
dalam kategori kurang dimana terdapat 54,23 % responden dapat memberikan jawaban dengan tepat.

Kata kunci : ISM Code, analisis Importance-Performance

Abstract
One of the indication which has to be mended in marine transportation industry is there are many
ship accident cases. Based on the report of the investigation result of KNKT during the period of 2007
until year 2014 in Indonesian sailing area, ship accidents happened with various types of incidents
such as drowning, rolling, crashing and collision. From the result of KNKT investigation, It can be
concluded to casual factors and contributing factors, including human error, technical system and
weather. This research is intended to figure out the implementation of ISM Code conducted on board
ship at Tanjung Perak Port and level of the crew knowledge about ISM Code. The data used in this study
is primary data in the form of questionnaires in order to measure the level of officer’s understanding
of the ISM Code and implementation on board and measure the knowledge level of the crew about the
ISM Code. Based on the result of correspondence analysis with the analysis of Importance-Performance
(Interests – Performance) obtained results of research Implementation of ISM Code on the ships at the
Tanjung Perak Port showed that there are factors that need to get attention and improvement that is the
implementation of drill / all ship personnel in support of the implementation of SMS and maintenance
planning system which includes maintenance procedures for all parts of the system. The Implementation
of the observed ISM Code from the Officer’s understanding indicates that generally included in the good
category, where as many as 77.33% of respondents got the right answer. And the level of understanding
and knowledge of the crew about the ISM Code included in the less category where there are 54.23% of
respondents can provide the right answers.

Keyword : ISM Code, Importance-Performance Analysis

Jurnal Teknologi Maritim 11


Anak Agung Istri Sri Wahyuni, Maulidiah Rahmawati, Siti Fatimah M

1. Latar Belakang Keselamatan pelayaran tidak hanya ditentukan


Pelayaran perlu lebih dikembangkan oleh satu faktor, misalnya kecanggihan kapal dan
potensinya dan ditingkatan peranannya baik peralatan-peralatan modern yang melengkapinya,
nasional maupun internasional sebagai penunjang, namun juga sangat tergantung kepada berbagai
pendorong dan penggerak pembangunan nasional faktor, seperti sumber daya manusia, peralatan
demi peningkatan kesejahteraan rakyat. Sebagai di darat, koordinasi yang dilaksanakan selama
salah satu model transportasi, maka pelayaran sebelum dan selama pelayaran berlangsung serta
bagi Negara Republik Indonesia yang merupakan memperhitungkan rambu-rambu laut dan factor
negara kepulauan, tidak dapat dipisahkan dari penumpang sangat berperan untuk mewujudkan
model model transportasi lain, perlu ditata dalam hal tersebut[2].
sistem transportasi nasional yang dinamis dan Dari sekian banyak faktor, dan penyelidikan
mampu mengadaptasi kemajuan di masa depan. IMO diketahui terjadinya kecelakaan 80%
Ketentuan dasar mengenai pelayaran disebabkan oleh faktor manusia dan 20% oleh
tersebut telah diatur dalam UU No 17 Tahun 2008 kapal itu sendiri, sehingga diperlukan aturan-aturan
tentang pelayaran nasional. Salah satu isi dari pasal yang baku agar dapat dijadikan pedoman dan
- pasal UU No. 17 Tahun 2008 tentang pelayaran acuan terhadap aktivitas dan tindakan pelayanan
adalah keselamatan pelayaran. Keselamatan di Lautan [3]. Dari pernyatakan tersebut bahwa
pelayaran yang dimaksud adalah kelaiklautan kecelakaan sering terjadi karena faktor manusia
kapal[1] . dan manajemen serta organisasi yang belum
Secara keseluruhan termasuk di dalam sepenuhny memberi dukungan atas kebutuhan
pasal 1 ayat 32 sampai ayat 44 UU no. 17 Tahun operasional kapal yang aman dan pencegahana
2008, sementara pasal 1 ayat 34 khusus berisi pencemaran laut
keselamatan kapal yaitu keadaan kapal yang Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka
memenuhi persyaratan material, konstruksi, IMO (International Maritime Organization)
bangunan, permesinan dan perlistrikan, stabilitas, mengeluarkan peraturan yakni ISM Code
tata susunan serta perlengkapan termasuk (International Safety Management Code) sebagai
perlengkapan alat penolong dan radio, elektronik alat untuk menstandarkan “Safe Management for
kapal, yang dibuktikan dengan sertifikat setelah Operation of Ships and Pollution Prevention”
dilakukan pemeriksaan dan pengujian [1]. yang terdapat di dalam SOLAS 1974 (Safety of

Tabel 1. Laporan kecelakan kapal KNKT tahun 2010 – Tahun 2016

Sumber : KNKT 2016

12 p-ISSN : 2620-4916
e-ISSN : 2620-7540
Implementasi ISM Code Pada Kapal Kapal Dipelabuhan Tanjung Perak

Life at Sea) Bab IX, yaitu : Management for the bertanggung jawab bagi pelaksaanaan aturan
Safe Operation Of Ships[4]. internasional tentang keselamatan pelayaran di
Tanpa menerapkan aturan-aturan dan seluruh perairan Indonesia.
kebijakan baku di bidang pelayaran mengenai Berdasarkan data yang peneliti peroleh
keselamatan pelayaran, tujuan untuk mewujudkan dari Media Release KNKT sepanjang tahun
keselamatan pelayaran tidak akan dapat 2010 sampai tahun 2016 telah terjadi sekitar 54
diwujudkan dengan baik. Untuk itu di Indonesia kasus kecelakaan yang menelan cukup banyak
telah dilakukan ratifikasi terhadap aturan-aturan korban jiwa. Kondisi ini menunjukkan bahwa
internasional menyangkut keselamatan pelayaran masih terdapat kelemahan dalam pelaksanaan
dengan mengeluarkan keputusan Presiden. Adanya pengawasan pelayaran. Untuk lebih jelas lihat
proses ratifikasi tersebut, pemerintah Indonesia pada Tabel 1.
memperoleh mandat untuk menerapkan aturan- Selain berdasar dari data KNKT peneliti
aturan Internasional dan karenanya pemerintah juga memperoleh data dari Mahkamah Pelayaran
harus menjamin dan bertanggung jawab [5]. Kementerian Perhubungan terkait Statistik
Dalam kaitannya dengan keselamatan Kecelakaan Kapal dalam rentang waktu Tahun 2013
pelayaran, pemerintah menyampaikan sampai dengan 2017 dimana pada data statistik
pemberitahuan kepada Organisasi Internasional kasus Kecelakaan oleh Mahkamah Pelayaran
Maritim (IMO) yang menyatakan bahwa “untuk sudah terlihat penurunan kasus kecelakaan kapal
urusan yang berhubungan dengan penerapan untuk tahun 2017 , peningkatan hanya terjadi pada
aturan internasional tentang keselamatan kecelakaan kapal pada kapal yang terbakar
pelayaran oleh pemerintah Indonesia, ditunjuk Berdasarkan data dari KNKT dan
Direktorat Jenderal Perhubungan Laut sebagai Mahkamah Pelayaran tentang kecelakaan kapal
“administrator”. Selanjutnya IMO mengakui dan berikut peneliti melakukan pendataan kecelakaan
mengumumkan kepada seluruh negara anggotanya kapal yang terjadi di Pelabuhan Tanjung Perak
bahwa “administration” untuk implementasi Surabaya dalam kurun rentang waktu tahun 2014
ketentuan internasional mengenai keselamatan sampai dengan 2017 dimana terdapat 6 kasus
pelayaran di Indonesia adalah Direktorat Jenderal kecelakan kapal.
Perhubungan Laut.
Salah satu tugas pokok Direktorat
Tabel 2. Data Kecelakaan Kapal di Pelabuhan Tanjung
Jenderal Perhubungan Laut adalah merupakan
Perak Surabaya
pembinaan keselamatan pelayaran laut dan
Jenis Ke-
perlindungan lingkungan dan bahaya pencemaran NO
celakaan
Tahun Keterangan
yang bersumber dari kapal, serta sebagai Tubrukan antara KM.
“Administration” harus mampu menjamin dan Journey dengan KM.
Fatima III dan KM.
1. Tubrukan 2014 Lambelu di sekitar
Bouy 10 alur Pelayaran
Pelabuhan Tanjung Perak
Surabaya
Kecelakaan Kapal
Tenggelamnya KM.
Pertama I di Wilayah
Perairan Bandar
2. Tenggelam 2015
Pelabuhan Gresik Pada
Posisi disebelah Timur
Alur Pelayaran Barat
Surabaya
Kecelakaan Kapal
Tenggelamnya KM
3. Tenggelam 2016 MeratusBanjar 2 di Laut
Gambar 1. Statistik Kecelakan kapal Mahkamah Jawa Timur Laut Pulau
Pelayaran tahun 2013 – Tahun 2017 Madura

Jurnal Teknologi Maritim 13


Anak Agung Istri Sri Wahyuni, Maulidiah Rahmawati, Siti Fatimah M

Kecelakaan Kapal 2. METODE PENELITIAN


Tubrukan antara KM. A. Desain Penelitian
Wihan Sejahtera dengan
4. Tubrukan 2016 Pile Frame Bagian Penelitian ini menggunakan metode
dari DBD. CAI JUN penelitian deskriptif kuantitatif yang akan
1 di Perairan Bandar
Pelabuhan Tanjung Perak
menggambarkan secara sistematis bagaimana
Kecelakaan Kapal pengimplementasian ISM Code diatas kapal
Tubrukan antar AMT. dan mengukur tingkat pemahaman dan
Navigator Aries dengan pengetahuan crew kapal tentang ISM Code
MV. Leo Perdana diantara
5. Tubrukan 2016
Bouy Nomor 6 dan Bouy
Nomor 11 alur Pelayaran
B. Variabel Variabel Penelitian dan Definisi
Barat Pelabuhan Tanjung
Perak Surabaya Operasional
Kecelakaan kapal
Terbakarnya KM. New
Berdasarkan kerangka pikir pada bagian
6. Terbakar 2017 Glory di Perairan Bandar terdahulu, maka definsi operasional variabel
Pelabuhan Tanjung Perak
Surabaya adalah :
Sumber : KNKT & Mahmakah Pelayaran 2017 Implementasi, yaitu penerapan strategi yang
cocok untuk memperoleh hasil yang obyektif
dalam penerapan ISM Code diatas kapal
Berdasarkan data yang diperoleh bahwa hasil
investigasi dari kecelakaan yang terjadi khusunya
kecelakaan Kapal pada pelabuhan Tanjung Perak C. Populasi dan Sampel /Subjek Penelitian
Surabaya diindikasi bahwa salah satu penyebab 1. Populasi Penelitian
sehingga masih terjadi kecelakaan-kecelakaan Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini
pelayaran adalah kurang diimplementasikannya adalah awak kapal dari kapal yang berlayar
ISM Code dengan berbagai ketentuannya, di wilayah perairan Indonesia yang sedang
disamping itu juga kurangnya pengawasan sandar di pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.
terhadap kapal-kapal, sehingga kelaiklautan kapal 2. Sampel Penelitian
tidak terpantau dengan baik.
Penentuan sampel dilakukan dengan Teknik
Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai pengambilan sampel non probability sampling
pelaksana pengawasan keselamatan pelayaran dengan menggunakan purposive sampling.
di Pelabuhan harus bekerja dengan baik sesuai Purposive sampling adalah teknik penentuan
dengan tugas di bidang pelayaran, sehingga para sampel dengan pertimbangan tertentu.
nahkoda juga dapat mengimplementasikan ISM Sehubungan dengan pertimbangan tersebut
Code pada kapal-kapal mereka[6]. teknik tersebut digunakan untuk menetapkan
Penyediaan sarana dan prasaran kantor besarnya sampel dari kapal – kapal yang
maupun sarana dan prasaran pengawasan untuk sandar di Pelabuhan Tanjung Perak yaitu
pemeriksaan di kapal-kapal juga disesuaikan sebanyak 12 kapal yang kami gunakan
dengan kebutuhan sehingga pengawasan sebagai sampel penelitian ini
dapat berjalan dengan baik. Kondisi tersebut
mempengaruhi upaya untuk mewujudkan
D. Lokasi Penelitian
keselamatan pelayanan yang diharapkan sehingga
perlu tindakan-tindakan yang lebih nyata untuk Penelitian ini dilaksanakan pada di Pelabuhan
menanggulangi permasalahan-permasalahan yang Tanjung Perak Propinsi Jawa Timur,
timbul agar keselamatan pelayaran dapat terjamin. dimana pada pelabuhan inilah pengawasan
dilaksanakan baik pengawasan adminstratif
maupun pengawasan teknik termasuk pada
pengawasan implementasi ISM Code pada
kapal-kapal yang sandar di pelabuhan Tanjung

14 p-ISSN : 2620-4916
e-ISSN : 2620-7540
Implementasi ISM Code Pada Kapal Kapal Dipelabuhan Tanjung Perak

Perak Surabaya (kepentingan) dan sumbu X menyatakan


ukuran Performance (Kinerja) dari unsur-
E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen unsur yang terlibat dalam pelayanan
Penelitian akan dibandingkan. Ukuran Importance
(kepentingan) dan Performance (kinerja)
Adapun teknik pengumpulan data dalam
didapatkan dari rata-rata pada setiap atribut
penelitian ini yakni :
menggunakan formula sebagai berikut:
1. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner k

tertutup, karena jawaban dalam kuesioner ∑ Xi


Xi
X
i = i =1

sudah disediakan sehingga responden tinggal n


...................................................(1)
memilih jawaban yang dikehendaki. Skala k
pengukuran yang digunakan adalah skala ∑ Yi
model Likert. Skala model Likert digunakan Yi = i =1
...................................................(2)
n
untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
dimana:
seseorang atau sekelompok orang tentang
fenomena sosial atau disebut sebagai variabel X
i = Bobot rata-rata tingkat penilaian kinerja
Xi
penelitian. Skor yang digunakan dalam skala atribut ke-i
model Likert adalah 1 – 5. Kuesioner ini Y i = Bobot rata-rata tingkat penilaian
untuk mengetahui implementasi ISM Code kepentingan atribut ke-i
pada kapal-kapal yang sandar di pelabuhan
Tanjung Perak dan juga untuk mengukur n = Jumlah responden
tingkat pemahaman dan pengetahuan crew Bobot untuk setiap atribut pada Importance
kapal tentang ISM Code (kepentingan) dan Performance (kinerja)
2. Dokumentasi dilakukan untuk mengumpulkan didapatkan dari hasil pengolahan kuesioner
data sekunder. dari para responden. Penilaian kepentingan
dan kinerja dari responden dibuat dalam bentuk
persepsi menggunakan skala Likert dengan
F. Teknik Analisis Data lima tingkat penilaian. Berdasarkan hasil
Dari data penelitian yang terkumpul, pembobotan pada Importance (kepentingan)
selanjutnya dianalisis dengan menggunakan dan Performance (kinerja), maka dapat
teknik analisis deksriptif kuantitatif. Teknik digambarkan dalam suatu diagram Cartesius.
ini dimaksudkan untuk menggambarkan Diagram Cartesius hasil Analisis Importance-
implementasi ISM Code pada kapal-kapal Performance ditunjukkan oleh Gambar 3.
yang sandar di pelabuhan Tanjung Perak dan
juga untuk mengukur tingkat pemahaman dan
pengetahuan crew kapal tentang ISM Code
Analisis Importance-Performance
(Kepentingan - Kinerja) pertama kali
digunakan sebagai sarana untuk mengukur
kepuasan klien dengan produk atau jasa.
Analisis Importance-Performance merupakan
suatu metode analisis yang merupakan
kombinasi antara aspek-aspek tingkat
kepentingan dan kinerja terhadap kualitas
atau kondisi suatu objek dalam bentuk dua Gambar. 3 Diagram Cartesius Analisis
dimensi. Dua dimensi tersebut dinyatakan Importance-Performance
dalam suatu Diagram Cartesius yang terdiri Setiap kuadran menggabungkan kepentingan
dari sepasang sumbu koordinat, di mana dan kinerja yang ditetapkan oleh elemen
sumbu Y menyatakan ukuran Importance pengguna tertentu dari layanan dan memiliki

Jurnal Teknologi Maritim 15


Anak Agung Istri Sri Wahyuni, Maulidiah Rahmawati, Siti Fatimah M

nilai yang berbeda dimana data atribut a. Kategori baik bila responden dapat
kinerja merupakan nilai dasar dari ini matriks menjawab 76 – 100% dengan benar
Analisis Importance-Performance. dari total jawaban pertanyaan
Model Analisis Importance-Performance b. Kategori cukup bila responden dapat
dua dimensi dibagi menjadi empat kuadran menjawab 56 – 75% dengan benar dari
dengan kinerja pada sumbu x dan kepentingan total jawaban pertanyaan
pada sumbu y. Masing-masing kuadran c. Kategori kurang bila responden dapat
menunjukkan strategi yang berbeda. menjawab ≤ 55% dengan benar dari
total jawaban pertanyaan
1. Kuadran I memiliki makna kepentingan
tinggi kinerja rendah, sehingga atribut
yang masuk dalam kuadran ini mewakili 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
bidang utama yang perlu ditingkatkan A. Implementasi ISM Code
dengan prioritas utama, membutuhkan Keselamatan transportasi terwujud dari
perhatian segera untuk perbaikan dan penyelenggaraan transportasi yang lancar
menunjukkan kelemahan; sesuai dengan prosedur operasi dan persyaratan
2. Kuadran II memiliki makna kepentingan kelaikan teknis terhadap sarana dan prasarana
tinggi kinerja tinggi diberi sehingga beserta penunjangnya. Faktor manusia
atribut yang masuk dalam kuadran ini merupakan penyebab utama terjadinya
merupakan kekuatan dan pilar organisasi, kecelakaan selain factor – factor lainnya. Hal
mengindikasikan peluang untuk mencapai tersebut terjadi karena sistem manajemen yang
atau mempertahankan keunggulan kurang baik, baik system manajemen diatas
kompetitif dan kekuatan utama; kapal maupun manajemen perusahaan. Untuk
3. Kuadran III memiliki makna Kepentingan mengurangi kecelakaan dan pencemaran laut
rendah Kinerja rendah diberi label yang disebabkan oleh factor manusia maka
Prioritas Rendah. Dengan demikian, salah diperlukan system manajemen keselamatan
satu atribut yang jatuh ke dalam kuadran yang bersinergi antara perusahaan dan kapal.
ini tidak penting dan tidak menimbulkan Maka dari pada itu penerapan ISM Code
ancaman bagi organisasi, kelemahan harus dijalankan secara maksimal untuk
minor dan tidak memerlukan upaya mencapai keselamatan pelayaran dapan
tambahan. pengoperasian kapal. ISM Code merupakan
suatu standar internasional untuk sistem
4. Kuadran IV memiliki makna Kepentingan
manajemen keselamatan yang bertujuan
rendah Kinerja Tinggi, dimana menunjuk
untuk menjamin bahwa perusahaan memberi
kan atribut yang terlalu ditekankan oleh
pelayanan yang memenuhi persyaratan yang
organisasi namun tidak terlalu penting
ditetapkan yaitu kapal dapat beroperasi secara
bagi pengguna jasa, menunjukkan bahwa
aman dan mencegah pencemaran lingkungan.
sumber daya suatu atribut berlebihan
Penerapan ISM Code bagi perusahaan
dan perlu dialihkan atau dialokasikan di
digunakan untuk memperbaiki sistem kerja,
tempat lain, misalnya pada Kuadran I.
untuk menerapkan sistem manajemen
Selain menggunakan analisis kuadran, keselamatan yang diakui secara internasional,
untuk mengetahui tingkat pemahaman responden untuk kesiapan menghadapi persaingan pasar,
dilakukan melalui perhitungan persentase dari untuk meningkatkan kepercayaan pelanggan
jumlah responden yang dapat memberikan terhadap keamanan muatan, dan untuk
jawaban secara tepat. Kategori persentase untuk memuaskan pelanggan[7].
pemahaman responden dapat dinyatakan sebagai
berikut (menurut Arikunto):

16 p-ISSN : 2620-4916
e-ISSN : 2620-7540
Implementasi ISM Code Pada Kapal Kapal Dipelabuhan Tanjung Perak

1).
Perbandingan Kinerja dan Kepentingan perawatan dan perbaikan yang berkelanjutan
Penerapan ISM Code diatas Kapal serta kelengkapan dokumen kapal.
Dalam penelitian ini indikator yang Dalam survei keselamatan kapal, ditampilkan
mewakili variabel tingkat implementasi nilai rata-rata kondisi dan harapan sebagai
ISM Code dibatasi pada: alat ukur yang digunakan untuk mengetahui
tingkat kinerja dan kepentingan antara persepsi
1. Kesesuaian dokumen; Kru kapal
pengguna/pelaku aktifitas berdasarkan
memahami dokumen-dokumen apa saja
kondisi yang ada dibandingkan dengan
yang harus ada di perusahaan dan di kapal
tingkat harapannya. Analisis importance-
dalam menunjang keselamatan kapal.
performance dilakukan untuk menyusun
2. Sasaran manajemen keselamatan di ranking dari berbagai elemen dari aspek-
perusahaan; Setiap perusahaan pelayaran aspek dan mengidentifikasi tindakan yang
memiliki sistem manajemen yang sesuai diperlukan. Analisis importance-performance
dengan ISM Code dalam melakukan menggunakan analisis kuadran yang berfungsi
kegiatan operasional kapal. untuk menunjukkan hubungan persepsi atau
3. Sumber daya dan personil; Perusahaan penilaian antara tingkat kinerja (performance)
harus memiliki kualifikasi (berkualitas, dan tingkat kepentingan (importance).
bersertifikat dan sehat) dalam menunjuk Penilaian pada kinerja yang menggambarkan
kru kapal sesuai dengan jabatan yang kondisi dan tingkat kepentingan yang
dibutuhkan. Kru kapal juga harus menunjukkan harapan dilakukan pada skala
memahami tugas dan tanggung jawab bernilai 1 sampai dengan 5. Pada kinerja
dan melaksanakannya di atas kapal. (performance), skala 1 mewakili pernyataan
4. Pemeliharaan kapal dan peralatannya; sangat tidak setuju sampai dengan sangat
Kapal dan seluruh peralatannya harus setuju yang bernilai 5. Hal yang sama juga
dipelihara agar selalu dalam kondisi yang berlaku pada skala kepentingan (importance)
baik. Kru kapal harus selalu mengikuti yang dimulai dari sangat tidak penting
aturan dan regulasi yang berlaku. sampai dengan sangat penting. Hasil analisis
Survei implementasi ISM Code terdiri dari importance-performance antara kondisi dan
20 butir pernyataan yang meliputi 4 aspek, harapan terhadap keselamatan kapal dalam
yaitu kebijakan perusahaan, sumber daya dan penerapan ISM Code ditunjukkan melalui
personel yang berkualifikasi dan bersertifikat, Tabel. 3

Tabel.3 Implementasi ISM Code


Tingkat
Rata-rata
No. Uraian kesesuaian
Kinerja Kepentingan (%)
Kebijakan Perusahaan
1 Kapal melaporkan kepada perusahaan mengenai
keabsahan masa berlaku semua sertifikat dan
4,65 4.79 97.14
dokumen yang diperlukan dalam pengoperasian
kapal.
2 Kapal melakukan prosedur untuk menjamin
lingkungan kerja yang aman dalam pengoperasian 4,62 4.69 98.53
kapal.
3 Kapal melakukan prosedur untuk persiapan
4,65 4.60 101.16
menghadapi dan menanggulangi keadaan darurat.
4 Perusahaan membuat kebijakan mengenai
4,51 4.52 99.77
keselamatan dan perlindungan lingkungan.

Jurnal Teknologi Maritim 17


Anak Agung Istri Sri Wahyuni, Maulidiah Rahmawati, Siti Fatimah M

Tingkat
Rata-rata
No. Uraian kesesuaian
Kinerja Kepentingan (%)
5 Perusahaan melakukan pengawasan berupa audit
mengenai sistem manajemen keselamatan di atas 4,54 4.57 99.32
kapal.
Sumber daya dan Personil yang Berkualifikasi dan Bersertifikat
6 Perusahaan merekrut/memilih kru kapal yang
berkualifikasi, bersertifikat dan sehat secara medis 4,43 4.38 101.18
untuk dipekerjakan di atas kapal.
7 Seluruh perwira dan ABK diberi waktu yang cukup
untuk menyesuaikan dengan tugas-tugasnya,
4,49 4.52 99.17
dalam hal ini pengenalan terhadap kapal, sijil, dan
perlengkapan darurat.
8 Kapal mendokumentasikan, bahwa seluruh ABK
telah menerima pengenalan dan penyuluhan serta 4,54 4.69 96.80
mengerti dengan baik terhadap tugas-tugasnya.
9 Kapal melakukan drill/latihan untuk semua personil
4,30 4.50 95.50
kapal dalam menunjang pelaksanaan SMS.
10 Seluruh personil kapal berkomunikasi secara efektif
sesuai dengan bahasa yang dapat dimengerti oleh
4,30 4.31 99.72
mereka dan melaksanakan tugas yang berhubungan
dengan SMS dengan penuh tanggung jawab.
Perawatan dan Perbaikan yang Berkelanjutan
11 Perusahaan membuat prosedur yang menjamin agar
kapal dapat terpelihara sesuai dengan ketentuan 4,32 4.36 99.25
peraturan yang berlaku.
12 Kapal melakukan sistem pemeliharaan berencana
yang mencakup prosedur pemeliharaan untuk 4,38 4.52 96.79
semua bagian dari sistem.
13 Perusahaan melakukan inspeksi untuk mengecek
pelaksanaan sistem pemeliharaan peralatan di 4,16 4.31 96.58
kapal.
14 Kapal mendata dan mendokumentasikan hasil
pemeriksaan dan pemeliharaan yang telah 4,27 4.33 98.54
dilakukan.
15 Kapal membuat laporan ke perusahaan
sehubungan dengan prosedur pemeliharaan dan 4,24 4.36 97.39
hasilnya.
Perawatan dan perbaikan yang Berkelanjutan
16 Perusahaan membuat dan mengembangkan
prosedur untuk mengawasi seluruh dokumen dan 4,32 4.21 102.61
data yang berkaitan dengan SMS.
17 Dokumen yang digunakan untuk pelaksanaan
SMS dijadikan referensi sebagai Buku Pedoman 4,41 4.50 97.90
Manajemen Keselamatan.
18 Dokumen kapal selain disimpan di kapal,
dokumen tersebut juga disimpan di kantor pusat/ 4,32 4.48 96.61
perusahaan.
19 Dokumen yang masih berlaku dan yang
4,32 4.33 99.79
kadaluarsa dipisahkan.
20 Pedoman Manajemen Keselamatan Kapal
4,54 4.55 99.84
diletakkan pada tempat yang dapat dibaca.
Rata-Rata 4,42 4,48 98.68

18 p-ISSN : 2620-4916
e-ISSN : 2620-7540
Implementasi ISM Code Pada Kapal Kapal Dipelabuhan Tanjung Perak

Tabel. 3 menunjukkan hasil nilai rata-rata • Kuadran 1: Keep Up The Good Work
antara kepentingan (importance) dan kinerja (Pertahankan Prestasi), kuadran ini
(performance). Sebagian besar faktor pada menunjukkan faktor yang memiliki tingkat
setiap aspek baik kinerja dan kepentingan kinerja dan tingkat kepentingan tinggi.
memiliki nilai rata-rata lebih dari 4 dari Faktor-faktor dalam kuadran ini harus tetap
skala 5, yaitu 4,42 pada rata-rata kinerja atau dipertahankan karena tingkat kinerjanya
kondisi, serta 4,48 pada rata-rata kepentingan sesuai dengan tingkat kepentingan yang
atau harapan. Persentase pada tingkat diharapkan oleh pihak-pihak terkait. Faktor-
kesesuaian menunjukkkan pencapaian kinerja faktor yang masuk dalam kuadran 1 antara
dibandingkan dengan harapan. Semua faktor lain faktor nomor 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 17 dan 20.
pada setiap aspek memiliki nilai persentase • Kuadran 2: Possible Overkill (Berlebihan),
lebih dari 95 %, bahkan terdapat 2 faktor yang kuadran ini menunjukkan faktor yang
bernilai lebih dari 100 %. Tingginya persentase memiliki tingkat kinerja tinggi tetapi tingkat
tersebut menunjukkan bahwa tingkat kinerja kepentingan rendah. Faktor-faktor dalam
pada kondisi saat ini sudah mendekati tingkat kuadran ini dianggap kurang penting dan
kepentingan atau harapan. Selanjutnya, dirasakan terlalu berlebihan. Faktor-faktor
nilai rata-rata setiap faktor pada kinerja dan yang termasuk dalam kuadran ini dapat
kepentingan digunakan untuk pemetaan dalam dikurangi dengan alasan efisiensi. Faktor-
diagram yang terbagi menjadi 4 kuadran, faktor yang masuk dalam kuadran 2 antara
sebagaimana ditunjukkan oleh Gambar. 4 lain faktor nomor 6.
Faktor dari keempat aspek Gambar. 4 • Kuadran 3: Low Priority, (Prioritas
terkait keselamatan kapal tergambar pada suatu Rendah), kuadran ini menunjukkan faktor
diagram yang terbagi menjadi empat kuadran yang yang memiliki tingkat kinerja dan tingkat
menunjukkan tingkat prioritas atas tindak lanjut kepentingan rendah. Kuadran ini memuat
yang diperlukan.Gambar 4 menunjukkan sebaran faktor-faktor yang dianggap kurang penting
faktor kinerja pada kondisi yang dihadapi saat ini dan kinerjanya rendah. Peningkatan kualitas
dengan kepentingan sebagai harapan dari para faktor-faktor yang termasuk dalam kuadran
pengguna atau pelaku aktifitas. ini dapat dipertimbangkan kembali karena
pengaruhnya terhadap manfaat yang dirasakan
rendah. Faktor-faktor yang masuk dalam
kuadran 2 antara lain faktor nomor 10, 11, 13,
14, 15, 16, 18 dan 19.
• Kuadran 4: Concentrate Here (Prioritas
Utama), kuadran ini menunjukkan faktor
yang memiliki tingkat kinerja rendah dan
tingkat kepentingan tinggi. Kuadran ini
memuat faktor-faktor yang dianggap penting,
tetapi pada kenyataannya faktor-faktor ini
belum sesuai dengan tingkat kepentingannya,
sehingga faktor-faktor yang masuk dalam
kuadran ini harus ditingkatkan. Faktor-
faktor yang masuk dalam kuadran 4 antara
lain faktor nomor 9 dan 12. Dengan hasil
Gambar. 4 Diagram Analisis Importance- tersebut dapat dinyatakan bahwa factor 9
Performance Keselamatan Kapal yaitu pelaksanaan drill/latihan untuk semua
personil kapal dalam menunjang pelaksanaan
SMS belum dilaksanakan secara penuh.
Pelaksanaan Drill dari data wawancara

Jurnal Teknologi Maritim 19


Anak Agung Istri Sri Wahyuni, Maulidiah Rahmawati, Siti Fatimah M

yang peneliti lakukan diatas kapal hanya dari keempat aspek menunjukan pemahaman
dilakukan diatas kertas berupa laporan rutin officer tentang ISM Code. Melalui survei
yang disampaikan untuk dokumentasi. dengan kuesioner didapatkan sejumlah 88
Prakteknya pelaksanaan Drill/latihan tidak officer sebagai responden.
dilakukan diatas kapal. Hal ini tentu saja Aspek kesesuaian dokumen diamati
tidak sesuai dengan tujuan ISM Code yaitu melalui pendokumentasian perusahaan yang
Keselamatan jiwa di laut ( Safety of Life at Sea memuat kebijakan tentang keselamatan dan
– SOLAS),mencegah kecelakaan manusia dan pencegahan pencemaran, pemberian sertifikat
hilangnya nyawa manusia, dan menghindari DOC kepada perusahaan yang telah memenuhi
terjadinya kerusakan lingkungan dan properti standar ISM Code, masa berlaku DOC dan
(kapal, fasilitas pelabuhan, rambu-rambu SMC, pengertian SMC dan tanggung jawab
navigasi dan muatan) . Dengan pelaksanaan nakhoda dalam menjalankan kegiatan sesuai
Dril/Latihan diatas kapal diharapkan crew ISM Code setelah kapal mendapatkan
kapal lebih siap dalam menghadapi keadaan sertifikat. Berdasarkan hasil penelitian
darurat, memastikan kondisi peralatan didapatkan bahwa, dari 88 responden, 80
keselamatan dan melatih kesigapan crew orang memberikan jawaban yang tepat.
dalam keadaan darurat. Dan dari factor 12 Dari hal tersebut, dapat dinyatakan bahwa
yaitu sistem pemeliharaan berencana yang 90,91% officer memahami pendokumentasian
mencakup prosedur pemeliharaan untuk perusahaan yang memuat kebijakan tentang
semua bagian dari system belum terlaksana keselamatan dan pencegahan pencemaran.
dengan baik, data wawancara kami bahwa Sementara itu, dalam hal pemberian sertifikat
system pemeliharaan belum terintegrasi DOC kepada perusahaan yang telah memenuhi
dengan baik, system pemeliharaan masih standar ISM Code, terdapat 98,86 % responden
bersifat manual sehingga terkadang terdapat yang dapat memberikan jawaban secara tepat.
pemeliharaan yang tidak terencana dengan Selanjutanya, untuk masa berlaku DOC
baik sehingga tidak dilaksanakan hal ini akan dan SMC, pengertian SMC dan tanggung
memperburuk apabila tidak segera ditangani jawab nakhoda dalam menjalankan kegiatan
karena akan mengakibat kerusakan alat yang sesuai ISM Code setelah kapal mendapatkan
lebih parah. Sehingga dari kedua factor yang sertifikat didapatkan masing-masing 65,91 %,
ada pada kuadran 4 yaitu memiliki kondisi 100 % dan 97,73 %.
yang lemah dengan kepentingan yang tinggi
Pada aspek sasaran manajemen
perlu perhatian untuk ditingkatkan.
keselamatan di perusahaan, hal yang diamati
antara lain tujuan utama ISM Code, pelaporan
2). Pemahaman Officer terhadap Penerapan ISM kejadian kecelakaan kapal, tujuan kebijakan
Code di atas Kapal keselamatan dan perlindungan lingkungan,
Implementasi ISM Code dalam jaminan kekuatan peraturan dan hukum yan
penelitian ini diawali dengan deskripsi dari berlaku atas sistem manajemen keselamatan
persentase responden yang memahami standar dan internal audit dalam sistem manajemen
keselamatan tersebut. ISM Code dalam keselamatan. Hasil penelitian menunjukkan
penelitian ini meliputi 4 aspek yaitu kesesuaian bahwa terdapat 22,73 %, 89, 77 %, 100 %,
dokumen, sasaran manjemen keselamatan 94,32 dan 50 % responden yang memberikan
di perusahaan, sumber daya dan personel jawaban secara tepat pada masing-masing
serta pemeliharaan kapal dan peralatannya. faktor.
Berdasarkan empat aspek tersebut, Untuk aspek sumber daya personil,
didapatkan pemahaman officer mengenai terdiri dari tanggung jawab nakhoda terhadap
ISM Code melalui persentase responden pelaksanaan manajemen keselamatan, sifat
yang dapat memberikan jawaban secara tepat. kejujuran auditee, tanggung jawab ABK/
Persentase ketepatan jawaban atas pernyataan crew atas penerapan manajemen keselamatan,

20 p-ISSN : 2620-4916
e-ISSN : 2620-7540
Implementasi ISM Code Pada Kapal Kapal Dipelabuhan Tanjung Perak

perilaku auditor dan berlakunya manajemen dalam sistem manajemen keselamatan,


keselamatanbagi kapal berbendera Indonesia. prosedur menghadapi keadaan darurat terkait
Aspek Pemeliharaan kapal dan peralatannya kesiapan, reaksi dan penganalisaan serta
meliputi kecukupan suku cadang saat tanggung jawab crew/ABK terhadap semua
perawatan dan perbaikan sehingga tidak alat keselamatan. Hasil persentase responden
kehilangan waktu operasi (down time), atas pernyataan dalam 4 aspek ISM Code
perbaikan atas kerusakan yang terpantau, ditunjukkan oleh Tabel. 4
prosedur perawatan kapal dan peralatannya
Tabel. 4. Pemahaman Officer pada Implentasi ISM Code

PERSENTASE
No. PERNYATAAN
(%)

Kesesuaian Dokumen

Pendokumentasian perusahaan yang memuat kebijakan tentang


1 90.91%
keselamatan dan pencegahan pencemaran
Pemberian sertifikat DOC kepada perusahaan yang telah memenuhi
2 98.86%
standar ISM Code

3 Masa berlaku DOC dan SMC 65.91%

4 Pengertian SMC 100.00%

Tanggung jawab nakhoda dalam menjalankan kegiatan sesuai ISM


5 97.73%
Code setelah kapal mendapatkan sertifikat.

Sasaran Manajemen Keselamatan di Perusahaan

6 Tujuan utama ISM Code 22.73%

7 Pelaporan kejadian kecelakaan kapal 89.77%

8 Tujuan kebijakan keselamatan dan perlindungan lingkungan 100.00%

Jaminan kekuatan peraturan dan hukum yan berlaku atas sistem


9 94.32%
manajemen keselamatan

10 Internal audit dalam sistem manajemen keselamatan 50.00%

Sumber Daya dan Personel

Tanggung jawab nakhoda terhadap pelaksanaan manajemen


11 6.82%
keselamatan

12 Sifat kejujuran auditee 75.00%

13 Tanggung jawab ABK/crew atas penerapan manajemen keselamatan 95.45%

Jurnal Teknologi Maritim 21


Anak Agung Istri Sri Wahyuni, Maulidiah Rahmawati, Siti Fatimah M

PERSENTASE
No. PERNYATAAN
(%)

14 Perilaku auditor 61.36%

15 Berlakunya manajemen keselamatan bagi kapal berbendera Indonesia 92.05%

Pemeliharaan Kapal dan Peralatannya

Kecukupan suku cadang saat perawatan dan perbaikan sehingga tidak


16 89.77%
kehilangan waktu operasi (down time)

17 Perbaikan atas kerusakan yang terpantau 75.00%

Prosedur perawatan kapal dan peralatannya dalam sistem manajemen


18 80.68%
keselamatan
Prosedur menghadapi keadaan darurat terkait kesiapan, reaksi dan
19 82.95%
penganalisaan

20 Tanggung jawab crew/ABK terhadap semua alat keselamatan 77.27%

Rata-rata 77,33%

Tabel. 4 menunjukkan bahwa 100 % B. Pemahaman Crew kapal tentang ISM Code
responden dapat memahami faktor terkait SMC Dalam penelitian ini juga ingin
(Safety Management Certificate) dan tujuan diketahui sejauh mana implementasi ISM
kebijakan keselamatan dan perlindungan Code melalui pengetahuan yang dimiliki
lingkungan. Hal tersebut mengidikasikan oleh kru kapal terkait hal tersebut. Penelitian
bahwa Safety Management Certificate dilakukan melalui pemberian kuesioner pada
(SMC) dan tujuan kebijakan keselamatan dan kru yang berisi pertanyaan beserta empat opsi
perlindungan lingkungan telah dipahami oleh jawaban. Selanjutnya dilakukan rekapitulasi
para officer kapal. Nilai persentase rendah berupa persentase kru kapal yang memberikan
ditunjukkan oleh faktor tanggung jawab jawaban secara tepat. Pada bagian ini, kru
nakhoda terhadap pelaksanaan manajemen kapal diberikan pertanyaan mendasar terkait
keselamatan dan tujuan utama ISM Code. ISM Code. Dalam survei ini didapatkan
Pada pernyataan tanggung jawab nakhoda sejumlah 155 orang kru kapal sebagai
terhadap pelaksanaan manajemen keselamatan responden. Hasil rekapitulasi persentase
hanya 6,82 % responden yang memberikan responden ditunjukkan oleh Tabel 5.
jawaban secara tepat, sedangkan pada faktor
Tabel 5 menunjukkan persentase kru
tujuan utama ISM Code terdapat 22,73 %
kapal yang memiliki ketepatan jawaban
yang memahami tujuan ISM Code. Perlu
diantara 155 orang responden. Dapat
dipahami bahwa pelaksanaan manajemen
diambil contoh untuk pertanyaan terkait
keselamatan bukan hanya tanggung jawab
ISM Code, terdapat 83,87 % kru kapal yang
nakhoda, dan tujuan utama ISM Code bukan
dapat memberikan jawaban yang sesuai.
untuk menetapkan standar mutu perusahaan
Berdasarkan Tabel 5 didapatkan bahwa
sebagaimana disebutkan dalam pernyataan
terdapat beberapa butir pertanyaan yang
kuesioner.
mendapatkan nilai persentase yang rendah,
yaitu pada butir-butir diantaranya Tanggung

22 p-ISSN : 2620-4916
e-ISSN : 2620-7540
Implementasi ISM Code Pada Kapal Kapal Dipelabuhan Tanjung Perak

Tabel 5. Pemahaman dan Pengetahuan Kru tentang ISM Code


PERSENTASE
NO URAIAN
(%)
1 Pengertian ISM Code 83.87%

2 Kepanjangan dari DPA 80.65%

3 Tanggung jawab DPA Koordinasi evaluasi kecelakaan 14.84%

4 tanggung jawab dari DPA Koordinasi kendali dokumen SMS 17.42%

5 tanggung jawab dari monitoring safety drill dan safety meeting 76.77%

6 tanggung jawab dari fungsi armada 20.65%

7 tanggung jawab dari fungsi crewing / personalia 39.35%

8 tanggung jawab dari fungsi logistik 68.39%

9 tanggung jawab dari seorang nahkoda 14.84%

10 Hal yang tidak berkaitan dengan keselamatan 83.87%

11 Hal yang ingin dicapai dari PSC dalam pelayaran 75.48%

pedoman yang harus diperhatikan dalam inspeksi pengawasan kapal


12 85.16%
asing

13 Indikasi yang terdapat dalam kapal substandar 63.87%

14 lingkup pemerikaan dalam PSC 61.94%

15 maksud dengan kapal sub standar 76.77%

16 Maksud dari penahanan (detention)? 43.23%

17 Hal yang bukan Lingkup dari pemeriksaan PSC adalah.Colreg 72 70.32%

18 Aturan konvensi untuk mengetahui berlakunya sertifikat 23.23%

19 Penyelidikan dalam PSCO 58.06%

20 Wewenang dan tanggung jawab nakhoda 25.81%

Rata-rata `54.23%

Jurnal Teknologi Maritim 23


Anak Agung Istri Sri Wahyuni, Maulidiah Rahmawati, Siti Fatimah M

jawab DPA Koordinasi evaluasi kecelakaan, 2. Tingkat pemahaman dan pengetahuan crew
tanggung jawab dari DPA Koordinasi tentang ISM Code termasuk dalam kategori
kendali dokumen SMS, tanggung jawab dari kurang dimana terdapat 54,23 % responden
fungsi armada, tanggung jawab dari fungsi dapat memberikan jawaban dengan tepat.
crewing / personalia, tanggung jawab dari
seorang nahkoda, serta aturan konvensi untuk
mengetahui berlakunya sertifikat. Namun DAFTAR PUSTAKA
demikian, beberapa hal yang memiliki [1] Dephub 2008. Undang – Undang RI Nomor
persentase tinggi menunjukkan bahwa kru 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran , Dephub
kapal memahami tentang pengertian ISM Biro Hukum dan KSLN
Code, kepanjangan dari DPA, tanggung jawab [2] Departemen Perhubungan Laut, Keputusan
dari monitoring safety drill dan safety meeting, Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor
hal yang berkaitan dengan keselamatan, hal : PY.66/I/4-03 tentang Tata Cara Tetap
yang ingin dicapai dari PSC dalam pelayaran Pelaksanaan Penyelenggaraan Kelaiklautan
dan pedoman yang harus diperhatikan dalam Kapal dan Pengawasan/Pemeriksaan
inspeksi pengawasan kapal asing. Secara tentang Nautis, Tekni, Radio dan Peralatan
umum dapat dinyatakan bahwa pemahaman Pencegahan Pencemaran (OWS,AOD),
kru kapal tentang ISM Code termasuk dalam Pengawasan Keselamatan Kapal
kategori kurang, yang ditunjukkan oleh nilai
[3]
Direktorat Jenderal Perhubungan Laut,
persentase sebesar 54,23 %. Persentase
1993 . Suatu Bahasan tentang Komfrensi
tersebut menunjukkan bahwa terdapat 54,23%
Internasional IMO, tentang :
responden yang memberikan jawaban secara
tepat. Prevention of Pollution from Ships, 1973, as
midified by the protocol of 1978 (Marpol,
73/78), Safety of Life at Sea, 1974, and Its
4. KESIMPULAN Protocol of 1988 (Solas, 74/78), Seafarer’s
Simpulan yang didapatkan dari penelitian Traning Certification and Watch Keeping,
ini diantaranya adalah 1995 Amandemen 1997 (STCW Code 95, 79),
1. Implementasi ISM Code pada kapal-kapal International Safety Management Code (ISM
di Pelabuhan Tanjung Perak menunjukkan Code Tahun 1994, Resolusi IMO No. A. 741
bahwa terdapat faktor-faktor yang perlu (18 Tahun 1993)
mendapatkan perhatian dan peningkatan [4]
Bittel, M.A., and Bittel, L.R. (1978).
yaitu pelaksanaan drill/latihan untuk semua Encyclopedia of profesional management.
personil kapal dalam menunjang pelaksanaan Danbury, Connecticut: Grolier International.
SMS dan sistem pemeliharaan berencana [5] Handoko. 2000. Manajemen Sumber Daya
yang mencakup prosedur pemeliharaan untuk Manusia. Jakarta: Balai Pustaka
semua bagian dari sistem. Implementasi ISM
[6] Moenir. 1992. Manajemen Pelayanan Umum.
Code yang diamati dari pemahaman Officer
Jakarta: Haji Musary
menunjukkan bahwa secara umum termasuk
dalam kategori baik, dimana sebanyak 77,33 [7] Paemboban A.R. 1994. Analisis Tentang
% responden memberikan jawaban dengan Koordinasi Pengelolaan Lingkungan Hidup
benar. (studi Kasus di Kabupaten Tana Toraja).
Disertasi Program Pascasarjana IPB. Unhas

24 p-ISSN : 2620-4916
e-ISSN : 2620-7540

Anda mungkin juga menyukai