Anda di halaman 1dari 3

Nama: Beni Reski Ananda

Prodi : KPNK

International Ship And Port Security Code

ISPS adalah suatu standar atau kriteria penilaian implementasi sistem manajemen pengamanan untuk
kapal dan fasilitas pelabuhan. Secara garis besar standar atau kriteria ini terbagi menjadi dua bagian,
yaitu Bagian A dan Bagian B.

Bagian A dari ISPS Code adalah kriteria yang wajib (mandatory requirements) dipatuhi oleh kapal dan
fasilitas pelabuhan. Sementara Bagian B dari ISPS Code adalah pedoman (guidance) untuk
mengimplementasikan Bagian A.

Di Indonesia, koda ISPS Code telah diadopsi ke dalam UU No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran yang
kemudian diturunkan ke dalam Peraturan Pemerintah No. 31 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Bidang Pelayaran, guna melengkapi Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 134
Tahun 2016 tentang Manajemen Keamanan Kapal dan Fasilitas Pelabuhan sebagai regulasi yang akan
memandu implementasi ISPS Code di Indonesia.

Berdasarkan koda ISPS Code, kapal dan pelabuhan yang wajib mematuhi ISPS Code adalah;

 Kapal

1. Kapal penumpang, termasuk kapal penumpang yang berkecepatan tinggi;

2. Kapal kargo, termasuk kapal yang berkecepatan tinggi atau memiliki gross tonnage lebih atau
sama dengan 500 GT (lima ratus Gross Tonnage); dan

3. Unit pengeboran lepas pantai yang bergerak/berpindah (mobile offshore drilling units).

 Pelabuhan
Pelabuhan yang perlu menerapkan ISPS Code adalah fasilitas pelabuhan yang melayani jenis-jenis kapal
yang telah disebutkan di atas yang meliputi terminal yang dikelola oleh Badan Usaha Pelabuhan,
terminal khusus dan terminal untuk kepentingan sendiri.

Merujuk Peraturan Pemerintah No. 31 Tahun 2021 dan Permenhub Nomor PM. 134 Tahun 2016, sebuah
BUJP yang dalam konteks ini disebut sebagai RSO (Recognized Security Organization) dapat
melaksanakan asistensi terhadap pelaksanaan ISPS Code.
Adapun tugas dan kewenangan sebuah BUJP dalam mengimplementasikan ISPS Code adalah;

1. Menyusun Penilaian Keamanan Kapal atau SSA (Ship Security Assessment) dan Penilaian
Keamanan Fasilitas Pelabuhan atau PFSA (Port Facility Security Assessment); dan

2. Asistensi penyusunan Perencanaan Keamanan Kapal atau SSP (Ship Security Plan) dan
Perencanaan Keamanan Fasilitas Pelabuhan atau PFSP (Port Facility Security Plan).

3. Melaksanakan training IMO model course yang diwajibkan terhadap personil fasilitas pelabuhan,
perwira keamanan perusahaan, dan internal auditor ISPS Code.

4. Membantu pelaksanaan drill, exercise, dan kegiatan lain yang diwajibkan kepada pihak kapal
dan/atau fasilitas pelabuhan sesuai dengan persyaratan koda.

Melalui Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor: KP-DJPL 430 Tahun 2022, Nawakara
adalah sebuah BUJP yang telah ditunjuk menjadi RSO di bidang kapal dan fasilitas pelabuhan.

Dengan demikian, Nawakara dapat melaksanakan tugas dan memiliki kewenangan untuk membantu
pelaksanaan implementasi ISPS Code di Indonesia.

Tenaga ahli RSO Nawakara telah membantu mengimplementasikan ISPS Code di berbagai fasilitas
pelabuhan & offshore seperti terminal multi-purpose, terminal peti kemas, terminal migas, TUKS/Tersus,
Fasilitas offshore, dan lain sebagainya.

Adapun jasa yang dapat diberikan oleh Nawakara adalah;

1. Port & Ship Assessment

Melaksanakan assessment atau re-assessment untuk pelabuhan atau kapal dengan metode analisis
risiko yang direkomendasikan oleh IMO.

2. Port & Ship Security Plan

Asistensi atau konsultasi untuk pembuatan dokumen Port Facility Security Plan sesuai dengan standar
yang diterapkan secara internasional.

3. Asistensi Verifikasi

Membantu persiapan fasilitas pelabuhan dalam menghadapi verifikasi dari Kementerian Perhubungan
serta mendampingi Perwira Keamanan Fasilitas Pelabuhan atau Port Facility Security Officer (PFSO)
dalam kegiatan tersebut.

4. IMO Model Course 3.21

Sertifikasi PFSO guna menyiapkan tenaga pejabat PFSO atau Deputy PFSO yang siap mengelola fungsi
manajemen keamanan di fasilitas pelabuhan.

5. Pelatihan Internal Audit ISPS Code

Sertifikasi internal audit ISPS Code untuk operator fasilitas pelabuhan guna menyiapkan tenaga audit
internal sistem manajemen pengamanan kapal & fasilitas pelabuhan.
6. IMO Model Course 3.24

Sertifikasi petugas SATPAM guna menyiapkan tenaga pelaksana keamanan lapangan yang kompeten
melaksanakan fungsi penegakan aturan keamanan atau PSFP.

7. IMO Model Course 3.25

Sertifikasi untuk orang yang bekerja di dalam fasilitas pelabuhan agar memiliki kompetensi pemahaman
ISPS Code dan mampu bekerja sama dalam menyukseskan implementasi Port Facility Security Plan.

8. ISPS Code Drill

Pengujian kemampuan pelaksanaan prosedur keamanan pelabuhan/kapal dalam merespons skenario


ancaman maritim dengan menggunakan metode APEC Maritime Security Manual.

9. ISPS Code Exercise

Pengujian kemampuan fasilitas pelabuhan atau kapal dalam merespons skenario gangguan keamanan
transportasi maritim dengan menggunakan metode APEC Maritime Security Manual.

Konsistensi penerapan sistem manajemen pengamanan kapal dan pelabuhan dengan standar atau
kriteria ISPS Code adalah hal yang sangat penting guna meminimalkan potensi risiko gangguan
keamanan pada kegiatan transportasi maritim.

Pengalaman telah mengajarkan bahwa kegagalan dalam menerapkan sistem manajemen pengamanan
untuk kapal dan fasilitas pelabuhan dapat menimbulkan bencana yang dapat memakan korban jiwa dan
kehancuran yang masif.

Sterilisasi kegiatan interaksi kegiatan kapal dan fasilitas pelabuhan mutlak menjadi tuntutan komunitas
internasional. Kegagalan dalam menerapkan sistem manajemen pengamanan dapat menyebabkan
pengucilan dari komunitas internasional.

Dengan framework plan-prevent-protect, Nawakara akan membantu Anda dalam mempersiapkan dan
melaksanakan implementasi ISPS Code secara konsisten serta memastikan risiko gangguan keamanan
kegiatan transportasi maritim dapat dikendalikan dan memberikan kenyamanan pada kegiatan
pelayaran.

Anda mungkin juga menyukai