Anda di halaman 1dari 15

DIPONEGORO LAW REVIEW

Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016


Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

KEBIJAKAN NON PENAL PENERAPAN ISPS CODE DALAM


PENCEGAHAN TINDAK KEJAHATAN DI PELABUHAN TANJUNG
PRIOK

Eko Septian Tirta Wibawa*, R. B. Sularto, A. M. Endah Sri Astuti


Program Studi S1 Ilmu Hukum Pidana, Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro
E-mail : ekoseptiantirta@gmail.com

ABSTRAK

International Ship and Port Facilities Security (ISPS) Code merupakan hasil konferensi
internasional, diselenggarakan oleh Komite Keamanan Maritim yaitu International Maritime
Organization pada tanggal 9-13 Desember 2002 di London. Indonesia sebagai anggota IMO telah
meratifikasi SOLAS 1974 pada tahun 1980 melalui Keputusan Presiden Nomor 47 Tahun 1980.
Permasalahan dalam penelitian yaitu, bagaimana kebijakan non penal penerapan ISPS Code dalam
pencegahan tindak kejahatan di Pelabuhan Tanjung Priok saat ini dan masa yang akan datang.
Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan hukum yaitu metode pendekatan yuridis
empiris yang bersifat deksriptif analitis. Penelitian juga diikuti dengan pendekatan yuridis
normatif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah studi kepustakaan. Data yang
diperoleh dianalisis secara kualitatif. Kebijakan non penal penerapan ISPS Code dalam
pencegahan tindak kejahatan di Pelabuhan Tanjung Priok saat ini, mengenai langkah khusus untuk
meningkatkan keamanan maritim. Penerapan kebijakan ISPS code yang dilakukan di pelabuhan
Tanjung Priok adalah pengamanan fasilitas pelabuhan, pengamanan di pintu masuk Lini I,
pemeriksaan terhadap orang dan barang serta kendaraan yang keluar masuk pelabuhan. Sedangkan
di masa yang akan datang sudah termuat pada Rancangan Keamanan Fasilitas Pelabuhan yang
berkaitan dengan tugas keamanan sesuai ISPS Code Part B. 16.8 dan rancangan keamanan kapal
dimuat dalam ISPS Code Part A.9 dan Part B.9.

Kata Kunci : Kebijakan Non Penal, ISPS Code, Pelabuhan

ABSTRACT

International Ship and Port Facilities Security (ISPS) Code is the result of an
international conference, organized by the Maritime Safety Committee of the International
Maritime Organization on December 9 to 13, 2002 in London. Indonesia has ratified as a member
of the IMO SOLAS 1974 in 1980 through Presidential Decree No. 47 of 1980. The research
problem is, how non penal policy implementation of the ISPS Code in the prevention of crime in
the Port of Tanjung Priok present and future. The method used in the writing of the law is the
empirical juridical approach are descriptive analytical. The study also followed with normative
juridical approach. Data collection method used was a literature study. Data were analyzed
qualitatively. Non penal policy ISPS Code implementation of crime prevention at Tanjung Priok
port today, concerning special measures to enhance maritime security. ISPS code implementation
of policies conducted in the port of Tanjung Priok port facilities is security, security at the
entrance Line I, inspection of persons and goods and vehicles in and out of the harbor. While in
the future is already contained in the Port Facility Security Plan relating to security duties in
accordance ISPS Code Part B. 16.8 and ship security plans contained in ISPS Code Part A.9 and
Part B.9.

Key Words : Non Penal Policy, ISPS Code, Port

1
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

I. PENDAHULUAN Pelayaran yang menyatakan


A. Latar Belakang Masalah bahwa keselamatan dan
Negara Kesatuan Republik keamanan pelayaran adalah suatu
Indonesia sebagaimana dimaksud keadaan terpenuhinya
referensi menimbang huruf a persyaratan keselamatan dan
Undang-Undang Republik keamanan yang menyangkut
Indonesia Nomor 17 Tahun 2008 angkutan di perairan,
Tentang Pelayaran adalah Negara kepelabuhanan, dan lingkungan
kepulauan yang berciri Nusantara maritim. Meskipun telah ada
yang disatukan oleh wilayah dasar hukum, berbagai
perairan sangat luas dengan kecelakaan di laut tetap tak bisa
batas-batas, hak- hak, dan di hindari dan semakin marak
kedaulatan yang ditetapkan terjadi.
dengan Undang-Undang. Bahwa Pelabuhan Tanjung Priok
dalam upaya mencapai tujuan merupakan salah satu dari
nasional berdasarkan Pancasila pelabuhan utama di Indonesia
dan Undang-Undang Dasar yang terletak di Jakarta yang
Negara Republik Indonesia digunakan sebagai suatu sarana
Tahun 1945, untuk mewujudkan lalu lintas bongkar muat barang,
Wawasan Nusantara serta transportasi penumpang dengan
memantapkan ketahanan nasional cakupan kegiatan yang sangat
sebagaimana dimaksud huruf b padat setiap harinya baik dalam
Undang-Undang ini, diperlukan negeri ataupun luar negeri,1
sistem transportasi nasional selain itu juga sebagai pelabuhan
untuk mendukung pertumbuhan yang terdapat barang-barang
ekonomi, pengembangan wilayah yang menjadi idaman/berharga
dan memperkukuh kedaulatan dikemas dalam petikemas.
Negara. Disamping intensitas keluar
Keamanan dan masuknya penumpang dan/atau
Keselamatan Pelayaran barang dari luar pelabuhan ke
merupakan faktor yang sangat dalam pelabuhan sangat tinggi,
penting untuk menunjang sehingga rawan gangguan-
kelancaran transportasi laut dan gangguan keamanan dan
mencegah terjadinya kecelakaan tindakan kejahatan yang terjadi
dimana penetapan alur pelayaran juga sangat tinggi.
dimaksudkan untuk menjamin Pelabuhan-pelabuhan utama
keamanan dan keselamatan yang terlibat dalam ekspor-impor
pelayaran melalui pemberian sekarang harus memperbaiki
koridor bagi kapal-kapal berlayar keamanannya untuk memenuhi
melintasi perairan yang diikuti persyaratan keamanan
dengan penandaan bagi bahaya internasional baru, dan
kenavigasian. Sebuah dasar
hukum telah menaungi jaminan 1
M. Farid Ananda, Analisis Strategi
keamanan dan keselamatan Pencegahan Kejahatan Situasional dalam
dalam pelayaran, yakni UU Kasus Penyelundupan Barang di Pelabuhan
Nomor 17 Tahun 2008 tentang Tanjung Priok, (http://www.lib.ui.ac.id,
diakses 25 Juni 2015).
2
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

berdasarkan atas itulah maka Sasaran utama non penal policy


dunia international kemaritiman adalah menangani dan
mengeluarkan ketentuan menghapuskan faktor-faktor
international yang mana kondusif penyebab terjadinya
ketentuan ini berlatar belakang kejahatan.
pada peristiwa pengeboman Berdasarkan dari uraian
gedung (WTC) World Trade tersebut di atas, maka perlu
Center di Amerika Serikat 11 kiranya diketahui lebih jauh
September 2011. Salah satu pelaksanaan kebijakan non penal
ketentuan baru itu adalah ISPS dalam pencegahan tindak
Code (International Ships and kejahatan pelabuhan, sehingga
Port Facility Security Code). penulis tertarik untuk membuat
Sistem Keamanan skripsi dengan judul “Kebijakan
Internasional terhadap kapal dan Non Penal Penerapan ISPS
fasilitas pelabuhan (ISPS Code) Code Dalam Pencegahan
merupakan aturan yang Tindak Kejahatan di
menyeluruh mengenai langkah- Pelabuhan Tanjung Priok”.
langkah untuk meningkatkan B. Rumusan Masalah
keamanan terhadap kapal dan 1. Bagaimanakah kebijakan non
fasilitas pelabuhan dari tindak penal penerapan ISPS Code
kejahatan. Menurut Mustofa, dalam pencegahan tindak
Kejahatan adalah pola tingkah kejahatan di Pelabuhan
laku yang dilakukan oleh seorang Tanjung Priok saat ini ?
individu atau sekelompok 2. Bagaimanakah penerapan
individu maupun suatu organisasi kebijakan non penal
yang merugikan masyarakat.2 penerapan ISPS Code dalam
Pencegahan kejahatan pencegahan tindak kejahatan
pelabuhan tidak bisa hanya di Pelabuhan Tanjung Priok
menggunakan sarana penal tetapi di masa yang akan datang ?
juga menggunakan sarana non
penal. Namun, apabila dilihat II. METODE PENELITIAN
dari perspektif politik kriminal Metode pendekatan yang
secara makro maka kebijakan digunakan dalam penelitian ini
penanggulangan kejahatan adalah metode yuridis empiris.
dengan menggunakan sarana di Metode pendekatan yuridis
luar hukum pidana atau non empiris adalah cara atau prosedur
penal policy merupakan yang digunakan untuk
kebijakan yang paling strategis. memecahkan masalah penelitian
Hal ini disebabkan karena non dengan meneliti data sekunder
penal policy lebih bersifat terlebih dahulu untuk kemudian
sebagai tindakan pencegahan dilanjutkan dengan meneliti data
terhadap terjadinya kejahatan. primer di lapangan atau terhadap
masyarakat.
2
Mustofa, Kriminologi: Kajian Sosiologi Penelitian ini
Terhadap Kriminalitas, Prilaku menggunakan metode yuridis
Menyimpang, dan Pelanggaran Hukum, empiris karena data yang
(Jakarta: Fisip UI Press, 2005), 2007, hlm 16
3
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

dibutuhkan harus diperoleh di Pelabuhan Tanjung Priok


secara langsung dari Pelabuhan Saat Ini
Tanjung Priok di Jakarta. ISPS (International Ship
Jenis data dalam and Port Facility Security) Code,
penelitian ini terdiri dari data adalah Suatu Koda International
primer dan data sekunder. Data yang mengatur tentang keamanan
primer adalah data yang kapal dan fasilitas (Amandemen
diperoleh langsung dari SOLAS Chapter XI-2). Kode
narasumber di lapangan yang Keamanan Internasional terhadap
mengambil lokasi di Pelabuhan kapal dan fasilitas pelabuhan
Tanjung Priok dengan para pihak (The International Ship and Port
terkait untuk memberikan Facility Security Code-ISPS
keterang-keterangan yang Code) merupakan aturan yang
dibutuhkan sesuai permasalahan menyeluruh mengenai langkah-
dalam penelitian ini, yakni Port langkah untuk meningkatkan
Facilities Security Officer keamanan terhadap kapal dan
(PFSO) Pelabuhan Tanjung fasilitas pelabuhan, aturan ini
Priok, sedangkan data sekunder dikembangkan sebagai tanggapan
adalah data yang diperoleh terhadap ancaman yang dirasakan
melalui bahan kepustakaan,3 dapat terjadi terhadap kapal dan
antara lain meliputi bahan hukum fasilitas pelabuhan pasca
primer, bahan hukum sekunder, serangan 11 September di
dan data sekunder yang bersifat Amerika Serikat.
publik.4 ISPS Code
Metode analisis data yang diimplementasikan melalui Bab
dipergunakan adalah analisis XI-2 mengenai Langkah-langkah
kualitatif. Data yang diperoleh khusus untuk meningkatkan
akan dipilih dan disusun secara keamanan maritim dalam
sistematis, untuk kemudian Konvensi Internasional untuk
dianalisis secara kualitatif untuk Keselamatan Jiwa di Laut
menggambarkan hasil penelitian, (SOLAS). Kode ini memiliki dua
selanjutnya disusun dalam karya bagian, yang satu wajib dan yang
ilmiah. satu saran/petunjuk. Untuk
melindungi penyelenggaraan
III. HASIL PENELITIAN DAN pelayanan kepelabuhanan dan
PEMBAHASAN keamanan kapal-kapal, dalam
1. Kebijakan Non Penal kebijakan International Code for
Penerapan ISPS Code Dalam Ship and Port Facility Security
Pencegahan Tindak Kejahatan (ISPS-Code) merupakan Bab XI-
2 SOLAS (Safety of Life at Sea)
yang mengatur tentang
3
Soekanto Soerjono. Pengantar Penelitian
Keamanan Kapal-kapal dan
Hukum. (Jakarta: UI Press 2001), hlm 51 Fasilitas Pelabuhan. ISPS-Code
4
Soekanto Soerjono dan Mamudji Sri, mulai diberlalukan di Indonesia
Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan yang telah meratifikasi melalui
Singkat, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, Keputusan Menteri Perhubungan
2001), hlm 13
4
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

KM. No. 33 Tahun 2003 tentang 14 Mei 2004 tentang


pemberlakuan ISPS Code pada Penunjukan Direktur
tanggal 1 Juli 2004 dengan Penjagaan dan Penyelamatan
menunjuk Direktur Jenderal Sebagai Penanggung Jawab
Perhubungan Laut buntuk Implementasi ISPS Code.
mengimplementasikan dengan 5). Surat Keputusan Direktur
maksud agar pemakai jasa Jenderal Perhubungan Laut
angkutan laut dan operator kapal, Nomor UM. 480/12/3/D.V-04
serta para pengelola pelabuhan tanggal 1 Juli 2004 tentang
umum dan operator pelabuhan Petunjuk Pelaksanaan
khusus untuk mematuhi apa yang Penerapan Keamanan Kapal
menjadi ketentuan Negara dan Pelabuhan/Fasilitas
maritime yang tergabung dalam Pelabuhan (International Ship
Organisasi Maritim Internasional And Port Facility Security
(IMO). Code – ISPS CODE).
Pemerintah melalui ISPS Code telah
Direktorat Jenderal Perhubungan diberlakukan sejak tanggal 1 Juli
Laut telah menetapkan beberapa 2004 di pelabuhan yang terbuka
kebijakan untuk pemberlakuan untuk perdagangan luar negeri,
ISPS Code yang dimulai sejak 1 namun dalam pelaksanaannya
Juli 2004, antara lain : bila dinilai secara jujur belum
1). Keputusan Menteri ada satu pelabuhanpun yang telah
Perhubungan KM 33 Tahun memenuhi persyaratan ISPS
2003 mengenai Code secara optimal. Contohnya
Pemberlakuan Amandemen di dermaga Pelabuhan Utama
SOLAS 1974 tentang Tanjung Priok masih ada
Pengamanan Kapal dan pedagang asongan, tukang jamu,
Fasilitas Pelabuhan (ISPS ojek serta pengunjung tanpa
Code) di wilayah Indonesia. tanda pengenal yang masih bebas
2). Keputusan Menteri masuk, dimana daerah tersebut
Perhubungan KM 3/2004 merupakan daerah terlarang
tentang Penunjukan Direktur (restricted area). Apalagi di
Jenderal Perhubungan laut pelabuhan-pelabuhan lainnya. 5
sebagai Designated Authority 1.1.Keamanan Fasilitas Kapal
Pelaksanaan ISPS Code. Penilaian/Asessmen
3). Surat Keputusan Direktur keamanan fasilitas pelabuhan
Jenderal Perhubungan Laut meliputi :
Nomor KL. 93/I/3-04 tanggal 1) Mengidentifikasi dan
12 Februari 2004 tentang mengevaluasi tentang
Pedoman Penetapan infrastruktur dan asset
Organisasi yang diakui penting yang harus
Recognized Safety dilindungi.
Organization (RSO).
4). Surat Keputusan Direktur 5
Wawancara dengan Ali Mulyono, selaku
Jenderal Perhubungan Laut Deputy Port Facility Security Officer
Nomor KL.93/2/I-04 tanggal Pelabuhan Tanjung Priok, pada tanggal 21
September 2015
5
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

2) Mengidentifikasi tentang termasuk ketentuan untuk


ancaman yang mungkin memelihara operasi kritis
terjadi terhadap infrastruktur fasilitas pelabuhan atau
dan asset. tempat titik temu failitas yang
3) Mengidentifikasi pemilihan terbatas.
prioritas tindakan balik/ 4) Membuat data identitas
pertahanan procedural dan petugas/personil keamanan
tingkat efektifitas dalam fasilitas pelabuhan yang
mengurangi sifat rentan bertanggung jawab terhadap
terhadap serangan. masalah keamanan termasuk
4) Mengidentifikasi kelemahan alamat dan nomor telepon
termasuk factor manusia, yang dapat dihubungi 24 jam.
infrastruktur atau kebijakan 5) Prosedur untuk tindakan
prosedur. evakuasi apabila terjadi
Identifikasi kemungkinan ancaman keamanan atau
gangguan keamanan ini, adanya gangguan keamanan.
diharapkan petugas keamanan 6) Membuat prosedur untuk
Pelabuhan akan bertindak cepat memudahkan orang
dalam mengatasi setiap ada berkunjung ke darat bagi
gangguan keamanan terhadap awak kapal atau perubahan/
fasilitas pelabuhan. Setelah PFSO pertukaran awak kapal seperti
berhasil membuat penilaian halnya operator/ shiper/ agent
keamanan maka untuk kapal yang diberi kemudahan
mengimplementasikan di untuk memasuki areal
lapangan didokumentasikan pelabuhan.
dalam bentuk Rancangan PFSP yang sudah
Keamanan Fasilitas Pelabuhan/ ditetapkan oleh Pelabuhan
Port Fasility Security Plan yang Tanjung priok yang sudah siap
memuat rancangan-rancangan dengan sistem keamanan
tindakan antara lain sebagai Fasilitas Pelabuhan sebagaimana
berikut: dipersyaratkan dalam BAB XI-2
1) Rencana tindakan untuk Konvensi International tentang
mencegah masuknya senjata Keselamatan Jiwa di Laut-1974
atau alat/barang berbahaya hasil amandemen bulan
lainnya yang memungkinkan Desember Tahun 2002 yang lebih
dapat membahayakan orang dikenal dengan ISPS-Code, maka
dikapal atau digunakan beberapa permasalahan yang
merusak fasilitas pelabuhan. menjadi kendala di Pelabuhan
2) Mencegah akses tidak resmi Tanjung priok tidak ditemukan
masuk ke fasilitas pelabuhan lagi antara lain dengan
atau ke kapal yang sedang ditetapkannya daerah terbatas /
tambat di dermaga. terlarang (restricted area) dan
3) Membuat prosedur untuk tersedianya kapal patroli yang
merespon ancaman, cukup dan prasarana pendukung
gangguan ataupun sehingga pelabuhan Tanjung
pelanggaran keamanan,
6
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Priok tidak di manfaatkan setiap gangguan keamanan di


sebagai tempat rekreasi. atas kapal antara lain :
1.2.Keamanan Fasilitas Kapal 1) Ships Security Asessment,
Kapal dan Pelabuhan dokumen ini memuat :
tidak dapat dipisahkan karena a. identifikasi tindakan
pelabuhan tanpa kapal tidak ada keamanan, prosedur dan
artinya demikian juga kapal tanpa operasional
pelabuhan tidak dapat melakukan b. identifikasi dan evaluasi
aktifitas bongkar muat, naik- atas kegiatan diatas kapal
turun penumpang dan kegiatan c. identifikasi bahaya-
ekonomi lainnya. bahaya yang mungkin dan
1) Pelabuhan menjamin sejenisnya
keamanan sistem keamanan d. identifikasi kelemahan,
fasilitas pelabuhan maka termasuk faktor manusia,
kapal sebagai mata rantai dari kebijakan dan prosedur.
aktifitas pelabuhan juga 2) Ships Security Plan memuat
dituntut untuk menjamin antara lain :
sistem keamanan kapal, a. melindungi kapal dari
adalah sebagai berikut : senjata gelap
Kapal penumpang, termasuk b. Kapal dijadikan restricted
kapal penumpang area dari orang-orang
berkecepatan tinggi. diluar awak kapal
2) Kapal kargo, termasuk kapal c. Tatacara mengatasi
kargo kecepatan tinggi bahaya keamanan
ukuran 500 Gross Tonage dan d. Tatacara evakuasi bila
atau lebih. ada bahaya keamanan
3) Unit pengeboran lepas pantai e. Tugas dan tanggung jawab
berpindah. masing-masing awak
Kapal yang diakui kapal dalam menangani
memiliki sistem keamanan kapal keamanan
harus dilengkapi dengan f. Pengecekan peralatan
prosedur-prosedur penanganan keamanan diatas kapal
keamanan yang disahkan oleh g. Menunjuk tempat
pemerintah atau organisasi yang pengendalian system
diberi wewenang oleh Negara kewaspadaan keamanan
bendera untuk mengeluarkan kapal.
sertifikat Sistem Keamanan 2. Kebijakan Non Penal
Kapal.6 Penerapan ISPS Code Dalam
Prosedur Sistem Pencegahan Tindak Kejahatan
Keamanan Kapal merupakan di Pelabuhan Tanjung Priok di
dokumen tata cara menangani Masa Yang Akan Datang
Konvensi Internasional
(Safety Of Life At Sea) SOLAS,
6
Wawancara dengan Ali Mulyono, selaku Chapter III, jumlah alat-alat
Deputy Port Facility Security Officer penolong yang harus ada di kapal
Pelabuhan Tanjung Priok, pada tanggal 21 yaitu :Life Boat (sekoci
September 2015
7
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

penolong) yang harus cukup pencegahan tindak kejahatan di


untuk 50% dari jumlah pelayar Pelabuhan Tanjung Priok di masa
pada setiap sisi, Life Raft (Rakit mendatang dapat dilihat pada
Penolong)untuk kapal Rancangan Keamanan Fasilitas
penumpang sejumlah yang cukup Pelabuhan (Port Facility Security
untuk 25% dari jumlah pelayar Plan) dan rancangan keamanan
pada setiap sisi, Life Buoy kapal.
(Pelampung Penolong) untuk 2.1. Keamanan Fasilitas
kapal penumpang tergantung dari Pelabuhan
panjang kapal, Life Jacket 2.1.1. Penilaian
(Rompi Penolong) satu buah Keamanan Fasilitas
untuk tiap pelayar ditambah Pelabuhan
untuk anak-anak, suatu jumlah Penilaian Keamanan
yang cukup oleh Administrator, Fasilitas Pelabuhan (Port
Buoyant Apparatus (alat-alat Facility Security
apung lainnya) untuk kapal Assessment) dilakukan
penumpang adalah sejumlah untuk mengidentifikasi
yang dapat menampung 3% dari kelemahan/kekurangan yang
jumlah pelayar.7 mungkin terjadi pada bagian
Diperlukannya standariasi pengamanan (Security)
dalam peraturan perundang- Fasilitas Pelabuhan dan
undangan dalam hal ini UU kemungkinan untuk
Nomor 17 Tahun 2008 untuk mengurangi atau mitigasi
disediakannya alat-alat kelemahan/kekurangan
penunjang keselamatan lain. Hal dimaksud. Penilaian
tersebut mengacu pada ketentuan Keamanan Fasilitas
dalam konvensi internasional Pelabuhan harus memenuhi
tentang keselamatan jiwa di laut persyaratan yang ditetapkan
Safety of Life at Sea (SOLAS) oleh IMO sebagaimana
1974, yang disepakati pada yang dipersyaratkan dalam
tanggal 1 November 1974 dan ISPS Code Part.A.15.
berlaku sejak 25 Mei 1980 Penilaian keamanan
melalui Keputusan Presiden Fasilitas Pelabuhan (PFSA)
Republik Indonesianomor 65 dapat dilaksanakan oleh
tahun 1980 tentang mengesahkan Recognized Security
“international convention for the Organization (RSO) yang
safety of life at sea, 1974” ditetapkan oleh Direktur
sebagai hasil konferensi Jenderal Perhubungan Laut,
internasional tentang keselamatan dengan mengembangkan
jiwa di laut 1974. methodology yang dapat
Berdasarkan uraian di atas, dipertanggungjawabkan serta
maka upaya penanggulangan melakukan penilaian kritis
penerapan ISPS Code dalam terhadap asset yang penting
sesuai dengan ISPS Code Part
B 15.7 dan melakukan
7
Konvensi Internasional (Safety Of Life At
Sea) SOLAS, Chapter III
8
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

penilaian ancaman sesuai Part. A. 16 dan Part. B. 16


ISPS Code Part B 15.11. serta menerangkan substansi
2.1.2. Rancangan PFSP yang ada kaitan
Keamanan Fasilitas dengan tugas-tugas
Pelabuhan keamanan sesuai ISPS Code
Rancangan Keamanan Part B. 16.8.
Faisilitas Pelabuhan (PFSP) PFSP harus
ini dikembangkan untuk menggambarkan hal-hal
mematikan pelaksanaan sebagaimana disebut dalam
langkah-langkah yang ISPS Code Part. A 16, yaitu
dirancang dan dilaksanakan suatu rancangan keamanan
sesuai dengan SOLAS Bab fasilitas pelabuhan
XI-2 yang terkait dengan semestinya dibangun dan
Langkah-langkah Khusus dipelihara, berdasarkan
untuk Meningkatkan suatu penilaian keamanan
Keamanan Maritim, Kode fasilitas pelabuhan, untuk
Keamanan Internasional setiap fasilitas pelabuhan,
untuk Kapal dan fasilitas mencukupi untuk pertemuan
Pelabuhan (ISPS Code) kegiatan kapal/pelabuhan.
Bagian A dan B dan Sistem Rancangan itu semestinya
Manajemen Perusahaan atas membuat ketetapan untuk
Keamanan Kapal. tiga tingkat keamanan,
Keterlibatan RSO seperti didefinisikan dalam
dalam pembuatan PFSP bagian dari Peraturan ini.
hanya sebagai konsultan (ISPS Code Part.A.16.1).
jika diminta oleh Berkaitan dengan tugas-
operator/pengelola tugas keamanan di fasilitas
pelabuhan dan atau oleh pelabuhan, berdasarkan
pemerintah. Dengan ISPS Code Part. B. 16.8,
demikian, Rancangan PFSP selain memuat hal-hal
Keamanan fasilitas sebagaimanan dimaksud
pelabuhan (PFSP) dapat pada A.2. juga menetapkan
dilaksanakan oleh Port hal-hal sebagai berikut yang
Facility Securiry Officer berkaitan dengan seluruh
(PFSO) bersama PSC dan tingkat keamanan:
dapat diberikan asistansi 1). Peran dan struktur
oleh Recognized Security organisasi keamanan
Organization (RSO) yang failitas pelabuhan;
telah ditetapkan oleh 2). Tugas-tugas, tanggung
Direktur Jenderal jawab dan persyaratan
Perhubungan Laut. pelatihan untuk seluruh
Rancangan Keamanan personil fasilitas
Fasilitas Pelabuhan harus pelabuhan dengan peran
memuat penjelasan- keamanannya dan
penjelasan sebagaimana pelaksanaan tindakan
dimaksud dalam ISPS Code diperlukan untuk dapat
9
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

menilai keberhasilan tanggapanya, gagalnya


masing-masing fungsi peralatan, serta
personilnya; gagalnya dalam
3). Organisasi keamanan pengoprasian;
fasilitas pelabuhan 8). Tata cara untuk
hubungannya dengan penyampaian, dan
pihak berwenang penilaian dari laporan
lainnya dengan yang berhubungan
tanggung jawab dengan kemungkinan
keamanan Nasional pelanggaran keamanan
ataupun lokal. atau yang menjadi
4). Disediakannya perhatian keamanan;
sistem/jaring 9). Tata cara yang
komunikasi untuk berkaitan dengan
keberhasilan penanganan muatan;
komunikasi secara 10).Tata cara yang
terus-menerus antara mencakup pengiriman
persnil keamanan perbekalan kapal;
fasilitas pelabuhan 11).Tata cara untuk tetap
dengan kapal di memelihara dan
pelabuhan serta dengan memperbahurui, catatan
pihak-pihak berwenang barang-barang
baik Nasional maupun berbahaya dan bahan
lokal dengan tanggung kimia berbahaya dan
jawab. lokasinya didalam
5.) Tata cara atau usaha fasilitas pelabuhan;
perlindungan yang 12).Sarana / alat untuk
perlu untuk dapat menyiagakan atau
berkomunikasi secara pengisian pelayanan
terus-menerus tetap patroli sisi perairan dan
dipelihara setiap waktu. pemeriksaannya
6). Tata cara dan termasuk pemeriksaan
pelaksanaan untuk ancaman bom dan bawa
melindungi informasi air;
keamanan yang peka 13).Tata cara untuk
diselenggarakan dalam membantu petugas
bentuk lembaran keamanan kapal dalam
dokumen atau format memastikan identifikasi
elektronik; dari semua yang akan
7). Tata cara untuk menilai naik keatas kapal ketika
keberhasilan lagkah diminta;
keamnanan secara 14).Tata cara untuk
terus-menerus, tata cara memfasilitasi awak
penggunaan kapal atau penggantian
peralatannya termasuk awak kapal turun ke
pengenalanbdan fasilitas juga akses
10
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

untuk pengunjung ke Fasilitas Pelabuhan


kapal termasuk (PFSP).
perwakilannya atau 3). Pelaksanaan Latihan
agen kapal dan (Exercise) dilaksanakan
organisasi buruh. minimal 1 (satu) kali
2.1.3. Pelatihan dalam kurun waktu 18
(Training), Praktek (delapan belas) bulan.
Latihan (Drill) dan Pihak-pihak yang
Pelaksanaan bertanggung jawab dan
Latihan (Exercise) terlibat langsung dalam
Pelabuhan yang telah pelaksanaan exercise
memperoleh persetujuan adalah PFSO dan PSC
pemenuhan terhadap ISPS serta pihak-pihak terkait
Code, diharuskan untuk lainnya.
memelihara tingkat 2.2. Keamanan Fasilitas Kapal
keamanan yang dimiliki 2.2.1. Penilaian
dengan meleksanakan Keamanan Kapal
pelatihan (Training), (SSA)
praktek latihan (drill) dan Penilaian Keamanan
pelaksanaan latihan Kapal (Ship Security
(exercise) secara periodik Assessment) dilakukan
dan berkesinambungan untuk mengidentifikasikan
dengan ketentuan, sebagai kelemahan/ kekurangan
berikut : yang mungkin terjadi pada
1). Pelatihan (Training) bagian pengamanan
ISPS Code harus diikuti (Security) kapal dan
oleh PFSO dan kemungkinan untuk
berkewajiban untuk mengurangi atau mitigasi
mensosialisasikan kelemahan/kekurangan
kepada pihak dimaksud. Penilaian
manajemen dan seluruh keamanan kapal (SSA)
karyawan. dapat dilaksanakan oleh :
2). Praktek Latihan (Drill) 1). Company Security Officer
dilaksanakan minimal 1 (CSO) dan atau petugas
(satu) kali dalm kurun yang ditunjuk oleh
waktu 3 (tiga bulan) Perusahaan.
Pihak-pihak yang 2). Recognized Security
bertanggung jawab Organization (RSO)
dalam pelaksanaan drill yang telah di tetapkan
adalah oleh Direktur Jenderal
PFSO. Pelaksanaan Perhubungan Laut.
drill disesuaiakan Elemen-elemen yang
dengan ketentuan dan terjadi substansi dari hasil
prosedur yang penilaian keamanan kapal
tercantum dalam sebagaimana dimaksud
Rancangan keamanan
11
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

dalam ISPS Code Part A.8 Kapal yang telah


dan Part B. 8.3. memperoleh persetujuan
2.2.2. Rancangan pemenuhan terhadap ISPS
Keamanan Kapal Code, diharuskan untuk
Rancangan keamanan memelihara tingkat keamanan
kapal (Ship Security Plan) yang dimiliki dengan
merupakan rencana melaksanakan Pelatihan
keamanan yang di (Training), Praktek Latihan
kembangkan dari hasil (Drill) dan Pelaksanaan
penilaian keamanan untuk Latihan (Exercise) secara
memastikan bahwa periodik dan
penerapan langkah-langkah berkesinambungan dengan
keamanan diatas kapal yang ketentuan sebagai berikut :
di rancang dapat di terapkan 1). Pelatihan (Training)
untuk melindungi orang, dilaksanakan oleh CSO
muatan, peralatan angkut dan SSO untuk seluruh
muatan, gudang perbekalan Crew.
kapal dari resiko suatu 2). Praktek Latihan (Drill)
gangguan keamanan. dilaksanakan minimal 1
2.2.3. Company Security (satu) kali dalam kurun
Offficer (CSO) waktu 3 (tiga) bulan.
Company Security 3). Pelaksanaan pelatihan
Offficer (CSO) Petugas (Exercise) dilaksanakan
Keamanan Perusahaan harus minimal 1 (satu) kali
ditunjuk secara resmi oleh dalam kurun waktu 18
perusahaan untuk (delapan belas) bulan.
bertanggung jawab atas Pihak pihak yang
semua masalah keamanan bertanggung jawab dan
yang berhubungan dengan terlibat langsung dalam
kapal-kapal yang ditentukan pelaksanaan Exercise
oleh Perusahaan. Setiap aspek adalah CSO dan pihak-
dari permasalahan tersebut pihak terkait jika
bisa dilimpahkan kepada dipandang perlu.
Wakil atau Petugas Tidak hanya menitik
Keamanan Perusahaan beratkan pada upaya yang
Pengganti (Alternate CSO). bersifat preventif, maka
Tugas dan tanggung jawab upaya manajemen dalam hal
CSO meliputi, tetapi tidak penanganan kasus kejahatan
terbatas sebagaimana yang juga harus diperhatikan,
dimaksud dalam ISPS Code sehingga tidak menutup
Part A 11.2. kemungkinan hasil
2.2.4. Pelaihan kedepannya nanti dapat
(Training), Praktek dijadikan sebagai bahan
Latihan (Drill), dan pertimbangan dalam
Pelaksanaan menentukan upaya
Latihan (Exercise) pencegahan tindak kejahatan.
12
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Dengan demikian sistem yang keluar masuk


terpadu upaya pencegahan pelabuhan. pengamanan
dan manajemen penanganan kapal.
kasus tindak kejahatan 2. Kebijakan non penal
khususnya pada keamanan penerapan ISPS Code dalam
kapal dan fasilitas pelabuhan pencegahan tindak kejahatan
diharapkan dapat mengurangi di Pelabuhan Tanjung Priok
angka kejahatan yang ada di masa yang akan datang
serta dampaknya terhadap sudah termuat secara khusus
morbiditas dan mortalitas. pada Rancangan Keamanan
Fasilitas Pelabuhan (Port
IV. KESIMPULAN Facility Security Plan) dan
1. Kebijakan non penal rancangan keamanan kapal.
penerapan ISPS Code dalam Rancangan Keamanan
pencegahan tindak kejahatan Fasilitas Pelabuhan harus
di Pelabuhan Tanjung Priok memuat penjelasan-
saat ini, didasarkan pada penjelasan sebagaimana
International Convention for dimaksud dalam ISPS Code
the Safety of Life at Sea Part. A. 16 dan Part. B. 16
(SOLAS) 1974 melalui Bab serta menerangkan substansi
XI-2 mengenai Langkah- PFSP yang ada kaitan dengan
langkah khusus untuk tugas-tugas keamanan sesuai
meningkatkan keamanan ISPS Code Part B. 16.8.
maritim dalam Konvensi PFSP juga harus menetapkan
Internasional untuk atau memuat kebijakan-
Keselamatan Jiwa di Laut kebijakan ISPS code yang
(SOLAS) dan Keputusan dilakukan di pelabuhan
Menteri perhubungan No. Tanjung Priok berkaitan
KM. 33 Tahun 2003 dengan tindakan keamanan
pemberlakuan amandemen yang dapat diambil untuk
SOLAS 1974 di Indonesia. setiap tingkat keamanan yang
Bentuk dari pengamanan mencakup : Akses Keluar
yang terdapat dalam ISPS masuk fasilitas sebelumnya;
Code diantaranya Areal terbatas dalam fasilitas
pengamanan fasilitas pelabuhan; Penanganan
pelabuhan, pengamanan muatan; Pengiriman
kapal, pemenuhan ISPS code perbekalan; Penanganan
dan pengawasan. Penerapan barang yang ditinngalkan
kebijakan ISPS code yang oleh pemiliknya; dan
dilakukan di pelabuhan Pemantauan keamanan
Tanjung Priok adalah fasilitas pelabuhan.
pengamanan fasilitas Rancangan keamanan
pelabuhan, pengamanan di kapal (Ship Security Plan)
pintu masuk Lini I, merupakan rencana keamanan
pemeriksaan terhadap orang yang di kembangkan dari
dan barang serta kendaraan hasil penilaian keamanan
13
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

untuk memastikan bahwa Hamzah, Andi, Terminologi Hukum


penerapan langkah-langkah Pidana, Jakarta : Sinar
keamanan di atas kapal yang Grafika, 2008.
di rancang dapat di terapkan ---------, Hukum Pidana Ekonomi,
ISPS code yang dilakukan di Jakarta : Kencana, 2008.
pelabuhan Tanjung Priok Hatta Mohammad, Kebijakan Politik
untuk melindungi orang, Kriminal: Penegakan Hukum
muatan, peralatan angkut dalam rangka
muatan, gudang perbekalan Penanggulangan Kejahatan,
kapal dari resiko suatu Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
gangguan keamanan. Elemen- 2010
elemen yang menjadi Mustofa, Kriminologi: Kajian
substansi dari rancangan Sosiologi Terhadap
keamanan kapal sebagaimana Kriminalitas, Prilaku
di maksud dalam ISPS Code Menyimpang, dan
Part A.9 dan Part B.9. Pelanggaran Hukum, Jakarta:
Rancangan keamanan kapal Fisip UI Press, 2005
(SSP) dapat dilaksanakan Nikson Wilem, Studi Kasus
oleh : Company Security Penyelesaian Konflik
Officer (CSO) dan atau Kewenangan di Laut dalam
petugas yang di tunjuk oleh Penegakan Hukum,
Perusahaan; dan Recognized Keselamatan dan Keamanan
Security Organization (RSO) serta Perlindungan
yang telah di tetapkan oleh Laut/Maritim, Badan
Direktur Jenderal Koordinasi Keamanan Laut.
Perhubungan Laut. Jakarta, 2009.
Ridwan dan Ediwarman. Azas-Azas
V. DAFTAR PUSTAKA Kriminologi, Medan : USU
Buku-Buku : Press, 1994
Arief, Barda Nawawi, Bunga Rampai Rumadan Ismail, Kriminologi Studi
Kebijakan Hukum Pidana, tentang Sebab-sebab
Semarang : PT. Citra Aditya Terjadinya Kejahatan,
Bakti, 1996. Yogyakarta : Graha Guru,
Arief, Barda Nawawi dan Muladi, 2007
Teori-teori dan Kebijakan Soedarsono, Kamus Hukum, Jakarta :
Pidana (cetakan ketiga), Rhineka Cipta, 1992.
Bandung : Alumni, 2005. Santoso Topo dan Achajani Zulfa
Bonger. W.A, Pengantar Tentang Eva, Kriminologi, Jakarta :
Kriminologi, Jakarta : PT. Rajawali Pers, 2001
Ghalia Indonesia, 1982 Soekanto, Soerjono, Pengantar
Hanitijo Soemitro Ronny, Metode Penelitian Hukum, Jakarta :
Penelitian Hukum dan Penerbit Universitas
Jurimetri, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1986.
Indonesia, 1988 Soekanto, Soerjono dan Sri Pamudji,
Penelitian Hukum Normatif,
Jakarta : Radjawali, 1985.
14
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Sudarto, Hukum Pidana I, Semarang dalam


: Yayasan Sudarto, 1990. https://henrikusgalih.files.wor
---------, Kapita Selekta Hukum dpress.com, diakses pada
Pidana, Bandung : Alumni, tanggal 12 Agustus 2015
2010. IMO, “What are the different
Susanto. I.S., Kriminologi. security levels referred to in
(Semarang : Universitas the ISPS Code,” dalam
Diponegoro, 1995) http://www.imo.org/blast/mai
Wahyono, Indonesia Negara nframe.asp?topic_id=897#lev
Maritim, Jakarta: Teraju, els, diakses pada tanggal 5
2009 September 2015
ISPS Code, (http://www.imo.org,
Peraturan Perundang-Undangan diakses 30 Juni 2015).
Undang-Undang Nomor 17 Tahun M. Farid Ananda, Analisis Strategi
2008 tentang Pelayaran. Pencegahan Kejahatan
Peraturan Pemerintah No. 21 tahun Situasional dalam Kasus
2010 tentang Perlindungan Penyelundupan Barang di
Lingkungan Maritim Pelabuhan Tanjung Priok,
International Maritime Organization, (http://www.lib.ui.ac.id,
London 2003 diakses 25 Juni 2015).
International Ship and Port Facility Reformasi Sektor Pelabuhan
Security Code and Solas Indonesia dan UU Pelayaran
Amendments Adopted on 12 Tahun 2008, dalam
December 2002. http://pdf.usaid.gov/pdf_docs/
Pnadn189.pdf, diakses pada
Lain-Lain : tanggal 12 Agustus 2015
Website : TEMPO Interaktif, Puluhan
http://obatkistaovarium.net/bahaya- Pengusaha Kapal Tongkang
narkoba/ Keluhkan Pungli, dalam
Anonim. 2012. Keselamatan http://setitike.blogspot.com/2
pelayaran Penyebab 010_10_01_archive.html,
kecelakaan pelayaran. Dalam diakses pada tanggal 12
http://id.wikipedia.org/wiki/K Agustus 2015
eselamatan_pelayaran#Penye Upaya Non Penal dalam Menaggulangi
bab_kecelakaan_pelayaran, Kejahatan,
diakses pada tanggal 11 Juni (http://kilometer25.blogspot.com,
2015 diakses 30 Juni 2015).
http://maritimenews.id/lima-pelabuhan-
utama-paling-produktif/, diakses
pada tanggal 20 Juli 2015
https://ispscode.wordpress.com,
diakses pada tanggal 12
Agustus 2015
Irawan Henrikus Galih Irawan,
Manajemen Transportasi
Pelabuhan di Indonesia,
15

Anda mungkin juga menyukai