Anda di halaman 1dari 18

PROPOSAL

A. JUDUL: TANGGUNG JAWAB PT. INKOR DUNIA SAMUDERA TERHADAP

TENAGA KERJA YANG BEKERJA DI ATAS KAPAL BERBENDERA ASING

SELAMA PANDEMI COVID-19 MENURUT ILO (INTERNATIONAL LABOUR

ORGANIZATION)

B. Latar Belakang

Pelaut merupakan salah satu perkerjaan yang memiliki tanggung jawab serta

berisiko tinggi, diperlukan keaahlian dan kualifikasi sebagai pelaut serta

pemberian perlindungan hukum bagi para pelaut yang diatur secara luas dan

lengkap. Ketentuan Perundangan-undangan nasional dinilai belum seimbang

dan menimbulkan ketidakpastian hukum. Oleh karena itu, perlindungan pelaut

Indonesia yang bekerja di kapal berbendera asing masih rendah dan belum

memenuhi standar Internasional. Hal ini dibuktikan dengan berbagai

permasalahan yang telah dialami pelaut antara lain, penipuan job fiktif , upah

tidak dibayar dokumen palsu hingga perbudakan. Dengan demikian,

Pemerintah Indonesia meratifikasi Maritime Labour Conventation 2006 (MLC

2006) . Maritime Labour Conventation 2006 merupakan konvensi internasioal

yang mengatur kepastian hak-hak pelaut seluruh dunia yang juga merupakan

standar pedoman bagi setiap negara dan perusahaan kapal untuk

menyediakan sebuah lingkungan kerja yang nyaman bagi para pelaut.

1
PT. Inkor Dunia Samudera merupakan salah satu perusahaan yang

bergerak di bidang keagenan awak kapal (crew manning agency) dengan

kepemilikan SIUPPAK no: SIUPPPAK.102.01. Tahun 2018 serta kepemilikan

SIP3MI (surat izin perusahaan penempatan pekerja migran Indonesia)

sebagaimana amanat Undang-Undang no 18 tahun 2017 tentang

Perlindungan Pekerja Migran Indonesia. Disamping itu PT. Inkor Dunia

Samudera telah melakukan kesepakatan Kerja Bersama (KKB) Collective

Bargaining Agreement (CBA) diantaranya Hana Marine Co., Ltd., KSS Marine

Ltd. Dengan jumlah kapal sebanyak 69 buah Berdasarkan perkembangan

perusahaan sampai dengan tahun 2022, Perusahaan pemilik kapal tersebut di

atas menggunakan sebagian kecil pelaut Myanmar dan sebagian besar pelaut

Indonesia hal ini adalah salah satu dampak terimplementasinya MLC 2006 di

Indonesia, Dimana Pelatihan diklat dan sertifikasi kelautan mengalami

beberapa perbaikan sesuai dengan regulasi MLC 2006. Salah satu instrumen

hukum internasional yang memuat standardisasi kerja pelaut adalah MLC

2006. MLC 2006 adalah sebuah konvensi internasional yang mengatur secara

menyeluruh. Mengenai pelaut secara internasional. Moira. L McConnel di

dalam bukunya mengutip bahwa MLC 2006 adalah:1

“The MLC, 2006 has a bold agenda aimed at creating change at both
the level of the workplace and international practice. It was strategically

1
Moira Lynne McConnell, et.al., The Maritime Labour Convention, 2006 A Legal Primer
to an Emerging International Rights, Martinus Nijhoff Publishers, Boston, Leiden,
2011, Chapter 1, page 4.

2
designed to place minimum international labour and social standards for
seafarers—the essential human element—on the same footing as the
increasingly effective international regulatory regime to ensure ship safety,
security and protection of the marine environment from ship-source
pollution. When the MLC, 2006 enters in force it is clear that it will have a
major impact on the maritime sector.”
(“MLC, 2006 memiliki agenda berani yang bertujuan untuk menciptakan

perubahan baik di tingkat tempat kerja maupun praktik internasional. Ini

dirancang secara strategis untuk menempatkan standar minimum pekerja

dan sosial internasional bagi pelaut—elemen manusia yang esensial—pada

pijakan yang sama dengan rezim peraturan internasional yang semakin

efektif untuk memastikan keselamatan kapal, keamanan dan perlindungan

lingkungan laut dari polusi sumber kapal. Ketika MLC 2006 mulai berlaku,

jelas akan berdampak besar pada sektor maritim.”). Berdasarkan Pasal 1

angka 2 Permenhub 84/2013 yang dirubah menjadi permenhub no 59 tahun

2021, Usaha Keagenan Awak Kapal (Ship Manning Agency ) adalah usaha

jasa keagenan awak kapal yang berbentuk badan hukum yang bergerak di

bidang rekrutmen dan penempatan awak kapal di atas kapal sesuai

kualifikasi. Sedangkan menurut Pasal 1 angka 8 Permenhub 84/2013, Awak

Kapal adalah orang yang bekerja atau dipekerjakan di atas kapal oleh pemilik

atau operator kapal untuk melakukan tugas di atas kapal sesuai dengan

jabatan yang tercantum dalam buku sijil dan/ atau perjanjian kerja laut.

Mengacu kepada Peraturan Kepala Badan Nasional Penempatan dan

3
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Nomor PER - 12/KA/IV/2013 tentang

Tata Cara Perekrutan,

Penempatan dan Perlindungan Pelaut di Kapal Berbendera Asing,

Perusahaan Pengawakan Kapal yang selanjutnya disebut P2K adalah

perusahaan berbadan hukum yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) yang

mewakili kepentingan pemilik kapal untuk melaksanakan perekrutan,

penempatan dan perlindungan Pelaut untuk bekerja di kapal berbendera asing.

Hal ini dibedakan antara Perusahaan Pelaksana Perekrutan dan Penempatan

Pelaut (seafarer recruitment and placement services) yang selanjutnya

disebut P5 adalah badan usaha berbentuk PT yang merekrut dan

menempatkan Pelaut untuk bekerja di kapal berbendera asing. Sedangkan

Peraturan BN2PTKI mengartikan awak kapal dengan sebutan Tenaga Kerja

Pelaut Indonesia, yang selanjutnya disebut Pelaut adalah tenaga kerja yang

memiliki kualifikasi dan keahlian atau keterampilan sebagai awak kapal yang

bekerja di kapal berbendera asing dalam jangka waktu berdasarkan

perjanjian kerja laut.

Adapun yang harus diketahui bahwasanya usaha penempatan tenaga

kerja pelaut dilakukan dengan memperhatikan :

a. penciptaan perluasan kesempatan kerja pelaut khususnya yang

bekerja di kapal - kapal berbendera asing

b. pengembangan fasilitas pendidikan kepelautan yang memenuhi

persyaratan sesuai ketentuan internasional;

4
c. Peningkatan kemampuan dan keterampilan pelaut sesuai dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang

pelayaran. 2

Pandemi yang tak kunjung usai memberikan dampak luar biasa bagi

pelaut Indonesia. Berbagai permasalahan muncul di masing-masing

perusahaan tempat bekerja, Seperti pembatalan pemberangkatan, Asuransi,

bahkan tanggung jawab karantina akibat Covid-19, ditengah musim yang sulit

ini, dikarenakan pandemi Covid-19 (coronavirus desease) salah satu tugas

yang paling rumit untuk perusahaan pelayaran adalah penanggung jawaban

kepada crew kapal khususnya untuk kapal yang berbendera asing. Kapal

asing adalah kapal yang berbendera selain bendera Indonesia dan tidak

dicatat dalam daftar kapal Indonesia menurut Undang Undang Nomor 17

tahun 2008 tentang pelayaran.3 dan regulasi sebagai alat untuk

melaksanakan kebijakan tersebut. Kewenangan pemerintah yang sedemikian

rupa bertujuan untuk menyediakan pembangunan hukum yang baik.

Pembangunan hukum merupakan upaya sadar, sistematis, dan

berkesinambungan untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa,

dan bernegara yang semakin maju, sejahtera, aman, dan tenteram di dalam

bingkai dan landasan hukum yang adil dan pasti.4 Perkembangan Industri

2
Pasal 20 Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2000 tentang Kepelautan.
3
https://dokumenpelaut.dephub.go.id/
4
Wicipto Setiadi, Pembangunan Hukum Dalam Rangka Peningkatan Supremasi
Hukum, Jurnal Rechtsvinding Media Pembinaan Hukum Nasional, Volume 1 Nomor 1,

5
maritime pada tahun 2022 mengalami perkembangan yang sangat pesat hal

ini dibuktikan dengan bertambahnya perusahaan pemegang Surat Izin

Perekrutan dan Penempatan Awak Kapal (SIUPPAK) sebagaimana yang

tercantum pada website perhubungan laut.

Saat ini kekhawatiran meningkat terkait penularan COVID-19 di

beberapa bagian dunia dan kemampuan untuk menurunkan tingkat

penurunan di sejumlah negara lainnya. Pemerintah, pengusaha dan pekerja

dan organisasi-organisasi mereka menghadapi tantangan besar dalam upaya

mereka memerangi pandemi СOVID-19 dan melindungi keselamatan dan

kesehatan di tempat kerja. Di samping krisis yang sedang berlangsung ini,

ada kekhawatiran dalam mengembalikan kegiatan yang mampu

mempertahankan kemajuan yang sudah dicapai dalam menekan

penyebarluasan,

Menurut data ILO (International Labour Organization) selama abad 20

dunia telah menyaksikan sejumlah wabah penyakit menular, yang

memperlihatkan penyebaran yang sangat pesat. Hal ini berdampak pada

keselamatan dan dan kesehata kerja yang berdampak akibat pandemi COVID-

19. Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan

PBB yang bertugas memajukan kesempatan bagi laki-laki dan perempuan

untuk memperoleh pekerjaan yang layak dan produktif dalam kondisi yang

merdeka, setara, aman, bermartabat. Tujuan-tujuan utama ILO ialah

Badan Pembinaan Hukum Nasional, Kementerian Hukum dan HAM RI. Hlm 5-6

6
mempromosikan hak-hak kerja, memperluas kesempatan kerja yang layak,

meningkatkan perlindungan sosial, dan memperkuat dialog dalam menangani

berbagai masalah terkait dengan dunia kerja.Konferensi Umum Organisasi

Perburuhan Internasional, Setelah diselenggarakan di Jenewa oleh Badan

Eksekutif Kantor Perburuhan Internasional, dan setelah mengadakan

pertemuan dalam Sidangnya yang ke Sembilan Puluh Satu pada tanggal 3

Juni 2003, mengingat terus berlanjutnya ancaman terhadap keamanan para

penumpang dan awak kapal serta keselamatan kapal, terhadap kepentingan

nasional negara dan individu, dan juga mengingat mandat inti oganisasi, yakni

mempromosikan kondisi kerja yang layak, dan menimbang bahwa, karena

sifat dasar global yang dimiliki industri perkapalan, pelaut memerlukan

perlindungan khusus, dan mengakui prinsip-prinsip yang tercantum dalam

Konvensi Pelaut tahun 1958 mengenai pemberian fasilitas bagi pelaut untuk

memasuki wilayah hukum anggota, untuk keperluan cuti darat, transit,

transfer atau pemulangan ke negara asal, dan memperhatikan Konvensi

Organisasi Maritim Internasional tahun 1965 mengenai Pemberian Fasilitas

Lalu Lintas Maritim Internasional, sebagaimana yang telah diamandemenkan,

khususnya Standar 3.44 dan Standar 3.45 dari Konvensi yang bersangkutan.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis memilih judul “TANGGUNG

JAWAB PT. INKOR DUNIA SAMUDERA TERHADAP TENAGA KERJA DI ATAS

KAPAL BERBENDERA ASING SELAMA PANDEMI COVID-19 BERDASARKAN

ILO (INTERNATIONAL LABOUR ORGANITATION)

7
C. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut :

a) Apakah peraturan pemerintah tentang tenaga kerja pelaut sudah

teratifikasi dengan ILO ?

b) Bagaimana Pelaksanaan Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja

Pelaut PT. Inkor Dunia Samudera Selama Pandemi Covid-19 ?

c) Bagaimana Hambatan Dalam Pelaksanaan Perlindungan Hukum

Bagi Tenaga Kerja Pelaut PT. Inkor Dunia Samudera yang Bekerja

diatas kapal berbendera asing selama pandemi Covid-19 ?

d) Bagaimana Solusi Dalam Pelaksanaan Perlindungan Hukum Bagi

Tenaga Kerja Pelaut PT. Inkor Dunia Samudera Selama Pandemi

Covid-19?

D. Maksud dan Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka maksud dan tujuan

penelitian

adalah sebagai berikut:

1. Maksud Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian

adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui peraturan pemerintah tentang tenaga kerja

8
pelaut sudah teratifikasi dengan ILO.

b. Untuk mengetahui Pelaksanaan Perlindungan Hukum Bagi Tenaga

Kerja Pelaut PT. Inkor Dunia Samudera Selama Pandemi Covid-19.

c. Untuk mengetahui Hambatan Dalam Pelaksanaan Perlindungan

Hukum Bagi Tenaga Kerja Pelaut PT. Inkor Dunia Samudera yang

Bekerja diatas kapal berbendera asing selama pandemi Covid-19.

d. Untuk mengetahui Solusi Dalam Pelaksanaan Perlindungan Hukum

Bagi Tenaga Kerja Pelaut PT. Inkor Dunia Samudera Selama

Pandemi Covid-19.

2. Tujuan Penelitian

a. Memberikan masukan kepada perusahaan tentang pentingnya

perlindungan hukum terhadap tenaga kerja pelaut selama

pandemic Covid - 19.

b. Sebagai informasi kepada tenaga kerja pelaut tentang peraturan

ketenagakerjaan selama pandemic covid-19

c. Sebagai sarana pengetahuan untuk penulis.

E. Kerangka Pemikiran

1. Kerangka Teoritis

Kerangka teoritis merupakan landasan berpikir yang bersumber dari

suatu teori yang sering diperlukan sebagai tuntutan untuk memecahkan

berbagai permasalahan dalam sebuah penelitian. Oleh karena itu, dalam

suatu penelitian termasuk penelitian hukum, pembatasan-pembatasan

9
(kerangka) baik teori maupun konsepsi merupakan hal yang sangat penting

agar tidak terjebak dalam polemik yang tidak terarah.5 Sejalan dengan hal

tersebut, dalam penelitian ini diketahui bahwa maka teori yang akan

digunakan sebagai pedoman dalam penulisan hukum ini ialah sebagai berikut:

a. Teori Keadilan

Penelitian ini menggunakan teori keadilan, dimana masalah keadilan,

bukanlah masalah yang baru dibicarakan para ahli, namun pembicaraan

tentang keadilan telah dimulai sejak Aristoteles sampai dengan saat ini.

Bahkan, setiap ahli mempunyai pandangan yang berbeda mengenai arti dari

keadilan tersebut. Teori yang mempelajari serta menganalisis mengenai

keadilan dari masa Aristoteles hingga saat ini, disebut dengan teori keadilan.

Teori keadilan dalam bahasa Inggris disebut dengan theory of justice, dan

dalam bahasa Belanda disebut dengan theorie van rechtvaardigheid yang

terdiri dari dua kata, yaitu:

1. teori dan

2. keadilan.

Keadilan berasal dari kata adil. Disebut "justice" dalam Bahasa Inggris,

disebut dengan "rechtvaardig", dalam bahasa Belanda. Adil diartikan dapat

diterima secara objektif dan bukan subjektif.

Keadilan diartikan sifat (perbuatan, perlakuan) yang adil, yaitu:

5
Soerjono Soekanto dan Sri Mahmudji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan
Singkat, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003, hlm. 7.

10
1. tidak memihak atau tidak berat sebelah;

2. berpihak pada kebenaran; atau

3. tidak sewenang-wenang.6

Sementara keadilan dalam pemahaman tiap manusia pastilah berbeda-

beda, apa yang diangap adil oleh seseorang belum tentu adil bagi seorang

yang lainnya, namun dapat dipastikan bahwa keadilan adalah suatu cita-cita

yang didasarkan pada sifat moral manusia. Pembicaraan tentang keadilan

tidak terbatas pada apa yang terjadi dalam dunia kenyataan, oleh sebab itu

tidak mudah untuk menentukan isi keadilan.7 Pengertian keadilan diutarakan

oleh Jhon Stuart dan Notonegoro. Jhon Stuart Mill menyampaikan

pendapatnya mengenai pengertian keadilan. Keadilan adalah "Nama bagi

kelas-kelas aturan moral tertentu yang menyoroti kesejahteraan manusia

lebih dekat daripada dan karenanya menjadi kewajiban yang lebih absolute-

aturan penuntun hidup apa pun yang lain. Keadilan juga merupakan konsepsi

di mana kita menemukan salah satu esensinya yaitu memberikan hak kepada

individu mengimplikasikan dan memberikan kesaksian mengenai kewajiban

yang lebih mengikat". Terdapat dua poin yang menjadi pusat keadilan yang

diutarakan oleh Stuart Mill, antara lain:

1. Eksistensi keadilan, dan

2. Esensi keadilan.

6
Salim dan Erlies. Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian Disertasi dan Tesis,
Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2015, hlm 25
7
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana, Jakarta, 2008, hlm.156

11
Jhon Stuart Mill mengatakan bahwa eksistensi keadilan adalah aturan

moral. Moral selalu berbicara mengenai baik dan buruk. Aturan moral ini

harus dipusatkan demi kesejahteraan manusia.

Sedangkan yang menjadi esensi atau hakikat dari keadilan adalah hak

yang diberikan kepada individu atau seseorang untuk melaksanakannya..

Keadilan adalah "Kemampuan untuk memberikan kepada diri sendiri dan

orang lain apa yang semestinya, apa yang telah menjadi haknya. Hubungan

antara manusia yang terlibat di dalam penyelenggaraan keadilan terbentuk

dalam pola yang disebut hubungan keadilan segitiga, yang meliputi keadilan

distributif (distributive justice), keadilan bertaat atau legal (legal justice), dan

keadilan komutatif (komutative justice)"8

b. Teori Kepastian Hukum

Menurut Kelsen, hukum adalah sebuah sistem norma. Norma adalah

pernyataan yang menekankan aspek “seharusnya” atau das sollen, dengan

menyertakan beberapa peraturan tentang apa yang harus dilakukan. Norma-

norma adalah produk dan aksi manusia yang deliberatif.

Undang- Undang yang berisi aturan-aturan yang bersifat umum menjadi

pedoman bagi individu bertingkah laku dalam bermasyarakat, baik dalam

hubungan dengan sesama individu maupun dalam hubungannya dengan

masyarakat. Aturan-aturan itu menjadi batasan bagi masyarakat dalam

8
Riduan Syahrani, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, Penerbit Citra Aditya
Bakti,Bandung, 1999, hlm.23.

12
membebani atau melakukan tindakan terhadap individu.

Adanya aturan itu dan pelaksanaan aturan tersebut menimbulkan

kepastian hukum9. Begitu pula menurut Utrecht, kepastian hukum

mengandung dua pengertian, yaitu pertama, adanya aturan yang bersifat

umum membuat individu mengetahui perbuatan apa yang boleh atau tidak

boleh dilakukan, dan kedua, berupa keamanan hukum bagi individu dari

kesewenangan pemerintah karena dengan adanya aturan yang bersifat umum

itu individu dapat mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau dilakukan

oleh negara terhadap individu10. Tujuan hukum yang mendekati realistis

adalah kepastian hukum dan kemanfaatan hukum. Kaum Positivisme lebih

menekankan pada kepastian hukum, sedangkan Kaum Fungsionalis

mengutamakan kemanfaatan hukum, dan sekiranya dapat dikemukakan

bahwa “summon ius, summa injuria, summa lex, summa crux” yang artinya

adalah hukum yang keras dapat melukai, kecuali keadilan yang dapat

menolongnya, dengan demikian kendatipun keadilan bukan merupakan tujuan

hukum satu-satunya akan tetapi tujuan hukum yang substantive adalah

keadilan.11

F. Metode Penelitian

Dalam melakukan penelitian, agar memperoleh hasil yang maksimal

9
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana, Jakarta, 2008, hlm.158
10
Riduan Syahrani, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, Penerbit Citra Aditya
Bakti,Bandung, 1999, hlm.23.
11
osminikus Rato, Filasafat Hukum Mencari dan Memahami Hukum, PT Presindo,
Yogyakarta, 2010, hlm. 59

13
maka diperlukan metode penelitian yang tepat. Dalam penelitian ini penulis

menggunakan metode sebagai berikut:

1. Sifat Penelitian

Sifat penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah deskriptif

analitis, yaitu pembahasan dilakukan dengan cara menjelaskan data

secara lengkap, terperinci dan sistematis. Kemudian terhadap data

tersebut dilakukan analisis dengan menggunakan teori-teori ilmu hukum,

undang- undang, khususnya Hukum Kelautan dan Ketenagakerjaan

menggunakan konvensi-konvensi dan pemikiran penulis.

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan hukum ini adalah

penelitian normatif yang bersifat deskriptif. Yaitu suatu prosedur

pemecahan masalah yang diteliti dengan mengambarkan atau

melukiskan keadaan objek atau subjek yang diteliti pada saat sekarang

berdasarkan fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Penelitian

tersebut dikaji dengan mempelajari data sekunder (kepustakaan).

3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan penelitian kepustakaan (library

research), data yang digunakan yaitu data sekunder yang diperoleh

dengan menggunakan sumber-sumber hukum tertulis berupa peraturan

perundang-undangan, buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan dan

laporan-laporan yang berhubungan dengan masalah yang terdapat dalam

14
penulisan hukum ini.

4. Teknik Pengolahan Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini diolah secara kualitatif, yaitu

dengan menggunakan kata-kata dan kalimat-kalimat dengan maksud

agar tersusun suatu materi pembahasan yang sistematis, mudah

dipahami atau dimengerti.

5. Sistematis Penulisan

Sistematika penulisan ini disajikan untuk memberikan gambaran secara

garis besar tentang berbagai hal yang dikemukakan dalam tiap-tiap bab,

dalam penulisan Hukum ini terbagi menjadi 5 (lima) bab, sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis mengemukakan gambaran secara singkat

yang mencakup keseluruhan dan berhubungan antara satu

sama lainnya, yang terbagi dalam 5 (lima) pokok, yaitu Latar

Belakang,

Identifikasi Masalah, Maksud dan Tujuan Penelitian, Metode

Penelitian dan Sistematika Penulisan.

BAB II DEFINISI PELAUT, ILO (INTERNATIONAL LABOUR

ORGANITATION), MLC (MARITIME LABOUR

CONVENTION).RATIFIKASI MLC 2006 DI INDONESIA

Dalam bab ini penulis akan menguraikan definisi secara umum

15
mengenai ; Tinjauan umum tentang pengertian pelaut , dasar

hukum perlindungan tenaga kerja pelaut, pengertian ILO

(international, labour organization) , pengertian MLC (martitime

labour convention). Ratifikasi MLC 2006 di indonesia

BAB III PEMBAHASAN MENGENAI TANGGUNG JAWAB PT. INKOR

DUNIA SAMUDERA TERHADAP TENAGA KERJA PELAUT

YANG BEKERJA DIATAS KAPAL BERBENDERA ASING

SELAMA PANDEMI COVID-19

Dalam bab ini diuraikan dari terkait profil PT. Inkor Dunia

samudera , tanggung jawab terhadap tenaga kerja pelaut yang

bekerja diatas kapal berbendera asing, tanggung jawab

terhadap pelaut dalam masa pandemi COVID-19, hambatan

yang dialami oleh PT. Inkor Dunia Samudera selama Pandemi

COVID-19

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN TENTANG PERLINDUNGAN

HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA PELAUT MENURUT ILO

(INTERNATIONAL LABOUR ORGANIZATION) DAN MLC 2006

(MARITIME LABOUR CONVENTION) SELAMA PANDEMI

COVID-19

Dalam bab ini penulis akan melakukan analisis mengenai

kedudukan ILO sebagai organisasi pelindung tenaga kerja,

MLC sebagai konvensi hukum tenaga kerja pelaut, hak tenaga

16
kerja pelaut selama masa pandemi COVID-19, solusi yang

diberikan kepada PT. Inkor Dunia Samudera selama Pandemi

COVID-19

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bagian penutup ini, penulis menarik kesimpulan

mengenai apa yang telah diuraikan serta memberikan saran-

saran sebagai pendapat dan ungkapan kepedulian penulis.

DAFTAR PUSTAKA

A. Peraturan Perundang – Undangan

1. Maritime Labour Convention 2006 (MLC 2006)


2. Undang-Undang No 18 tahun 2017 tentang Perlindungan Pekerja
Migran Indonesia. Lembaran Negara Indonesia Nomor 6141 tahun
2017
3. permenhub No 59 tahun 2021
4. Undang Undang Nomor 17 tahun 2008 tentang pelayaran
5. Konvensi Organisasi Maritim Internasional tahun 1965
B. Buku

17
1. Moira Lynne McConnell, et.al., The Maritime Labour Convention,
2006 A Legal Primer to an Emerging International Rights, Martinus
Nijhoff Publishers, Boston, Leiden, 2011, Chapter 1.
2. Rato Dominikus, Filsafat Hukum Mencari: Memahami dan
Memahami Hukum, Yogyakarta: Laksbang Pressindo, 2010.
3. Marzuki Mahmud Peter, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana, Jakarta,
2008.
4. Syahrani Riduan, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, Penerbit Citra
Aditya Bakti, Bandung, 1999.
5. Salim, H. S., and Erlis Septiana Nurbani, Penerapan Teori Hukum
Pada Tesis dan Disertasi, Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2013.
6. Soekanto Soerjono, Mahmudji Sri, Penelitian Hukum Normatif,
Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003.

C. LAIN-LAIN

1. Wicipto Setiadi, Pembangunan Hukum Dalam Rangka Peningkatan

Supremasi Hukum, Jurnal Rechtsvinding Media Pembinaan Hukum

Nasional, Volume 1 Nomor 1, Badan Pembinaan Hukum Nasional,

Kementerian Hukum dan HAM RI. Hlm 5-6

2. https://dokumenpelaut.dephub.go.id/

3. www.ilo.org

18

Anda mungkin juga menyukai