Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah mengenai Maritime Labour Convention (MLC) 2006 ini dapat
terselesaikan dengan baik dan lancar. Dalam pembuatan makalah ini tentu ada
hambatan serta halangan, namun dengan adanya dukungan dan kerja sama dari
sesama anggota kelompok, kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan cukup baik.
Kami berterima kasih kepada Ibu Ir. Hesty Anita Kurniawati, M.Sc. selaku dosen
mata kuliah Peraturan Statutori Departemen Teknik Perkapalan, Fakultas
Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember yang telah memberikan
tugas ini kepada kami.
Dengan disusunnya makalah ini oleh kelompok kami, kami berharap dapat
memberi manfaat dan menambah wawasan serta pengetahuan mengenai Maritime
Labour Convention (MLC) 2006 bagi para pembaca. Kami menyadari bahwa
makalah ini banyak memiliki kekurangan, sehingga kami mengharapkan kritik serta
saran yang membangun dari para pembaca demi perbaikan makalah yang kami buat
ke depannya. Demikian makalah ini kami buat, semoga memberi manfaat kepada
semua pihak.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN................................................................................................... 1
BAB II ..................................................................................................................... 3
BAB III.................................................................................................................. 19
PENUTUP ............................................................................................................. 19
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.4 Alur Penerbitan Sertifikat MLC 2006 / SoC MLC 2006 .................. 11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan
2
BAB II
Konvensi ini awalnya hanya bersifat anjuran untuk diterapkan oleh semua
pihak yang berkaitan dengan pekerjaan di dunia maritim. Namun, per 20 Agustus
2013, standar MLC 2006 mulai diwajibkan untuk diterapkan, meskipun hingga kini
Indonesia belum meratifikasi MLC 2006. Perjanjian berlaku untuk semua kapal
yang memasuki pelabuhan pihak-pihak dalam perjanjian (negara Port State), dan
juga untuk semua negara yang mengibarkan bendera negara (negara Flag State,
sampai 2013: 50 persen). Gambar 2.1 menunjukkan lambang dari Maritime Labour
Convention (MLC) 2006.
3
Konvensi ini berisi mengenai seperangkat standar yang komprehensif
berdasarkan konvensi dan rekomendasi kemaritiman yang diadopsi oleh
International Office Convention (ILC) antara 1920 dan 1996.
MLC 2006 merupakan hasil dari negosiasi tripartit oleh wakil dari
pemerintah, pengusaha dan pekerja. Konvensi tersebut menetapkan hak dan
perlindungan yang komprehensif di tempat kerja untuk pelaut di dunia dan
bertujuan untuk mencapai pengaturan pekerjaan yang layak bagi pelaut, dan
mengamankan kepentingan ekonomi dalam persaingan yang adil bagi pemilik kapal
yang berkualitas.
4
MLC 2006 ini adalah instrumen hukum yang dibuat oleh Organisasi Pekerja
Internasional (International Labour Organization – ILO) yang diadopsi pada bulan
Februari 2006 di Geneva, Swiss. Sesuai dengan kebiasaan internasional, sebuah
konvensi multilateral tidak dapat diberlakukan seketika, dan menunggu hingga
sejumlah anggota meratifikasi konvensi tersebut.
Sesuai dengan salah satu artikel pada MLC 2006, konvensi ini baru bisa
diberlakukan (come into force) satu tahun setelah 30 negara anggota atau sejumlah
negara yang mewakili 33% gross tonnage armada internasional telah
meratifikasinya.
Pada tanggal 20 Agustus 2012 persyaratan tersebut telah terpenuhi setelah
Rusia dan Philippines meratifikasi konvensi tersebut. Sehingga MLC 2006 dapat
diberlakukan mulai tanggal 20 Agustus 2013. Negara yang telah meratifikasi
tersebut yaitu: Croatia, Bulgaria , Canada, Saint Vincent and the Grenadines,
Switzerland, Benin, Singapore, Denmark, Antigua and Barbuda, Latvia,
Luxembourg, Kiribati, Netherlands, Australia, St Kitts and Nevis, Tuvalu, Togo,
Poland, Palau, Sweden, Cyprus, Russian Federation, Philippines.
5
tidak memiliki kapasitas untuk membuat instrumen hukum yang komprehensive
tntang perlindungan terhadap para pelaut, maka sudah tepat apabila ILO membuat
MLC 2006 ini sebagai instrumen hukum internasional. Diterimanya MLC 2006
tersebut juga menjadi inspirator disahkannya tema Hari Maritim Sedunia (World
Maritime Day) pada sidang Dewan IMO tahun 2009 bahwa pada tahun 2010
dicanangkan sebagai Tahun untuk Pelaut (Year of Seafarers).
Pernyataan mantan Sekjen IMO tersebut mendapat penghargaan yang tinggi
di kalangan negara anggota ILO, sebagaimana pernah diungkap kembali oleh
delegasi ILO yang mengikuti sidang MSC IMO tahun 2010
Miss Cleopatra Doumbia-Henry, Directur International Labour Standards
Department International Labour Office.
Ada 5 tema (klausul) yang dibahas dalam MLC 2006 yang berisi
persyaratan-persyaratan di mana semuanya dibuat untuk melindungi hak pelaut.
Kelima klausul itu adalah:
Klausul ini berisi tentang persyaratan minimal yang harus dipenuhi oleh
seorang pelaut seperti persyaratan usia, persyaratan kondisi kesehatan, persyaratan
kompetensi, keahlian, dan training serta persyaratan rekrutmen dan
penempatan. Ringkasnya adalah sebagai berikut:
• Usia Minimal Pelaut: Usia minimal adalah 16 tahun tetapi untuk kerja
malam atau area berbahaya, usia minimal 18 tahun.
6
• Rekutmen atau Penempatan pelaut harus dilakukan dengan menjalankan
prosedur penempatan dan pendaftaran yang baik, adanya prosedur keluhan
dan harus ada kompensasi bila proses rekrutmen gagal.
2. Kondisi Kerja
Klausul ini mengatur tentang kontrak, gaji, dan kondisi kerja pelaut selama
di kapal. Ini mencakup kontrak yang jelas, waktu istirahat, hak cuti, pemulangan ke
negara asal, dan sebagainya. Ringkasnya adalah sebagai berikut:
• Gaji: Pelaut Gaji harus dibayar sekurang-kurangnya setiap bulan dan harus
ditransfer secara berkala ke keluarga bila dibutuhkan.
Klausul ini berisi tentang hak-hak yang berkaitan dengan makan, akomodasi
dan fasilitas yang wajib diberikan kepada para pelaut. Secara garis besar
persyaratan yang diminta, antara lain:
7
• Makan dan Katering: Kualitas maupun kuantitas makanan harus diatur
mengikuti negara sesuai bendera kapal (Flag State). Koki juga harus
memiliki pelatihan yang tepat.
8
• Port States: Port States (negara dimana kapal bersandar) harus melakukan
inspeksi tergantung pada keberadaan “Certificate of Maritime
Compliance”. Bila sertifikat telah dimiliki (dan bendera kapal berasal dari
negara yang telah meratifikasi MLC 2006), maka investigasi hanya
dilakukan sekedar untuk memeriksa adanya indikasi ketidakpatuhan
terhadap standar. Bila kapal belum memiliki sertifikat, maka investigasi
harus dilakukan secara menyeluruh dan harus memastikan kapal telah
memenuhi ketentuan MLC 2006. Dengan demikian, MLC 2006 secara tidak
langsung juga berlaku untuk negara yang belum meratifikasi MLC 2006 bila
mereka ingin berlabuh di negara yang sudah meratifikasi MLC 2006.
• Agen Pelaut: Agen yang menyediakan pekerja untuk kapal juga harus
diinspeksi untuk memastikan mereka menerapkan MLC 2006 (juga
peraturan lain yang terkait keamanan sosial).
9
• Persetujuan DMLC Part II
1. Pemilik kapal / Pemohon mengirimkan aplikasi persetujuan DMLC Part II
dan manual DMLC Part II ke BKI.
2. BKI akan mengirimkan formulir persetujuan biaya untuk disetujui pemilik
kapal sebelum melakukan pekerjaan.
3. BKI akan melakukan review kesesuaian DMLC Part II dengan aturan yang
berlaku.
4. Apabila terdapat ketidaksesuaian, BKI akan menginformasikan, untuk
dilakukan perbaikan oleh pemilik/pemohon.
5. Setelah manual dinyatakan memenuhi seluruh aturan Konvensi, maka BKI
akan memberikan persetujuan DMLC Part II. Adapun bagan mengenai alur
persetujuan ini ditunjukkan oleh Gambar 2.3.
10
2. Permohonan penerbitan sertifikat MLC 2006 / SoC MLC 2006 akan
diproses setelah manual DMLC Part II disetujui oleh BKI.
3. BKI akan mengirimkan formulir persetujuan biaya untuk disetujui pemilik
sebelum melakukan pekerjaan.
4. BKI akan melakukan verifikasi pemenuhan DMLC part II dan aturan MLC
2006 di atas kapal.
5. Penerbitan sertifikat MLC 2006 / SoC MLC 2006 dilakukan setelah
verifikasi di atas kapal dinyatakan memenuhi aturan konvensi MLC 2006.
Alur mengenai penerbitan sertifikat MLC 2006 / SoC MLC 2006
ditunjukkan pada Gambar 2.4.
Gambar 2.4 Alur Penerbitan Sertifikat MLC 2006 / SoC MLC 2006
11
STCW 1978, sebagaimana telah diubah, Konvensi Internasional untuk Pencegahan
Pencemaran dari Kapal oleh MARPOL 1978.
12
3. Persyaratan revalidasi sertifikat dirasionalisasi untuk kepentingan pelaut.
4. Pengenalan metodologi pelatihan modern seperti pembelajaran jarak jauh
dan pembelajaran berbasis web.
5. Jam istirahat bagi pelaut dikapal diselaraskan dengan persyaratan Maritime
Labor Convention ILO/MLC 2006 (Konvensi Buruh Maritim ILO) 2006,
dengan maksud untuk mengurangi kelelahan.
6. Memperkenalkan persyaratan-persyaratan tambahan untuk menghindari
alkohol dan penyalahgunaan zat terlarang.
7. Kompetensi dan kurikulum baru harus terus diperbarui mengikuti
perkembangan teknologi modern dan kebutuhan riil dilapangan.
8. Pelatihan penyegaran dibahas dengan layak dalam konvensi.
13
International Transport Workers’ Federation (ITF) adalah pengembang
utama dalam perkembangan Maritime Labour Convention (MLC) 2006, yang
menetapkan standar minimum yang komprehensif dan dapat dilaksanakan untuk
kondisi kerja dan tempat tinggal para pelaut. International Transport Workers’
Federation (ITF) digambarkan sebagai 'konvensi paling ambisius yang pernah ada,
yang mencakup realitas modern dari kondisi kerja di atas kapal pada abad ke-21 '.
MLC 2006 adalah pilar keempat dalam kekuasaan regulasi kemaritiman bersamaan
dengan SOLAS, MARPOL, dan konvensi STCW.
14
2.6 Dampak dari Maritime Labour Convention (MLC) 2006
Di bawah ini merupakan keuntungan dari berlakunya MLC 2006, antara lain
sebagai berikut:
15
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar didunia. Seharusnya, Indonesia
menjadi bangsa yang makmur dan disegani. Namun, kenyataannya dengan potensi
sumber daya alam yang melimpah, negara ini seakan tidak berdaya. Apalagi
dibidang industri maritim, roda perekonomian Indonesia lumpuh terpenjara oleh
kepentingan asing. Sehingga, jika berlaku MLC 2006 di Indonesia akan
berpengaruh disektor perekonomian Indonesia. Negara-negara asing akan
melakukan perdagangan di Indonesia dan menguasai potensi laut Indonesia.
Pada rapat paripurna yang diselenggarakan oleh DPR, Dede Yusuf, ketua
Komisis IX DPR RI menyampaikan bahwa berdasarkan surat dari Presiden RI
kepada Ketua DPR RI dengan nomor R.23/Pres/04/2016 perihal RUU tentang
Pengesahan Maritime Labour Convention, dengan surat tertanggal 8 April 2016,
Presiden menugaskan Menteri Luar Negeri, Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia, Menteri Ketenagakerjaan dan Menteri Perhubungan untuk mewakili
pemerintah dalam membahas RUU tersebut.
16
2. Rapat Kerja (raker) dengan pemerintah pada 5 September 2016.
Maka proses peratifikasian MLC 2006 di Indonesia pun telah selesai per
tanggal 8 September 2016, dimana pada saat itu pula, Negara yang telah
meratifikasi Konvensi Ketenagakerjaan Maritim ini mencapai 79 Negara anggota
ILO dan total tonnase kapal dunia telah mencapai 91%.
17
ILO Nomor 182 mengenai Pelarangan dan Tindakan Segera
Penghapusan Bentuk-Bentuk Pekerjaan Terburuk untuk Anak);
o Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;
o Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2003 tentang Pengesahan ILO
Conuention No. 81 concerning Labour Inspection in Industry and
Commerce (Konvensi ILO No. 81 mengenai Pengawasan
Ketenagakerjaan dalam Industri dan Perdagangan) ;
o Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial;
o Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2OO4 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional;
o Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pengesahan ILO
Conuention No. 185 conceming Reuising the Seafarers' Identitg
Documents Conuention, J958 (Konvensi ILO No. 185 mengenai
Konvensi Perubahan Dokumen Identitas Pelaut, 1958); dan 11.
o Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran.
Sebenarnya peraturan yang sesuai dan selara dengan MLC 2006 telah
banyak diratifikasi dan disahkan oleh Pemerintah Indonesia, pengesahan MLC
2006 di Indonesia ini sendiri sebagai dalih memudahkan pekerja laut Indonesia
untuk bekerja di Negara asing yang mewajibkan menggunakan tenaga kerja yang
berasal dari Negara yang menggunakan MLC 2006 sebagai landasan
ketenagakerjaan di bidang maritim.
18
BAB III
PENUTUP
19
DAFTAR PUSTAKA
Dirhamsyah, S.E. Amandemen STCW 2010: Apa yang Anda Perlu Ketahui.
Diambil dari: http://wirabahari.blogspot.co.id/2012/01/amandemen-stcw-
2010-apa-yang-perlu-anda.html (diakses pada 7 Maret 2018, pukul 23.40)
20
Pattiselano, S. Indonesia Perlu Meratifikasi ILO Convention 188. Diambil dari:
https://indonesiana.tempo.co/read/109250/2017/03/17/psonny/indonesia-
perlu-meratifikasi-ilo-convention-188 (diakses pada 7 Maret 2018, pukul
23.40)
Supriyono, Hadi. Sekilas Maritime Labour Convention 2006 (MLC 2006). Diambil
dari: http://hadisupriyono.blogspot.co.id/2013/ 05/sekilas-maritime-labour-
convention-2006.html (diakses pada 19 Maret 2018, pukul 18.15)
21