Anda di halaman 1dari 14

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI KAPAL

Kapal adalah kendaraan pengangkut penumpang dan barang di laut

(sungai dan sebagainya) seperti halnya sampan atau perahu yang lebih kecil.

Kapal biasanya cukup besar untuk membawa perahu kecil seperti sekoci.

Sedangkan dalam istilah inggris, dipisahkan antara ship yang lebih besar dan

boat yang lebih kecil. Secara kebiasaannya kapal dapat membawa perahu

tetapi perahu tidak dapat membawa kapal. Ukuran sebenarnya di mana sebuah

perahu disebut kapal selalu ditetapkan oleh undang-undang dan peraturan atau

kebiasaan setempat.

Berabad-abad kapal digunakan oleh manusia untuk mengarungi sungai atau

lautan yang diawali oleh penemuan perahu. Biasanya manusia pada masa

lampau menggunakan kano, rakit ataupun perahu, semakin besar kebutuhan

akan daya muat maka dibuatlah perahu atau rakit yang berukuran lebih besar

yang dinamakan kapal. Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan kapal

pada masa lampau menggunakan kayu, bambu ataupun batang-batang papirus

seperti yang digunakan bangsa mesir kuno kemudian digunakan bahan bahan

logam seperti besi/baja karena kebutuhan manusia akan kapal yang kuat.

Untuk penggeraknya manusia pada awalnya menggunakan dayung kemudian

angin dengan bantuan layar, mesin uap setelah muncul revolusi Industri dan

13
14

mesin diesel serta Nuklir. Beberapa penelitian memunculkan kapal bermesin

yang berjalan mengambang di atas air seperti Hovercraft dan Eakroplane.

Serta kapal yang digunakan di dasar lautan yakni kapal selam.

Berabad abad kapal digunakan untuk mengangkut penumpang dan barang

sampai akhirnya pada awal abad ke-20 ditemukan pesawat terbang yang

mampu mengangkut barang dan penumpang dalam waktu singkat maka kapal

pun mendapat saingan berat. Namun untuk kapal masih memiliki keunggulan

yakni mampu mengangkut barang dengan tonase yang lebih besar sehingga

lebih banyak didominasi kapal niaga dan tanker sedangkan kapal penumpang

banyak dialihkan menjadi kapal pesiar seperti Queen Elizabeth dan Awani

Dream.

2.2 JENIS STANDAR SERTIFIKASI

Telah secara luas diketahui bahwa IMO mengadakan Konferensi

Diplomatik di Manila, Filipina, pertengahan tahun 2010 untuk membahas

amandemen STCW. Banyak orang yang tidak mengetahui pada tingkat apa

revisinya dan realitas implementasinya di balik hal tersebut. Untuk

meluruskan hal-hal tersebut mari kita lihat apa yang telah terjadi langkah demi

langkah.

1. Amandemen STCW Manila.

Pada 25 Juni 2010, Organisasi Maritim Internasional (IMO) serta

stakeholder utama lainnya dalam dunia industry pelayaran dan

pengawakan global secara resmi meratifikasi apa yang disebut sebagai


15

"Amandemen Manila" terhadap Konvensi Standar Pelatihan untuk

Sertifikasi dan Tugas Jaga bagi Pelaut (STCW) dan Aturan terkait.

Amandemen tersebut bertujuan untuk membuat STCW selalu mengikuti

perkembangan jaman sejak pembuatan dan penerapan awalnya pada tahun

1978, dan amandemen selanjutnya pada tahun 1995.

a. Mulai Berlakunya.

Amandemen Konvensi STCW akan diterapkan melalui prosedur

penerimaan dengan pemahaman yang telah disepakati yang

mengisyaratkan bahwa perubahan tersebut sudah harus diterima paling

lambat 1 Juli 2011 KECUALI bila lebih dari 50% dari para pihak terkait

STCW menolak perubahan yang demikian. Sebagai hasilnya, Amandemen

STCW ditetapkan mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2012.

2. Tujuan Amandemen STCW.

Hal-hal berikut menguraikan perbaikan-perbaikan kunci yang

diwujudkan melalui Amandemen baru, yaitu:

1) Sertifikat Kompetensi & Endorsement-nya hanya boleh dikeluarkan

oleh Pemerintah - sehingga mengurangi kemungkinan pemalsuan

sertifikat kompetensi.

2) Pelaut yang telah menjalani pemeriksaan kesehatan sesuai Standar

medis umum untuk pelaut dari satu negara dapat berlaku di kapal yang

berasal dari negara lain tanpa menjalani pemeriksaan medis ulang.


16

3) Persyaratan revalidasi sertifikat dirasionalisasi untuk kepentingan

pelaut.

4) Pengenalan metodologi pelatihan modern seperti pembelajaran jarak

jauh dan pembelajaran berbasis web.

5) Jam istirahat bagi pelaut dikapal diselaraskan dengan persyaratan

Maritime Labor Convention ILO/MLC (Konvensi Buruh Maritim

ILO) 2006, dengan maksud untuk mengurangi kelelahan.

6) Memperkenalkan persyaratan-persyaratan tambahan untuk

menghindari alkohol dan penyalahgunaan zat terlarang.

7) Kompetensi dan kurikulum baru harus terus diperbarui mengikuti

perkembangan teknologi modern dan kebutuhan riil dilapangan.

8) Pelatihan penyegaran dibahas dengan layak dalam konvensi.

2.3 REKRUTMEN

Rekrutmen atau dalam Bahasa Inggris recruitment yang berarti


penerimaan tenaga-tenaga baru, adalah kegiatan yang sangat penting
dalam suatu perusahaan atau organisasi. Sebelum organisasi dapat mengisi
sebuah lowongan pekerjaan, organisasi tersebut harus mencari orang-
orang yang tidak hanya memenuhi syarat untuk posisi tersebut, namun
juga menginginkan pekerjaan tersebut. Melalui rekrutmen, organisasi
dapat melakukan komunikasi dengan pihak-pihak tertentu untuk
memperoleh sumber daya manusia yang potential, sehingga akan banyak
pencari kerja dapat mengenal dan mengetahui organisasi yang pada
akhirnya akan memutuskan kepastian atau tidaknya dalam bekerja. Dasar
17

penarikan calon karyawan harus ditetapkan terlebih dahulu supaya


pelamar yang memasukkan lamarannya sesuai dengan pekerjaan atau
jabatan yang diminatinya. Dasar penarikan harus berpedoman pada
spesifikasi pekerjaan yang telah ditentukan untuk menduduki jabatan
tersebut. Job specification harus diuraikan secara terperinci dan jelas agar
para pelamar mengetahui kualifikasi yang dituntut oleh lowongan kerja
tersebut. (Malayu S.P Hasibuan dalam buku “Manajemen Sumber Daya
Manusia”, 2006: 41).
Rekrutmen adalah serangkaian aktivitas untuk mencari dan

memikat pelamar kerja dengan motivasi, kemampuan, keahlian, dan

pengetahuan yang diperlukan guna menutupi kekurangan yang

diidentifikasi dalam perencanaan kepegawaian. Aktivitas rekrutmen

dimulai pada saat calon mulai dicari dan berakhir kala lamaran mereka

diserahkan. (Henry Simamora, dalam Buku “Manajemen Sumber Daya

Manusia Edisi 3”, 2006). Menurut Sondang P. Siagian dalam buku

Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi 1 tahun 2006 menyatakan

bahwa, “Proses rekrutmen dimulai pada saat diambil langkah mencari

pelamar dan berakhir ketika pelamar mengajukan lamarannya. Secara

konseptual dapat dikatakan bahwa langkah yang segera mengikuti proses

rekrutmen, yaitu seleksi bukan lagi merupakan bagian dari rekrutmen. Jika

proses rekrutmen ditempuh dengan tepat dan baik, hasilnya ialah adanya

sekelompok yang kemudian diseleksi guna menjamin bahwa hanya yang

paling memenuhi semua persyaratan yang diterima sebagai pekerja dalam

organisasi yang memperlukannya’.


18

Rekrutmen yang efektif memerlukan tersedianya informasi

yang akurat dan berkesinambungan mengenai jumlah dan kualifikasi

individu yang diperlukan untuk melaksanakan berbagai pekerjaan dalam

organisasi. Aktivitas rekrutmen akan menyisihkan pelamar yang kurang

tepat dan memfokuskan upayanya pada calon yang akan dipanggil

kembali. Aktivitas rekrutmen dapat membangun opini publik yang

menguntungkan dengan cara mempengaruhi sikap para pelamar

sedemikian rupa terlepas mereka diangkat atau tidak. Menurut Susatyo

Herlambang dalam buku “Pengantar Manajemen: Cara Mudah Memahami

Ilmu Manajemen” (2013: 86) menyatakan bahwa, langkah-langkah yang

biasanya dilakuka dalam prosedur seleksi yang digunakan adalah:

1) Wawancara Pendahuluan

2) Pengumpulan data pribadi

3) Pengujian

4) Wawancara yang lebih mendalam (interview)

5) Pemeriksaan referensi-referensi prestasi

6) Pemeriksaan kesehatan

7) Keputusan pribadi

8) Orientasi jabatan

Agar kualitas tenaga kerja yang diperoleh sesuai dengan keinginan

perusahaan, maka terlebih dahulu perusahaan harus memilih sumber-

sumber tenaga kerja yang tersedia. Pemilihan sumber-sumber tenaga kerja


19

sangat penting mengingat jika salah dalam pemilihan sumber tenaga kerja

akan berakibat fatal yaitu akan memperoleh tenaga kerja yang tidak sesuai

dengan harapan. Jika rekrutmen berhasil dengan kata lain banyak pelamar

yang memasukkan lamarannya, maka peluang perusahaan untuk

mendapatkan karyawan yang terbaik akan menjadi semakin terbuka lebar,

karena perusahaan akan memiliki banyak pilihan yang terbaik dari para

pelamar yang ada. Setelah proses perekrutan telah dilaksanakan maka

diadakan sebuah perjanjian kerja antara pelaut dan perusahaan atau dalam

hal ini disebut Perjanjian Kerja Laut (PKL) yang tercantum dalam

Undang-Undang No. 13 Tahun 2013 Tentang Ketenagakerjaan yang

memuat :

1) Hak dan kewajiban pengusaha.

2) Hak dan kewajiban serikat pekerja/serikat buruh serta pekerja/buruh.

3) Angka waktu dan tanggal mulai berlakunya perjanjian kerja bersama.

4) Tandatangan para pihak pembuat perjanjian kerja laut. Pengertian

Perjanjian Kerja Laut (PKL) yang diatur dalam pasal 395 KUHD

berbunyi:

“Yang dinamakan perjanjian kerja laut adalah perjanjian yang

diadakan antara seorang pengusaha kapal disatu pihak dengan seorang

pekerja dipihak lain, dimana pihak terakhir tersebut mengikatkan diri

untuk melakukan pekerjaan dibawah perintah pengusaha kapal sebagai

nahkoda atau anak buah kapal dengan mendapat upah”.


20

Pembuatan Perjanjian Kerja Laut harus dilakukan secara tertulis dengan

ancaman batal. Hal ini dibedakan antara Perjanjian Kerja Laut yang

dilakukan oleh pengusaha kapal dengan nahkoda dan perwira-perwira

kapal cukup dilakukan secara tertulis biasa. Sedangkan perjanjian kerja

laut antara pengusaha kapal dengan anak buah kapal harus dilakukan

secara tertulis dan diadakan di depan muka seorang pegawai yang

berwenang yang ditunjuk oleh pemerintah (syahbandar). (Siti Utari, dalam

Buku “Pengangkutan Laut Di Indonesia”, 1994: 17).

Adapun pengertian dari jabatan-jabatan pelaut yaitu:

1) Bosun/Serang

Serang atau yang biasa disebut Bosun paling senior dibagian geladak,

dan bertanggung jawab kepada komponen-komponen lambung kapal.

Serang atau Bosun mengepalai seluruh bawahan di bagian geladak,

dan biasanya bukan petugas jaga, kecuali di kapal-kapal yang berawak

sedikit.

2) AB (Able Body) / Juru Mudi

Mendukung pejabat Deck dalam semua aspek kegiatan ruang kemudi,

kargo dan operasional pelayaran, di bawah pengawasan kepala kelasi,

dan pumpman jika diperlukan.

3) O/S (Seaman Biasa)/Kelasi

O/S bertugas membantu AB, O/S mendukung pejabat Deck dalam

semua aspek dalam kegiatan kemudi, kargo dan operasional pelayaran


21

dan kesiapan peralatan, kebersihan deck dibawah pengawasan kepala

kelasi, dan pumpman jika diperlukan.

4) Greaser/Oiler atau juru minyak

Bertugas sebagai pencatan pemasukan dan pengeluaran bahan bakar

dan minyak lumas serta melaporkan kepada masinis jaga apabila ada

kelainan pada bertugas sebagai pencatan pemasukan dan pengeluaran

bahan bakar dan minyak lumas serta melaporkan kepada masinis jaga

apabila ada kelainan pada pesawat-pesawat indicator minyak.

5) Wiper

Posisi Junior bertugas di tanki kapal membantu One number Oiler,

Oiler. Wiper mendukung pejabat Engineer di semua aspek tugas

menjaga mesin, pemeliharaan dan perbaikan

6) Chief Cook

Jabatan Chief Cook bertanggung jawab atas kapal Cateriing

Department, Chief Cook juga membuat laporan kepada Master, dan

mengawasi/memimpin 2nd Cook dan Utility/helper dalam semua aspek

termasuk disiplin dan kebersihan. Membuat menu dan memastikan

tentang pemenuhan untuk ABK kapal. Chief Cook mengatur anggaran

dan kontrol pedoman makanan dalam batas-batas yang di tetapkan

oleh Master, mencanakan menu yang berfariasi.

7) Second Cook
22

Bertugas membantu Chief Cook, membuat laporan kepada kepala

Cook, bertugas memasak sehari-hari atas perintah Chief Cook dan

membantu/dan mengawasi Utility pada aspek tugasnya.

8) Steward

Jabatan seseorang yang mengurus alat-alat dapur di kapal, sebagai

pekerja yang mengupayakan kebersihan lingkungan daerah kerja,agar

terhindar dari gangguan kesehatan bagi Master kapal maupun awak

kapal.

a. Tujuan

Rekrutmen memiliki beberapa tujuan yaitu :

1) Menyediakan sekumpulan calon tenaga kerja/karyawan yang

memenuhi syarat.

2) Agar konsisten dengan strategi, wawasan, dan nilai perusahaan.

3) Untuk membantu mengurangi kemungkinan keluarnya karyawan yang

belum lama bekerja.

a) Untuk mengkoordinasikan upaya perekrutan dengan program

seleksi dan pelatihan.

b) Untuk memenuhi tanggung jawab perusahaan dalam upaya

meningkatkan kesempatan kerja.

2.4 AWAK KAPAL


23

Dalam suatu perusahaan pelayaran, terdapat dua unsur Sumber

Daya Manusia yaitu karyawan yang bekerja di kantor dan karyawan yang

bekerja diatas kapal (awak kapal). Menurut UU Nomor 21 Tahun 1992

tentang Pelayaran pasal 1 ayat 11 awak kapal adalah orang yang bekerja atau

dipekerjakan diatas kapal oleh pemilik atau operator kapal untuk melakukan

tugas di atas kapal sesuai dengan jabatannya yang tercantum dalam buku sijil.

Menurut Keputusan Menteri Perhubungan No. 70 Tahun 1998 tentang

Pengawakan Kapal, (BAB I Pasal 1) awak kapal adalah orang yang bekerja

atau dipekerjakan diatas kapal oleh pemilik atau operator kapal untuk

melakukan tugas diatas kapal sesuai dengan jabatan yang tercantum dalam

buku sijil. Awak kapal ialah mereka yang tercantum dalam daftar bahari/sijil

awak kapal (monsterol), dan mereka itu diangkat oleh pengusaha kapal untuk

bekerja diatas kapal guna melakukan dinas awak kapal. (Djohari Santosa,

2004:57 dalam buku “Pokok-Pokok Hukum Perkapalan”).

Untuk menjamin keselamatan pelayaran sebagai penunjang

kelancaran lalu lintas kapal di laut, diperlukan adanya awak kapal yang

memiliki keahlian dan keterampilan yang memadai. Dengan demikian setiap

kapal yang akan berlayar harus diawaki oleh awak kapal yang terampil sesuai

dengan jabatan dan tugas dengan mempertimbangkan besaran kapal, tata

susunan kapal, dan daerah pelayaran. Nama-nama anak buah kapal yang

dalam hal ini adalah para perwira-perwira kapal dan awak kapal harus

disebutkan didalam daftar bahari ( Monsterrol). Monsterrol adalah suatu


24

daftar dimana semua nama anak buah kapal itu dicatat didalamnya. Dibuat

rangkap dua oleh Inspektur Keselamatan Pelayaran, yang sifatnya adalah

suatu pendaftaran belaka. (Wiwoho Soedjono, dalam Buku “Hukum

Perkapalan dan Pengangkutan Laut”, 2001). Persyaratan bekerja diatas kapal

menurut Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 2000 (BAB V pasal 17) yaitu:

a. Memiliki Sertifikat Keahlian Pelaut dan atau Sertifikat Keterampilan

Pelaut.

b. Berumur sekurang-kurangnya 18 tahun.

c. Sehat jasmani dan rohani berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan yang

khusus dilakukan untuk itu.

d. Disijil.

Menurut Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 2000 tentang Kepelautan, ada

sertifikat kepelautan yang wajib dipunyai oleh seorang pelaut antara lain:

a. Sertifikat Keahlian Pelaut

b. Sertifikat Keterampilan Pelaut

c. Sertifikat Keterampilan Dasar Keselamatan (Basic Safety Training)

d. Sertifikat Keselamatan Kapal Tanki (Tanker safer)

e. Sertifikat Keselamatan Kapal Penumpang Roro

f. Sertifikat Keterampilan Penggunaan Pesawat Luput Maut dan Sekoci

Penyelamat (Survival Craft And Rescue Boat

g. Sertifikat Keterampilan Sekoci Penyelamat Cepat (Fast Rescue Boat)


25

h. Sertifikat Keterampilan Pemadaman Kebakaran Tingkat Lanjut (Advance

Fire Fighting)

i. Sertifikat Keterampilan Pertolongan Pertama (Medical Emergency First

Aid)

j. Sertifikat Keterampilan Perawatan Medis di atas Kapal (Medical Care On

Board)

k. Sertifikat RADAR Simulator

l. Sertifikat ARPA Simulator.

2.5 SELEKSI CREW KAPAL

Berdasarkan hasil wawancara dengan nara sumber mengenai

proses seleksi yang dilakukan PT Pilindo Megah Selatan dalam seleksi crew

kapal, perusahaan telah melakukan tahapan proses seleksi dengan baik.

Proses seleksi dimulai dengan melakukan seleksi administrasi. Nara sumber

pertama, kedua, dan ketiga menyatakaan bahwa tahap awal yang dilakukan

Kepala Bagian Personalia dan Armada yakni memeriksa kelengkapan

sertifikat, buku pelaut, CV, dsb. Kemudian Kepala Bagian Personalia dan

Armada melakukan wawancara untuk men- dapatkan informasi lebih

mengenai pelamar pekerjaan berupa detail pribadi pelamar, motivasi serta

harapan selama bekerja di perusahaan. Setelah itu pelamar diberi tes fisik,

test pendengaran dan test penglihatan untuk melihat apakah pelamar

pekerjaan sesuai syarat untuk menjadi crew kapal dan tidak mengalami
26

gangguan. Dalam seleksi karyawan crew kapal, test psikolog tidak

diterapkan untuk semua jabatan. Hanya untuk jabatan nahkoda saja yang

melakukan proses test psikolog. Hal ini dikarenakan perusahaan ingin

melihat bagaimana potensi kepemimpinan dari calon pelamar (nahkoda).

Setelah melakukan serangkaian test dan dinyatakan sehat jasmani

dan rohani, Kepala bagian Personalia dan Armada beserta staff akan

menghubungi calon crew kapal untuk mengikuti masa percobaan selama 3

bulan. Selama masa percobaan calon crew kapal dinilai dan dilihat kinerja

serta perilaku calon crew kapal. Calon crew kapal yang memenuhi penilaian

dari Kepala Bagian Personalia dan Armada, maka calon crew kapal akan

menandatangani surat pernyataan pada perusahaan serta pengisian data

pribadi karyawan. Calon crew kapal yang lulus dari proses seleksi ini

merupakan crew kapal yang sesuai dengan harapan PT Pilindo Megah

Selatan untuk bekerja di dalam perusahaan dan dapat memberikan kepuasan

perusahaan. Dari sejumlah pelamar yang memenuhi syarat, kemudian dipilih

mana yang dapat ditetapkan sebagai karyawan dalam suatu perusahaan.

Proses pemilihan ini yang dinamakan seleksi (Rivai, 2008).

Anda mungkin juga menyukai