OLEH
KELOMPOK 3
1. Bernadus Febrianto 51120021
2. Allesandro Patricio Quanaldy Ragat 51120006
3. Giovani Don Bosco Nggabut 51120042
4. Melaniati Suharni 51120095
5. Petronela Goma Loyrede 51119016
6. Michael Fence Dalle 51119060
7. Yuliana Crykid sili Muda Makin 51120026
8. Jeremias Petrik Ghode 51120037
9. Denny Ebenhaizer Laiskodat 51120028
10. Maria Irawati Banafanu 51120041
11. Elias Ronaldo Mawar 51119014
Puji dan syukur saya haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan ijin kasih
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan penulisan Makalah yang berjudul “ PERUSAHAAN
MUAT BONGKAR”.
Makalah ini kami susun dengan mendapatkan bantuan dari berbagai sumber sehingga
membantu melancarkan kami dalam proses pembuatan makalah ini. Oleh karena itu kami
mengucapkan limpah terimakasih atas kontibusi sumber-sumber yang membantu dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima semua saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan inspirasi
kepada pembaca.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Dalam era globalisasi saat ini persaingan pemasaran hasil industri sangat ketat dan
mengharuskan industri mempunyai daya saing yang kuat terutama dalam meningkatkan
kualitas produknya. Untuk meningkatkan kualitas produksinya sangat diperlukan sumber
daya manusia yang mampu melaksanakan fungsinya sebagai tenaga kerja yang profesional.
Untuk mencapai hal itu maka diperlukan kerjasama dan koordinasi yang baik serta konsisten
dari berbagai pihak, terutama antara pimpinan dengan bawahan disamping itu juga
dibutuhkan fasilitas yang menunjang yaitu tersedianya fasilitas-fasitas bongkar muat, baik
berupa peralatan bongkar muat, tenaga kerja bongkar muat sebagai pelaksana kegiatan
bongkar muat, yang semuanya itu memerlukan manajemen yang matang serta adanya
dukungan dan kerja sama yang baik dari semua pihak yang terkait agar kelancaran kegiatan
bongkar muat dapat tercapai.
Agar kegiatan bongkar muat tersebut dapat berjalan dengan lancar dan mendapatkan hasil
yang optimal, maka diharapkan semua tenaga kerja bongkar muat harus sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan, dengan adanya ketentuan-ketentuan tersebut di
harapkan semua tenaga kerja bongkar muat dapat melaksanakan ketentuan tersebut agar
tercipta kelancaran arus barang dan keharmonisan dalam bekerja. Tetapi dalam prakteknya
penanganan bongkar muat tidak selalu dilakukan dengan lancar dan benar, tetapi sedikit dari
mereka yang mengabaikannya. Kebanyakan dari perusahaan bongkar muat tersebut hanya
mementingkan keuntungan saja tanpa memperhatikan dan memikirkan dampak-dampak yang
akan timbul bila penanganan bongkar muat dilakukan secara tidak aman dan tidak benar atau
tidak sesuai dengan ketentuan.
Secara umum pelayanan jasa bongkar muat merupakan pelayanan jasa yang sangat
penting di Indonesia. Dengan melihat kenyataan bahwa kondisi geografis Indonesia
yang merupakan negara kepulauan dimana wilayah perairan lebih luas dibandingan
dengan luas daratannya. Dalam rangka menunjang pelaksanaan pembangunan di
Indonesia yang memiliki sasaran utama dalam bidang pembangunan ekonomi, maka
kegiatan perdagangan merupakan salah satu sektor pembangunan ekonomi yang memiliki
peran penting dan sangat dibutuhkan untuk memperlancar arus barang dan jasa. Maka dari
itu, diperlukan adanya sarana pengangkutan yang memadai, baik pengangkutan melalui
darat, laut, maupun udara. Peran dan fungsi pengangkutan sangatlah vital dalam dunia
perdagangan dalam negeri maupun luar negeri karena sarana ini merupakan
penghubung dari produsen ke konsumen. Tentunya, dalam menunjang sektor
perdagangan di Indonesia serta pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan, peranan
perusahaan muat bongkar (Stevedoring) juga memiliki posisi yang penting.
Perusahaan Muat Bongkar (Stevedoring) merupakan perusahaan pemuatan atau
pembongkaran barang-barang muatan kapal.
Seringkali perusahaan muat bongkar bekerjasama dengan perusahaan angkutan
pelabuhan melalui tongkang apabila sedang menunggu giliran penambatan yang terlalu lama
atau fasilitas tambat kapal yang terlalu sedikit. Seakan dengan semakin meningkatnya
perkembangan ekonomi di Indonesia, terutama dalam sektor perdagangan internasional,
frekuensi arus barang dan jasa melalui pelabuhan-pelabuhan di Indonesia semakin meningkat
pula. Berdasarkan berita pada (www.KRjogja.com) dengan diterapkannya Masyarakat
Ekonomi ASEAN pada akhir tahun 2015, Dewan Pengurus Pusat, Asosiasi Perusahaan
Muat Bongkar Indonesia (DPP APBMI) mengingatkan pemerintah untuk hati-hati setiap
membuat kebijakan. Di industri jasa logistik, khususnya bongkar muat barang di
pelabuhan, pemerintah diharapkan membuat kebijakan yang mampu mendorong
berkembangnya perusahaan bongkar muat dalam negeri, sekaligus mencegah dominasi
perusahaan asing. Industri bongkar muat di pelabuhan menjadi pintu gerbang kemajuan
perekonomian nasional, karena 90 persen keluar masuknya barang di Indonesia berasal dari
pelabuhan.
Dengan semakin meningkatnya jumlah perusahaan bongkar muat (Stevedoring)
yang ada di Indonesia mendorong adanya persaingan yang ketat antar perusahaan.
Perusahaan tentunya harus mempertahankan keberlangsungannya agar dapat terus
bertahan dalam industri tertentu (Going Concern). Perusahaan yang bersaing tentunya
harus memiliki sebuah sistem yangberjalan dengan baik dan disertai dengan
pengendalian yang teratur agar seluruh proses bisnis yang terjadi di perusahaan dapat
berjalan dengan lancar. Dengan proses bisnis yang lancar, tentunya perusahaan dapat
mendapatkan laba semaksimal mungkin, sehingga memungkinkan bagi keberlangsungan
perusahaan. Aspek bagi perusahaan yang memegang peran penting agar dapat going
concernmerupakan pendapatan yang diperoleh dari kegiatan menjual barang atau jasa.
Agar seluruh proses penjualan yang dilakukan perusahaan dapat berjalan dengan lancar,
maka diperlukan pengendalian yang teratur atas prosedur penjualan dan penerimaan kas.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan diatas, ditarik beberapa permasalahan yang
di timbulkan yakni:
1. Bagaimana konsep dan pengaturan Perusahaan Muat Bongkar?
2. Bentuk dan kegiatan usaha ?
3. Bagaimana status dan fungsi Perusahaan Muat Bongkar?
4. Bagaimana izin usaha dan pencabutan usaha dalam Perusahaan Muat Bobgkar?
5. Bagaimana praktik dan apa saja dokumen –dokumen perusahaan/agen?
C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan makalah ini untuk memperdalam pemahaman mengenai seperti apa itu
perusahaan muat bongkar dalam hukum pengatur dan apa saja yang dimuat dalam
perusahaan muat bongkar.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep dan Pengaturannya
2.1.1 Konsep Perusaahan Muat Bongkar
Surat keputusan menteri perhubungan nomor 14 Tahun 2002 menentukan, yang
dimaksudkan dengan perusahaan muatan bongkar adalah badan hukum indonesia yang
khusus didirikan untuk menyelenggarakan dan mengusahakan kegiatan muat bongkar
barang dari dan ke kapal, perusahaan ini berstatus badan hukum, baik badan usaha milik
Negara ataupun badan usaha milik swasta(perseroan terbatas).
Perusahaan ini memiliki tenaga ahli yang pandai menempatkan barang didalam
ruang kapal yang sifatnya terbatas itu sesuai sifat barang, ventilasi yang diperlukan dan
tidak mudah bergeser. Demikian juga ketika membongkar barang dari kapal diperlukan
keahlian sehingga barang dapat dibongkar dengan mudah, efisien, dan tidak
menimbulkan kerusakan. Dengan teknologi peti kemas (container) lebih praktis lagi
pemuatan dan pembongkaran barang karena barang sudah dimuat rapi dalam peti kemas.
Bahkan, prasarana pelabuhan sudah ditentukan sendiri sebagai pelabuhan khusus peti
kemas.
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 1999 tentang Pengangkutan Perairan
menentukan bahwa usaha muat bongkar barang adalah kegiatan usaha yang bergerak
dalam bidang jasa muat bongkar barang dan/atau hewan dari dan ke kapal Pasal 1 angka
16 Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun tahun 1999. Rumusan pasal ini perlu di
keritisi tentang penggunaan kata bongkar muat. Seharunya kata bongkar di artikan
sebagai perusahaan Logika bahasa yang benar adalah, barang dimuat dulu ke dalam alat
pengangkut di tempat pemberangkatan, kemudian baru dibongkar dari alat pengangkut di
tempat tujuan sebab yang menjadi patokan awal adalah tempat pemberangkatan, alat
pengangkutan masih kosong perlu dimuati barang (cargo). Apabila rumusan tersebut
ditulis ulang dengan bahasa yang logis, rumusannya adalah:
“Perusahaan muat bongkar adalah perusahaan yang kegiatan usahanya bergerak di bidang
jasa memuat barang dan/atau hewan ke kapal di pelabuhan pemberangkatan dan
membongkar barang dan/ atau hewan dari kapal di pelabuhan tujuan.”muat bongkar
bukan perusahaan bongkar maut.
kegiatan bongkar muat dibedakan atas dua yakni; secara langsung dan tidak langsung,
perbedaannya yaitu:
Secara langsung
Cara ini kerap kali di sebut “truck lassing” artinnya pemuatan atau pembongkaran
dari truck langsung ke kapal atau pembongkaran dari kapal langsung ke truck cara
truck lassing ini memerlukan ijin khusus karena ada komponen atau pembayaran
OPP/OPT.
Secara tidak langsung
Cara tidak langsung adalah kegiatan bongkar muat dari kapal ke dermaga
perpindahan barang deri dermaga ke gudang translit, kegiatan penyusunan dan
penyimpanan barang di gudang translit dan selanjutnya kegiatan delivery kepada
penerima barang atau yang mewakili.
A. Kesimpulan
Surat keputusan menteri perhubungan nomor 14 Tahun 2002 menentukan, yang
dimaksudkan dengan perusahaan muatan bongkar adalah badan hukum indonesia yang
khusus didirikan untuk menyelenggarakan dan mengusahakan kegiatan muat bongkar
barang dari dan ke kapal, perusahaan ini berstatus badan hukum, baik badan usaha milik
Negara ataupun badan usaha milik swasta(perseroan terbatas).
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 1999 tentang Pengangkutan Perairan
menentukan bahwa usaha muat bongkar barang adalah kegiatan usaha yang bergerak
dalam bidang jasa muat bongkar barang dan/atau hewan dari dan ke kapal Pasal 1 angka
16 Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun tahun 1999. kegiatan bongkar muat dibedakan
atas dua yakni; secara langsung dan tidak langsung.
Status dan fungsi muat bongkar menurut Pasal 321 Ayat ( 2 ) KUHD
mengatakan ; segala perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh pengusaha Muat
Bongkar dan pekerjaannya menjadi tanggung jawab Pengangkut. Akan tetapi, apabila dia
merupakan perusahaan yang berdiri sendiri, perbuatannya itu dapat sebagai pelaksanaan
pemberian kuasa dari pengirim dalam hal pemuatan atau pelaksanaan pemberian kuasa
dari penerima dalam hal pembongkaran. Namun, segala perbuatan yang dilakukan di atas
kapal oleh perusahaan muat bongkar tunduk pada peraturan yang berlaku di atas kapal
yang bersangkutan.
Bentuk hukum dan izin usaha menurut Pasal 44 Peraturan Pemerintah Nomor 82
Tahun 1999 menyatakan izin usaha muat bongkar diberikan selama perusahaan yang
bersangkutan masih menjalankan kegiatan usahanya. Walaupun kegiatan muat bongkar di
Pelabuhan hanya dikerjakan oleh Badan Hukum Indonesia yang didirikan Khusus untuk
muat bongkar, dalam praktik di lapangan PT Pelabuhan Indonesia sebagai Fasilitator juga
melakukan kegiatan muat bongkar melalui unitnya, yang dulu disebut unit usaha
terminal, sekarang bernama Multiterminal Indonesia.
Perusahaan Muat Bongkar harus memenuhi persyaratan untuk memperoleh izin
usaha diatur dalam Pasal 45 Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 1999. Perusahaan
muat bongkar yang telah mendapat izin usaha wajib melaksanakan berbagai
kewajibannya yang diatur dalam Pasal 59 Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 1999.
Serta mengenai pencabutan izin usaha perusahaan muat bongkar dicabut tanpa melalui
proses peringatan dan pembekuan izin dalam hal perusahaan yang bersangkutan ini diatur
dalam Pasal 61 Peratutran Pemerintah Nomor 82 Tahun 1999.
DAFTAR PUSTAKA
Emirzon, joni.et al. 2007. Prespektif Hukum Bisnis Indonesia pada Era Globalisasi Ekonomi,
Penerbit Genta Press. Yogyakarta.
Hartono,Siti Soemartini.1986. Kitap Undang-Undang Hukum Dagang
Mangungsong, Rany dan Situmeang Law Firm. Indonesia Civil Code (Burger-Lijk Wetboek voor
Indonesie. Kitap Undang-Undang Hukum Perdata).
Prof. Abdulkadir Muhammad,S.H. Hukum Pengangkutan Niaga. Penerbit PT Citra Aditya Bakti,
Bandung 2013
Subekti,R. dan Tjitrosudibio,1985. Kitap Undang-Undang Hukum Perdata. Pradnya Paramita.
Jakarta
Sudjatmiko,F.D.C.1990. Pokok-Pokok Pelayaran Niaga. Penerbit Bhatara Karya Aksara.Jakarta
Suyono,R.P. 2005.Shipping: Pengangkutan Intermodal Ekspor Impor Melalui Laut. Penerbit
PPM.Jakarta.