Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH TENTANG

PERUSAHAAN MUAT BONGKAR

OLEH
KELOMPOK 3
1. Bernadus Febrianto 51120021
2. Allesandro Patricio Quanaldy Ragat 51120006
3. Giovani Don Bosco Nggabut 51120042
4. Melaniati Suharni 51120095
5. Petronela Goma Loyrede 51119016
6. Michael Fence Dalle 51119060
7. Yuliana Crykid sili Muda Makin 51120026
8. Jeremias Petrik Ghode 51120037
9. Denny Ebenhaizer Laiskodat 51120028
10. Maria Irawati Banafanu 51120041
11. Elias Ronaldo Mawar 51119014

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS WIDYA MANDIRA
KUPANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan ijin kasih
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan penulisan Makalah yang berjudul “ PERUSAHAAN
MUAT BONGKAR”.

Makalah ini kami susun dengan mendapatkan bantuan dari berbagai sumber sehingga
membantu melancarkan kami dalam proses pembuatan makalah ini. Oleh karena itu kami
mengucapkan limpah terimakasih atas kontibusi sumber-sumber yang membantu dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima semua saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan inspirasi
kepada pembaca.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Dalam era globalisasi saat ini persaingan pemasaran hasil industri sangat ketat dan
mengharuskan industri mempunyai daya saing yang kuat terutama dalam meningkatkan
kualitas produknya. Untuk meningkatkan kualitas produksinya sangat diperlukan sumber
daya manusia yang mampu melaksanakan fungsinya sebagai tenaga kerja yang profesional.
Untuk mencapai hal itu maka diperlukan kerjasama dan koordinasi yang baik serta konsisten
dari berbagai pihak, terutama antara pimpinan dengan bawahan disamping itu juga
dibutuhkan fasilitas yang menunjang yaitu tersedianya fasilitas-fasitas bongkar muat, baik
berupa peralatan bongkar muat, tenaga kerja bongkar muat sebagai pelaksana kegiatan
bongkar muat, yang semuanya itu memerlukan manajemen yang matang serta adanya
dukungan dan kerja sama yang baik dari semua pihak yang terkait agar kelancaran kegiatan
bongkar muat dapat tercapai.
Agar kegiatan bongkar muat tersebut dapat berjalan dengan lancar dan mendapatkan hasil
yang optimal, maka diharapkan semua tenaga kerja bongkar muat harus sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan, dengan adanya ketentuan-ketentuan tersebut di
harapkan semua tenaga kerja bongkar muat dapat melaksanakan ketentuan tersebut agar
tercipta kelancaran arus barang dan keharmonisan dalam bekerja. Tetapi dalam prakteknya
penanganan bongkar muat tidak selalu dilakukan dengan lancar dan benar, tetapi sedikit dari
mereka yang mengabaikannya. Kebanyakan dari perusahaan bongkar muat tersebut hanya
mementingkan keuntungan saja tanpa memperhatikan dan memikirkan dampak-dampak yang
akan timbul bila penanganan bongkar muat dilakukan secara tidak aman dan tidak benar atau
tidak sesuai dengan ketentuan.
Secara umum pelayanan jasa bongkar muat merupakan pelayanan jasa yang sangat
penting di Indonesia. Dengan melihat kenyataan bahwa kondisi geografis Indonesia
yang merupakan negara kepulauan dimana wilayah perairan lebih luas dibandingan
dengan luas daratannya. Dalam rangka menunjang pelaksanaan pembangunan di
Indonesia yang memiliki sasaran utama dalam bidang pembangunan ekonomi, maka
kegiatan perdagangan merupakan salah satu sektor pembangunan ekonomi yang memiliki
peran penting dan sangat dibutuhkan untuk memperlancar arus barang dan jasa. Maka dari
itu, diperlukan adanya sarana pengangkutan yang memadai, baik pengangkutan melalui
darat, laut, maupun udara. Peran dan fungsi pengangkutan sangatlah vital dalam dunia
perdagangan dalam negeri maupun luar negeri karena sarana ini merupakan
penghubung dari produsen ke konsumen. Tentunya, dalam menunjang sektor
perdagangan di Indonesia serta pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan, peranan
perusahaan muat bongkar (Stevedoring) juga memiliki posisi yang penting.
Perusahaan Muat Bongkar (Stevedoring) merupakan perusahaan pemuatan atau
pembongkaran barang-barang muatan kapal.
Seringkali perusahaan muat bongkar bekerjasama dengan perusahaan angkutan
pelabuhan melalui tongkang apabila sedang menunggu giliran penambatan yang terlalu lama
atau fasilitas tambat kapal yang terlalu sedikit. Seakan dengan semakin meningkatnya
perkembangan ekonomi di Indonesia, terutama dalam sektor perdagangan internasional,
frekuensi arus barang dan jasa melalui pelabuhan-pelabuhan di Indonesia semakin meningkat
pula. Berdasarkan berita pada (www.KRjogja.com) dengan diterapkannya Masyarakat
Ekonomi ASEAN pada akhir tahun 2015, Dewan Pengurus Pusat, Asosiasi Perusahaan
Muat Bongkar Indonesia (DPP APBMI) mengingatkan pemerintah untuk hati-hati setiap
membuat kebijakan. Di industri jasa logistik, khususnya bongkar muat barang di
pelabuhan, pemerintah diharapkan membuat kebijakan yang mampu mendorong
berkembangnya perusahaan bongkar muat dalam negeri, sekaligus mencegah dominasi
perusahaan asing. Industri bongkar muat di pelabuhan menjadi pintu gerbang kemajuan
perekonomian nasional, karena 90 persen keluar masuknya barang di Indonesia berasal dari
pelabuhan.
Dengan semakin meningkatnya jumlah perusahaan bongkar muat (Stevedoring)
yang ada di Indonesia mendorong adanya persaingan yang ketat antar perusahaan.
Perusahaan tentunya harus mempertahankan keberlangsungannya agar dapat terus
bertahan dalam industri tertentu (Going Concern). Perusahaan yang bersaing tentunya
harus memiliki sebuah sistem yangberjalan dengan baik dan disertai dengan
pengendalian yang teratur agar seluruh proses bisnis yang terjadi di perusahaan dapat
berjalan dengan lancar. Dengan proses bisnis yang lancar, tentunya perusahaan dapat
mendapatkan laba semaksimal mungkin, sehingga memungkinkan bagi keberlangsungan
perusahaan. Aspek bagi perusahaan yang memegang peran penting agar dapat going
concernmerupakan pendapatan yang diperoleh dari kegiatan menjual barang atau jasa.
Agar seluruh proses penjualan yang dilakukan perusahaan dapat berjalan dengan lancar,
maka diperlukan pengendalian yang teratur atas prosedur penjualan dan penerimaan kas.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan diatas, ditarik beberapa permasalahan yang
di timbulkan yakni:
1. Bagaimana konsep dan pengaturan Perusahaan Muat Bongkar?
2. Bentuk dan kegiatan usaha ?
3. Bagaimana status dan fungsi Perusahaan Muat Bongkar?
4. Bagaimana izin usaha dan pencabutan usaha dalam Perusahaan Muat Bobgkar?
5. Bagaimana praktik dan apa saja dokumen –dokumen perusahaan/agen?

C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan makalah ini untuk memperdalam pemahaman mengenai seperti apa itu
perusahaan muat bongkar dalam hukum pengatur dan apa saja yang dimuat dalam
perusahaan muat bongkar.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep dan Pengaturannya
2.1.1 Konsep Perusaahan Muat Bongkar
Surat keputusan menteri perhubungan nomor 14 Tahun 2002 menentukan, yang
dimaksudkan dengan perusahaan muatan bongkar adalah badan hukum indonesia yang
khusus didirikan untuk menyelenggarakan dan mengusahakan kegiatan muat bongkar
barang dari dan ke kapal, perusahaan ini berstatus badan hukum, baik badan usaha milik
Negara ataupun badan usaha milik swasta(perseroan terbatas).
Perusahaan ini memiliki tenaga ahli yang pandai menempatkan barang didalam
ruang kapal yang sifatnya terbatas itu sesuai sifat barang, ventilasi yang diperlukan dan
tidak mudah bergeser. Demikian juga ketika membongkar barang dari kapal diperlukan
keahlian sehingga barang dapat dibongkar dengan mudah, efisien, dan tidak
menimbulkan kerusakan. Dengan teknologi peti kemas (container) lebih praktis lagi
pemuatan dan pembongkaran barang karena barang sudah dimuat rapi dalam peti kemas.
Bahkan, prasarana pelabuhan sudah ditentukan sendiri sebagai pelabuhan khusus peti
kemas.
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 1999 tentang Pengangkutan Perairan
menentukan bahwa usaha muat bongkar barang adalah kegiatan usaha yang bergerak
dalam bidang jasa muat bongkar barang dan/atau hewan dari dan ke kapal Pasal 1 angka
16 Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun tahun 1999. Rumusan pasal ini perlu di
keritisi tentang penggunaan kata bongkar muat. Seharunya kata bongkar di artikan
sebagai perusahaan Logika bahasa yang benar adalah, barang dimuat dulu ke dalam alat
pengangkut di tempat pemberangkatan, kemudian baru dibongkar dari alat pengangkut di
tempat tujuan sebab yang menjadi patokan awal adalah tempat pemberangkatan, alat
pengangkutan masih kosong perlu dimuati barang (cargo). Apabila rumusan tersebut
ditulis ulang dengan bahasa yang logis, rumusannya adalah:
“Perusahaan muat bongkar adalah perusahaan yang kegiatan usahanya bergerak di bidang
jasa memuat barang dan/atau hewan ke kapal di pelabuhan pemberangkatan dan
membongkar barang dan/ atau hewan dari kapal di pelabuhan tujuan.”muat bongkar
bukan perusahaan bongkar maut.
kegiatan bongkar muat dibedakan atas dua yakni; secara langsung dan tidak langsung,
perbedaannya yaitu:
Secara langsung
Cara ini kerap kali di sebut “truck lassing” artinnya pemuatan atau pembongkaran
dari truck langsung ke kapal atau pembongkaran dari kapal langsung ke truck cara
truck lassing ini memerlukan ijin khusus karena ada komponen atau pembayaran
OPP/OPT.
Secara tidak langsung
Cara tidak langsung adalah kegiatan bongkar muat dari kapal ke dermaga
perpindahan barang deri dermaga ke gudang translit, kegiatan penyusunan dan
penyimpanan barang di gudang translit dan selanjutnya kegiatan delivery kepada
penerima barang atau yang mewakili.

2.1.2 Pengaturan-pengaturan Perusahaan Muat Bongkar


Berbicara mengenai pengaturan-pengaturan muat bongkar artinya kita mengulas
tentang peraturan yang mengatur tentang penyelenggaraan kegiatan muat bongkar. Dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 1999 Tentang Pengangkutan Perairan
menentukan bahwa usaha muat bongkar barang adalah kegiatan usaha yang bergerak
dalam bidang jasa muat bongkar barang dan/ atau hewan dari dan ke kapal dalam Pasal 1
angka 16 Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 1999.
Rumusan Pasal ini perlu dikritisi tentang pengunaan pengunaan kata “Bongkar
Muat”. Mungkin kata bongkar muat itu pengaruh dari kekeliruan terjemahan dari bahasa
Inggris “Loading and unloading activities of the corporation” diterjemahkan singkat
menjadi “Perusahaan Bongkar Muat”.
Seharusnya kata-kata tersebut diterjemahkan menjadi “Perusahaan Muat
Bongkar” ( cargo handling Corporation ), artinya memuat barang ke alat pengangkut di
tempat pemberangkatan dan membongkar barangh muatan dari alat pengangkut di tempat
tujuan. Logika bahasa yang benar adalah barang dimuat dulu ke dalam alat pengangkut di
tempat pemberangkatan, kemudian baru dibongkar dari alat pengangkut di tempat tujuan
sebab yang menjadi patokan awal adalah tempat pemberangkatan, alat pengangkut masih
kosong perlu dimuati barang ( cargo ).
Mengenai status dan fungsi muat bongkar menurut Pasal 321 Ayat ( 2 ) KUHD
mengatakan segala perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh pengusaha Muat
Bongkar dan pekerjaannya menjadi tanggung jawab Pengangkut. Akan tetapi, apabila dia
merupakan perusahaan yang berdiri sendiri, perbuatannya itu dapat sebagai pelaksanaan
pemberian kuasa dari pengirim dalam hal pemuatan atau pelaksanaan pemberian kuasa
dari penerima dalam hal pembongkaran. Namun, segala perbuatan yang dilakukan di atas
kapal oleh perusahaan muat bongkar tunduk pada peraturan yang berlaku di atas kapal
yang bersangkutan.
Mengenai bentuk hukum dan izin usaha menurut Pasal 44 Peraturan Pemerintah
Nomor 82 Tahun 1999 menyatakan izin usaha muat bongkar diberikan selama
perusahaan yang bersangkutan masih menjalankan kegiatan usahanya. Walaupun
kegiatan muat bongkar di Pelabuhan hanya dikerjakan oleh Badan Hukum Indonesia
yang didirikan Khusus untuk muat bongkar, dalam praktik di lapangan PT Pelabuhan
Indonesia sebagai Fasilitator juga melakukan kegiatan muat bongkar melalui unitnya,
yang dulu disebut unit usaha terminal, sekarang bernama Multiterminal Indonesia.
Perusahaan Muat Bongkar harus memenuhi persyaratan untuk memperoleh izin
usaha diatur dalam Pasal 45 Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 1999. Perusahaan
muat bongkar yang telah mendapat izin usaha wajib melaksanakan berbagai
kewajibannya yang diatur dalam Pasal 59 Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 1999.
Serta mengenai pencabutan izin usaha perusahaan muat bongkar dicabut tanpa melalui
proses peringatan dan pembekuan izin dalam hal perusahaan yang bersangkutan ini diatur
dalam Pasal 61 Peratutran Pemerintah Nomor 82 Tahun 1999.
2.2 Bentuk dan Kegiatan Usaha
Perusahaan muat bongkar berstatus badan hukum indonesia yang berbentuk
perseroan terbatas, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD), atau korporasi yang didirikan khusus untuk menjalankan usaha muat bongkar
sebagai penunjang pengangkutan perairan. Setiap perusahaan badan hukum yang
melakukan kegiatan muat bongkar dipelabuhan perairan harus memiliki izin usaha dari
pemerintah. Izin usaha muat bongkar diberikan selama perusahaan yang bersangkutan
masih menjalankan kegiatan usahanya ( Pasal 44 PP NO. 82 Tahun 1999).
Walaupun kegiatan muat bongkar dipelabuhan hanya dikerjakan oleh badan
hukum indonesia yang didirikan secara khusus untuk muat bobgkar, dalam praktinya PT
Pelabuhan indonesia sebagai fasilator juga melakukan kegiatan muat bongkar melalui
unitnya, yang dulu disebut unit usaha terminal, sekarang bernama multiterminal
indonesia.

2.3 Status dan Fungsi


2.3.1 Status Perusahaan Muat Bongkar
Perusahaan muat bongkar merupakan perusahaan yang berdiri sendiri atau dapat
juga merupakan bagian perusahaan pelayaran (pengangkutan). Apabila perusahaan muat
bongkar merupakan bagian dari perusahaan pelayaran (pengangkutan), dari segi hukum
pengangkutan, perbuatan muat bongkar adalah perbuatan pengangkutan dalam
menyelenggarakan pengangkutan. Menurut ketentuan KUHD Indonesia, segala perbuatan
melawan hukum yang dilakukan oleh pengusaha muat bongkar dan pekerjaannya menjadi
tanggung jawab pengangkut (pasal 321 ayat [2]KUHD). Akan tetapi apabila, dia
merupakan perusahaan yang berdiri sendiri, perbuatannya itu dapat sebagai pelaksanaan
pemberian kuasa dari penerima dalam hal pembongkaran. Namun, segala perbuatan yang
dilakukan, diatas kapal oleh perusahaan muat bongkar tunduk pada peraturan yang
berlaku diatas kapal bersangkutan.
2.3.2 Fungsi Perusahaan Muat Bongkar
Menurut ketentuan KUHD Indonesia , segala perbuatan melawan hukum yang
dilakukan oleh pengusaha muat bongkar dan pekerjanya menjadi tanggung jawab
pengangkut [ Pasal 321 ayat ( 2 ) KUHD ] . Akan tetapi , apabila dia merupakan
perusahaan yang berdiri sendiri , perbuatannya itu dapat sebagai pelaksanaan pemberian
kuasa dari pengirim dalam hal pemuatan atau pelaksanaan pemberian kuasa dari
penerima dalam hal pembongkaran . Namun , segala perbuatan yang dilakukan di atas
kapal oleh perusahaan muat bongkar tunduk pada peraturan yang berlaku di atas kapal
yang bersangkutan.
Penyelenggaraan kegiatan usaha bongkar muat barang dari dan ke kapal di
pelabuhan, secara khusus diatur dalam keputusan Menteri Perhubungan No.
KM.88/AL.305/Phb-85 tentang perusahaan bongkar muat barang dari dan ke kapal.
Dalam hal ini pasal 3 mengenai keputusan tersebut menetapkan:
Penyelenggaraan bongkar muat barang dari dan ke kapal dilakukan oleh
perusahaan yang khusus didirikan untuk kegiatan bongkar muat tersebut.
Perusahaan pelayaran dilarang menyelenggarakan bongkar muat barang dari dan
ke kapal.
Berdasarkan ketentuan diatas, dapat diketahui bahwa perusahaan pelayaran
(pengangkut) yang menyelenggarakan pengangkutan barang melalui laut dari satu
pelabuhan ke pelabuhan lainnya tidak boleh melakukan kegiatan bongkar muat barang
angkutnya sendiri, akan tetapi harus diserahkan pelaksanaanya kepada pihak lain dan
perusahaan lai yang bergerak di bidang bongkar muat barang di pelabuhan yaitu PBM.
Dengan demikian pada prinsipnya kedudukan Perusahaan Bongkar Muat terpisah
dengan perusahaan pelayaran (pengangkut), sehingga fungsinya berbeda dengan
pengangkut. Perusahaan pelayaran dalam kedudukannya sebagai pengangkut dalam
menyelenggarakan pengangkutan barang melalui laut berfungsi untuk meningkatkan
kegunaan dan nilai barang yang diangkut, dalam arti bahwa adanya kegiatan
pengangkutan barang tersebut dituntut untuk mampu kegunaan dan nilai barang pada saat
sebelum dan sesudah dilakukannya pengangkutan barang yang bersangkutan.

2. 4 Izin Usaha dan Pencabutan Usaha


2.4.1 Izin Usaha
Izin usaha muat bongkar ada dua jenis, yaitu izin usaha tetap dan izin usaha
sementara. Izin usaha tetap diberikan sesuai dengan jangka waktu pendirian perusahaan,
sedangkan izin usaha sementara diberikan untuk jangka waktu satu tahun ( 1 tahun). Izin
usaha diberikan oleh gubernur provinsi setempat atas nama Menteri Perhubungan sebagai
pelaksana tugas dekonsentrasi dengan pertimbangan:
a. Rekomendasi diberikan asosiasi muat bongkar dan administrator
pelabuhan/kepala kantor pelabuhan setempat.
b. Keseimbangan volume kegiatan muat bongkar dengan jumlah usahaan muat
bongkar yang beroperasi di pelabuhan.
c. Kesempatan, kemampuan dan perkembangan perusahaan muat bongkar yang
mengajukan permohonan.
Untuk memperoleh izin usaha muat bongkar, perusahaan muat bongkar harus memenuhi
persyaratan , yaitu:
a. Memiliki modal dan peralatan yang cukup sesuai dengan perkembangan
teknologi
b. Memiliki tenaga ahli yang sesuai dengan usaha muat bongkar ;
c. Memiliki akta pendirian perusahaan badan hukum;
d. Memiliki surat keterangan domisili perusahaan badan hukum;dan
e. Memiliki nomor pokok wajib pajak/NPWP (Pasal 55 PP NO. 82 Tahun 1999)
Pemegang izin usaha muat bongkar yang sesuai dengan persyaratan dapat melakukan
kegiatan muat bongkar di semua pelabuhan dalam provinsi bersangkutan. Perusahaan
muat bongkar yang telah mendapatkan izin usaha diwajibkan:
a. Memenuhi kewajiban yang telah ditetapkan dalam izin usahanya;
b. Melakukan kegiatan operasional secara nyata dan terus-menerus selambat-
lambatnya enam bulan setelah izin usaha diterbitkan;
c. Mematuhi ketentuan peraturan perundang-undang di bidang pelayaran dan
peraturan perundang-undangan lainnya;
d. Melaporkan kegiatan usahanya setiap tahun kepada pemberi izin; dan
e. Melaporkan apabila terjadi perubahan penanggung jawab atau pemilik
perusahaan dan domisili perusahaan 9Pasal 59 PP NO. 82 Tahun 1999).
2.4.2 Pencabutan usaha muatan bongkar
Perusahaan muat bongkar apabila melanggar kewajiban yang telah ditetapkan,
maka izin usaha dapat dicabut oleh pemberi izin. Pencabutan izin usaha dilakukan
melalui proses peringatan tertulis tiga kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-
masing satu bulan. Apabila dalam waktu satu bulan setelah peringatan ketiga tidak di
indahkan, dilanjutkan dengan pembekuan izin usaha. Jika dalam waktu satu bulan setelah
pembekuan izin usaha tidak ada upaya untuk memenuhi kewajiban sesuai dengan
persyaratan, izin usaha dicabut ( Pasal 60 PP NO. 82 Tahun 1999).
Izin usaha perusahaan muat bongkar dicabut tanpa melalui proses peringatan dan
pembekuan izin, dalam perusahaan yang bersangkutan:
a. Melakukan kegiatan yang membahayakan keamanan negara, antara lain
melakukan kegiatan mata-mata untuk kepentingan negara lain atau
menyeludupkan senjata api atau bahkan bahan peledak. Pencabutan izin usaha
langsung dilakukan setelah terbukti melakukan perbuatan berbahaya;
b. Melakukan kegiatan yang membahayakan jiwa manusia dan lingkungan hidup,
antara lain terlibat dalam pelanggaran yang dapat membahayakan jiwa manusia
dan lingkunag hidup. Pencabutan izin usaha secara langsung diakukan setelah
terbukti melakukan pelanggaran;
c. Memperoleh izin usaha dengan cara tidak sah, anatara lain memberikan
keterangan tdak benar pada waktu mengajukan permohonan izin usaha atau
memperoleh izin usaha tanpa melalui prosedur yang ditetapkan . pencabutan
izin usaha dilakukan secara langsung setelah diketahui adanya fakta
pelanggaran tersebut; atau
d. Atas permintaan sendiri (Pasal 61 PP NO. 82 Tahun 1999).

2.5 Praktik dan Dokumen Perusahaan/ agen


2.5.1 Praktik-Praktik Perusaan Muatan Bongkar
Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran dalam Pasal
31 terdapat beberapa kegiatan usaha jasa di pelabuhan sebagai penunjang kegiatan
angkutan laut salah satunya yaitu kegiatan bongkar muat barang. Menurut Pasal 1 ayat 14
Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2010 Tentang Angkutan Di Perairan, kegiatan
bongkar muat barang adalah kegiatan usaha yang bergerak dalam bidang bongkar dan
muat barang dari dan ke kapal di pelabuhan yang meliputi kegiatan stevedoring,
cargodoring, dan receiving/delivery..
Rangkaian kegiatan bongkar muat barang dalam hal ini yang dibebani tanggung
jawab atas barang tersebut adalah perusahaan bongkar muat yang berstatus badan hukum
sesuai dengan SK Menhub Nomor PM 60 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Dan
Penguasaan Bongkar Muat Barang Dari Dan Ke Kapal. Sejak diundangkannya Undang-
undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran hingga saat ini permasalahan mengenai
penyelenggaraan kegiatan angkutan laut terutama dalam kegiataan usaha jasa bongkar
muat barang selalu saja terjadi ketidakharmonisan antara berbagai pihak yang terkait di
pelabuhan, diantaranya yaitu Asosiasi Perusahaan Bongkar Muat Indonesia (APBMI),
Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM), PT. Pelabuhan Indonesia (Persero) yang
merupakan Badan Usaha Milik Negara selaku pengelola sebagian besar terminal-terminal
di pelabuhan di Indonesia, serta pemerintah dalam hal ini Kementerian Perhubungan.
Proses bongkar muat barang di pelabuhan meliputi kegiatan
stevedoring,cargodoring, dan receiving/delivery. (R.P Suyono ) ;
a. Stevedoring
Stevedoring adalah jasa bongkar muat dari dan ke kapal, dari ke dermaga,
tongkang, gudang, truk atau lapangan dengan menggunakan Derek kapal atau alat
bantu pemuatan lainnya. Orang yang bertugas mengurus bongkar muat kapal disebut
sebagai stevedore. Stevedore yang 62 bertugas diatas kapal disebut stevedore kapal,
sedangkan stevedore yang bertugas di darat disebut quay supervisor. Dalam
melaksanakan tugasnya stevedore harus bekerja sama dengan berbagai pihak seperti
PT. Pelabuhan Indonesia, Perusahaan pelayaran, EMKL, Forwader, pemilik barang,
TKBM, dan yang lainnya. Seorang stevedore umumnya adalah orang yang pernah
bertugas diatas kapal dan berdinas sebagai perwira atau orang yang biasa menangani
buruh karena stevedore akan mengkoordinir pekerjaan dan buruh TKBM melalui
mandor atau kepala regu kerja (KRK) dalam, bekerja, stevedore dibantu oleh
foreman. Koordinasi kegiatan stevedoring diatas kapal dengan di darat dilakukan oleh
seorang chief stevedore atau terminal operator.
b. Cargodoring
Cargodoring atau quay-transfer adalah pemindahan barang setelah dibongkar dari
kapal di dermaga ke gudang atau tempat penumpukan. Kegiatan ini dilakukan dengan
bantuan gerobak dorong dan peralatan mekanis berupa forklift. Dalam praktek forklift
adalah alat yang paling banyak digunakan. Penggunaan forklift adalah sebagai
berikut:
a) Muatan diambil oleh forklift dari tempat pembongkaran disisi kapal di
dermaga setelah dilepas dari sling kapal.
b) Muatan dipindahkan dari dermaga ke area penumpukan dengan bantuan
forklift.
c) Forklift menyusun ke sisi dermaga untuk mengambil muatan yang berikut. 71
d) Forklift kembali ke sisi dermaga untuk mengambil muatan yang berikutnya.
Kegiatan cargodoring dipengaruhi oleh fakktor-faktor sebagai berikut :
1) Jarak tempuh Apabila jarak tempuh antara dermaga dengan gudang atau area
penumpukan cukup jauh maka akan memperlambat proses cargodoring, dan
sebaliknya jika jarak tempuh antara dermaga dengan gudang atau area
penumpukan pendek maka proses cargodoring akan menjadi lebih cepat.
2) Kecepatan Kendaraan Kecepatan kendaraan pengangkut dari dermaga ke
gudang atau area penumpukan sangat mempengaruhi proses cargodoring.
Pergerakan forklift dari titik pengambilan ke tempat penurunan muatan dan
kembali lagi ke tempat pengambilan disebut sebagai transfer-cycle. Ukuran
transfer-cycle adalah waktu, apabila transfercycle lebih singkat tentunya
pembongkaran atau pemuatan kapal akan lebih cepat dan untuk hal ini
tergantung dari kerja sama antara kapal, dermaga dan pergudangan
c. Receiving/Delivery Operation
Receiving/Delivery merupakan kegiatan menerima atau menyerahkan barang dari
dan ke wilayah pelabuhan. Kegiatan ini merupakan kegiatan terakhir dari terminal
operation. Kegiatan receiving/delivery pada dasarnya ada 2 macam, yaitu :
1) Pola muatan angkutan langsung Pola muatan angkuatan langsung adalah
pembongkaran atau pemuatan dari kendaraan darat langsung dari dan ke kapal.
Pada pola angkutan langsung, kegiatan receiving/delivery dilakukan dengan cara :
Kendaraan atau alat angkut langsung ditempatkan di posisi sebelah
lambung kapal pada palka dimana bongkar muat dilakukan di bawah
ganco kapal yang bekerja.
Muatan dimasukkan dalam palka atau diturunkan dari palka dengan ganco
kapal dari atau ke truk/tongkang.
2) Pola muatan angkutan tidak langsung
Pola muatan angkutan tidak langsung adalah penyerahan/penerimaan
barang/petikemas setelah melewati gudang atau lapangan penampungan. Pada
pola angkutan tidak langsung, kegiatan receiving/delivery dilakukan dengan cara :
Penempatan alat angkut disebelah gudang/pintu darat.
Pemindahan muatan atau penurunan muatan dari atau gudang atau tempat
penumpukan.
Penyelesaian dokumen Langkah-langkah yang harus diambil agar barang-barang
impor cepat keluar dari daerah pelabuhan adalah :
a) Informasi kepada pemilik barang bahwa barang telah dibongkar dari kapal
dan juga batasan dari masa bebas penumpukan (free storage) 74
b) Waktu yang tepat untuk pengeluaran barang.
Terlambatnya operasi receiving/delivery dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:
Cuaca buruk atau hujan pada waktu bongkar/muat kapal.
Terlambatnya angkutan darat atau tongkang
Terlambatnya dokumen
Terlambatnya informasi atau alur (flow) dari barang. (5) Perubahan dari
loading pont.
2.5.2 Dokumen-dokumen yang digunakan dalam proses kegiatan muat barang
Menurut Wahyu Agung Prihartanto (2014) Pada kegiatan bongkar muat container
sudah sering dilakukan.Dalam kegiatan pastinya diperlukan adanya dokumen untuk
pelaksanaan bongkar muat container. Dokumen tersebut adalah sebagai berikut :
1. Dokumen Pemuatan
Bill Of Loading
Merupakan bukti tanda terima barang dikeluarkan oleh perusahaan pelayaran
yang memungkinkan barang bisa di transfer dari Shipper ke Consignee.
Cargo List
Daftar semua barang yang di muat di dalam kapal.
Tally Muat
Untuk semua barang yang di muat diatas kapal di catat di tally muat.
2. Dokumen Pembongkara
Tally Bongkar
Pada waktu barang di bongkar dilakukan pencatatan jumlah colli dan
kondisinya sebagaimana terlihat dan hasilnya di catat dalam tally sheet
bongkar.
Outturn Report
Daftar dari semua barang dengan mencatat jumlah colli dan kondisi barang
pada waktu bongkar.
Cargo Manifest
Keterangan rinci dari barang yang di angkut oleh kapal.
Special Cargo List
Daftar dari semua barang khusus yang di muat oleh kapal, misalnya barang
berbahaya, barang berharga, dll.
3. Dokumen Lainnya
Daily Report
Laporan harian jumlah tonage/kubikasi yang di bongkar/muat per palka per
hari.
Balance Sheet
Lembar kerja atau laporan harian jumlah tonage/ kubikasi yang dihasilkan
per party barang/palka, jumlah tenaga kerja bongkar muat yang di gunakan
dan kendala kendala terjadi serta sisa jumlah barang yang belum di
bongkar/muat, untuk pembongkaran disebut discharging report dan
pemuatan disebut loading report.
Statement of Facts
Rekapitulasi dari seluruh time sheet yang di buat selama kegiatan bongkar
muat berlangsung.
Stowage Plan
Gambar dari irisan memanjang/penampang sebuah kapal dengan muatan
yang menunjukkan tempat-tempat penyusunan muatan
Damage report
Laporan kerusakan barang yang di bongkar dari dan ke kapal
Ship Particular
Data-data kapal yang antara lain yang menyebutkan panjang dan lebar kapal,
design kapal, jumlah crane dan kapasitas crane.
Manifest
Daftar barang yang akan di bongkar/muat dari dan ke kapal, berisi nama
kapal, voyage, jenis barang, tonage/kubikasi, No B/L, shipper, consignee,
asal tujuan oleh perusahaan pelayaran.
Delivery Order
Bukti kepemilikan barang yang berisi nama kapal, pemilik barang, jemis
barang, party, jumlah colly ,jumlah tonnage/kubikasi dll, yang dikeluarkan
oleh perusahaan pelayaran.
Mate’s Receipt
Bukti pemuatan barang ke kapal yang di keluarkan oleh perusahaan
pelayaran dan di periksa kebenarannya oleh chief officer (mualim 1) berisi
jenis barang yang dimuat, party, jumlah tonnage/kubikasi, pengirim dan
nama kapal pengangkutan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Surat keputusan menteri perhubungan nomor 14 Tahun 2002 menentukan, yang
dimaksudkan dengan perusahaan muatan bongkar adalah badan hukum indonesia yang
khusus didirikan untuk menyelenggarakan dan mengusahakan kegiatan muat bongkar
barang dari dan ke kapal, perusahaan ini berstatus badan hukum, baik badan usaha milik
Negara ataupun badan usaha milik swasta(perseroan terbatas).
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 1999 tentang Pengangkutan Perairan
menentukan bahwa usaha muat bongkar barang adalah kegiatan usaha yang bergerak
dalam bidang jasa muat bongkar barang dan/atau hewan dari dan ke kapal Pasal 1 angka
16 Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun tahun 1999. kegiatan bongkar muat dibedakan
atas dua yakni; secara langsung dan tidak langsung.
Status dan fungsi muat bongkar menurut Pasal 321 Ayat ( 2 ) KUHD
mengatakan ; segala perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh pengusaha Muat
Bongkar dan pekerjaannya menjadi tanggung jawab Pengangkut. Akan tetapi, apabila dia
merupakan perusahaan yang berdiri sendiri, perbuatannya itu dapat sebagai pelaksanaan
pemberian kuasa dari pengirim dalam hal pemuatan atau pelaksanaan pemberian kuasa
dari penerima dalam hal pembongkaran. Namun, segala perbuatan yang dilakukan di atas
kapal oleh perusahaan muat bongkar tunduk pada peraturan yang berlaku di atas kapal
yang bersangkutan.
Bentuk hukum dan izin usaha menurut Pasal 44 Peraturan Pemerintah Nomor 82
Tahun 1999 menyatakan izin usaha muat bongkar diberikan selama perusahaan yang
bersangkutan masih menjalankan kegiatan usahanya. Walaupun kegiatan muat bongkar di
Pelabuhan hanya dikerjakan oleh Badan Hukum Indonesia yang didirikan Khusus untuk
muat bongkar, dalam praktik di lapangan PT Pelabuhan Indonesia sebagai Fasilitator juga
melakukan kegiatan muat bongkar melalui unitnya, yang dulu disebut unit usaha
terminal, sekarang bernama Multiterminal Indonesia.
Perusahaan Muat Bongkar harus memenuhi persyaratan untuk memperoleh izin
usaha diatur dalam Pasal 45 Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 1999. Perusahaan
muat bongkar yang telah mendapat izin usaha wajib melaksanakan berbagai
kewajibannya yang diatur dalam Pasal 59 Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 1999.
Serta mengenai pencabutan izin usaha perusahaan muat bongkar dicabut tanpa melalui
proses peringatan dan pembekuan izin dalam hal perusahaan yang bersangkutan ini diatur
dalam Pasal 61 Peratutran Pemerintah Nomor 82 Tahun 1999.
DAFTAR PUSTAKA
Emirzon, joni.et al. 2007. Prespektif Hukum Bisnis Indonesia pada Era Globalisasi Ekonomi,
Penerbit Genta Press. Yogyakarta.
Hartono,Siti Soemartini.1986. Kitap Undang-Undang Hukum Dagang
Mangungsong, Rany dan Situmeang Law Firm. Indonesia Civil Code (Burger-Lijk Wetboek voor
Indonesie. Kitap Undang-Undang Hukum Perdata).
Prof. Abdulkadir Muhammad,S.H. Hukum Pengangkutan Niaga. Penerbit PT Citra Aditya Bakti,
Bandung 2013
Subekti,R. dan Tjitrosudibio,1985. Kitap Undang-Undang Hukum Perdata. Pradnya Paramita.
Jakarta
Sudjatmiko,F.D.C.1990. Pokok-Pokok Pelayaran Niaga. Penerbit Bhatara Karya Aksara.Jakarta
Suyono,R.P. 2005.Shipping: Pengangkutan Intermodal Ekspor Impor Melalui Laut. Penerbit
PPM.Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai